1.Bidang psikologi ini sering disebut sebagai biopsikologi atau psikologi fisiologis. Cabang psikologi ini telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir dan dikaitkan dengan bidang ilmu lain termasuk biologi, neurologi, dan genetika. Perspektif biologis pada dasarnya adalah cara memandang masalah dan tindakan manusia.Studi tentang fisiologi dan proses biologis telah memainkan peran penting dalam psikologi sejak awal mulanya . Charles Darwin pertama kali memperkenalkan gagasan bahwa evolusi dan genetika berperan dalam perilaku manusia.
2.Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalah mengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik- konflik dari aspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut biasanya terjadi pada anak- anak atau usia dini. Kemudian pendapat Sigmund Freud tentang kepribadian manusia ini didasarkan pada pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya.
Menurut Freud, manusia memiliki empat instink dasar, yaitu instink vital
(lapar, haus, bernafas), instink seksual (libido), instink agresi dan instink mati (thanatos). Freud menekankan pentingnya instink seksual bagi perkembangan
kepribadian di atas instink-instink lainnya, karena instink seksual itu sangat kuat
berada di bawah taboo umat manusia (manusia dalam hidupnya dibatasi oleh nilainilai, baik kultur maupun agama) sehingga cenderung untuk disangkal dan ditekan
ke bawah sadar (menggunakan mekanisme defensi denial dan repression),
fenomena psikologik ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan pola
perilaku seseorang. Menurutnya, instink seksual sudah ada sejak bayi dilahirkan.
Sebelum pemuasannya bermanifestasi dalam bentuknya yang dewasa seperti pada
umumnya dikenal (dalam bentuk seksual genital klimaktik), instink ini berada
dalam bentuk yang difus dan tidak terdiferensiasi. Ia kemudian berkembang
melalui fase-fase “pre-genital” (manifestasi pemuasannya terpusat pada daerahdaerah tubuh tertentu di luar genital) sampai mencapai bentuknya yang dewasa
yaitu fase “genital” (manifestasi pemuasannya secara dominan terpusat pada
genital).
Menurut Freud, banyak masalah psikologik (mental emosional) pada
masa dewasa berakar kegagalan individu menyelesaikan konflik-konflik seksual
di fase-fase dini perkembangannya. Penyelesaian yang baik, memungkinkan
individu untuk mencapai maturitas kepribadian, identitas seksual dan kehidupan emosional yang mantap.
Teori perkembangan psikososial Erikson merupakan perluasan dan
transformasi dari konsep psikoanalitik Freud. Teori perkembangan ini lebih
menekankan pada dorongan-dorongan psikososial daripada dorongan psikoseksual. Krisis perkembangan bersumber dari proses pencapaian tujuantujuan personal agar memenuhi harapan sosial masyarakat, bukan hanya pada inhibisi atau hambatan pemuasan dorongan psikoseksual.
Pandangan Erikson bertolak dari “prinsip epigenetik” dimana gagasan
ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang berkembang, mempunyai suatu pola
dasar dan dari pola dasar itu akan berkembang bagian-bagian yang masing-masing menurut waktunya yang spesifik hingga mencapai titik tertinggi dan kemudian membentuk suatu kesatuan fungsional yang menyeluruh. Masing-masing fase
memiliki krisisnya sendiri yang khas. Berhasil tidaknya seorang individu menyelesaikan konflik-konflik yang terkait krisis di suatu fase akan menentukan
apakah seseorang akan siap untuk menghadapi krisis di fase berikutnya untuk
selanjutnya mencapai maturasi kepribadian yang sesuai dengan harapan budaya atau masyarakatnya.
3.Perspektif pembelajaran teori skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungan menimbulkan perubahan perilaku. Karena stimulus yang diberikan akan
berinteraksi mempengaruhi respons yang dihasilkan. Respons yang diberikan memiliki
konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi perilaku. Mislanya, jika perilaku seseorang
segera diikuti oleh konsekuensi yang menyenagkan, orang itu akan terlibat dalam perilaku itu berulang kali. Pengguna konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku tersebut pengkondisian operan.Belajar adalah hasil dari interaksi antara stimulus (S), stimulasi dalam bentuk serangkaian
kegiatan yang bertujuan mendapatkan respon belajar yang bertujuan mendapatkan respon belajar
dari objek penelitian dengan respon (R), respon sebagai reaksi yang dimunculkan oleh siswa
ketika belajar itu bisa berupa pikiran, perasaan atau tindakan. Menurut teori ini, dalam
pembelajaran yang penting adalah adanya input dalam bentuk stimulus dan output dalam bentuk respon.
Perspektif pembelajaran menurut watson
Tokoh penting dalam teori ini Jhon B.Watson dimana ia mencetuskan teori belajar
manusia manusia yang memusatkan perhatian pada aspek yang dirasakan langsung pada perilaku berbahasa dan hubungannya dengan stimulus dan respon terhadap lingkungan.
Teori ini meyakini bahwa tindak balasan atau respon segala sesuatu itu bisa terjadi hanya ada rangsangan atau stimulus. Dalam bahasa yang sederahan ada reaksi karena ada aksi,
ada akibat karena ada sebab, ada asap karena ada api (Adriana, 2008).
kelebihan dan kekurangan:
Kekurangan:
a. Pembelajaran peserta didik hanya berpusat pada guru.
b. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.
c. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Kelebihan
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan.
b. Materi yang diberikan sangat detail.
c. Membangun konsentrasi pikiran.
Perspektif pembelajaran menurut bandura
Menurut Bandura, suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau informasi, memaknai suatu model yang ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki.
4. Perspektif kogniti
Perspektif kognitif mengungkapkan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional Pemikiran yang uasional dapat mendorong timbulnya gangguan emosi dan perilaku Pendekatan kognitif efektif untuk mengembangkan perilaku positif dan mengurangi pemikiran irasional yang menimbulkan perilaku kriminal Lazarus (1994) menggunakan istilah cognitive appraisal untuk menggambarkan proses kognitif yang digunakan individu untuk mengerti dan menginterpretasi sesuatu dan yang menjadi perantara antara situasi atau peristiwa dengan timbulnya reaksi emosional. Burns (1988) mengemukakan sudah merupakan suatu fakta neurologist yang jelas bahwa sebelum seseorang mengalami suatu peristiwa apapun, maka ia harus memprosesnya terlebih dahulu melalui pikiran serta memberikan arti terhadap stimulus tersebut. Artinya orang tersebut harus memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya sebelum ia dapat merasakannya Pada proses psikologi kognitif, informasi yang diterima berupa data yang mudah di ingat dan dapat memberikan efek besar pada manusia. Kata kunci "mudah di ingat dapat mempermudah recall memory sehingga secara cepat manusia dapat mendeteksi kejadian apa, kapan dsb yang dapat mempengaruhi pemaknaan objek sehingga mucul suatu perilaku atau tindakan Dalam proses ini peranan sensasi, persepsi, pengalaman dan memori merupakan terpenting dalam proses kognitif.
Perspektif kognitif menurut piaget
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si
anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian
yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen knik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan
lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan
pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan
cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian
yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan
kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Perspektif kogniti menurut vigotsky
Setiap anak berkembang dengan keunikannya sendiri. Perkembangan-perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, pendidikan, dan lingkungan tempat anak bertumbuh. Perkembangan anak harus diperhatikan baik dari fisik maupun psikologi.
Keduanya sama pentingnya. Perkembangan pemerolehan pengetahuan juga pemting bagi anak. Orang tua harus memperhatikan perkembangan kognitif anak karena hal tersebut penting untuk perekambangan pengetahuan anak.
5.Perspektif Kontekstual
Pendekatan Luas terhadap PembangunanPerspektif kontekstual mempertimbangkan hubungan antara individu dan dunia fisik, kognitif, dan sosial mereka. Mereka juga mengkaji pengaruh sosio-kultural dan lingkungan terhadap pembangunan. Kita akan fokus pada dua ahli teori besar yang memelopori perspektif ini: Lev Vygotsky dan Urie Bronfenbrenner. Lev Vygotsky adalah seorang psikolog Rusia yang terkenal karena teori sosiokulturalnya. Ia percaya bahwa interaksi sosial memainkan peran penting dalam pembelajaran anak-anak; melalui interaksi sosial seperti itu, anak-anak melalui proses pembelajaran scaffolded yang berkesinambungan. Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori sistem ekologi untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu pada anak dan lingkungan anak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia memberi label berbagai aspek atau tingkat lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Perspektif kontekstual teori ekologi
Model ekologi Bronfenbrenner tingkat ini menyoroti pentingnya memahami bagaimana berbagai sistem mikro bekerja sama untuk mempengaruhi perkembangan individu.
Misalnya, hubungan antara orang tua anak dan gurunya dapat berdampak pada prestasi akademik anak tersebut, sedangkan interaksi antara kelompok teman sebaya anak dan keluarganya dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan dan nilai-nilai sosial.
6.Perspektif evolusinari/Sosio biologik
Sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin
Menurut Darwin, semua spesies binatang terus berkembang melalui proses yang berhubungan dengan survival of the fittest (terkuat yang bertahan) dan natural selection (seleksi alarm).Menurut Diane E Papalia & Ruth Duskin Feldman, perspektif
evolusioner/sosiobiologis yaitu pandangan mengenai perkembangan manusia yang berfokus pada evolusioner dan biologis yang mendasari perilaku David Buss (1995, 2004, 2008), tokoh yang sangat berpengaruh dalam
merangsang minat baru mengenai bagaimana evolusi membentuk ciri-
cin fisik kita, misalnya bentuk dan tinggi tubuh, evolusi juga memengaruhi cara kita mengambil keputusan, seberapa agresifnya kita.
Teori attachment
Menurut John Bowlby yang dikutip dalam bukunya Albert R. Roberts dan Gilbert J.Greene mengatakan bahwa:
Kebutuhan fundamental untuk mengembangkan kontak dan koneksi memiliki akar adaptif
dalam keberlangsungan biologis (biological survival), dan teori keterikatannya(his attachment theory) sehingga muncul sebagai suatu paradigma utama dalam study empiris
tentang relasi ibu dan anak. Bowlby menganjurkan bahwa model kepribadian dan model lain yang bekerja, yang dibangun dalam interaksi dengan tokoh-tokoh pengasuh, memandu pemrosesan informasi tentang pengalaman relasional dan membentuk pola-pola perilaku
dan adaptasi sepanjang jalan kehidupan (thorough the life course).5
Ada tiga aspek kemampuan belajar anak yakni kemampuan efektif, psikomotorik dan
kemampuan kognitif. Salah satu kemampuan belajar yang dibahas di sini adalah kemampuan
kognitif anak akan berkembang bila anak tersebut diberikan stimulasi dari lingkungan, hal ini
membutuhkan peran orang tua serta pendidik dalam pelaksanaannya. Dibutuhkan kerja sama
antara pendidik dan orang tua dalam mengembangkan kemampuan kognitif yang ada pada anak. Hal ini mengingat selain terjadinya perkembangan secara alamiah, anak juga membutuhkan bimbingan, arahan serta motivasi dari lingkungan dalam mengembangkan
kemampuan dalam diri anak. Motivasi bisa di bagi menjadi dua yaitu motivasi yang timbul
dari dalam diri dan motivasi yang timbul dikarenakan orang lain. Motivasi diri tidak timbul
dengan sendirinya melainkan ditimbulkan karena adanya interaksi dengan orang lain
Attachment teori ainsworth
Menurut Ainsworth (dalam Adiyanti,1985) tingkah laku lekat adalah berbagai
macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah dan
mempertahankan kedekatan serta melakukan komunikasi dengan figur lekatnya.
Capitanio (dalam Adiyanti, 1985) berpendapat bahwa tingkah laku lekat merupakan sesuatu yang dapat dilihat, namun kadang perilaku ini dapat muncul dan kadang tidak.
Intensitas perilaku lekat sangat bervariasi dan tergantung pada situasi lingkungan.
Tingkah laku lekat ini ditujukan pada figur tertentu dan tidak ditujukan pada semua orang (Ainsworth dalam Ervika, 2000). Telah disebutkan sebelumnya pada teori etologi bahwa sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Bentuk tingkah laku lekat pada ibu berupa sikap yang ingin mempertahankan kontak dengan anak dan
memperlihatkan ketanggapan terhadap kebutuhan anak. tingkah laku lekat ini berfungsi
membantu individu bertahan dan menjaga anak dibawah perlindungan orang tua. Bowlby
(dalam Stams, Juffer dan Ijzendoorn, 2002) menyebutnya dengan istilah “care taking
behavior” yang merupakan bagian program biologis yang tidak dipelajari. Tingkah laku lekat tidak berhubungan dengan kebutuhan makan, melainkan
mendapatkan perlindungan dari ibu. Unsur penting dalam pembentukan kelekatan adalah
peluang untuk mengembangkan hubungan yang timbal balik antara pengasuh dan anak.
interaksi anak dengan pengasuh membutuhkan waktu dan pengulangan, dalam hal ini
fungsi orang tua adalah memulai interaksi, bukan sekedar memberi respon terhadap
kebutuhan anak
7.Terdapat 3 teori perkembangan moral, pada level 1 terdapat prekonvensional, level 2 konvensional dan level 3 postkonvensional, jadi tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi hingga rendahnya teori moral individu berdasarkan perkembangan penalaran teori moralnya.
Teori perkembangan moral Kohlberg yang ditemukan oleh psikolog Kohlberg memperlihatkan bahwa perbuatan moral itu bukan dari hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhungan dari norma kebudayaan (Sunarto,2013:176).
Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral lah yang merupakan dasar dari perilaku yang etis dan mempunyai stadium perkembangan moral dengan tingkat atau level yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut :
(Prekonvesional)
Pada level pertama ini merupakan tingkat prekonvesional dari penalaran moral seperti seseorang yang berada didalam tingkat prekonvesional menilai moralitas dari tingkah laku yang ada dan dibuat berdasarkan konsekuensinya langsung. Terdapat 2 tahap awal pada level prekonvesional yaitu tahapan awal dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Tahap pertama individu yang memfokuskan diri pada konsekuensi nya langsung dari tingkah laku yang dibuat mereka yang dirasakan sendiri.
(Konvensional)
Pada level kedua ini umumnya berada pada seorang yang sudah matang dalam pemikiran atau seorang remaja, orang yang ada pada ditahapan ini menilai moralitas dengan sebuah tingkah laku yang dibuat dengan membandingkannya dengan pandangan dan keinginan.
(Pasca-Konvensional)
Pada level ketiga ini banyak dikenal dengan tingkat yang sangat berprinsip, dilevel ketiga ini terdapat dua tahap lanjutan dari level pertama dan kedua yaitu tahap kelima dan keenam dari perkembangan moral.
2.Teori psikoanalisis adalah salah satu teori yang membahas tentang hakikat dan perkembangan bentuk kepribadian yang dimiliki oleh manusia. Unsur utama dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek kepribadian lainnya. Dasar teori psikoanalisis adalah mengasumsikan bahwa kepribadian akan mulai berkembang saat terjadi konflik- konflik dari aspek- aspek psikologis itu sendiri. Gejala tersebut biasanya terjadi pada anak- anak atau usia dini. Kemudian pendapat Sigmund Freud tentang kepribadian manusia ini didasarkan pada pengalaman- pengalaman yang dialami pasiennya.
Menurut Freud, manusia memiliki empat instink dasar, yaitu instink vital
(lapar, haus, bernafas), instink seksual (libido), instink agresi dan instink mati (thanatos). Freud menekankan pentingnya instink seksual bagi perkembangan
kepribadian di atas instink-instink lainnya, karena instink seksual itu sangat kuat
berada di bawah taboo umat manusia (manusia dalam hidupnya dibatasi oleh nilainilai, baik kultur maupun agama) sehingga cenderung untuk disangkal dan ditekan
ke bawah sadar (menggunakan mekanisme defensi denial dan repression),
fenomena psikologik ini akan sangat berpengaruh dalam menentukan pola
perilaku seseorang. Menurutnya, instink seksual sudah ada sejak bayi dilahirkan.
Sebelum pemuasannya bermanifestasi dalam bentuknya yang dewasa seperti pada
umumnya dikenal (dalam bentuk seksual genital klimaktik), instink ini berada
dalam bentuk yang difus dan tidak terdiferensiasi. Ia kemudian berkembang
melalui fase-fase “pre-genital” (manifestasi pemuasannya terpusat pada daerahdaerah tubuh tertentu di luar genital) sampai mencapai bentuknya yang dewasa
yaitu fase “genital” (manifestasi pemuasannya secara dominan terpusat pada
genital).
Menurut Freud, banyak masalah psikologik (mental emosional) pada
masa dewasa berakar kegagalan individu menyelesaikan konflik-konflik seksual
di fase-fase dini perkembangannya. Penyelesaian yang baik, memungkinkan
individu untuk mencapai maturitas kepribadian, identitas seksual dan kehidupan emosional yang mantap.
Teori perkembangan psikososial Erikson merupakan perluasan dan
transformasi dari konsep psikoanalitik Freud. Teori perkembangan ini lebih
menekankan pada dorongan-dorongan psikososial daripada dorongan psikoseksual. Krisis perkembangan bersumber dari proses pencapaian tujuantujuan personal agar memenuhi harapan sosial masyarakat, bukan hanya pada inhibisi atau hambatan pemuasan dorongan psikoseksual.
Pandangan Erikson bertolak dari “prinsip epigenetik” dimana gagasan
ini menyatakan bahwa segala sesuatu yang berkembang, mempunyai suatu pola
dasar dan dari pola dasar itu akan berkembang bagian-bagian yang masing-masing menurut waktunya yang spesifik hingga mencapai titik tertinggi dan kemudian membentuk suatu kesatuan fungsional yang menyeluruh. Masing-masing fase
memiliki krisisnya sendiri yang khas. Berhasil tidaknya seorang individu menyelesaikan konflik-konflik yang terkait krisis di suatu fase akan menentukan
apakah seseorang akan siap untuk menghadapi krisis di fase berikutnya untuk
selanjutnya mencapai maturasi kepribadian yang sesuai dengan harapan budaya atau masyarakatnya.
3.Perspektif pembelajaran teori skinner
Menurut Skinner, hubungan antara stimulus dan respons yang terjadi melalui interaksi
dengan lingkungan menimbulkan perubahan perilaku. Karena stimulus yang diberikan akan
berinteraksi mempengaruhi respons yang dihasilkan. Respons yang diberikan memiliki
konsekuensi yang nantinya akan mempengaruhi perilaku. Mislanya, jika perilaku seseorang
segera diikuti oleh konsekuensi yang menyenagkan, orang itu akan terlibat dalam perilaku itu berulang kali. Pengguna konsekuensi yang menyenangkan dan tidak menyenangkan untuk
mengubah perilaku tersebut pengkondisian operan.Belajar adalah hasil dari interaksi antara stimulus (S), stimulasi dalam bentuk serangkaian
kegiatan yang bertujuan mendapatkan respon belajar yang bertujuan mendapatkan respon belajar
dari objek penelitian dengan respon (R), respon sebagai reaksi yang dimunculkan oleh siswa
ketika belajar itu bisa berupa pikiran, perasaan atau tindakan. Menurut teori ini, dalam
pembelajaran yang penting adalah adanya input dalam bentuk stimulus dan output dalam bentuk respon.
Perspektif pembelajaran menurut watson
Tokoh penting dalam teori ini Jhon B.Watson dimana ia mencetuskan teori belajar
manusia manusia yang memusatkan perhatian pada aspek yang dirasakan langsung pada perilaku berbahasa dan hubungannya dengan stimulus dan respon terhadap lingkungan.
Teori ini meyakini bahwa tindak balasan atau respon segala sesuatu itu bisa terjadi hanya ada rangsangan atau stimulus. Dalam bahasa yang sederahan ada reaksi karena ada aksi,
ada akibat karena ada sebab, ada asap karena ada api (Adriana, 2008).
kelebihan dan kekurangan:
Kekurangan:
a. Pembelajaran peserta didik hanya berpusat pada guru.
b. Peserta didik hanya mendengarkan dengan tertib penjelasan guru.
c. Peserta didik tidak bebas berkreasi dan berimajinasi.
Kelebihan
a. Sangat cocok untuk memperoleh kemampuan yang membutuhkan praktek dan
pembiasaan.
b. Materi yang diberikan sangat detail.
c. Membangun konsentrasi pikiran.
Perspektif pembelajaran menurut bandura
Menurut Bandura, suatu perilaku belajar adalah hasil dari kemampuan individu memaknai suatu pengetahuan atau informasi, memaknai suatu model yang ditiru, kemudian mengolah secara kognitif dan menentukan tindakan sesuai tujuan yang dikehendaki.
4. Perspektif kogniti
Perspektif kognitif mengungkapkan bahwa manusia memiliki potensi untuk menyerap pemikiran yang rasional dan irasional Pemikiran yang uasional dapat mendorong timbulnya gangguan emosi dan perilaku Pendekatan kognitif efektif untuk mengembangkan perilaku positif dan mengurangi pemikiran irasional yang menimbulkan perilaku kriminal Lazarus (1994) menggunakan istilah cognitive appraisal untuk menggambarkan proses kognitif yang digunakan individu untuk mengerti dan menginterpretasi sesuatu dan yang menjadi perantara antara situasi atau peristiwa dengan timbulnya reaksi emosional. Burns (1988) mengemukakan sudah merupakan suatu fakta neurologist yang jelas bahwa sebelum seseorang mengalami suatu peristiwa apapun, maka ia harus memprosesnya terlebih dahulu melalui pikiran serta memberikan arti terhadap stimulus tersebut. Artinya orang tersebut harus memahami apa yang sedang terjadi pada dirinya sebelum ia dapat merasakannya Pada proses psikologi kognitif, informasi yang diterima berupa data yang mudah di ingat dan dapat memberikan efek besar pada manusia. Kata kunci "mudah di ingat dapat mempermudah recall memory sehingga secara cepat manusia dapat mendeteksi kejadian apa, kapan dsb yang dapat mempengaruhi pemaknaan objek sehingga mucul suatu perilaku atau tindakan Dalam proses ini peranan sensasi, persepsi, pengalaman dan memori merupakan terpenting dalam proses kognitif.
Perspektif kognitif menurut piaget
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si
anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian
yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui
pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen knik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan
lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan
pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan
cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Menurut Piaget, anak dilahirkan dengan beberapa skemata sensorimotor, yang
memberi kerangka bagi interaksi awal anak dengan lingkungannya. Pengalaman awal si anak akan ditentukan oleh skemata sensorimotor ini. Dengan kata lain, hanya kejadian
yang dapat diasimilasikan ke skemata itulah yang dapat di respons oleh si anak, dan
karenanya kejadian itu akan menentukan batasan pengalaman anak. Tetapi melalui pengalaman, skemata awal ini dimodifikasi. Setiap pengalaman mengandung elemen unik yang harus di akomodasi oleh struktur kognitif anak. Melalui interaksi dengan lingkungan, struktur kognitif akan berubah, dan memungkinkan perkembangan pengalaman terus-menerus. Tetapi menurut Piaget, ini adalah proses yang lambat, karena skemata baru itu selalu berkembang dari skemata yang sudah ada sebelumnya. Dengan cara ini, pertumbuhan intelektual yang dimulai dengan respons refleksif anak terhadap lingkungan akan terus berkembang sampai ke titik di mana anak mampu memikirkan
kejadian potensial dan mampu secara mental mengeksplorasi kemungkinan akibatnya.
Perspektif kogniti menurut vigotsky
Setiap anak berkembang dengan keunikannya sendiri. Perkembangan-perkembangan tersebut dipengaruhi oleh pola asuh, pendidikan, dan lingkungan tempat anak bertumbuh. Perkembangan anak harus diperhatikan baik dari fisik maupun psikologi.
Keduanya sama pentingnya. Perkembangan pemerolehan pengetahuan juga pemting bagi anak. Orang tua harus memperhatikan perkembangan kognitif anak karena hal tersebut penting untuk perekambangan pengetahuan anak.
5.Perspektif Kontekstual
Pendekatan Luas terhadap PembangunanPerspektif kontekstual mempertimbangkan hubungan antara individu dan dunia fisik, kognitif, dan sosial mereka. Mereka juga mengkaji pengaruh sosio-kultural dan lingkungan terhadap pembangunan. Kita akan fokus pada dua ahli teori besar yang memelopori perspektif ini: Lev Vygotsky dan Urie Bronfenbrenner. Lev Vygotsky adalah seorang psikolog Rusia yang terkenal karena teori sosiokulturalnya. Ia percaya bahwa interaksi sosial memainkan peran penting dalam pembelajaran anak-anak; melalui interaksi sosial seperti itu, anak-anak melalui proses pembelajaran scaffolded yang berkesinambungan. Urie Bronfenbrenner mengembangkan teori sistem ekologi untuk menjelaskan bagaimana segala sesuatu pada anak dan lingkungan anak mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak. Ia memberi label berbagai aspek atau tingkat lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak.
Perspektif kontekstual teori ekologi
Model ekologi Bronfenbrenner tingkat ini menyoroti pentingnya memahami bagaimana berbagai sistem mikro bekerja sama untuk mempengaruhi perkembangan individu.
Misalnya, hubungan antara orang tua anak dan gurunya dapat berdampak pada prestasi akademik anak tersebut, sedangkan interaksi antara kelompok teman sebaya anak dan keluarganya dapat mempengaruhi perkembangan keterampilan dan nilai-nilai sosial.
6.Perspektif evolusinari/Sosio biologik
Sangat dipengaruhi oleh teori evolusi Darwin
Menurut Darwin, semua spesies binatang terus berkembang melalui proses yang berhubungan dengan survival of the fittest (terkuat yang bertahan) dan natural selection (seleksi alarm).Menurut Diane E Papalia & Ruth Duskin Feldman, perspektif
evolusioner/sosiobiologis yaitu pandangan mengenai perkembangan manusia yang berfokus pada evolusioner dan biologis yang mendasari perilaku David Buss (1995, 2004, 2008), tokoh yang sangat berpengaruh dalam
merangsang minat baru mengenai bagaimana evolusi membentuk ciri-
cin fisik kita, misalnya bentuk dan tinggi tubuh, evolusi juga memengaruhi cara kita mengambil keputusan, seberapa agresifnya kita.
Teori attachment
Menurut John Bowlby yang dikutip dalam bukunya Albert R. Roberts dan Gilbert J.Greene mengatakan bahwa:
Kebutuhan fundamental untuk mengembangkan kontak dan koneksi memiliki akar adaptif
dalam keberlangsungan biologis (biological survival), dan teori keterikatannya(his attachment theory) sehingga muncul sebagai suatu paradigma utama dalam study empiris
tentang relasi ibu dan anak. Bowlby menganjurkan bahwa model kepribadian dan model lain yang bekerja, yang dibangun dalam interaksi dengan tokoh-tokoh pengasuh, memandu pemrosesan informasi tentang pengalaman relasional dan membentuk pola-pola perilaku
dan adaptasi sepanjang jalan kehidupan (thorough the life course).5
Ada tiga aspek kemampuan belajar anak yakni kemampuan efektif, psikomotorik dan
kemampuan kognitif. Salah satu kemampuan belajar yang dibahas di sini adalah kemampuan
kognitif anak akan berkembang bila anak tersebut diberikan stimulasi dari lingkungan, hal ini
membutuhkan peran orang tua serta pendidik dalam pelaksanaannya. Dibutuhkan kerja sama
antara pendidik dan orang tua dalam mengembangkan kemampuan kognitif yang ada pada anak. Hal ini mengingat selain terjadinya perkembangan secara alamiah, anak juga membutuhkan bimbingan, arahan serta motivasi dari lingkungan dalam mengembangkan
kemampuan dalam diri anak. Motivasi bisa di bagi menjadi dua yaitu motivasi yang timbul
dari dalam diri dan motivasi yang timbul dikarenakan orang lain. Motivasi diri tidak timbul
dengan sendirinya melainkan ditimbulkan karena adanya interaksi dengan orang lain
Attachment teori ainsworth
Menurut Ainsworth (dalam Adiyanti,1985) tingkah laku lekat adalah berbagai
macam tingkah laku yang dilakukan anak untuk mencari, menambah dan
mempertahankan kedekatan serta melakukan komunikasi dengan figur lekatnya.
Capitanio (dalam Adiyanti, 1985) berpendapat bahwa tingkah laku lekat merupakan sesuatu yang dapat dilihat, namun kadang perilaku ini dapat muncul dan kadang tidak.
Intensitas perilaku lekat sangat bervariasi dan tergantung pada situasi lingkungan.
Tingkah laku lekat ini ditujukan pada figur tertentu dan tidak ditujukan pada semua orang (Ainsworth dalam Ervika, 2000). Telah disebutkan sebelumnya pada teori etologi bahwa sebetulnya tingkah laku
lekat tidak hanya ditujukan pada anak namun juga pada ibu. Bentuk tingkah laku lekat pada ibu berupa sikap yang ingin mempertahankan kontak dengan anak dan
memperlihatkan ketanggapan terhadap kebutuhan anak. tingkah laku lekat ini berfungsi
membantu individu bertahan dan menjaga anak dibawah perlindungan orang tua. Bowlby
(dalam Stams, Juffer dan Ijzendoorn, 2002) menyebutnya dengan istilah “care taking
behavior” yang merupakan bagian program biologis yang tidak dipelajari. Tingkah laku lekat tidak berhubungan dengan kebutuhan makan, melainkan
mendapatkan perlindungan dari ibu. Unsur penting dalam pembentukan kelekatan adalah
peluang untuk mengembangkan hubungan yang timbal balik antara pengasuh dan anak.
interaksi anak dengan pengasuh membutuhkan waktu dan pengulangan, dalam hal ini
fungsi orang tua adalah memulai interaksi, bukan sekedar memberi respon terhadap
kebutuhan anak
7.Terdapat 3 teori perkembangan moral, pada level 1 terdapat prekonvensional, level 2 konvensional dan level 3 postkonvensional, jadi tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi hingga rendahnya teori moral individu berdasarkan perkembangan penalaran teori moralnya.
Teori perkembangan moral Kohlberg yang ditemukan oleh psikolog Kohlberg memperlihatkan bahwa perbuatan moral itu bukan dari hasil sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhungan dari norma kebudayaan (Sunarto,2013:176).
Teori ini menyatakan bahwa penalaran moral lah yang merupakan dasar dari perilaku yang etis dan mempunyai stadium perkembangan moral dengan tingkat atau level yang teridentifikasi yaitu sebagai berikut :
(Prekonvesional)
Pada level pertama ini merupakan tingkat prekonvesional dari penalaran moral seperti seseorang yang berada didalam tingkat prekonvesional menilai moralitas dari tingkah laku yang ada dan dibuat berdasarkan konsekuensinya langsung. Terdapat 2 tahap awal pada level prekonvesional yaitu tahapan awal dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Tahap pertama individu yang memfokuskan diri pada konsekuensi nya langsung dari tingkah laku yang dibuat mereka yang dirasakan sendiri.
(Konvensional)
Pada level kedua ini umumnya berada pada seorang yang sudah matang dalam pemikiran atau seorang remaja, orang yang ada pada ditahapan ini menilai moralitas dengan sebuah tingkah laku yang dibuat dengan membandingkannya dengan pandangan dan keinginan.
(Pasca-Konvensional)
Pada level ketiga ini banyak dikenal dengan tingkat yang sangat berprinsip, dilevel ketiga ini terdapat dua tahap lanjutan dari level pertama dan kedua yaitu tahap kelima dan keenam dari perkembangan moral.