Ninda Aprilia
2217011097
A
Video ini menjelaskan mengenai perkembangan demokrasi di Indonesia dari masa revolusi kemerdekaan hingga era reformasi. Pada masa revolusi kemerdekaan, demokrasi di Indonesia masih sangat terbatas karena bangsa Indonesia tengah berjuang mempertahankan kemerdekaannya. Fokus utama pada masa itu adalah mempertahankan kedaulatan dan melawan penjajah, sehingga praktik demokrasi belum bisa berkembang secara ideal. Pers seperti Tempo memainkan peran penting sebagai alat perjuangan dan media inspiratif dalam mendukung revolusi.Memasuki era demokrasi terpimpin (1959–1965), kekuasaan terkonsentrasi pada Presiden Soekarno. Ketegangan muncul antara tiga kekuatan utama: ABRI, Soekarno, dan PKI. Demokrasi pada masa ini bergeser ke arah otoritarianisme, dan ruang partisipasi masyarakat menjadi semakin terbatas.Pada masa Orde Baru, demokrasi dibungkus dalam konsep Demokrasi Pancasila. Tiga tahun awal terlihat ada harapan, namun kemudian kekuasaan semakin terkonsentrasi pada ABRI dan birokrasi. Partai politik dikendalikan, kebebasan sipil dibatasi, dan masyarakat dibuat tidak punya pilihan yang berarti dalam politik.
Era reformasi sejak 1998 membawa perubahan besar. Soeharto turun karena tekanan rakyat, dan demokrasi mulai dibuka kembali. Pemilu dilaksanakan lebih jujur dan adil, kekuasaan bisa berganti hingga ke tingkat desa, proses rekrutmen politik lebih terbuka, dan hak-hak dasar seperti kebebasan berpendapat lebih dihormati. Namun, demokrasi era reformasi ini masih dalam tahap mencari bentuk idealnya.Periode demokrasi parlementer (1945–1959) sering dianggap sebagai masa keemasan demokrasi karena banyak prinsip demokratis yang diterapkan. Namun, sistem ini tidak bertahan lama akibat perpecahan politik berbasis ideologi, lemahnya struktur sosial ekonomi, serta ketidakpuasan dari kalangan militer dan Presiden Soekarno terhadap sistem multipartai yang dianggap tidak stabil.Era reformasi (1998-sekarang) dimulai dengan jatuhnya rezim Soeharto. Reformasi ini ditandai dengan tuntutan akan demokrasi yang lebih inklusif, transparan, dan akuntabel. Pemilu yang lebih bebas dan adil, serta peningkatan kebebasan pers dan sipil, menjadi ciri khas era ini. Meskipun demikian, demokrasi di Indonesia masih terus berkembang dan menghadapi berbagai tantangan, seperti korupsi, ketidaksetaraan, dan polarisasi politik. Proses konsolidasi demokrasi masih berlangsung, dan dibutuhkan komitmen dari semua pihak untuk memperkuat demokrasi dan mewujudkan cita-cita keadilan dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia. Perjalanan panjang ini menunjukkan bahwa demokrasi bukanlah tujuan akhir, melainkan proses yang terus berlanjut, membutuhkan partisipasi aktif dan kesadaran dari seluruh warga negara.