Posts made by Christina Natalia Setyawati 2113041060

Nama : Christina Natalia Setyawati
NPM : 2113041060

Judul cerpen : Tak Ada Bulan, Bobi Pun Jadi
Penulis : Mona Sylviana (dimuat di Pikiran Rakyat, 07/30/2005)
Tokoh dan penokohan :
- Aku, sebagai tokoh utama digambarkan sebagai seorang selalu cemas, khawatir dan berpikiran negatif, tidak terarah.
- Bobi, seekor kucing, digambarkan sebagai kucing pincang yang memiliki kelakuan manis yang dipungut dari pasar
- Kika, anak tokoh aku, digambarkan sebagai anak polos, namun kejam, didasarkan peristiwa ketika ia membakar Bobi untuk menggantikan bulan
- Papa, Satpam, sebagai tokoh figuran, tidak terlalu ditampakkan sifatnya, penggambarannya sangat sedikit.

Sudut pandang cerita : sudut pandang orang pertama tokoh utama
Alur cerita : maju
Latar:
- Latar tempat : Jalanan, mobil, dapur
- Latar waktu : malam hari
Amanat cerita : tetaplah berfikiran positif
Nama : Christina Natalia Setyawati
NPM : 2113041060

Perbedaan struktur naratif antara teks sastra dengan nonsastra terletak pada bentuk penyajian yang termasuk bahasa serta tujuan dibuatnya teks tersebut. Karena teks sastra merupakan hasil imajinasi penulis dengan dilatari ciri khasnya, maka teks sastra bertujuan untuk menghibur, melibatkan emosi dan perasaan, penggunaan bahasa yang sifatnya konotatif, dengan makna yang tersirat. Sedangkan teks nonsastra yang merupakan hasil ilmiah, dilatari dengan fakta dan tidak mengada-ada, disajikan dengan lebih formal, bahasa yang dapat dimengerti dan bersifat denotatif, melibatkan logika, dan tujuannya adalah menyampaikan informasi pada para pembacanya secara tepat, tidak bertele-tele, langsung pada inti, biasanya memuat unsur 5W+1H.
Saya Christina Natalia Setyawati dengan NPM 2113041060. Izin menanggapi.

Pada dasarnya sastrawan pun belum tentu memenuhi konvensi-konvensi sastra itu seratus persen. Hal ini disebabkan oleh prinsip kreativitas sastra dan hakikat sastra itu sendiri, yaitu selalu dalam ketegangan antara konvensi dengan penemuan, sastra selalu berada dalam ketegangan antara aturan dan kebebasan, antara teknik dan talenta. Karya sastra itu di satu pihak terikat kepada konvensi, tetapi di lain pihak, juga ada kelonggaran dan kebebasan dalam mempermainkan konvensi tersebut.
Penyimpangan konvensi tersebut memang sangat dirasakan apabila pembaca mempunyai latar belakang pada konvensi yang sudah ada, Walaupun pengarang sastra modern banyak melakukan penyimpangan dari konvensi yang telah ada, kenyataannya mereka tidak dapat melepaskan diri secara total akan konvensi sastra. Adapun bentuk dan perwujudan karya sastra mereka, konvensi sastra selalu tercermin di dalamnya.
Misalnya, pada bahasa. Bahasa yang dipakai selalu bersifat estetis, puitis, menyentuh rasa dengan keindahannya.
Tetap bersifat imajinatif/fiktif, yaitu suatu cerita rekaan yang berangkat dari daya khayal kreatif. Bahasa sastra yang konotatif dan multiinterpretable. Bersifat simbolis, asosiatif, dan sugestif.
Pada puisi-puisi konvensional ditata dalam larik-larik dan bait-bait yang didalamnya terdapat aliterasi, asonansi, irama, persajakan, enjambemen, korespondensi, dan nuansa puitik.

Maka kesimpulannya walau sebuah karya sastra dipandang "melanggar aturan/konvensi" karya sastra tersebut tetap disebut sebagai karya sastra (dalam hal ini puisi) karena penyimpangan itu tidak akan dilakukan 100%, artinya meskipun sekilas tampak berbeda tapi sebenarnya tetap memiliki unsur-unsur konvensi di dalamnya. Dan bentuk-bentuk tersebut hanya merupakan bentuk inovasi dari perkembangan yang ada.

Terima kasih