Nama : Nazila Amryna
NPM : 2213053140
Analisis video 4
Dalam Video terdapat komika yang menyajikan monolog menceritakan pengalamannya dalam pendidikan di Institut Teknologi Nasional Malang. Walaupun menghadapi kegagalan awal masuk ke kampus negeri, dia mengungkapkan kebanggaannya terhadap kualitas dan fasilitas yang dimiliki oleh kampus swasta tempatnya belajar. Dengan menggunakan analogi mesin produksi, dia menggambarkan perbedaan antara kampus negeri dan swasta.
Selanjutnya, pembicara mengulas berbagai permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya terkait pendidikan moral. Dia menyoroti perubahan nama mata pelajaran PMP menjadi PPKN dan kemudian PKN, sambil mengkritisi efektivitas pendidikan moral tersebut. Penekanannya adalah pada ketidaksesuaian antara kriteria anak baik yang diajarkan dan realitas kehidupan sehari-hari. Pembicara juga mengungkapkan perasaannya terkait perubahan kriteria anak baik, menciptakan momen humor dengan menyindir kekurangan stok nenek-nenek yang perlu diseburangkan. Melalui candaan, ia mengungkapkan perasaan terkait realitas tugas perkuliahan, menyoroti kecenderungan mahasiswa yang memilih cara mudah dengan copy-paste, dan menyindir dosen yang terkesan hanya melakukan pengoreksian semu. Puncak monolog ditandai dengan aksi teatrikal dan tepuk tangan meriah, menciptakan kesan yang menghibur sekaligus memberikan wawasan satir terhadap sejumlah permasalahan dalam dunia pendidikan dan tugas akademis.
NPM : 2213053140
Analisis video 4
Dalam Video terdapat komika yang menyajikan monolog menceritakan pengalamannya dalam pendidikan di Institut Teknologi Nasional Malang. Walaupun menghadapi kegagalan awal masuk ke kampus negeri, dia mengungkapkan kebanggaannya terhadap kualitas dan fasilitas yang dimiliki oleh kampus swasta tempatnya belajar. Dengan menggunakan analogi mesin produksi, dia menggambarkan perbedaan antara kampus negeri dan swasta.
Selanjutnya, pembicara mengulas berbagai permasalahan dalam sistem pendidikan di Indonesia, khususnya terkait pendidikan moral. Dia menyoroti perubahan nama mata pelajaran PMP menjadi PPKN dan kemudian PKN, sambil mengkritisi efektivitas pendidikan moral tersebut. Penekanannya adalah pada ketidaksesuaian antara kriteria anak baik yang diajarkan dan realitas kehidupan sehari-hari. Pembicara juga mengungkapkan perasaannya terkait perubahan kriteria anak baik, menciptakan momen humor dengan menyindir kekurangan stok nenek-nenek yang perlu diseburangkan. Melalui candaan, ia mengungkapkan perasaan terkait realitas tugas perkuliahan, menyoroti kecenderungan mahasiswa yang memilih cara mudah dengan copy-paste, dan menyindir dosen yang terkesan hanya melakukan pengoreksian semu. Puncak monolog ditandai dengan aksi teatrikal dan tepuk tangan meriah, menciptakan kesan yang menghibur sekaligus memberikan wawasan satir terhadap sejumlah permasalahan dalam dunia pendidikan dan tugas akademis.