js
Posts made by Dea Agesta
Nama : Dea Agesta
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang terbentuk dari dua kata, yaitu philein yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Cinta di sini diartikan sebagai hasrat yang mendalam, sementara kebijaksanaan adalah kebenaran sejati atau pengetahuan yang mendalam.
Dalam filsafat, ada beberapa aliran penting yang masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang kebenaran:
1. Rasionalisme: Mengutamakan akal dan logika sebagai sumber utama untuk mencapai pengetahuan.
2. Materialisme: Menganggap bahwa materi atau benda fisik adalah satu-satunya realitas.
3. Individualisme: Menekankan pentingnya individu dan kebebasannya.
4. Hedonisme: Mengutamakan kesenangan sebagai tujuan utama kehidupan.
Manfaat Mempelajari Filsafat, antara lain:
1. Membantu kita menemukan kebenaran yang mendalam dan hakiki.
2. Melatih kemampuan berpikir secara logis dan sistematis.
3. Membantu kita berpikir dan bertindak dengan bijaksana.
4. Mendorong berpikir secara rasional dan menyeluruh.
5. Mengajarkan keseimbangan antara pertimbangan dan tindakan, yang pada akhirnya menghasilkan keputusan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat Pancasila
Filsafat Pancasila adalah kajian kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai refleksi dari budaya bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam dan menyeluruh makna-makna pokok yang terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem filsafat. Sistem di sini berarti suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian atau komponen yang saling terkait dan saling bergantung. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda, namun semuanya bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks.
Aspek Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
Filsafat mencakup tiga bidang utama:
1. Ontologi: Mempelajari tentang hakikat keberadaan atau apa yang benar-benar ada. Dalam hal ini, Aristoteles menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki tentang keberadaan secara mendasar, yang seringkali dikaitkan dengan metafisika.
2. Epistemologi: Cabang filsafat yang mempelajari asal-usul, metode, dan validitas pengetahuan. Ini melibatkan cara manusia mengetahui sesuatu dan bagaimana kita bisa yakin bahwa pengetahuan itu benar.
3. Aksiologi: Mempelajari tentang nilai, manfaat, atau teori tentang apa yang dianggap berharga. Kata "aksiologi" berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti pikiran atau teori.
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Filsafat berasal dari bahasa Yunani philosophia, yang terbentuk dari dua kata, yaitu philein yang berarti cinta, dan sophia yang berarti kebijaksanaan. Cinta di sini diartikan sebagai hasrat yang mendalam, sementara kebijaksanaan adalah kebenaran sejati atau pengetahuan yang mendalam.
Dalam filsafat, ada beberapa aliran penting yang masing-masing memiliki pandangan berbeda tentang kebenaran:
1. Rasionalisme: Mengutamakan akal dan logika sebagai sumber utama untuk mencapai pengetahuan.
2. Materialisme: Menganggap bahwa materi atau benda fisik adalah satu-satunya realitas.
3. Individualisme: Menekankan pentingnya individu dan kebebasannya.
4. Hedonisme: Mengutamakan kesenangan sebagai tujuan utama kehidupan.
Manfaat Mempelajari Filsafat, antara lain:
1. Membantu kita menemukan kebenaran yang mendalam dan hakiki.
2. Melatih kemampuan berpikir secara logis dan sistematis.
3. Membantu kita berpikir dan bertindak dengan bijaksana.
4. Mendorong berpikir secara rasional dan menyeluruh.
5. Mengajarkan keseimbangan antara pertimbangan dan tindakan, yang pada akhirnya menghasilkan keputusan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari.
Filsafat Pancasila
Filsafat Pancasila adalah kajian kritis dan rasional tentang Pancasila sebagai dasar negara dan sebagai refleksi dari budaya bangsa Indonesia. Tujuannya adalah untuk memahami secara mendalam dan menyeluruh makna-makna pokok yang terkandung di dalamnya.
Pancasila sebagai Sistem Filsafat
Pancasila juga dapat dilihat sebagai sebuah sistem filsafat. Sistem di sini berarti suatu kesatuan yang terdiri dari beberapa bagian atau komponen yang saling terkait dan saling bergantung. Setiap bagian memiliki fungsi yang berbeda, namun semuanya bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu dalam lingkungan yang kompleks.
Aspek Filsafat: Ontologi, Epistemologi, Aksiologi
Filsafat mencakup tiga bidang utama:
1. Ontologi: Mempelajari tentang hakikat keberadaan atau apa yang benar-benar ada. Dalam hal ini, Aristoteles menyebutnya sebagai ilmu yang menyelidiki tentang keberadaan secara mendasar, yang seringkali dikaitkan dengan metafisika.
2. Epistemologi: Cabang filsafat yang mempelajari asal-usul, metode, dan validitas pengetahuan. Ini melibatkan cara manusia mengetahui sesuatu dan bagaimana kita bisa yakin bahwa pengetahuan itu benar.
3. Aksiologi: Mempelajari tentang nilai, manfaat, atau teori tentang apa yang dianggap berharga. Kata "aksiologi" berasal dari bahasa Yunani axios yang berarti nilai, dan logos yang berarti pikiran atau teori.
Nama : Dea Agesta
Npm : 2217011054
Kelas : Kimia D
Tugas Video Analisis Jurnal " FILSAFAT ILMU DAN ARAH PENGEMBANGAN PANCASILA: RELEVANSINYA DALAM MENGATASI PERSOALAN KEBANGSAAN"
Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1NS-d__4TeCwSZ3bubil2KasINA-clYqt/view?usp=sharing
Npm : 2217011054
Kelas : Kimia D
Tugas Video Analisis Jurnal " FILSAFAT ILMU DAN ARAH PENGEMBANGAN PANCASILA: RELEVANSINYA DALAM MENGATASI PERSOALAN KEBANGSAAN"
Link Video :
https://drive.google.com/file/d/1NS-d__4TeCwSZ3bubil2KasINA-clYqt/view?usp=sharing
Nama : Dea Agesta
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
Mahasiswa setelah membaca artikel pada pertemuan ini, bagi setiap mahasiswa wajib memberikan tanggapan mengenai isi materi yang ada di artikel 1. beserta jelaskan apa saja yang dibahas pada hasil penelitian.
Jawaban aaya :
Artikel 1 membahas secara mendalam dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Pancasila di era globalisasi, yang mencakup berbagai aspek mulai dari adaptasi kurikulum, perubahan sosial, perkembangan teknologi, hingga keberagaman budaya di Indonesia. Pendidikan Pancasila, sebagai landasan ideologi bangsa, memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda agar mereka mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menekankan bahwa di tengah arus globalisasi yang cepat, pendidikan Pancasila harus terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, termasuk memanfaatkan teknologi digital secara bijak untuk penyebaran nilai-nilai luhur Pancasila tanpa mengorbankan pemahaman yang mendalam.
Penelitian ini juga menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi oleh pendidikan Pancasila, seperti perubahan sosial yang semakin kompleks dan keterhubungan masyarakat Indonesia dengan dunia luar yang lebih luas. Hal ini menimbulkan tantangan dalam menjaga relevansi Pancasila di tengah arus global informasi yang kadang-kadang membawa disinformasi dan radikalisme. Selain itu, apatisme dan ketidakpedulian generasi muda terhadap Pancasila juga menjadi masalah utama yang harus diatasi, sehingga pendidikan Pancasila perlu dikemas dengan cara yang lebih inovatif dan interaktif agar dapat menginspirasi dan relevan bagi siswa.
Hasil penelitian dalam Artikel 1 menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila menghadapi tantangan besar di era globalisasi, terutama dalam menjaga relevansi nilai-nilai Pancasila di tengah perubahan sosial, teknologi, dan budaya. Perubahan kurikulum diperlukan agar pendidikan ini tetap kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman. Tantangan lain adalah bagaimana pendidikan Pancasila dapat merangkul keragaman budaya dan agama di Indonesia, serta memastikan nilai-nilai seperti persatuan dan toleransi tetap dijunjung tinggi. Teknologi digital juga membawa tantangan, karena siswa harus dibekali literasi digital yang bijak untuk menyaring informasi dan menghindari pengaruh negatif. Metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, seperti diskusi dan simulasi, diusulkan agar penyampaian nilai-nilai Pancasila lebih efektif dan menarik bagi siswa. Selain itu, kompetensi guru harus ditingkatkan untuk memastikan pemahaman yang mendalam tentang Pancasila, terutama di daerah-daerah terpencil yang memiliki keterbatasan sumber daya. Kolaborasi antara keluarga, pendidik, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan generasi muda memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
Mahasiswa setelah membaca artikel pada pertemuan ini, bagi setiap mahasiswa wajib memberikan tanggapan mengenai isi materi yang ada di artikel 1. beserta jelaskan apa saja yang dibahas pada hasil penelitian.
Jawaban aaya :
Artikel 1 membahas secara mendalam dinamika dan tantangan yang dihadapi oleh pendidikan Pancasila di era globalisasi, yang mencakup berbagai aspek mulai dari adaptasi kurikulum, perubahan sosial, perkembangan teknologi, hingga keberagaman budaya di Indonesia. Pendidikan Pancasila, sebagai landasan ideologi bangsa, memiliki peran penting dalam membentuk karakter generasi muda agar mereka mampu memahami dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini menekankan bahwa di tengah arus globalisasi yang cepat, pendidikan Pancasila harus terus menyesuaikan diri dengan perubahan zaman, termasuk memanfaatkan teknologi digital secara bijak untuk penyebaran nilai-nilai luhur Pancasila tanpa mengorbankan pemahaman yang mendalam.
Penelitian ini juga menyoroti tantangan signifikan yang dihadapi oleh pendidikan Pancasila, seperti perubahan sosial yang semakin kompleks dan keterhubungan masyarakat Indonesia dengan dunia luar yang lebih luas. Hal ini menimbulkan tantangan dalam menjaga relevansi Pancasila di tengah arus global informasi yang kadang-kadang membawa disinformasi dan radikalisme. Selain itu, apatisme dan ketidakpedulian generasi muda terhadap Pancasila juga menjadi masalah utama yang harus diatasi, sehingga pendidikan Pancasila perlu dikemas dengan cara yang lebih inovatif dan interaktif agar dapat menginspirasi dan relevan bagi siswa.
Hasil penelitian dalam Artikel 1 menunjukkan bahwa pendidikan Pancasila menghadapi tantangan besar di era globalisasi, terutama dalam menjaga relevansi nilai-nilai Pancasila di tengah perubahan sosial, teknologi, dan budaya. Perubahan kurikulum diperlukan agar pendidikan ini tetap kontekstual dan relevan dengan perkembangan zaman. Tantangan lain adalah bagaimana pendidikan Pancasila dapat merangkul keragaman budaya dan agama di Indonesia, serta memastikan nilai-nilai seperti persatuan dan toleransi tetap dijunjung tinggi. Teknologi digital juga membawa tantangan, karena siswa harus dibekali literasi digital yang bijak untuk menyaring informasi dan menghindari pengaruh negatif. Metode pembelajaran yang interaktif dan partisipatif, seperti diskusi dan simulasi, diusulkan agar penyampaian nilai-nilai Pancasila lebih efektif dan menarik bagi siswa. Selain itu, kompetensi guru harus ditingkatkan untuk memastikan pemahaman yang mendalam tentang Pancasila, terutama di daerah-daerah terpencil yang memiliki keterbatasan sumber daya. Kolaborasi antara keluarga, pendidik, pemerintah, dan masyarakat sangat penting untuk memastikan generasi muda memahami dan mengamalkan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Nama : Dea Agesta
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
1. Pendapat mengenai kasus penolakan jenazah korban Covid-19 dan korelasi dengan nilai Pancasila:
Penolakan jenazah korban Covid-19, terutama yang terjadi di Jawa Tengah, sangat memprihatinkan, apalagi korban adalah seorang perawat yang berjasa sebagai garda terdepan. Kasus ini bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati sesama manusia, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Tindakan penolakan jenazah ini tidak mencerminkan rasa kemanusiaan dan mengabaikan penghormatan terhadap jasa almarhumah.
2. Saran dan solusi sebagai mahasiswa
Sebagai mahasiswa, kita dapat berperan aktif dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila, terutama kemanusiaan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendidikan karakter di sekolah dan lingkungan masyarakat agar generasi muda lebih menghargai sesama, baik yang hidup maupun yang telah meninggal. Selain itu, sosialisasi yang tepat tentang Covid-19 juga perlu dilakukan, terutama terkait protokol pemakaman korban, agar masyarakat tidak takut berlebihan atau termakan hoaks. Pemerintah dan tenaga medis harus bekerja sama dalam memberikan informasi yang benar. Media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan edukatif, bukan untuk memperkuat ketakutan atau stigma, sehingga dapat membantu mengurangi kecemasan public
3. Apakah penolakan jenazah korban Covid-19 melanggar sila kedua Pancasila?
Ya, tindakan penolakan jenazah korban Covid-19 jelas melanggar sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Meskipun jenazah sudah tidak bernyawa, penghormatan terhadap manusia tetap harus diberikan. Sila kedua menekankan pada nilai kemanusiaan, yang berarti menghormati setiap manusia tanpa memandang status atau kondisi. Almarhumah yang telah berjasa sebagai perawat layak mendapatkan penghormatan terakhir. Penolakan jenazah menunjukkan kurangnya empati dan tidak beradab, sehingga tindakan tersebut melanggar prinsip kemanusiaan yang ada dalam Pancasila.
NPM : 2217011054
Kelas : Kimia D
1. Pendapat mengenai kasus penolakan jenazah korban Covid-19 dan korelasi dengan nilai Pancasila:
Penolakan jenazah korban Covid-19, terutama yang terjadi di Jawa Tengah, sangat memprihatinkan, apalagi korban adalah seorang perawat yang berjasa sebagai garda terdepan. Kasus ini bertentangan dengan nilai-nilai Pancasila, terutama sila kedua, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Sila ini mengajarkan kita untuk menghargai dan menghormati sesama manusia, baik yang masih hidup maupun yang telah meninggal. Tindakan penolakan jenazah ini tidak mencerminkan rasa kemanusiaan dan mengabaikan penghormatan terhadap jasa almarhumah.
2. Saran dan solusi sebagai mahasiswa
Sebagai mahasiswa, kita dapat berperan aktif dalam mendidik masyarakat tentang pentingnya nilai-nilai Pancasila, terutama kemanusiaan. Salah satu caranya adalah dengan meningkatkan pendidikan karakter di sekolah dan lingkungan masyarakat agar generasi muda lebih menghargai sesama, baik yang hidup maupun yang telah meninggal. Selain itu, sosialisasi yang tepat tentang Covid-19 juga perlu dilakukan, terutama terkait protokol pemakaman korban, agar masyarakat tidak takut berlebihan atau termakan hoaks. Pemerintah dan tenaga medis harus bekerja sama dalam memberikan informasi yang benar. Media sosial juga dapat dimanfaatkan untuk menyebarkan pesan-pesan positif dan edukatif, bukan untuk memperkuat ketakutan atau stigma, sehingga dapat membantu mengurangi kecemasan public
3. Apakah penolakan jenazah korban Covid-19 melanggar sila kedua Pancasila?
Ya, tindakan penolakan jenazah korban Covid-19 jelas melanggar sila kedua Pancasila, yaitu Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Meskipun jenazah sudah tidak bernyawa, penghormatan terhadap manusia tetap harus diberikan. Sila kedua menekankan pada nilai kemanusiaan, yang berarti menghormati setiap manusia tanpa memandang status atau kondisi. Almarhumah yang telah berjasa sebagai perawat layak mendapatkan penghormatan terakhir. Penolakan jenazah menunjukkan kurangnya empati dan tidak beradab, sehingga tindakan tersebut melanggar prinsip kemanusiaan yang ada dalam Pancasila.