Nama : Ahmad Fahrizki
Npm : 2217011039
Kelas B
Jurnal "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" karya Agus Maladi Irianto membahas pentingnya integrasi nasional dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman bangsa Indonesia. Sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia mengalami berbagai perubahan ideologi dan kebijakan yang sering kali memicu instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, serta dari Orde Baru ke Reformasi, menandai perubahan besar dalam sistem politik yang berdampak pada persatuan bangsa. Kebijakan sentralistik di era Orde Baru dinilai kurang memberikan ruang bagi identitas daerah, sementara kebebasan di era Reformasi justru memunculkan tantangan baru berupa meningkatnya etnosentrisme dan konflik kepentingan.
Identitas nasional pada awal kemerdekaan ditandai oleh simbol fisik seperti bendera merah putih dan bahasa Indonesia. Namun, di era modern, identitas nasional perlu ditafsirkan ulang dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang lebih kompleks. Identitas tidaklah statis, melainkan terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan kepentingan masyarakat. Integrasi nasional bukan hanya tentang kesamaan etnis atau budaya, tetapi juga melibatkan kepentingan yang lebih luas, seperti ekonomi dan politik. Misalnya, para pedagang kaki lima dari berbagai etnis dapat bersatu ketika menghadapi kebijakan pemerintah yang membatasi usaha mereka.
Di sisi lain, otonomi daerah yang diterapkan dalam sistem pemerintahan saat ini justru berpotensi memperlemah integrasi nasional karena mendorong munculnya etnosentrisme. Banyak daerah yang lebih mengutamakan kepentingan lokal, termasuk dalam pendidikan dan birokrasi, sehingga interaksi antarbudaya semakin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya rasa persatuan di tingkat nasional. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan bahwa integrasi nasional harus terus diperkuat melalui strategi kebudayaan yang menyatukan visi dan misi masyarakat tanpa menghilangkan keberagaman yang ada.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa pluralitas bangsa Indonesia adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, integrasi nasional harus dijaga dengan menanamkan kesadaran bahwa perbedaan bukanlah penghalang bagi persatuan, melainkan kekuatan yang harus dikelola dengan bijak. Kebijakan otonomi daerah seharusnya tidak dijadikan alat untuk memperkuat identitas kelompok tertentu, tetapi harus mendukung keterbukaan dan kerja sama antar daerah demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia.
Npm : 2217011039
Kelas B
Jurnal "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" karya Agus Maladi Irianto membahas pentingnya integrasi nasional dalam menjaga persatuan di tengah keberagaman bangsa Indonesia. Sejak proklamasi kemerdekaan, Indonesia mengalami berbagai perubahan ideologi dan kebijakan yang sering kali memicu instabilitas nasional. Peralihan dari Orde Lama ke Orde Baru, serta dari Orde Baru ke Reformasi, menandai perubahan besar dalam sistem politik yang berdampak pada persatuan bangsa. Kebijakan sentralistik di era Orde Baru dinilai kurang memberikan ruang bagi identitas daerah, sementara kebebasan di era Reformasi justru memunculkan tantangan baru berupa meningkatnya etnosentrisme dan konflik kepentingan.
Identitas nasional pada awal kemerdekaan ditandai oleh simbol fisik seperti bendera merah putih dan bahasa Indonesia. Namun, di era modern, identitas nasional perlu ditafsirkan ulang dengan mempertimbangkan aspek sosial dan budaya yang lebih kompleks. Identitas tidaklah statis, melainkan terus berkembang sesuai dengan perubahan zaman dan kepentingan masyarakat. Integrasi nasional bukan hanya tentang kesamaan etnis atau budaya, tetapi juga melibatkan kepentingan yang lebih luas, seperti ekonomi dan politik. Misalnya, para pedagang kaki lima dari berbagai etnis dapat bersatu ketika menghadapi kebijakan pemerintah yang membatasi usaha mereka.
Di sisi lain, otonomi daerah yang diterapkan dalam sistem pemerintahan saat ini justru berpotensi memperlemah integrasi nasional karena mendorong munculnya etnosentrisme. Banyak daerah yang lebih mengutamakan kepentingan lokal, termasuk dalam pendidikan dan birokrasi, sehingga interaksi antarbudaya semakin berkurang. Hal ini dapat menyebabkan menurunnya rasa persatuan di tingkat nasional. Oleh karena itu, jurnal ini menekankan bahwa integrasi nasional harus terus diperkuat melalui strategi kebudayaan yang menyatukan visi dan misi masyarakat tanpa menghilangkan keberagaman yang ada.
Kesimpulan dari jurnal ini adalah bahwa pluralitas bangsa Indonesia adalah sebuah kenyataan yang tidak dapat dihindari. Oleh karena itu, integrasi nasional harus dijaga dengan menanamkan kesadaran bahwa perbedaan bukanlah penghalang bagi persatuan, melainkan kekuatan yang harus dikelola dengan bijak. Kebijakan otonomi daerah seharusnya tidak dijadikan alat untuk memperkuat identitas kelompok tertentu, tetapi harus mendukung keterbukaan dan kerja sama antar daerah demi menjaga keutuhan bangsa Indonesia.