Nama: Khairina Fina Samira
Npm: 223053145
Jurnal ini membahas isu-isu terkait politik identitas di Indonesia antara lain adalah munculnya kepentingan lokal seperti tentang keadilan dan pembangunan daerah yang tidak merata serta adanya perbedaan agama dan ideologi yang dirasa tidak menjamin antar golongan dapat hidup tenang berdampingan.(Mundiri & Zahra, 2017 ) Sejalan dengan arus globalisasi, potret pendidikan Islam dewasa ini melahirkan dua sudut pandang yang berbeda (Fauzi, 2018), yaitu;
a) pendidikan Islam tidak lagi dimonopoli oleh kelompok liberalis dan fundamentalis, melainkan telah keturunan oleh sekelompok Islam lain,
b) pendidikan Islam dipersepsikan menjadi embrio lahirnya kelompok Islam radikal dan Islam fundamentalis (Fauzi, 2018), sebagaimana hasil penelitian Farida menjelaskan bahwa lahirnya radikalisme dan fundamentalisme dilatarbelakangi oleh pemikiran dan peran sosial kiai, pandangan tersebut secara signifikan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap lulusan pendidikan Islam, (Ummah Farida, 2016).
Berangkat dari konteks tersebut, diperlukanlah paradigma pendidikan Islam yang lebih membumi dan humanistik, dengan melakukan kajian ulang terhadap sistem nilai sosial pesantren berdasarkan nilai al-Qur'an dan al-Hadits, sesuai dengan konteks ke-Indonesiaan. Fenomena saling serang dan merasa kelompok yang dianutnya paling benar adalah indikasi dari kegagalan pendidikan melahirkan manusia bermoral dan berbudi pekerti. Kedua, mereka yang memiliki kemampuan intelektual dan mampu menghayati terhadap nilai-nilai ajaran agama akan tetapi tidak mampu menguasai teknologi dan dinamika politik yang ada di dalamnya.
Maka peran pendidikan sebagai agen perubahan adalah mengubah orang yang kurang beradab menjadikan orang yang beradab atau mengubah orang yang perilakunya tidak baik menjadi baik. Artinya pendidikan berperan besar dalam memproduksi ulang dan terus menerus mendampingi kelas-kelas sosial yang ada di masyarakat.
Padahal pemerintah telah memberikan kebijakan sistem desentralisasi yang dilanjutkan pada sistem demokrasi kepada setiap daerah dan sekolah untuk mengolah dan mengembangkan sendiri yang dimiliki daerah dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan yang diharapkan. Oleh karena itu, perlu digarisbawahi adalah output pendidikan yang melahirkan manusia cakap dalam potensi kepribadian dan sosial
Karena masalah bangsa yang masih menjadi sorotan utama adalah keluaran pendidikan yang masih kabur dalam membangun hubungan sosial
Tangan Materi Pelajaran di Sekolah Penanaman dan penghayatan sikap-sikap budi pekerti di sekolah sejauh ini masih bersifat formatif belum menjadikan nilai-nilai yang diharapkan dalam indikator pencapaian belajar terwujud secara permanen dalam diri peserta didik di sekolah, terlebih lagi tantangan ketika peserta didik sudah tidak berada di lingkungan sekolah
Ketika kasus potensi kepribadian dan sosial yang dipertayakan, maka materi pelajaran di sekolah yang dianggap paling bertanggung jawab atas kegelisahan ini adalah mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn)
Kandungan moral dari kedua mata pelajaran di atas telah mencakup norma-norma kehidupan manusia yang berbudi pekerti, menghayati dan memahami agama dan Negara yang melindunginya serta memuat materi toleransi dalam bentuk yang mampu menghargai perbedaan di tengah-tengah masyarakat lingkungannya.
Membahas peran pendidikan, terutama dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Pendidikan Kewarganegaraan (PKn), dalam membentuk moral, karakter, dan kepribadian peserta didik di Indonesia. Artikel ini juga menyoroti tantangan dan rekonstruksi evaluasi pendidikan moral di sekolah.
Analisis jurnal ini berfokus pada isu-isu berikut:
1. Konflik dan perseteruan di masyarakat
Jurnal menyoroti bagaimana perbedaan agama, suku, budaya, serta paham ideologi telah menyebabkan konflik di Indonesia. Ini menunjukkan pentingnya pendidikan dalam mengatasi konflik sosial dan menciptakan pemahaman yang lebih baik antara kelompok-kelompok tersebut.
2. Peran pendidikan Islam
Artikel membahas dampak pendidikan Islam terhadap munculnya kelompok Islam liberal, fundamentalis, dan radikal. Ini menekankan perlunya pendidikan yang lebih membumi dan humanistik, sesuai dengan nilai-nilai al-Qur'an dan al-Hadits, untuk menghindari radikalisme.
3. Tiga kelompok prototype output pendidika
Artikel menyajikan tiga kelompok besar output pendidikan dewasa ini, dengan ketidakseimbangan antara pemahaman, penghayatan, dan tingkah laku. Ini menunjukkan bahwa pendidikan perlu fokus pada pengembangan yang lebih seimbang.
4. Tujuan pendidikan nasional
Jurnal merujuk pada pendapat Naquib Al-Attas tentang tujuan pendidikan untuk menciptakan manusia yang bermoral dan beradab. Ini menekankan pentingnya pendidikan dalam menciptakan individu yang bertanggung jawab dan peduli terhadap masyarakat dan agama.
5. Peran guru dan pendidik
Artikel menyoroti pentingnya peran guru sebagai fasilitator dalam proses pembelajaran yang berfokus pada pendekatan saintifik dan active learning. Guru juga diharapkan memberikan teladan moral kepada peserta didik.
6. Evaluasi pendidikan moral
Jurnal membahas peran evaluasi dalam menilai kemajuan peserta didik dalam aspek afektif dan psikomotorik, serta bagaimana pendidikan moral harus lebih dari sekadar hafalan. Evaluasi harus melibatkan tindakan moral sehari-hari peserta didik.
7. Rekonstruksi evaluasi pendidikan moral
Artikel mencoba merumuskan pendekatan rekonstruksi evaluasi pendidikan moral yang lebih mencakup penilaian aspek afektif dan psikomotorik, dengan fokus pada tindakan moral peserta didik di dalam dan di luar sekolah.
8. Output pendidikan yang diharapkan
Jurnal merumuskan karakteristik peserta didik ideal yang memiliki moral, karakter, dan kepribadian yang kuat, dengan kemampuan untuk hidup bersama dalam keberagaman, berkontribusi pada masyarakat, dan menjunjung keutuhan negara.
Ini adalah beberapa poin utama yang dapat diambil dari jurnal yang Anda berikan. Jurnal tersebut menekankan pentingnya pendidikan dalam membentuk individu yang bermoral, beradab, dan siap untuk berkontribusi positif pada masyarakat dan negara.