Nama : Helena Pritricia Susanto
NPM : 2217011023
Berikut analisis saya untuk jurnal INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Jurnal ini membahas bagaimana integrasi nasional bisa menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme di Indonesia. Penulis menyoroti bahwa Indonesia adalah negara dengan banyak suku, bahasa, dan budaya yang berbeda. Namun, perbedaan ini sering kali memicu konflik, baik dalam bentuk ketegangan antar-etnis, agama, maupun kepentingan politik. Studi kasus dalam jurnal ini menunjukkan bahwa sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi, Indonesia mengalami berbagai perubahan politik yang mempengaruhi persatuan bangsa. Contohnya, kebijakan sentralisasi di era Orde Baru yang menekan perbedaan daerah, lalu di era Reformasi terjadi kebebasan yang justru memicu banyak ketidakstabilan karena masing-masing daerah lebih fokus pada kepentingan sendiri.
Selain itu, jurnal ini juga mengkritisi kebijakan otonomi daerah yang membuat identitas daerah semakin kuat, bahkan menghambat persatuan nasional. Contohnya, banyak daerah lebih mengutamakan putra daerah dalam pendidikan dan pemerintahan, sehingga interaksi antarbudaya semakin berkurang. Akibatnya, muncul sikap “kami vs kalian” yang bisa memicu perpecahan. Oleh karena itu, penulis menekankan pentingnya strategi budaya yang mengutamakan nilai kebersamaan dan keberagaman. Dengan cara ini, identitas nasional bisa lebih kuat tanpa harus menghilangkan keunikan budaya daerah.
NPM : 2217011023
Berikut analisis saya untuk jurnal INTEGRASI NASIONAL
SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA
Jurnal ini membahas bagaimana integrasi nasional bisa menjadi solusi untuk mengatasi etnosentrisme di Indonesia. Penulis menyoroti bahwa Indonesia adalah negara dengan banyak suku, bahasa, dan budaya yang berbeda. Namun, perbedaan ini sering kali memicu konflik, baik dalam bentuk ketegangan antar-etnis, agama, maupun kepentingan politik. Studi kasus dalam jurnal ini menunjukkan bahwa sejak masa Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi, Indonesia mengalami berbagai perubahan politik yang mempengaruhi persatuan bangsa. Contohnya, kebijakan sentralisasi di era Orde Baru yang menekan perbedaan daerah, lalu di era Reformasi terjadi kebebasan yang justru memicu banyak ketidakstabilan karena masing-masing daerah lebih fokus pada kepentingan sendiri.
Selain itu, jurnal ini juga mengkritisi kebijakan otonomi daerah yang membuat identitas daerah semakin kuat, bahkan menghambat persatuan nasional. Contohnya, banyak daerah lebih mengutamakan putra daerah dalam pendidikan dan pemerintahan, sehingga interaksi antarbudaya semakin berkurang. Akibatnya, muncul sikap “kami vs kalian” yang bisa memicu perpecahan. Oleh karena itu, penulis menekankan pentingnya strategi budaya yang mengutamakan nilai kebersamaan dan keberagaman. Dengan cara ini, identitas nasional bisa lebih kuat tanpa harus menghilangkan keunikan budaya daerah.