Kiriman dibuat oleh Bemby Adilia Heaverly 2217011045

NAMA: Bemby Adilia Heaverly
NPM: 2217011045
KELAS: C

Jurnal berjudul “Demokrasi sebagai Wujud Sila Ke-4 Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara” oleh Asnawi Syam membahas keterkaitan antara prinsip demokrasi dan sila keempat Pancasila, yaitu "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan". Penulis berargumen bahwa demokrasi Indonesia memiliki ciri khas yang berbeda dengan demokrasi liberal Barat, karena demokrasi Indonesia bersumber dari nilai-nilai luhur Pancasila yang menekankan musyawarah, kebijaksanaan, dan keterwakilan sebagai pilar utama.

Dalam jurnal ini menjelaskan bahwa demokrasi yang dijiwai oleh sila keempat tidak sekadar berarti pemilihan umum dan kebebasan individu, tetapi lebih pada proses pengambilan keputusan yang didasarkan pada musyawarah dan pertimbangan bersama. Konsep “hikmat kebijaksanaan” dimaknai sebagai kemampuan untuk berpikir bijak dan adil sebelum mengambil keputusan, yang dilakukan dalam wadah permusyawaratan atau lembaga perwakilan rakyat. Hal ini membedakan demokrasi Indonesia dari model demokrasi Barat yang lebih menekankan pada mayoritas suara sebagai penentu keputusan akhir tanpa kewajiban untuk mencapai mufakat.

jurnal ini juga menegaskan bahwa pengamalan demokrasi Pancasila tidak hanya harus terjadi dalam ranah politik formal, seperti lembaga legislatif atau eksekutif, tetapi juga harus menjadi bagian dari budaya politik masyarakat. Artinya, partisipasi warga negara, sikap toleran, saling menghormati, dan kesadaran untuk mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau golongan harus terus dikembangkan. Dengan demikian, penerapan demokrasi sebagai wujud sila keempat Pancasila bukan hanya menjadi dasar normatif dalam konstitusi, tetapi juga menjadi etos dalam kehidupan sehari-hari berbangsa dan bernegara.
NAMA: Bemby Adilia Heaverly
NPM: 2217011045
KELAS: C

Jurnal ini membahas perkembangan demokrasi di Indonesia, mulai dari era reformasi hingga tantangan kontemporer yang dihadapi. Penulis menyoroti bahwa demokrasi di Indonesia mengalami kemajuan formal dengan diterapkannya pemilu langsung, keterbukaan politik, dan penguatan lembaga negara. Namun, kemajuan ini belum sepenuhnya berdampak pada kualitas demokrasi secara substantif. Demokrasi prosedural lebih menonjol dibandingkan demokrasi substantif yang menekankan keadilan sosial, perlindungan hak asasi manusia, dan kesetaraan ekonomi. Hal ini mengindikasikan bahwa demokrasi di Indonesia masih dalam tahap konsolidasi dan belum mapan secara ideal.

jurnal ini juga menguraikan sejumlah tantangan utama dalam demokrasi Indonesia, seperti praktik politik uang, lemahnya partisipasi publik yang berkualitas, serta dominasi elite dalam proses politik. Partai politik dinilai belum menjalankan fungsi pendidikan politik dan rekrutmen kader secara maksimal, melainkan lebih berorientasi pada kepentingan pragmatis. Selain itu, korupsi yang merajalela di berbagai tingkatan pemerintahan memperlemah kepercayaan publik terhadap institusi demokratis. Penulis juga menyinggung tentang melemahnya peran masyarakat sipil dan media yang seharusnya menjadi pilar pengawasan demokrasi, tetapi kadang justru terseret dalam kepentingan ekonomi dan politik.

Sebagai solusi, penulis memaparkan pentingnya memperkuat budaya politik partisipatif yang berakar dari kesadaran kritis masyarakat. Pendidikan politik, penguatan masyarakat sipil, dan reformasi internal partai politik menjadi langkah strategis untuk membangun demokrasi yang sehat. Dengan demikian, demokrasi tidak hanya menjadi sistem prosedural semata, melainkan juga mampu menjamin kesejahteraan dan keadilan bagi seluruh warga negara. Jurnal ini memberikan kontribusi penting dalam pemahaman mengenai dinamika demokrasi di Indonesia dan mendorong perlunya reformasi berkelanjutan demi mewujudkan demokrasi yang substantif dan berintegritas.