Nama: lutpi mawar jelika
Npm:2213053100
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidik utama di sekolah adalah guru.
Meskipun demikian, perlu disadari
bahwa moral pendidik di sekolah tidak
terbatas pada guru semata. Di sekolah
ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah.
Semua subjek tersebut berperan untuk
bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang yang baik.
Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv)sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah sebagai
tempat demokratis yang didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri
dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat umum bagi peserta didik untuk
dapat mempelajari pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan mencakup ajaran moral dan pengalaman belajar untuk menjadi orang yang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan kepedulian.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, pemodelan nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
A. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra
dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern.
c.Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan melalui proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek yang didik. Kemungkinan jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan bagi anak untuk menentukan nilai-nilainya.
D. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok misalnya fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.
Npm:2213053100
Identitas jurnal
Nama Jurnal : Jurnal Humanika
Nomor : 01
Tahun Terbit : 2017
Judul : PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
Nama Penulis : Rukiyati
PENDIDIKAN MORAL DI SEKOLAH
1. Pendidik Moral di Sekolah
Tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidik utama di sekolah adalah guru.
Meskipun demikian, perlu disadari
bahwa moral pendidik di sekolah tidak
terbatas pada guru semata. Di sekolah
ada pegawai tata usaha, pramu kantor, tukang kebun, dan komite sekolah.
Semua subjek tersebut berperan untuk
bersama-sama membangun moral siswa agar menjadi orang yang baik.
Guru yang baik tentu saja sangat
strategis untuk terbentuknya moral siswa yang baik pula. sebagaimana dinyatakan oleh Henry Giroux (1988: xxxiv)sekolah berfungsi sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah sebagai
tempat demokratis yang didedikasikan
untuk membentuk pemberdayaan diri
dan sosial. Dalam arti ini, sekolah adalah
tempat umum bagi peserta didik untuk
dapat mempelajari pengetahuan dan keahlian yang dibutuhkan untuk hidup dalam demokrasi yang sesungguhnya.
2. Materi Pendidikan Moral
Pada intinya materi pendidikan mencakup ajaran moral dan pengalaman belajar untuk menjadi orang yang bermoral dalam kaitan dengan diri sendiri, moral terhadap sesama manusia dan alam semesta serta moral terhadap Tuhan Yang Maha Esa (Zuriah, 2010). Pendidikan moral terhadap diri sendiri yang penting diberikan kepada peserta didik berkaitan dengan nilai-nilai kebersihan diri, kerajinan dalam belajar/bekerja, keuletan, disiplin waktu. Pendidikan moral untuk sesama mencakup nilai-nilai moral sosial seperti kerjasama, toleransi, respek, berlaku adil, jujur, rendah hati, tanggung jawab, dan kepedulian.
3. Metode Pendidikan Moral
Kirschenbaum (1995: 31) mengusulkan 100 cara atau metode pendidikan moral, yang dipayungi dalam lima kategori besar metode pendidikan moral yaitu penanaman (inkulkasi) nilai-nilai dan moralitas, pemodelan nilai-nilai dan moralitas, fasilitasi nilai-nilai dan moralitas, kecakapan untuk mengembangkan nilai dan melek moral, pelaksanaan program pendidikan nilai di sekolah.
ada metode lain yang
lebih sesuai yaitu inkulkasi atau
penanaman nilai.
A. Inkulkasi nilai
Metode ini dapat diterapkan dalam pembelajaran moral di sekolah maupun di dalam keluarga dengan berbagai cara. Kirschenbaum mengetengahkan 34 cara inkulkasi nilai, di antaranya adalah identifikasi nilai-nilai target, membaca buku-buku sastra
dan non-fiksi, bercerita.
b.Metode keteladanan
Keteladanan merupakan bentuk mengestafetkan moral yang digunakan oleh masyarakat religius tradisional, dan digunakan pula oleh masyarakat modern.
c.Metode klarifikasi nilai
Dalam masyarakat liberal, moral diperkenalkan melalui proses klarifikasi, penjelasan agar terjadi pencerahan pada subjek yang didik. Kemungkinan jauh sesuatu moral diterima oleh anak, sangat ditentukan oleh anak itu sendiri. Anak diberikan kebebasan untuk memutuskan sendiri. Pendekatan klarifikasi nilai adalah salah satu contoh yang memberikan kebebasan bagi anak untuk menentukan nilai-nilainya.
D. Metode fasilitasi nilai
Guru dan pihak sekolah memberikan berbagai fasilitas yang dapat digunakan siswa agar dapat merealisasikan nilai-nilai moral dalam dirinya baik secara individu maupun kelompok misalnya fasilitas beribadah berupa masjid dan mushola, fasilitas membuat kompos dari sampah sekolah, fasilitas berupa ruang diskusi, perpustakaan dengan buku-buku cerita yang memuat nilai-nilai moral, dan sebagainya.