Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
1. Nama jurnal: Jurnal penelitian politik
2. Halaman jurnal: 69-81
3. Tahun terbit: 2019
4. Judul jurnal: Dinamika sosial politik menjelang pemilu serentak 2019
5. Nama penulis jurnal: R. Siti Zuhro
6. Kata kunci jurnal: Pendalaman Demokrasi, Pemilu Presiden, Politisasi Identitas, Pemerintahan Efektif, Membangun
Kepercayaan.
7. Volume: Vol 16
8. Nomor: 01
B. Isi Jurnal
Secara sederhana, demokrasi dapat diartikan sebagai ‘pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat’. Namun, untuk merealisasikan arti tersebut tidaklah mudah karena demokrasi perlu proses yang panjang dan tahapan-tahapan penting yang harus dilewati, seperti proses konsolidasi demokrasi. Dalam lingkup Indonesia, terdapat beberapa faktor mempengaruhi proses demokrasi yang berlangsung, misalnya faktor budaya politik, perilaku aktor dan kekuatan-kekuatan politik. Demokrasi yang berlangsung di daerah- daerah adalah landasan utama bagi berkembangnya demokrasi di tingkat nasional.
•Pemilu Presiden 2019 dan Masalahnya
Sebagai pilar utama demokrasi, pemilu didefinisikan sebagai sarana dan momentum terbaik bagi rakyat, terutama, untuk menyampaikan aspirasi politiknya, memilih wakil-wakil terbaiknya di lembaga legislatif dan presiden/wakil presidennya secara damai. Pemilu serentak 2019 merupakan pemilu kelima pasca Orde Baru dan juga merupakan pemilu serentak pertama yang melangsungkan pileg dan pilpres dalam waktu yang bersamaan.
•Politisasi Identitas: Berebut Suara Muslim
Pemilu serentak 2019 tidak pernah lepas dari isu politisasi identitas dan agama. Fenomena politisasi identitas dan agama juga diwarnai dengan berebut suara muslim. Adanya sejumlah isu yang oleh sebagian umat Islam dipandang merugikan mereka pada akhirnya melahirkan gerakan ijtima’ulama untuk mengusung pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.
•Pemilu dan Kegagalan Parpol
Pemilu bukan hanya penanda suksesi kepemimpinan, melainkan pemilu merupakan koreksi/ evaluasi terhadap pemerintah serta proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermartabat.Dalam proses konsolidasi tersebut, parpol sebagai pelaku utama pemilu idealnya dapat menjalankan tugasnya sebagai penyedia kader calon pemimpin. Namun, ketika fungsi parpol tidak maksimal, proses konsolidasi demokrasi berjalan tidak maksimal atau terhambat.
•Pemilu dalam Masyarakat Plural
Mungkin bijak untuk memahami makna demokrasi dalam sebuah negara yang plural dan multikultural seperti Indonesia, dengan mengutip teori etik filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724- 1804) yang mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang menjadi hasil akhirnya adalah konflik.
•Pemilu dan Politisasi Birokrasi
Sebagai bagian dari beberapa upaya untuk menjadikan demokrasi yang substansial, reformasi politik dan pemilu juga menuntut lahirnya reformasi birokrasi yang profesional terbebas dari pragmatisme dan kooptasi partai politik dan penguasa. Pemilu dalam konteks demokrasi yaitu ditujukan untuk menghasilkan pemerintahan yang efektif. Sedangkan salah satu isu krusial pilpres 2019 adalah politisasi birokrasi.
C. Penutup
Sejauh ini Indonesia mampu mengadakan pemilu yang aman dan damai. Pemilu 2019 yang kompleks, dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan hasilnya yang dipersoalkan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Pemilu yang berkualitas memerlukan parpol dan koalisi parpol yang juga berkualitas. Hal ini penting karena pemilu tidak hanya menjadi sarana suksesi kepemimpinan yang aspiratif, adil dan damai, melainkan menjadi taruhan bagi ketahanan sosial rakyat dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.
NPM : 2213053094
Kelas : 2G
Analisis Jurnal
A. Identitas Jurnal
1. Nama jurnal: Jurnal penelitian politik
2. Halaman jurnal: 69-81
3. Tahun terbit: 2019
4. Judul jurnal: Dinamika sosial politik menjelang pemilu serentak 2019
5. Nama penulis jurnal: R. Siti Zuhro
6. Kata kunci jurnal: Pendalaman Demokrasi, Pemilu Presiden, Politisasi Identitas, Pemerintahan Efektif, Membangun
Kepercayaan.
7. Volume: Vol 16
8. Nomor: 01
B. Isi Jurnal
Secara sederhana, demokrasi dapat diartikan sebagai ‘pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat’. Namun, untuk merealisasikan arti tersebut tidaklah mudah karena demokrasi perlu proses yang panjang dan tahapan-tahapan penting yang harus dilewati, seperti proses konsolidasi demokrasi. Dalam lingkup Indonesia, terdapat beberapa faktor mempengaruhi proses demokrasi yang berlangsung, misalnya faktor budaya politik, perilaku aktor dan kekuatan-kekuatan politik. Demokrasi yang berlangsung di daerah- daerah adalah landasan utama bagi berkembangnya demokrasi di tingkat nasional.
•Pemilu Presiden 2019 dan Masalahnya
Sebagai pilar utama demokrasi, pemilu didefinisikan sebagai sarana dan momentum terbaik bagi rakyat, terutama, untuk menyampaikan aspirasi politiknya, memilih wakil-wakil terbaiknya di lembaga legislatif dan presiden/wakil presidennya secara damai. Pemilu serentak 2019 merupakan pemilu kelima pasca Orde Baru dan juga merupakan pemilu serentak pertama yang melangsungkan pileg dan pilpres dalam waktu yang bersamaan.
•Politisasi Identitas: Berebut Suara Muslim
Pemilu serentak 2019 tidak pernah lepas dari isu politisasi identitas dan agama. Fenomena politisasi identitas dan agama juga diwarnai dengan berebut suara muslim. Adanya sejumlah isu yang oleh sebagian umat Islam dipandang merugikan mereka pada akhirnya melahirkan gerakan ijtima’ulama untuk mengusung pasangan calon (paslon) presiden dan wakil presiden.
•Pemilu dan Kegagalan Parpol
Pemilu bukan hanya penanda suksesi kepemimpinan, melainkan pemilu merupakan koreksi/ evaluasi terhadap pemerintah serta proses deepening democracy untuk meningkatkan kualitas demokrasi yang sehat dan bermartabat.Dalam proses konsolidasi tersebut, parpol sebagai pelaku utama pemilu idealnya dapat menjalankan tugasnya sebagai penyedia kader calon pemimpin. Namun, ketika fungsi parpol tidak maksimal, proses konsolidasi demokrasi berjalan tidak maksimal atau terhambat.
•Pemilu dalam Masyarakat Plural
Mungkin bijak untuk memahami makna demokrasi dalam sebuah negara yang plural dan multikultural seperti Indonesia, dengan mengutip teori etik filsuf Jerman, Immanuel Kant (1724- 1804) yang mengingatkan, jika dalam suatu masyarakat majemuk masing-masing kelompok mengklaim kebenaran absolut agama, moralitas, atau kulturnya, yang menjadi hasil akhirnya adalah konflik.
•Pemilu dan Politisasi Birokrasi
Sebagai bagian dari beberapa upaya untuk menjadikan demokrasi yang substansial, reformasi politik dan pemilu juga menuntut lahirnya reformasi birokrasi yang profesional terbebas dari pragmatisme dan kooptasi partai politik dan penguasa. Pemilu dalam konteks demokrasi yaitu ditujukan untuk menghasilkan pemerintahan yang efektif. Sedangkan salah satu isu krusial pilpres 2019 adalah politisasi birokrasi.
C. Penutup
Sejauh ini Indonesia mampu mengadakan pemilu yang aman dan damai. Pemilu 2019 yang kompleks, dengan tingkat kerumitan yang cukup tinggi dan hasilnya yang dipersoalkan menjadi pelajaran yang sangat berharga. Pemilu yang berkualitas memerlukan parpol dan koalisi parpol yang juga berkualitas. Hal ini penting karena pemilu tidak hanya menjadi sarana suksesi kepemimpinan yang aspiratif, adil dan damai, melainkan menjadi taruhan bagi ketahanan sosial rakyat dan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia.