Posts made by Muthiara Wamiga HS

Muthiara Wamiga HS
2257011002
Kimia-A

Video ini mengulas perjalanan demokrasi Indonesia sejak masa revolusi kemerdekaan hingga era reformasi. Pada masa awal kemerdekaan, praktik demokrasi masih sangat terbatas karena fokus utama bangsa adalah mempertahankan kedaulatan dari penjajah. Dalam periode ini, media seperti Tempo berperan sebagai alat perjuangan dan sumber semangat rakyat dalam melawan kolonialisme.

Memasuki era demokrasi parlementer (1950–1959), Indonesia mulai menerapkan sistem demokratis seperti pemilu dan kebebasan berpartai. Namun, sistem ini gagal karena konflik antarpartai, kondisi sosial ekonomi yang lemah, serta ketegangan antara Presiden Soekarno dan militer, yang menyebabkan ketidakstabilan pemerintahan. Ketika beralih ke demokrasi terpimpin pada 1959, kekuasaan tersentral pada Soekarno. Demokrasi semakin menyimpang karena dominasi kekuasaan presiden dan persaingan antar kekuatan besar: Soekarno, militer, dan PKI. Kebebasan politik pun sangat terbatas.

Pada masa Orde Baru di bawah Presiden Soeharto, demokrasi sempat memberi harapan, tetapi segera berubah menjadi sistem yang otoriter. Militer mendominasi, partai politik dibatasi, dan kebebasan berpendapat ditekan. Demokrasi hanya dijalankan secara formal tanpa substansi yang sebenarnya. Baru pada masa reformasi sejak 1998, Indonesia mulai memasuki fase demokrasi yang lebih terbuka. Dengan jatuhnya Soeharto, pemilu menjadi lebih jujur dan adil, rotasi kekuasaan berjalan teratur, serta hak-hak sipil seperti kebebasan berpendapat mulai dihormati. Meski belum sempurna, era reformasi menunjukkan arah positif menuju demokrasi yang lebih sehat dan berkeadilan.
Muthiara Wamiga HS
2257011002
Kimia-A

Jurnal karya R. Siti Zuhro memberikan pemahaman mendalam mengenai tantangan besar dalam memperkuat demokrasi di Indonesia, khususnya yang terlihat jelas saat Pemilu Presiden 2019. Demokrasi Indonesia dinilai masih bersifat prosedural dan belum menyentuh sisi substansial seperti keadilan, kesetaraan, serta kepercayaan masyarakat terhadap sistem politik.

Jurnal ini menunjukkan bahwa meskipun pemilu merupakan elemen penting demokrasi, pelaksanaannya belum bebas dari masalah. Polarisasi akibat politisasi identitas (SARA) serta konflik pasca pemilu menjadi bukti bahwa prinsip-prinsip seperti toleransi dan saling menghargai belum sepenuhnya terwujud. Di sisi lain, partai politik juga belum menjalankan fungsinya secara optimal. Alih-alih menjadi wadah pendidikan politik, banyak partai lebih fokus pada kekuasaan dan mendompleng popularitas tokoh publik untuk mendulang suara, yang pada akhirnya menurunkan kepercayaan publik.

Masalah lain adalah birokrasi yang seharusnya netral, justru masih digunakan sebagai alat politik oleh para elite. Ini memperlihatkan bahwa reformasi birokrasi belum sepenuhnya berhasil. Dalam konteks ini, jurnal menyoroti perbedaan antara demokrasi prosedural—yang menekankan pada proses formal seperti pemilu—dan demokrasi substantif yang lebih menekankan pada kualitas hasil demokrasi seperti keterwakilan dan pemerintahan yang bertanggung jawab. Indonesia saat ini masih berkutat pada sisi prosedural tanpa memperhatikan kualitasnya.

Sebagai mahasiswa, kita diajak untuk memahami bahwa demokrasi bukan hanya soal memberikan suara dalam pemilu, tetapi juga tentang partisipasi aktif dan keberdayaan rakyat dalam menentukan arah bangsa. Kesimpulannya, jurnal ini menyadarkan kita bahwa demokrasi di Indonesia masih dalam proses berkembang, dan peran aktif generasi muda sangat penting untuk mendorong perbaikan menuju demokrasi yang lebih matang dan berpihak pada kepentingan rakyat.
Muthiara Wamiga HS
2257011002
Kimia-A

Video berjudul "Demokrasi Itu Gaduh, tapi Kenapa Bertahan dan Dianut Banyak Negara?" menjelaskan bahwa meskipun demokrasi kerap dipenuhi perdebatan dan suara yang beragam, sistem ini tetap dipertahankan dan diterapkan oleh banyak negara. Hal tersebut karena demokrasi menyediakan ruang bagi kebebasan berpendapat dan keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan. Keragaman pandangan justru menjadi kekuatan utama dalam demokrasi, selama dijalankan dengan mematuhi aturan yang ada. Keriuhan yang muncul mencerminkan dinamika masyarakat yang aktif dan partisipatif, bukan kelemahan.

Namun, di tengah keunggulannya, demokrasi juga menghadapi tantangan, termasuk di Indonesia yang mengalami penurunan kualitas kebebasan sejak 2013 menurut laporan Freedom House. Situasi ini tidak hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga di negara-negara demokratis lainnya seperti Amerika Serikat, yang mengindikasikan bahwa krisis demokrasi bersifat global.

Meski demikian, demokrasi tetap menjadi sistem pilihan karena diyakini mampu menciptakan keadilan, transparansi, dan partisipasi publik yang lebih luas. Dengan memberikan ruang bagi masyarakat untuk turut menentukan arah kebijakan, demokrasi tetap relevan di tengah perubahan zaman. Oleh karena itu, walau menghadapi berbagai tantangan, nilai-nilai demokrasi terus dijaga sebagai dasar pembangunan masyarakat yang adil dan maju.