NAMA: BINTANG CORNELIA FATIHAH PUTRI
NPM: 2256031012
KELAS: MAN B ( PARALEL )
Diantara pengalaman tersebut bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan prinsip, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Posisi pemerintahan Orde Baru tentu bertolak belakang dengan sifat dan keadaan Indonesia yang selama ini diberkahi sebagai bangsa majemuk. Hal itu dilihat sebagai bentuk gerakan politik yang lebih mengedepankan identitas kedaerahan dan menjadi musuh terciptanya stabilitas nasional. Kebebasan yang dimiliki oleh rakyat Indonesia atas nama demokrasi sebenarnya memberikan gambaran yang suram tentang keadaan bangsa ini.
Identitas Nasional dan Integrasi Pada masa awal kemerdekaan Indonesia, identitas nasional ditandai dengan bentuk fisik dan kebijakan umum untuk semua orang Indonesia (termasuk penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia raya, bahasa Indonesia, dan sebagainya). lagi). Apakah jati diri bangsa dapat dicap dengan ekspresi fisik ini di era yang sedang berkembang ini, atau perlu reinterpretasi terhadap jati diri bangsa? Jadi identitas adalah produk budaya yang terjadi sedemikian kompleks. Dari perspektif waktu, identitas bukanlah bentuk yang ada sejak awal dan tetap dalam esensi abadi. Lapisan identitas bergantung pada peran yang dimainkan, keadaan objektif yang dihadapi, dan bagaimana situasi dan peran tersebut ditanggapi.
Dan jawaban ini juga secara tidak langsung memberikan bentuk lain dari apa yang kita lihat sekarang. Identitas bukanlah sesuatu yang selesai dan final, tetapi merupakan ruang yang selalu berubah yang karakternya diperbarui dan ruang yang terus dinegosiasikan, sehingga bentuknya selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Seperti identitas kita saat ini, itu menunjukkan citra yang tidak tunggal tetapi sangat jamak. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan karena dia berasal dari kebangsaan yang berbeda, profesi yang berbeda, pendidikan yang berbeda atau bahkan asal daerah.
Beliau membentuk gerakan tematik besar yang diselenggarakan pada tanggal 2 September 2010 di Ditjiansosbud Lemhana RI, Jakarta, pada link “Penguatan strategi kebudayaan berdasarkan nilai-nilai pluralistik untuk memperkokoh rasa persatuan dan kesatuan bangsa dalam rangka pembangunan bangsa. " . antara yang menguasai dan yang menguasai, antara yang mempengaruhi dan yang mempengaruhi, antara yang memprovokasi dan yang terprovokasi, antara yang menguasai dan yang dikuasai, bahkan antara citra publik dan domestik ruang 2 program TV menjadi terpisah. dari refleksi harian. Hal tersebut telah menjadi fenomena komunikatif yang tidak lepas dari karakteristik individu yang kemudian menjadi objek dan subjeknya. Kita didorong untuk memasuki arus waktu dan peristiwa yang menurut tanda-tandanya hampir tidak terbatas