Decision theory adalah cabang dari teori probabilitas terapan dan filsafat analitik yang berkaitan dengan teori pengambilan keputusan berdasarkan pemberian probabilitas pada berbagai faktor dan memberikan konsekuensi numerik pada hasilnya1. Dalam teori pengambilan keputusan normatif, fokusnya adalah pada bagaimana berbagai sikap seperti keyakinan, keinginan dan sikap lainnya (yang disebut “sikap preferensi”) saling berkaitan2. Decision theory digunakan untuk menganalisis pilihan individu dalam situasi yang tidak pasti dan tidak diketahui. Decision theory membantu entitas dalam menentukan bagaimana seorang profesional atau pelanggan membuat pilihan yang rasional saat membuat keputusan. Ketika seseorang membuat keputusan, sistem kepercayaan mereka, moral, nilai-nilai, latar belakang sosial, bahkan ketakutan dan ketidakpastian memainkan peran penting1. Decision theory melibatkan pendekatan ekonomi dan statistik untuk mempelajari pilihan individu dalam situasi yang tidak pasti dan tidak diketahui. Karena didasarkan pada ide, sikap, dan keinginan, analis menyebutnya sebagai teori pilihan. Ini memungkinkan entitas untuk membuat keputusan yang paling rasional yang memungkinkan dalam kondisi yang tidak diketahui dan tidak pasti.
Decision theory memiliki beberapa model dalam proses pengambilan keputusan yaitu (Afinotan, 2014, hal. 252-255):
1. Rational Actor Model
Model aktor rasional melakukan pilihan terhadap kebijakan luar negeri sebagai produk ideal. Mengingat pengambil keputusan yang rasional mengambil mempertimbangkan tujuan kebijakan luar negeri dan menentukan yang mana untuk mengambil pilihan yang paling prioritas di antara pilihan yang lain. Kemudian, mengidentifikasi dan menganalisis berbagai opsi tersedia. Aktor rasional dalam pengambil keputusan mampu memperkirakan hasil dan menghitung nilai atau manfaat yang diharapkan dari setiap hasil. Dengan asumsi ini, pembuat keputusan menghitung nilai yang diharapkan dari setiap alternatif, membandingkan semua alternatif, dan memilih alternatif yang memaksimalkan benefit dan meminimalkan cost. Aktor rasional juga kemudian membandingkan konsekuensi yang telah dibuat, yang tentu akhirnya akan menentukan alternatif terbaik.
2. The Bounded Rationallity Model
Model ini dapat memberikan solusi dimana kekurangan dari maksimalisasi benefit bisa menjadi hambatan. Seperti misalnya, dalam prosesnya mencari pilihan alternatif terbaik, pembuat keputusan tidak mungkin akan mempertimbangkan semua alternatif. Jadi pembuat keputusan dapat menggunakan batasan untuk mempersempit beberapa pilihan alternatif yang lebih masuk akal dan menjanjikan. Model rasionalitas berasumsi setiap aktor tidak bisa mempertimbangkan semua konsekuensi yang mungkin terjadi. Ketika sebuah konsekuensi buruk tertentu muncul, yang dapat dilakukan adalah memodifikasinya untuk mengurangi kemungkinan konsekuensi itu berulang akan tetapi dengan tingkat yang berbeda.
3. The Bureaucratic Politics model
Model dari politik birokrasi di dalamnya pembuat keputusan adalah lembaga pemerintah, yang terdiri dari satu set biro dengan sumber dan tanggung jawab yang berbeda, serta berbeda dalam tingkat pengaruhnya. Berbagai biro atau departemen bersaing di antara mereka sendiri untuk kesempatan untuk mempengaruhi keputusan menggunakan otoritas politiknya. Pengambilan keputusan dalam model ini adalah proses untuk mendapatkan kekuasaan pada pemerintahan. Strategi untuk membangun koalisi antar biro mungkin terjadi dalam model ini. Sistem persekutuan atau koalisi ini dalam perjuangan juga untuk mendapat pengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Di sini prosesnya sama seperti Negara-Negara dalam membentuk koalisi untuk melawan kekuatan yang lebih dominan.
Decision theory memiliki beberapa model dalam proses pengambilan keputusan yaitu (Afinotan, 2014, hal. 252-255):
1. Rational Actor Model
Model aktor rasional melakukan pilihan terhadap kebijakan luar negeri sebagai produk ideal. Mengingat pengambil keputusan yang rasional mengambil mempertimbangkan tujuan kebijakan luar negeri dan menentukan yang mana untuk mengambil pilihan yang paling prioritas di antara pilihan yang lain. Kemudian, mengidentifikasi dan menganalisis berbagai opsi tersedia. Aktor rasional dalam pengambil keputusan mampu memperkirakan hasil dan menghitung nilai atau manfaat yang diharapkan dari setiap hasil. Dengan asumsi ini, pembuat keputusan menghitung nilai yang diharapkan dari setiap alternatif, membandingkan semua alternatif, dan memilih alternatif yang memaksimalkan benefit dan meminimalkan cost. Aktor rasional juga kemudian membandingkan konsekuensi yang telah dibuat, yang tentu akhirnya akan menentukan alternatif terbaik.
2. The Bounded Rationallity Model
Model ini dapat memberikan solusi dimana kekurangan dari maksimalisasi benefit bisa menjadi hambatan. Seperti misalnya, dalam prosesnya mencari pilihan alternatif terbaik, pembuat keputusan tidak mungkin akan mempertimbangkan semua alternatif. Jadi pembuat keputusan dapat menggunakan batasan untuk mempersempit beberapa pilihan alternatif yang lebih masuk akal dan menjanjikan. Model rasionalitas berasumsi setiap aktor tidak bisa mempertimbangkan semua konsekuensi yang mungkin terjadi. Ketika sebuah konsekuensi buruk tertentu muncul, yang dapat dilakukan adalah memodifikasinya untuk mengurangi kemungkinan konsekuensi itu berulang akan tetapi dengan tingkat yang berbeda.
3. The Bureaucratic Politics model
Model dari politik birokrasi di dalamnya pembuat keputusan adalah lembaga pemerintah, yang terdiri dari satu set biro dengan sumber dan tanggung jawab yang berbeda, serta berbeda dalam tingkat pengaruhnya. Berbagai biro atau departemen bersaing di antara mereka sendiri untuk kesempatan untuk mempengaruhi keputusan menggunakan otoritas politiknya. Pengambilan keputusan dalam model ini adalah proses untuk mendapatkan kekuasaan pada pemerintahan. Strategi untuk membangun koalisi antar biro mungkin terjadi dalam model ini. Sistem persekutuan atau koalisi ini dalam perjuangan juga untuk mendapat pengaruh dalam proses pengambilan keputusan. Di sini prosesnya sama seperti Negara-Negara dalam membentuk koalisi untuk melawan kekuatan yang lebih dominan.