Posts made by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. -

EKONDUS B2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Indonesia adalah negara kaya sumber daya alam, termasuk nikel, batu bara, kelapa sawit, dan karet. Namun, selama puluhan tahun, Indonesia lebih banyak berperan sebagai eksportir bahan mentah dalam Global Value Chains (GVCs). Contohnya, Indonesia mengekspor bijih nikel ke negara lain, yang kemudian mengolahnya menjadi baterai kendaraan listrik dan menjualnya dengan nilai tambah yang tinggi.

Pemerintah Indonesia kini berusaha mengubah posisi dalam GVC, dari pemasok bahan mentah menjadi produsen barang setengah jadi atau jadi, lewat kebijakan hilirisasi industri, larangan ekspor bahan mentah, dan pemberian insentif investasi dalam pengolahan lokal. Namun, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra, baik dari pelaku industri dalam negeri maupun negara mitra dagang seperti Uni Eropa, yang bahkan menggugat Indonesia ke WTO.

 

Pertanyaan:

  1. Analisis Konteks:
    a. Apa saja kelebihan dan kekurangan posisi Indonesia dalam GVC saat ini?
    b. Mengapa Indonesia belum berhasil mendapatkan nilai tambah yang optimal dalam GVC?
  2. Evaluasi Kebijakan:
    a. Apakah kebijakan hilirisasi seperti larangan ekspor bijih nikel dapat meningkatkan posisi Indonesia dalam GVC? Jelaskan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan geopolitik.
    b. Bagaimana dampak kebijakan ini terhadap hubungan Indonesia dengan negara mitra dagang?
  3. Sintesis dan Solusi:
    Jika Anda adalah penasihat ekonomi pemerintah, strategi apa yang akan Anda usulkan agar Indonesia mendapatkan nilai tambah lebih besar dalam GVC tanpa merusak hubungan dagang internasional?

EKONDUS A2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Indonesia adalah negara kaya sumber daya alam, termasuk nikel, batu bara, kelapa sawit, dan karet. Namun, selama puluhan tahun, Indonesia lebih banyak berperan sebagai eksportir bahan mentah dalam Global Value Chains (GVCs). Contohnya, Indonesia mengekspor bijih nikel ke negara lain, yang kemudian mengolahnya menjadi baterai kendaraan listrik dan menjualnya dengan nilai tambah yang tinggi.

Pemerintah Indonesia kini berusaha mengubah posisi dalam GVC, dari pemasok bahan mentah menjadi produsen barang setengah jadi atau jadi, lewat kebijakan hilirisasi industri, larangan ekspor bahan mentah, dan pemberian insentif investasi dalam pengolahan lokal. Namun, kebijakan ini menimbulkan pro dan kontra, baik dari pelaku industri dalam negeri maupun negara mitra dagang seperti Uni Eropa, yang bahkan menggugat Indonesia ke WTO.

 

Pertanyaan:

  1. Analisis Konteks:
    a. Apa saja kelebihan dan kekurangan posisi Indonesia dalam GVC saat ini?
    b. Mengapa Indonesia belum berhasil mendapatkan nilai tambah yang optimal dalam GVC?
  2. Evaluasi Kebijakan:
    a. Apakah kebijakan hilirisasi seperti larangan ekspor bijih nikel dapat meningkatkan posisi Indonesia dalam GVC? Jelaskan dengan mempertimbangkan aspek ekonomi dan geopolitik.
    b. Bagaimana dampak kebijakan ini terhadap hubungan Indonesia dengan negara mitra dagang?
  3. Sintesis dan Solusi:
    Jika Anda adalah penasihat ekonomi pemerintah, strategi apa yang akan Anda usulkan agar Indonesia mendapatkan nilai tambah lebih besar dalam GVC tanpa merusak hubungan dagang internasional?

EKONDUS B2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang mencerminkan jenis-jenis struktur pasar yang berbeda. Di sektor pertanian, khususnya komoditas seperti padi dan cabai, ribuan petani memproduksi barang yang relatif homogen dan bersaing di pasar terbuka. Sebaliknya, sektor transportasi online didominasi oleh dua perusahaan besar: Gojek dan Grab, yang terus bersaing melalui inovasi dan strategi harga. Di sisi lain, PT PLN (Persero) adalah satu-satunya penyedia listrik di sebagian besar wilayah Indonesia, yang memonopoli pasar listrik.

Namun, dinamika struktur pasar di Indonesia tidak selalu jelas. Dalam beberapa kasus, struktur pasar tampak campuran atau mengalami pergeseran karena perkembangan teknologi, intervensi pemerintah, atau perubahan perilaku konsumen.

 

Pertanyaan:

  1. Analisislah masing-masing sektor berikut ini dan tentukan struktur pasar yang berlaku:
  • a) Petani cabai di Jawa Barat
  • b) PT PLN (Persero) sebagai penyedia listrik nasional
  • c) Gojek dan Grab dalam sektor transportasi online
Bandingkan kelebihan dan kekurangan dari ketiga struktur pasar tersebut dalam konteks kesejahteraan konsumen dan efisiensi pasar di Indonesia. Bayangkan Anda adalah penasihat ekonomi pemerintah. Apa kebijakan yang Anda rekomendasikan untuk mengatasi ketimpangan pasar dalam kasus transportasi online dan sektor kelistrikan? Jelaskan alasan kebijakan Anda berdasarkan teori ekonomi. Apakah mungkin sektor pertanian yang sekarang bersifat persaingan sempurna bisa berubah menjadi pasar oligopoli di masa depan? Jika ya, bagaimana prosesnya bisa terjadi? Berikan analisis kritis.

EKONDUS A2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Indonesia memiliki berbagai sektor industri yang mencerminkan jenis-jenis struktur pasar yang berbeda. Di sektor pertanian, khususnya komoditas seperti padi dan cabai, ribuan petani memproduksi barang yang relatif homogen dan bersaing di pasar terbuka. Sebaliknya, sektor transportasi online didominasi oleh dua perusahaan besar: Gojek dan Grab, yang terus bersaing melalui inovasi dan strategi harga. Di sisi lain, PT PLN (Persero) adalah satu-satunya penyedia listrik di sebagian besar wilayah Indonesia, yang memonopoli pasar listrik.

Namun, dinamika struktur pasar di Indonesia tidak selalu jelas. Dalam beberapa kasus, struktur pasar tampak campuran atau mengalami pergeseran karena perkembangan teknologi, intervensi pemerintah, atau perubahan perilaku konsumen.

 

Pertanyaan:

  1. Analisislah masing-masing sektor berikut ini dan tentukan struktur pasar yang berlaku:
  • a) Petani cabai di Jawa Barat
  • b) PT PLN (Persero) sebagai penyedia listrik nasional
  • c) Gojek dan Grab dalam sektor transportasi online
Bandingkan kelebihan dan kekurangan dari ketiga struktur pasar tersebut dalam konteks kesejahteraan konsumen dan efisiensi pasar di Indonesia. Bayangkan Anda adalah penasihat ekonomi pemerintah. Apa kebijakan yang Anda rekomendasikan untuk mengatasi ketimpangan pasar dalam kasus transportasi online dan sektor kelistrikan? Jelaskan alasan kebijakan Anda berdasarkan teori ekonomi. Apakah mungkin sektor pertanian yang sekarang bersifat persaingan sempurna bisa berubah menjadi pasar oligopoli di masa depan? Jika ya, bagaimana prosesnya bisa terjadi? Berikan analisis kritis.

EKONDUS C2025 -> CASE STUDY

by Dr. PUJIATI, S.Pd., M.Pd. - -

Indonesia dan Jerman sama-sama menghadapi tantangan transformasi digital dalam industri manufaktur. Indonesia mengusung program Making Indonesia 4.0, sementara Jerman terkenal dengan inisiatif Industrie 4.0. Namun, perbedaan kesiapan infrastruktur digital, SDM, serta kebijakan industri menyebabkan hasil yang berbeda.

Di Indonesia, beberapa perusahaan besar seperti PT. XYZ mulai menerapkan otomasi dan IoT di pabriknya, tetapi masih menghadapi kendala SDM dan integrasi sistem. Sementara itu, perusahaan di Jerman seperti Siemens telah berhasil menjalankan sistem manufaktur cerdas secara efisien.

Pertanyaan:

  1. Analisis faktor-faktor utama yang mempengaruhi perbedaan kinerja transformasi digital industri manufaktur antara Indonesia dan Jerman.
  2. Evaluasi kekuatan dan kelemahan pendekatan masing-masing negara terhadap transformasi digital industri.
  3. Kembangkan rekomendasi strategis untuk meningkatkan kinerja industri dalam negeri (Indonesia) agar lebih kompetitif secara global di era digital.