Nama: Kenita Hupeza
NPM: 2217011173
Kelas: C
Artikel ini menyoroti pentingnya nilai-nilai budaya lokal dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia di tengah gempuran globalisasi. Penulis menekankan bahwa meskipun bangsa Indonesia sangat majemuk dengan ratusan suku dan budaya, justru keragaman inilah yang menjadi fondasi untuk membentuk identitas nasional yang kuat. Kearifan lokal seperti gotong royong, toleransi, nilai harmoni, dan berbagai tradisi budaya perlu direvitalisasi agar tidak terkikis oleh budaya asing yang mengedepankan homogenitas. Dalam hal ini, kearifan lokal tidak hanya menjadi pelengkap, tapi justru menjadi modal sosial untuk menjaga keutuhan bangsa.
Menurut saya, artikel ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia sekarang. Seringkali konflik sosial, politik, bahkan agama dipicu oleh melemahnya rasa kebersamaan dan identitas nasional. Padahal, jika nilai-nilai lokal seperti “Tri Hita Karana”, “Tepo Seliro”, atau “Tat Twam Asi” dijadikan pedoman hidup, bangsa ini bisa lebih damai dan bersatu. Globalisasi memang tidak bisa dihindari, tapi bukan berarti kita harus kehilangan jati diri. Justru kearifan lokal bisa menjadi tameng sekaligus jembatan untuk menghadapi perubahan zaman. Maka dari itu, penting bagi generasi muda untuk mengenal, mempelajari, dan menghidupkan kembali kearifan budaya lokal sebagai bentuk cinta tanah air yang konkret.
NPM: 2217011173
Kelas: C
Artikel ini menyoroti pentingnya nilai-nilai budaya lokal dalam memperkuat identitas bangsa Indonesia di tengah gempuran globalisasi. Penulis menekankan bahwa meskipun bangsa Indonesia sangat majemuk dengan ratusan suku dan budaya, justru keragaman inilah yang menjadi fondasi untuk membentuk identitas nasional yang kuat. Kearifan lokal seperti gotong royong, toleransi, nilai harmoni, dan berbagai tradisi budaya perlu direvitalisasi agar tidak terkikis oleh budaya asing yang mengedepankan homogenitas. Dalam hal ini, kearifan lokal tidak hanya menjadi pelengkap, tapi justru menjadi modal sosial untuk menjaga keutuhan bangsa.
Menurut saya, artikel ini sangat relevan dengan kondisi Indonesia sekarang. Seringkali konflik sosial, politik, bahkan agama dipicu oleh melemahnya rasa kebersamaan dan identitas nasional. Padahal, jika nilai-nilai lokal seperti “Tri Hita Karana”, “Tepo Seliro”, atau “Tat Twam Asi” dijadikan pedoman hidup, bangsa ini bisa lebih damai dan bersatu. Globalisasi memang tidak bisa dihindari, tapi bukan berarti kita harus kehilangan jati diri. Justru kearifan lokal bisa menjadi tameng sekaligus jembatan untuk menghadapi perubahan zaman. Maka dari itu, penting bagi generasi muda untuk mengenal, mempelajari, dan menghidupkan kembali kearifan budaya lokal sebagai bentuk cinta tanah air yang konkret.