གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Aura Fitria Ananda 2213053094

Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

Hasil analisis video yang berjudul “Peran pendidik SD dalam menanamkan pendidikan nilai dan moral melalui PPKN”

Kesadaran nilai moral mengarahkan anak untuk mampu membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun masyarakat.

Kesadaran nilai dan moral mengarahkan anak untuk bisa membuat pertimbangan secara matang atas perilakunya dalam kehidupan sehari-hari baik di sekolah maupun masyarakat.
Pentingnya PPKN dalam pendidikan nilai dan moral:
1. pembangunan Watak atau karakter
2. secara makro PKN juga merupakan wahan sosial pedagogis kecerdasan kehidupan bangsa
3. Acuan penerapan keberhasilan pendidikan moral di sekolah
4. jembatan untuk menuju pendidikan moral yang baik.

Peran pendidik menanamkan pentingnya pendidikan nilai moral melalui PPKN yang harus dilakukan oleh pendidik yaitu indoktrinasi, teladan atau contoh, klasifikasi nilai, pembiasaan dalam perilaku, penerapan sila-sila Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pendidikan kewarganegaraan:
-memberikan pengertian pengetahuan dan pemahaman tentang Pancasila
-menanamkan nilai-nilai moral Pancasila ke dalam diri anak didik
-meletakkan dan membentuk pola pikir yang sesuai dengan Pancasila
-mengunggah kesadaran anak tidak sebagai warga negara dan warga
-memberikan motivasi agar dalam setiap langkah laku lampahnya bertindak dan berperilaku sesuai Pancasila
-mempersiapkan anak didik untuk menjadi warga negara dan warga masyarakat Indonesia yang baik
-membangun watak dan karakter
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

Hasil analisis video yang berjudul “PENDEKATAN PENTAHELIX PENDIDIKAN NILAI DAN MORAL”

Nilai artinya memberikan harga pada suatu konsep yang dihadapi, sedangkan moral berasal dari kata morse yang artinya kebiasaan-kebiasaan yang berulang-ulang oleh sekumpulan orang.

Beberapa pendekatan yang digunakan untuk menanamkan nilai. Ini mencakup ;
-pemerintah melalui undang-undang pendidikan
-pengaruh masyarakat dan komunitas
-peran akademisi
-pengusaha atau pemilik
-penanaman nilai

Terdapat juga beberapa aliran dalam pengajaran nilai;
1. Aliran relativisme nilai tidak bisa diajarkan tentang aplikasi subjektif dan situasi
2. Aliran kebebasan atau selanjutnya nilai tidak perlu dan tidak boleh diajarkan karena bertentangan dengan kodrat kebebasan dasar manusia untuk menentukan pilihannya secara bebas dan mandiri.
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal : Cakrawala Pendidikan
Judul jurnal : PENDEKATAN PENDIDIKAN NILAI SECARA KOMPREHENSIF SEBAGAI SUATU ALTERNATIF PEMBENTUKAN AKHLAK BANGSA
Penulis Jurnal : Darmiyati Zuchdi
Nomer : 3
Tahun terbit : Juni 2001
Kata Kunci: values/moral education, comprehensive approach, character building

Hasil Analisis

Pendekatan pendidikan nilai dan moral yang dulu cukup efektif tetapi tidak sesuai lagi untuk generasi sekarang dan yang akan datang. Bagi generasi masa lalu pendidikan moral yang bersifat indoktrinatif sudah cukup memadahi untuk membendung terjadinya perilaku yang menyimpang dari norma- norma kemasyarakatan, meskipun sudah barang tentu hal itu tidak mungkin dapat membentuk pribadi-pribadi yang
memiliki kemandirian dalam membuat keputusan moral.

Istilah komprehensif yang digunakan dalam pendidikan nilai Mencakup berbagai aspek. Pertama, isi pendidikan nilai harns konprehensif, meliputi semua pemsalahan yang berkaitan dengan nilai mulai pilihan nilai-nilai yang bersifat pribadi sampai pertanyaan-pertanyaan yang mengenai etika secara umum.
Kedua, metode pendidikan nilai juga hams komprehensif, termasuk didalamnya inkulkasi (penanaman) nilai, pemberian teladan, dan penyiapan generasi muda agar dapat mandiri dengan mengajarkan dan memfasilitasi pembuatan keputusan moral secara bertanggung jawab dan keterampilan- keterampilan hidup yang lain.
Ketiga, Pendidikan nilai hendaknya terjadi dalcim keseluruhan proses pendidikan . di kelas, dalam kegiatan ekstrakurikuler dalam proses bimbingan dan penyuluhan, dalatn upacara-upacara pemberian penghargaan dan semua aspek kehidupan.
yang terakhir, pendidikan nilainya hendaknya terjadi melalui kehidupan dalam masyarakat. Orang tua, lembaga keagamaan, penegak hukum, polisi, organisasi kemasyrakatan, semua perlu berpartisipasi dalam pendidikan nilai.

Dilihat dari substansinya, ada empat pendekatan yang dianggap gerakan dalam bidang pendidikan nilai yang komprehensif, yaitu realisasi nilai, pendi- dikan watak, pendidikan kewaganegaraan, dan pendidikan moral (Kirschenbaum, 1995:
15-28).
1. Realisasi nilai
Realisasi nilai merupakan istilah yang
diutarakan oleh Sidney Simon pada tahun 1980. Hal ini merupakan gerakan utama yang pertama dalam bidang pendidikan nilai.
2. Pendidikan Watak
Tujuan pendidikan watak adalah
mengajarkan nilai-nilai yang diterima secara luas sebagai landasan perilaku yang baik dan bertanggung jawab. Nilai-nilai ini juga digambarkan sebagai perilaku moral.
3. Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan moral juga ditunjukan untuk mengajarkan nilai-nilai yang menjadi dasar negara, yang menjadi dasar hukuln dan politik.
4. Pendidikan Moral
Gerakan yang keempat dalam pendi-
dikan nitai ·dan pendidikan Inoral dapat diberi nama secara eksplisit" pendidikan moral". Pendidikan moral mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan , dan perilaku yang baik, jujur, dan penyayang dapat dinyatakan dengan istilah" bermoral". Tujuan utama pendidikan moral adalah menghasilkan individu yang otonom, yang memahami nilai-nilai moral dan memiliki komitmen untuk bertindak konsisten dengan nilai-nilai tersebut.
Penalaran moral merupakan proses intelektual. Banyak orang yang berpendapat bahwa moralitas yang sebenarnya lebih banyak berasal dari perasaan dari pada pikiran.
Nama : Aura Fitria Ananda
NPM : 2213053094
Kelas : 3G

IDENTITAS JURNAL

Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Judul jurnal : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Penulis Jurnal : Rukiyati
Nomer : 1
Tahun terbit : September 2017
Kata Kunci: tujuan pendidikan, nilai moral, sekolah, komprehensif
Korespondensi :
rukiyati@uny.ac.id

Hasil Analisis

1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidik utama di sekolah adalah guru. Walaupun demikian, perlu disadari bahwa pendidik moral di sekolah tidak terbatas pada guru semata. Guru yang baik tentu saja sangat strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. Sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv) sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah sebagai tempat demokratis yang didedikasikan untuk membentuk pemberdayaan diri dan sosial. guru adalah ujung tombak untuk mewujudkan moral yang baik dalam diri peserta didik, maka guru terlebih dahulu harus bermoral baik pula.

2. Materi Pendidikan Moral
Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai- nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama manusia mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan peduli. Nilai-nilai moral yang diajarkan di dalam ajaran agama menjadi sumber nilai bagi kehidupan masyarakat Indonesia sehingga di sekolah pun nilai- nilai moral agama tetap diberi tempat
khusus sebagaimana telah dimasukkan dalam kurikulum, baik intra maupun ekstra kurikuler.

3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31)
mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, modeling nilai- nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah. Metode pendidikan moral lainnya yaitu
a. Inkulkasi Nilai
b. Metode Keteladanan
c. Metode Klarifikasi Nilai
d. Metode Fasilitasi Nilai
e. Metode Keterampilan Nilai Moral

4. Evaluasi Pendidikan Moral
Di samping keempat aspek (isi,
metode, proses dan pendidik), pendidikan nilai juga memerlukan evaluasi yang komprehensif. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui ketercapaian tujuan. Tujuan pendidikan nilai meliputi tiga kawasan, yakni penalaran nilai/moral, perasaan nilai/moral dan perilaku nilai/moral. Evaluasi pendidikan nilai juga
mencakup tiga ranah tersebut. berupa evaluasi penalaran moral, evaluasi karakteristik afektif, dan evaluasi perilaku (Darmiyati, 2009: 51). Supaya tujuan pendidikan nilai yang berwujud perilaku yang diharapkan dapat tercapai, subjek didik harus sudah memiliki kemampuan berpikir/bernalar dalam permasalahan nilai/moral sampai dapat membuat keputusan secara mandiri dalam menentukan tindakan apa yang harus dilakukan. Terkait dengan evaluasi pendidikan moral, dalam teori pendidikan Islam juga menitikberatkan pada evaluasi sikap dan perilaku.