གནས་བསྐྱོད་བཟོ་མི་ Mutiara Deva Gusti 2213053135

Nama : Mutiara Deva Gusti
NPM : 2213053135
Kelas : 3G

ANALISIS JURNAL 2

Identitas jurnal

Nama jurnal : Jurnal JIPSINDO
Oleh : Enung Hasanah
Nomor : 2
Volume : 6
Tahun Terbit : 2019
Judul Jurnal : PERKEMBANGAN MORAL SISWA SEKOLAH DASAR BERDASARKAN TEORI KOHLBERG

Pembahasan

A. Teori Kohlberg
Teori Kohlberg mengenai perkembangan moral secara formal disebut cognitive-dvelopmental theory of moralization, yang berakar pada karya Piaget. Dalam mengembangkan teorinya, Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Kohlberg tidak memusatkan perhatian pada tingkah laku moral, artinya apa yang dilakukan oleh seorang indivdu tidak menjadi pusat pengamatannya. Mengamati tingkah laku tidak menunjukan banyak mengenai kematangan moral. Kohlberg juga tidak memusatkan perhatian pada pernyataan (statement) seseorang, apakah dia mengatakan sesuatu hal benar atau salah. Teori (Kohlberg; L., Hersh, R.H. 1977) tentang Perkembangan Moral dibagi menjadi 3 level, yang masing-masing level dibagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut:
Level 1. Moralitas Pra-konvensional • Tahap 1 - Ketaatan dan Hukuman, Tahap 2 - Individualisme dan Pertukaran.
Level 2. Moralitas Konvensional • Tahap 3 - Hubungan Interpersonal, Tahap 4 - Menjaga Ketertiban Sosial.
Level 3. Moralitas Pasca-konvensional. Tahap 5 - Kontrak Sosial dan Hak Perorangan, Tahap 6 - Prinsip Universal.

B. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah bentuk tindakan sosial yang menekankan pada cara orang menafsirkan, dan tidak memahami pengalaman mereka untuk memahami realitas sosial individu.
Responden/peserta dalam penelitian ini adalah siswa Sekolah Dasar yang berusia antara 11-12 tahun, diberikan pertanyaan tentang soal cerita. penelitian ini disertai panduan wawancara berupa soal dilema moral yang memerlukan jawaban terbuka dari para peserta penelitian.

Dari hasil pengisian angket tersebut secara umum, terlihat bahwa para peserta penelitian yang berusia antara 11 dan 12 tahun, memiliki perkembangan moral seperti apa yang dikemukakan oleh Kohlberg (1968), bahwa pada usia tersebut termasuk pada tahap 1. Penilaian ini diambil berdasarkan pada apa yang mereka sampaikan tentang motif perbuatan para peserta ketika mereka menyatakan akan tetap pergi belajar, bukan karena ingin pintar melainkan patuh semata-mata karena ingin berbuat patuh menghindari hukuman fisik atau kerusakan hak milik.
secara umum (90%) ternyata perkembangan moral para responden yang berada pada usia 11-12 tahun memang masih berada pada tingkat pra konvensional. Anak-anak kecil, lemah, tergantung dari orang lain dari masyarakat untuk memperoleh rasa senang an/atau rasa sakit. Dalam hasil penelitian sederhana ini, responden yang berusia 11-12 tahun cenderung baru memasuki tingkat 1 tahap 1, meskipun pada kasus tertentu mungkin saja ada pengecualian yaitu pada usia 11-12 bisa saja berada pada tingkat perkembangan moral yang lebih rendah atau yang lebih tinggi.
Nama : Mutiara Deva Gusti
NPM : 2213053135
Kelas : 3G

Analisis jurnal

Nama jurnal : Jurnal Cakrawala Pendidikan
oleh : Sudiati
Nomor : 2
Tahun Terbit : 2009
Judul Jurnal : PENDIDIKAN NILAI MORAL DITINJAU DARI PERSPEKTIF GLOBAL

Pembahasan
1. Isu Pendidikan Nilai Moral di Beberapa Negara
Isu pendidikan nilai moral yang terjadi di empat negara, yaitu Indonesia, Malaysia, India, dan Cina, negara tersebut memiliki karakteristik dengan latar belakang yang berbeda-beda. Pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan dasar menunjukkan beberapa kesamaan. Fokus pendidikan nilai moral pada jenjang pendidikan berkaitan dengan nilai tata kepribadian diri dan tata hidup berbangsa dan bernegara. Pendidikan nilai moral di empat negara tersebut sama-sama dihadapkan pada berbagai persoalan, baik yang pendidikan nilai moralnya terencana dan
terprogram dalam kurikulum maupun
yang tidak.

2. Dimensi Pendidikan Nilai Moral
a. Teori perkembangan moral
Kohlberg mengidentifikasi ada enam tahap tingkat pertimbangan moral, yaitu
- orientasi hukuman atau kepatuhan
- orientasi instrumental-relatif
- orientasi masuk kelompok anak manis atau anak baik
- orientasi hukum dan ketertiban
- orientasi kontrak sosialegalitas, dan
- orientasi prinsip kewajiban.
Ada dua hal esensial menghadapi peradaban manusia, yaitu
1. Lahirnya kesadaran baru
2. Kehidupan sarat nilai.
b.Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral adalah pendidikan yang berusaha mengembangkan komponen-komponen integrasi pribadi. Integrasi pribadi dapat dilukiskan sekurang-kurangnya empat
gambaran kepribadian. Pendidikan nilai merupakan bagian dari pendidikan afeksi karena aspek sistem nilai merupakan salah satu bagian dari aspek afeksi. Aspek afektif meliputi harga diri, minat, motivasi, sikap, sistem nilai, dan keyakinan (Darmiyati Zuchdi, 1997: 5).
Ada beberapa model pendidikan
afektif (nilai) yang dapat dipertimbangkan. Empat buah rumpun model pendidilan afektif yaitu
1. model-model perkembangan (developmental models)
2. model-model pengenalan diri (self conceps models)
3. model-model kepekaan dan kecenderungan kelompok (sensitivity and group orientation models)
4. model-model perluasan kesadaran (consciousness-expansion models)
c. Pendekatan Pendidikan Nilai Moral
Pendekatan komprehensif pendidikan nilai menurut Kirschenbaum dalam Darmiyati Zuchdi, 2008: 36-37) meliputi
- pendekatan inculcating,
yaitu menanamkan nilai dan moralitas, modelling, yaitu meneladankan nilai dan moralitas
- facilitating,
yaitu memudahkan perkembangan nilai dan moral
- skill development,
yaitu pengembangan keterampilan untuk mencapai kehidupan pribadi yang aman dan kehidupan sosial yang kondusif
d. Metode dan Teknik Pendidikan Nilai Moral
Pendidikan nilai moral dapat diselenggarakan dengan menggunakan metode dogmatis, metode deduktif, metode induktif, atau metode reflektif (Muhadjir, 1988:161).
Nama : Mutiara Deva Gusti
Npm :2213053135
Kelas : 3G


Analisis video 2

judul : Degradasi Moral Pelajar Jaman modern

Tragedi mengenaskan kembali muncul dari dunia pendidikan di indonesia.seorang siswa dikabarkan telah menganiyaya seorang gurunya sendiri hingga membunuh.korban bernama ahmad budi cahyono guru honorer SMA N 1 torjun sampang jawa timur.Lingkungan sekolah dianggap berperan penting dalam pembentukan moral siswa. Sekolah merupakan lingkungan pendidikan sekunder, yang secara secara sistematis melaksanakan bimbingan, pengajaran dan latihan dalam rangka membantu siswa supaya mampu mengembangkan potensinya, baik berkenaan dengan aspek moral, spiritual, intlektual, emosional, maupun sosial. Maka dari itu peran sekolah terbilang cukup besar ditambah lagi hampir sepertiga waktu siswa dihabiskan di sekolah. Kebanyakan orang tua juga menganggap dunia pendidikan sudah cukup memberikan muatan-muatan moral pada anak-anaknya. Namun kondisi dunia Pendidikan saat ini dirasa belum mampu sepenuhnya untuk membentuk moral siswanya. Kebanyakan para pendidik dalam mengajar hanya gugur kewajiban saja dalam mengajar. Para siswa lebih ditonjolkan dalam hal intlektual saja dan mngesampingkan pendidikan moral. Contoh kasus yang sering terjadi adalah Ketika ujian nasional (UN) mata pelajaran yang diujikan hanya mata pelajaran umum saja, mata pelajaran yang menyangkut aspek moral/akhlak diabaikan. Sehingga para siswa beranggapan bahwa intlektualitas/kepintaran siswa jauh lebih penting dibandingkan moral siswa tersebut. Hal tersebutnya harusnya dikaji ulang oleh para pemangku kebijakan.
Indonesia dikenal bukan hanya negara yang sangat indah, namun juga dikenal dengan negara yang sangat ramah dan bermoral. Namun tawuran pelajar, perundungan, kasus korupsi, memerasan, narkoba, seks bebas, seksual mengungkapkan, pembunuhan, kasus mutilasi, dan lain sebagainya yang terjadi saat ini membuat anggapan itu semuanya sirna seketika. Memang tidak bisa dipungkiri dalam suatu kehidupan pasti ada problematika. Namun hal tersebut menandakan masyarakat Indonesia saat ini sedang mengalami gangguan degradasi moral. Degradasi moral yang terjadi dibangsa ini melanda berbagai lini masyarakat, salah satunya yang sering terjadi pada sektor remaja. Generasi muda tentunya memiliki peranan yang sangat penting bagi suatu bangsa. Karana dipundaknya lah nasib bangsa.Degradasi berarti kemunduran, kemerosotan atau penurunan dari suatu hal sedangkan moral adalah akhlak atau budi pekerti menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jika kita menafsirkan keduanya maka degradasi moral merupakan suatu fenomena adanya kemerosotan atas budi pekerti seseorang maupun sekelompok orang. Menurut Lickona (2013) ada 10 indikasi gejala penurunan moral yang perlu mendapatkan perhatian agar berubah ke arah yang lebih baik;1) Kekerasan dan tindakan anarki, 2) Pencurian, 3) Tindakan Curang, 4) Pengabaian terhadap aturan yang berlaku, 5) Tawuran antar siswa, 6) Ketidaktoleran, 7) Penggunaan bahasa yang tidak baik, 8) Kematangan seksual yang terlalu dini dan penyimpangannya, 9) Sikap perusakan diri, 10) Penyalahgunaan Narkoba.Tentunya ada aspek yang melatar belakangi maraknya degradasi moral pada generasi muda saat ini. Ada dua poin penting yang dirasa cukup berperan dalam hal tersebut, yaitu; keluarga/orang tua dan lingkungan (baik di dalam maupun di luar sekolah). Keluarga dinilai sebagai faktor yang paling dominan dalam meletakkan dasar bagi perkembangan moral/akhlaq, karena sebagai madrasah pertama bagi remaja. Namun pada kenytaannya banyak para orang tua yang kurang paham tentang perannya tersebut. Para orang tua beranggapan bahwa pendidikan bagi anak-anaknya cukup pada rana sekolah saja dan hal yang jadi sorotan utama orang tua kepada anaknya hanyalah persoalan nilai raport. Ketika bagus dipuji dan ketika buruk dimarahi, tanpa menanyakan pemahaman anaknya berkenaan dengan mata pelajaran tersebut. Secara tidak langsung orang tua mengejarkan bahwa hasil lebih penting dari pada proses. Maka dari itu pentingnya membangun komunikasi antara orang tua dan anak

Degradasi moral pada remaja Indonesia dapat diperbaiki apabila kedua lini tersebut berhasil mencapai tujuan dengan baik dan penuh kesadaran dalam hal mendidik remaja saat ini. Alangkah lebih baik juga apabila kedua lini tersebut dapat berkolaborasi, bekerja sama, dan saling mendukung demi terciptanya generasi yang bermoral/berakhlaq mulia
Nama : Mutiara Deva Gusti
Npm : 2213053135
Kelas : 3G


Analasis Video

6 Tahap Perkembangan Moral menurut Kohlberg, Tahap perkembangan moral dibagi menjadi 3 level
1. Pra-Konvensional
•Tahap 1. Menghindari hukuman (seseorang memiliki alasan untuk bertindak atau tidak bertindak sesuatu, karena untuk menghindari hukuman)
•Tahap 2. Keuntungan dan minat pribadi (tindakan di lakukan dengan memperhitungkan apa yang akan di dapatkan olehnya)
2. Konvensional
•Tahap 3. Menjaga sikap orang baik (menghindari pertengkaran karena memikirkan bagaimana kesepakatan sosial yang ada dan pendapat orang lain terhadapnya)
•Tahap 4. Memelihara peraturan (peraturan harus di tegakkan, jika tidak maka keadaan akan menjadi kacau, karenanya praturan harus selalu di patuhi)
3. Pasca-Konvensional
•Tahap 5. Orientasi kontrak sosial (menyadari bahwa setiap orang memiliki latar belakang dan situasi berbeda. hak hak individu harus di lihat bersamaan dengan hukum yang ada)
•Tahap 6. Prinsip etika universal (menggambarkan prinsip internal seseorang)