Forum diskusi

diskusi

diskusi

by muhisom M.Pd.I -
Number of replies: 90

bagi yang ingin bertanya dan menambahkan jawaban dipersilahkan

In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by Utchi Umairoh 2013053094 -
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

kami dari kelompok 13 izin mengirimkan materi pertemuan 4
In reply to Utchi Umairoh 2013053094

Re: diskusi

by Febi Eka Putri -
Wa'alaikumsalam Warahmatullahi Wabarokatuh..
Terimakasih Utchi..
In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat pagi bapak dan rekan-rekan semua kami dari kelompok 13 akan mempresentasikan hasil kerja kelompok kami yang berjudul Pembentukan Karakter.
Adapun anggota kelompok kami:
1.Bisma Pamungkas (2013053129)
2.Mira Desrina (2013053059)
3.Regita Nurliana Sukma (2063053004)
4.Utchi Umairoh (2013053094)

Langsung saja untuk materi sudah kami upload dan kepada para rekan-rekan silakan untuk memahami materi nya sampai dengan pukul 10.30

Terima kasih
In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Baik lah langsung saja untuk memasuki tahap selanjutnya yaitu sesi tanya jawab.
Sesi tanya jawab akan di adakan 2 termin masing-masing termin terdiri dari 3 pertanyaan.

Untuk termin pertama saya buka kepada rekan-rekan mahasiswa yang ingin bertanya saya persilakan dengan menyebutkan Nama dan Npm terlebih dahulu, selanjutnya akan saya pilih.

Terima kasih
In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Untuk termin pertama saya persilakan kepada Rima Anggraini,Perhanda Hapit dan Dewi Mustikawati.
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Rima Anggraini -
Baik terimakasih atas kesempatannya.
Nama : Rima Anggraini
NPM : 2013053062
Izin bertanya
Pemerintah kita, yang diwakili oleh Kementerian Pendidikan Nasional tiada hentinya melakukan upaya-upaya untuk perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia, namun belum semuanya berhasil, terutama menghasilkan insan Indonesia yang berkarakter. Apa yang menjadi penyebab hal itu bisa terjadi dan langkah apa saja yang dapat dilakukan oleh pendidik untuk mendukung upaya-upaya yang telah dan akan dilakukan oleh pemerintah? sekian terimakasih.
In reply to Rima Anggraini

Re: diskusi

by Bisma Pamungkas -
saya bisma pamungkas perwakilan dari kelompok 13 izin menjawab pertanyaan dari rima

karena ada beberapa faktor eksternal dan internal dari external misalnya pengaruh buruk budaya asing sangat berperan kepada karakter bangsa dan faktor internalnya adalah kurangnya keinginan belajar, berkembang dan introspeksi diri dari individu.

Secara makro pengembangan pendidikan karakter dapat dibagi dalam tiga tahap, yakni: perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil.

Kementerian Pendidikan Nasional (2010: 11-12) telah menyusun ”Disain Induk Pendidikan Karakter”, sebagai kerangka paradigmatik implementasi pembangunan karakter bangsa, melalui sistem pendindikan.
pemerintah berusaha semaksimal mungkin dalam berbagai bidang untuk membentuk karakter bangsa
untuk hasil dari usaha tersebut kembali lagi kepada masing masing individu.
In reply to Bisma Pamungkas

Re: diskusi

by Fadilatun Nisa Aulia -
Izin menambahkan jawaban dari pertanyaan Rima Anggraini
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Di dalam pasal 31 ayat 3 yang berbunyi “ Pemerintahan mengusahakan dan menyegerakan suatu sisitem pendidikan nasional, yang meningkatkan keimanan dan ketakwaan sera akhlaq mulai dalam ranfka mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditur dengan undang-undang” . Namun dalam kenyataanya walalupun pemerintah, sekolah, lingukungan keluarga dan masyarakat telah berusaha dalam membentuk karakter bangsa ternyata faktor :
1. pergaulan bebas,
2. kecanggihan teknologi
3. Masuknya budaya barat
Dan dari faktor inilah yang mengakibatkan krisis nya karakter bangsa yang berakibat tidak terbentuknya insan yang berkarakter.
Untuk itu guru sangat penting dalam pendidikan dan ia harus menjadi sosok yang mencerahkan, yang membuka alam dan pikir serta jiwa, memupuk nilai-nilai kasih sayang, nilai-nilai keteladanan, nilai-nilai perilaku, nilai-nilai moralitas, nilai-nilai kebhinnekaan. Inilah sejatinya pendidikan karakter yang menjadi inti dari pendidikan yang sesungguhnya maka seorang guru idealnya memiliki kedekatan dengan anak didiknya. Guru hendaknya dapat melekat dengan anak didiknya sehingga dapat mengetahui perkembangan anak didiknya. Tidak hanya dimensi intelektualitas saja, namun juga kepribadian setiap anak didiknya.

Tak hanya sebagai pengajar mata pelajaran saja, namun guru mampu berperan sebagai fasilitator yang membantu anak didik mencapai target pembelajaran. Guru juga harus mampu bertindak sebagai penjaga gawang yang membantu anak didik menyaring berbagai pengaruh negatif yang berdampak tidak baik bagi perkembangannya. Seorang guru juga mampu berperan sebagai penghubung anak didik dengan berbagai sumber-sumber belajar yang tidak hanya ada di dalam kelas atau sekolah. Dan sebagai katalisator, guru juga mampu menggali dan mengoptimalkan potensi setiap anak didik.
In reply to Rima Anggraini

Re: diskusi

by Utchi Umairoh 2013053094 -
Utchi Umairoh 2013053094
Izin menambahkan
Faktor penyebab belum berhasil nya pendidikan di Indonesia menghasilkan insan yang berkarakter adalah
Pertama, dari pihak keluarga. Ruang lingkup pendidikan karakter pertama kali tentu harus ditanam melalui sebuah keluarga. Sebagai sekolah pertama bagi seorang anak, keluarga yang diperankan utamanya oleh kedua orang tua memiliki posisi sentral dalam mengintroduksi seorang anak kepada pendidikan karakter.
Kedua, lingkungan. Jamak kita ketahui bahwa lingkungan berperan besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Betapapun bagusnya sebuah keluarga dalam mengajarkan pendidikan karakter di rumah namun jika lingkungan anak tersebut tidak mendukung, sudah pasti proses ini akan gagal.
Ketiga, kurikulum dan pendidik. Dalam praktiknya di lapangan, pemerintah telah merevisi berkali-kali kurikulum nasional yang menekankan akan pentingnya nilai-nilai karakter diterapkan dalam pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dsb. Langkah seperti ini masih terlihat belum optimal mengingat toleransi khususnya kepada yang berbeda keyakinan mulai menurun di kalangan pelajar sekolah menengah (survey the Wahid Institute, 2016).

Langkah-langkah pendidik untuk mendukung upaya pemerintah meningkatkan pendidikan karakter
1.Memberikan Teladan.
2.Memberikan Penghargaan/Apresiasi.
3.Menyisipkan Pesan Moral dalam Setiap Pelajaran.
4. Jujur dan Open-Minded.
Mengajarkan Sopan Santun.
6. Menanamkan Leadership
7. Menceritakan Pengalaman Inspiratif
In reply to Rima Anggraini

Re: diskusi

by Anjelly Triane Chaterina -
Anjelly Triane Chaterina 2063053003

Izin menambahkan,
Pendidikan karakter tentu tidak hanya ditentukan oleh guru tetapi orang tua dan lingkungan masyarakat juga turut mempengaruhi.
Hal yang menyebabkan kurangnya Pendidikan karakter di sekolah:
1. Minimnya keteladanan guru dalam mendidik karakter untuk
peserta didiknya.
2. Sekolah tidak memiliki program pendidikan karakter itu sendiri.
3. Lingkungan rumah yang tidak mendukung

Upaya yang bisa dilakukan oleh pendidik saat di sekolah
1. Menjadi contoh bagi siswa
2. Pendidik tidak hanya dapat melakukan pengajaran dan pendidikan
tapi juga dapat menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dan
dapat berkomunikasi dengan orang tua sebagai bentuk tanggung
jawabnya.
3. Menjadi apresiator
4. Mengajarkan nilai moral pada setiap pelajaran
5. Bersikap jujur dan terbuka pada kesalahan
6. Mengajarkan sopan santun
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Perhanda Hapit 2013053179 -
Perhanda Hapit
2013053179
Izin bertanya

Menurut kalian proses pembentukan karakter yang prosesnya paling lama hingga karakter tersebut bisa menjadi teladan itu proses yang mana, dan mengapa menurut kalian proses itu paling susah terimakasih
In reply to Perhanda Hapit 2013053179

Re: diskusi

by Regita Nurliana Sukma -
Regita Nurliana Sukma
2063053004

Izin menjawab pertanyaan Perhanda Hapit,
Proses Mengetahui, Menghayati, Melakukan, Membiasakan menjadi karakter yang baik ini adalah proses yang dilalui seseorang untuk membentuk karakternya. Dan proses ini dilalui dengan cara berkesinambungan. Semisal si anak sering melihat orang dirumahnya saling membantu, maka dia akan bertanya mengapa harus saling membantu dan setelah dia mendapatkan jawabannya sedikit-sedikit si anak akan mulai melakukan, dan tahap terakhir menjadikan kebiasaan. Jadi proses yang paling lama adalah membiasakan, untuk membiasakan ini tidak membutuhkan waktu yang cepat. Karena bisa jadi dilingkungan keluarga si anak melakukan akan tetapi diluar dari itu si anak tidak melakukannya.
In reply to Regita Nurliana Sukma

Re: diskusi

by Arina izzati 2013053096 -
Arina Izzati 2013053096

Izin menambahkan jawaban
Menurut saya dari keempat proses pembentukan karakter, proses yang paling lama dilakukan adalah tahap ke 4 yaitu membiasakan menjadi karakter yang baik.

Mengapa? Karena dalam melakukan pembiasaan tersebut, kita harus melakukannya secara terus menerus dan berulang-ulang setiap waktu supaya karakter yang ingin dibentuk dapat tertanam dengan baik pada diri anak tersebut sehingga waktu yang dibutuhkan dalam membiasakan karakter baik tidak sebentar dan upaya yang dilakukan pun tidak mudah.

Terimakasih
In reply to Regita Nurliana Sukma

Re: diskusi

by Serly Setyowati 2013053081 -
Serly Setyowati
2013053081

Izin menambahkan jawaban atas pertanyaan Perhanda.
Menurut saya setelah membaca makalah dari kelompok penyaji, proses pembentukan karakter yang prosesnya paling lama hingga menjadi suatu keteladanan adalah proses pembiasaan karakter. Karena dalam proses pembiasaan karakter, terjadi internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sikap perbuatan dalam jiwa sesorang. Dalam pembiasaan karakter, seseorang harus berusaha mengontrol dan membiasakan dirinya agar tidak melakukan perbuatan buruk, agar karakter yang ingin dibentuk dapat terpatri dalam dirinya dan menjadi sebuah keteladanan.

Saya beri contoh, misalnya sesorang yang suka berbohong, tidak jujur, dan tidak amanah ingin bertobat dan ingin merubah dirinya menjadi seorang yang memiliki karakter yang baik (jujur dan amanah). Maka untuk mencapai tujuannya, ia harus berusaha mendorong dirinya untuk selalu berbuat jujur dan amanah, jangan sampai terlena pada sedikit kesempatan yang dapat mengganggalkan usaha kita (berbohong lagi). Dengan membiasakan berperilaku jujur dan amanah, maka karakter tersebut lama kelamaan akan tertanam dan menjadi keteladanan bagi orang tersebut.
In reply to Regita Nurliana Sukma

Re: diskusi

by Atri Putri 2013053060 -
Atri Putri
2013053060
Izin menambahkan jawaban dari saudari regita
Menurut saya proses yang paling lama agar karakter itu menjadi teladan adalah proses yang terakhir atau keempat yaitu proses pembiasaan karena suatu kebiasaan baik baik itu mudah diketahui , dihayati dan dilakukan orang lain namun kadang sulit untuk dijadikan suatu karakter yang baik untuk dalam waktu yang lama apalagi jika tidak didukung dari lingkungan sekitarnya untuk itu proses pembiasaan menjadikan suatu perilaku itu menjadi karakter yang baik itu membutuhkan waktu proses yang cukup lama dan perlu dukungan penuh dari lingkungan sekitar baik keluarga, teman sebaya, dan masyarakat umum.

Terimakasih
In reply to Regita Nurliana Sukma

Re: diskusi

by NABILA BILQISTI PUTRI 2013053113 -
Nabila Bilqisti Putri
2013053113
Izin menambahkan
menurut saya proses yang lama atau bisa juga sulit untuk membuat karakter menjadi teladan adalah membiasakan karakter baik. Karena di butuhkan atau melalui proses panjang, yakni mengetahui, menghayati, melakukan lalu membiasakannya. Dalam pembiasaan karakter juga diperlukan konsistensi dalam membiasakan karakter baik dalam kehidupan sehari-hari secara kontinu atau berulang.
In reply to Perhanda Hapit 2013053179

Re: diskusi

by Dimas Aris Setiawan -
Dimas Aris Setiawan
2013053066
Izin menambahkan
Proses yang paling lama dan yang paling susah dilakukan dalam pembentukan karakter yaitu proses membiasakan. Karena dalam proses membiasakan karakter baik harus dilakukan secara berturut turut dan bertahap lamanya hingga karakter tersebut menjadi suatu kebiasaan. Apabila karakter tersebut sudah menjadi kebiasaan maka secara tidak sadar kita selalu melakukan dan menerapkan karakter tersebut dalam kehidupan.
Terima Kasih
In reply to Perhanda Hapit 2013053179

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Mira Desrina
2013053059

Izin mencoba menjawab pertanyaan saudara Perhanda
Dari keempat proses pembentukan karakter menurut kelompok kami yang paling lama dalam prosesnya hingga menjadi suatu teladan yaitu proses melakukan dan juga membiasakan.mengapa demikian alasannya yaitu menurut saya melakukan itu kan berarti awal permulaan untuk melakukan dari hasil yang di peroleh nya melalui mengetahui dan menghayati karena mengetahui dan menghayati merupakan hal yang mudah bagi seseorang karena dengan sering melihat nya saja dia akan mengetahui tetapi belum tentu bisa melakukan apalagi akan menjadi kebiasaan.
Terima kasih
In reply to Perhanda Hapit 2013053179

Re: diskusi

by Fadilatun Nisa Aulia -
Izin menambahkan jawaban dari pertanyaan Perhanda Hapit
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Karakter seseorang tidak terbentuk secara instan. Karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan (virtues) yang diyakininya dan digunakannya sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap, dan bertindak. Tentu dalam pembentukan ada sebuah proses. Proses tersebut yaitu, pengenalan, pemahaman, penerapan, pengulangan, pembudayaan, dan internalisasi menjadi karakter.
a.Pengenalan
merupakam tahap pertama dalam proses pembentukan karakter. Untukseorang anak, dia mulai mengenal berbagai karakter yang baik melalui lingkungan keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan pertama tempat anak belajar dan membentukkepribadiannya sejak kecil.
b. Pemahaman
Tahap pemahaman berlangsung setelah tahap pengenalan. Setelah anak mengenal danmelihat orang tuanya selalu disiplin dan tepat waktu, bangun pagi pukul lima, selalu sarapansetiap pagi, berangkat ke sekolah atau kerja tepat waktu, pulang sekolah atau kerja tepat waktu, dan shalat lima waktu sehari dengan waktu yang tepat dan sebagainya, maka anakakan mencoba berpikir dan bertanya, “Mengapa kita harus melakukan semuanya dengan baikdan tepat waktu?” Setelah anak bertanya mengenai kebiasaan orang tuanya, kemudian orangtuanya menjelaskan, “Apabila kita melakukan sesuatu dengan tepat waktu maka berarti kitamenghargai waktu yang kita miliki, kita akan diberi kepercayaan oleh orang lain, dapat diandalkan, dan tidak akan mengecewakan orang lain.
c. Penerapan
Melalui pemahaman yang telah ia dapatkan dari orang tuanya maka si anak akanmencoba menerapkan dan mengimplementasikan hal-hal yang telah diajarkan oleh orangtuanya. Pada awalnya anak hanya sekedar melaksanakan dan meniru kebiasaan orang tuanya. Anak belum menyadari dan memahami bentuk karakter apa yang ia terapkan.
d. Pengulangan/Pembiasaan Didasari oleh pemahaman dan penerapan yang secara bertahap ia lakukan, maka secaratidak langsung si anak akan terbiasa dengan kedisiplinan yang diajarkan oleh orangtuanya..Setelah setiap hari dia melakukan hal tersebut hal itu akan menjadi kebiasaan yangsudah biasa ia lakukan bahkan sampai besar nanti. Pembiasaan ini juga harus diimbangi dengan konsistensi kebiasaan orang tua. Apabila orang tua tidak konsisten dalammengajarkan pembiasaan, maka anak juga akan melakukannya dengan setengah-setengah. Apabila anak sudah tebiasa, maka hal apapun jika tidak ia lakukan dengan tepat waktu makadalam hatinya ia akan merasakan kegelisahan.
e. Pembudayaan Apabila kebiasaan baik dilakukan berulang-ulang setiap hari maka hal ini akanmembudaya menjadi karakter. Terminologi pembudayaan menunjukkan ikut sertanyalingkungan dalam melakukan hal yang sama. Kedisiplinan seakan sudah menjadi kesepakatanyang hidup di lingkungan masyarakat, apalagi di lingkungan sekolah.
f. Internalisasi
Tahap terakhir adalah internalisasi menjadi karakter. Sumber motivasi untuk melakukanrespon adalah dari dalah hati nurani. Karakter ini akan semakin kuat apabila didukung olehsuatu ideology atau believe. Si anak percaya bahwa hal yang ia lakukan adalah baik. Apabila 4 ia tidak disiplin maka ia akan menjadi anak yang tidak bisa menghargai waktu dan susahdi komtrol.
Dalam tahap ini proses penerapan dan pembiasaan yang akan mungkin butuh waktu yang sedikit lama karena karakter itu timbul dari kebiasaan kita sehari hari bagaimana dan seperti apa. Lalu kemudian konsiisten tidak melakukan pembiasaan karakter tersebut.
In reply to Perhanda Hapit 2013053179

Re: diskusi

by Utchi Umairoh 2013053094 -
Utchi Umairoh 2013053094
Izin menjawab
Menurut saya proses pembentukan karakter yang prosesnya paling lama hingga karakter tersebut bisa menjadi teladan adalah membiasakan menjadi karakter yang baik.Karena kebiasaan yang baik akan terbentuk jika dilakukan secara terus menerus.membutuhkan waktu yang cukup lama. Dalam hal ini konsistensi dalam adalah kunci utama untuk mengubah kebiasaan dan itu membutuhkan proses. Jika Anda tidak konsisten, dengan mudah kebiasaan yang lama akan kembali sehingga harus memulainya lagi dari awal.
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Dewi mustikawati 2013053108 -
Dewi Mustikawati
2013053108
izin bertanya bagaimana cara pendidik menerapkan 4 proses yakni Mengetahui, Menghayati,Melakukan,Membiasakan menjadi karakter yang baik pada peserta didik saat dilingkungan sekolah? dan berikan contohnya.
terimakasih.
In reply to Dewi mustikawati 2013053108

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Mira Desrina
2013053059

Izin menjawab pertanyaan saudari Dewi.
Ke empat proses mengetahui,menghayati,melakukan dan membiasakan merupakan proses yang saling berkesinambungan dan berkelanjutan antara satu dan lainnya.
1.Proses mengetahui Untuk
seorang anak, dia akan mulai mengenal berbagai karakter baik dari lingkungan keluarganya dan sekolahnya misalnya, pada keluarga atau teman sekolah yang suka memberi, bersedekah dan berbagi. dia tahu bahwa ada sikap yang dianut oleh seluruh anggota keluarganya ataupun temannya tersebut
2.Menghayati
Setelah seseorang individu tersebeut mengenal suatu karakter baik, dengan melihat berulang-ulang, akan timbul pertanyaan mengapa begitu? Dia bertanya, kenapa kita harus memberi orang yang minta sedekah? gurunya tentu akan menjelaskan dengan bahasa yang sederhana.
3.Melakukan
Maka setelah mengenal dan menghayati maka peserta didik atau siswa tersebut akan melakukan hal yang sama dimana dia selalu melihat kegiatan sedekah tersebut.
4.Membiasakan
Setelah ketiga tahap tersebut di lakukan dan di jalankan maka selanjutnya akan kebiasaan di lakukan oleh siswa tersebut karena sudah melekat di dalam sanubari dirinya.

Menurut saya cara pendidik untuk menerapkan ke empat proses tersebut bisa di lakukan contohnya seperti akan menanamkan karakter yang baik berupa tolong menolong di dalam kelas,ataupun kegiatan bersedekah.

Terima kasih
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Ida Lestari 2013053109 -
Nama: Ida Lestari
NPM: 2013053109

Izin menambahkan moderator,
Untuk menerapkan 4 proses yakni mengetahui, menghayati, melakukan, membiasakan menjadi karakter yang baik pada peserta didik saat di lingkungan sekolah, diperlukan suatu contoh yang dapat kita berikan sebagai pendidik kepada peserta didik, diantaranya yaitu:
1. Membiasakan siswa berbudaya salam, sapa dan senyum
2. Tiba di sekolah mengucap salam sambil salaman dan cium tangan guru.
3. Menyapa teman, satpam, penjual dikantin atau cleaning servis di sekolah
4. Menyapa dengan sopan tamu yang datang ke sekolah
5. Membiasakan siswa berbicara dengan bahasa yang baik dan santun
6. Mendidik siswa duduk dengan sopan di kelas
7. Mendidik siswa makan sambil duduk di tempat yang telah disediakan, tidak sambil jalan- jalan
8. Membimbing dan membiasakan siswa shalat Dhuha dan shalat Dzuhur berjamaah di sekolah

Nah, dengan contoh dan ketelanadan tersebut yang dilakukan secara terus-menerus, maka karakter peserta didik pun akan terbentuk menjadi karakter yang baik. Pembentukan karakter merupakan bagian dari pendidikan nilai (values education) melalui sekolah merupakan usaha mulia yang mendesak untuk dilakukan. Bahkan, kalau kita berbicara tentang masa depan, sekolah bertanggungjawab bukan hanya dalam mencetak peserta didik yang unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, tetapi juga dalam jati diri, karakter dan kepribadian.

Sekian, terima kasih.
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Elysia Vitaloka -
Elysia Vitaloka (2013053150)

Izin menambahkan:
Cara pendidik menerapkan 4 proses pembentukan karakter:
1. Mengetahui, pendidik dapat mencontohkan perilaku yang baik karena pada fase inilah pembentukan karakter dimulai yaitu berupa kesadaran dalam bidang kognitif. Peserta didik akan mengenal perilaku baik yang ada dilingkungan sekolah. Contohnya pendidik berbicara baik kepada peserta didik, membuang sampah pada tempatnya, menghormati yang lebih tua, pendidik juga dapat menyuruh peserta didik untuk membantu sesama teman yang sedang kesulitan.
2. Menghayati, dalam proses ini pendidik harus menjelaskan kenapa peserta didik harus melakukan perilaku baik karena mereka akan mulai bertanya2. Peserta didik akan mulai paham mengapa ia melakukan perilaku baik, pada tahap ini yakni kedalaman kognitif dan afektif yang dimiliki oleh individu. Contohnya pendidik menjelaskan mengapa ia harus menolong sesama teman, ia akan merasa senang bila bisa membantu teman.
3. Melakukan, pada tahap ini peserta didik mulai menerapkan perilaku baik, yang dapat dilakukan pendidik adalah memberi motivasi dan contoh perilaku baik agar peserta didik mengikuti perilaku tersebut.
4. Membiasakan menjadi karakter yang baik, pada proses ini akan terjadi internalisasi nilai-nilai yang terkandung dalam suatu sikap atau perilaku di dalam jiwa seseorang.
Keempat proses tersebut saling mempengaruhi satu sama lain, jadi bagi pendidik sebaiknya mencontohkan perilaku baik agar keempat proses tersebut dapat memudahkan peserta didik untuk menerapkan suatu perbuatan baik.
In reply to Dewi mustikawati 2013053108

Re: diskusi

by RAHMAH NUR'AINI 2013053127 -
Nama :Rahmah Nur'Aini
Npm : 2013053127

Izin menambahkan
1. Mengetahui
Pendidik memberikan kebiasaan yang baik seperti melakukan salaman pagi setiap hari dengan begitu maka peserta didik akan mengetahui bahwa salaman pagi itu adalah hal positif yang harus dilaksanakan setiap harinya sebelum melakukan pembelajaran di kelas. Selain itu pendidik mengajarkan untuk peserta didik membuang sampah pada tempatnya dan untuk melakukan pekerjaan piket sesuai harinya.
2. Menghayati
Ketika hal-hal positif telah diberikan atau dicontohkan oleh pendidik kepada peserta didik maka peserta didik akan mulai berpikir mengapa hal tersebut selalu dilakukan. Maka tugas pendidik adalah menjelaskan mengapa membuang sampah itu perlu di tempat sampah agar lingkungannya menjadi bersih dan segar. Selain itu mengapa salaman pagi itu selalu dilaksanakan kan agar kesopansantunan antara peserta didik kepada pendidik terjalin.
3. Melakukan
Tahap ketiga adalah melakukan di sini peserta didik akan melakukan hal-hal positif yang dicontohkan oleh pendidik Seperti membuang sampah pada tempatnya, melakukan salaman pagi, dan melakukan tugas piket sebagai rasa tanggung.
4. Membiasakan karakter yang baik
Tahap terakhir yaitu membiasakan karakter yang baik dengan tahapan-tahapan tersebut maka akan menghasilkan karakter yang baik pada peserta didik seperti memiliki rasa tanggungjawab, memiliki rasa kesopanan, memiliki rasa empati pada lingkungan.
In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Baiklah selanjutnya yaitu termin ke 2 kepada Elysia Vitaloka,Rahmah Nur'Aini dan Ridha Rizkyka Azammi silakan menuliskan pertanyaan.
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Ridha Rizkyka Azammi -
Ridha Rizkyka Azammi
2013053177

Izin bertanya
Apa yang menjadi hambatan dalam proses pembentukan karakter?
Terima kasih
In reply to Ridha Rizkyka Azammi

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Mira Desrina
2013053059

Izin menjawab
Kendala yang dihadapi dalam
pembentukan karakter adalah:
1.sebagian siswa memiliki rasa percaya diri yang rendah.
2. sebagian siswa memiliki motivasi rendah dalam proses pembelajaran.
3.sebagian siswa pasif dalam mengikuti pembelajaran di kelas.
4. sebagian siswa acuh tak acuh terhadap pajangan atau slogan terkait motivasi yang dipajang di dinding kelas.
4. sebagian siswa mencoret-coret pajangan atau slogan terkait motivasi yang dipajang di dinding kelas.

Solusi mengatasi kendala yang
terjadi adalah
1.guru terus berusaha memberikan semangat kepada siswa
2.guru terus berusaha memberikan bimbingan kepada siswa
3. guru memberikan reward (penghargaan/pujian) atau punishment (hukuman) bagi siswa
4.guru menggunakan metode atau strategi pembelajaran yang variatif
5.guru membuat pajangan yang lebih menarik agar bisa mencuri perhatian siswa sehingga muncul ketertarikan untuk membaca.
In reply to Ridha Rizkyka Azammi

Re: diskusi

by Utchi Umairoh 2013053094 -
Utchi Umairoh 2013053094
Izin menjawab
hambatan dalam proses pembentukan karakter
Pertama, pendidikan masyarakat dalam keluarga relatif masih rendah. Sehingga memerlukan upaya besar, kerja keras, dan kesabaran penuh untuk memberi pemahaman kepada orangtua dalam mendidik anak sejak dini.

Kedua, orangtua muda belum paham dalam menjalani perannya. Mereka perlu diberikan kesadaran cukup tentang pentingnya posisi mereka melahirkan SDM berkualitas di masa depan.

Ketiga, program pemerintah belum berjalan dengan baik. Meski program sudah banyak direncanakan, namun karena kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya membangun karakter anak sejak dini masih rendah, maka program itu sulit terwujud maksimal.
In reply to Utchi Umairoh 2013053094

Re: diskusi

by Ida Lestari 2013053109 -
Ida Lestari
2013053109

Izin menambahkan,
Ada beberapa hambatan dalam proses pembentukan karakter, diantaranya:
1. Pertama, dari pihak keluarga. 
Ruang lingkup pendidikan karakter pertama kali tentu harus ditanam melalui sebuah keluarga. Sebagai sekolah pertama bagi seorang anak, keluarga yang diperankan utamanya oleh kedua orang tua memiliki posisi sentral dalam mengintroduksi seorang anak kepada pendidikan karakter. Namun dalam praktiknya, hal ini tidak mudah dilakukan. Pendidikan karakter erat hubungannya dengan nilai-nilai agama di tengah masyarakat. Sedangkan tipologi masyarakat Indonesia dalam memahami pendidikan karakter terbagi menjadi tiga kelas yaitu kelompok bawah, menengah, dan atas. Kelompok bawah, mereka pada dasarnya tidak paham apa dan bagaimana pendidikan karakter ini. Mereka pun tidak ambil pusing untuk mengetahuinya. Ini terjadi karena kelompok bawah lebih mementingkan roda ekonomi keluarga yang belum mapan sehingga pendidikan karakter bagi anak mereka terlupakan. Dengan tipe keluarga seperti ini proses pengenalan pendidikan karakter dalam internal keluarga tidak berjalan sebagaimana mestinya.

2. Kedua, lingkungan. 
Jamak kita ketahui bahwa lingkungan berperan besar dalam pembentukan karakter seorang anak. Betapapun bagusnya sebuah keluarga dalam mengajarkan pendidikan karakter di rumah namun jika lingkungan anak tersebut tidak mendukung, sudah pasti proses ini akan gagal. Indonesia sendiri adalah negara yang sedang berkembang. Berbagai macam informasi masuk dan dikonsumsi masyarakatnya dari yang muda hingga tua. Tentu ini bagus. Akan tetapi kemampuan menganalisa dan menyaring informasi tersebut masih belum dimiliki pelajar kita. Dalam hal ini, informasi yang telah dikonsumsi dengan tanpa adanya kemampuan mengkritisi akan menjadi karakter bagi seorang anak yang membentuk kepribadiannya. Pada tahun 2008 lalu seorang bocah sekolah dasar meninggal setelah bermain smack down bersama temannya. Perilaku ini dipengaruhi oleh tontonan serupa di salah satu TV nasional kala itu.

3. Ketiga, kurikulum dan pendidik. 
Dalam praktiknya di lapangan, pemerintah telah merevisi berkali-kali kurikulum nasional yang menekankan akan pentingnya nilai-nilai karakter diterapkan dalam pembelajaran. Beberapa di antaranya adalah kejujuran, religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, mandiri, dsb. Langkah seperti ini masih terlihat belum optimal mengingat toleransi khususnya kepada yang berbeda keyakinan mulai menurun di kalangan pelajar sekolah menengah. Keseriusan pelaksana pendidikan dalam hal ini guru masih belum maksimal. Pembelajaran di kelas, seperti jamak kita rasakan, masih menitik beratkan murid kepada kemampuan kognitif saja. Orientasi pembelajaran masih banyak dipengaruhi oleh nilai rapor bukan internalisasi karakter itu sendiri. Lebih parah lagi, dikotomi mata pelajaran eksakta dan sosial-bahasa menambah keruh rekam jejak pendidikan selama ini. Setiap sekolah lebih mementingkan rasa gengsi mereka untuk meluluskan anak didiknya dalam memasuki PTN favorit. Tentu ini hal yang baik namun tendensius melupakan tujuan utama pendidikan, yaitu character building. Pemerintah masih perlu bekerja keras membangun iklim pendidikan yang ideal bagi penanaman karakter yang telah lama dicanangkan dalam kurikulum sekolah selama ini. Seperti yang saya awali dalam pembuka tulisan di atas bahwa implementasi pendidikan karakter di Indonesia mungkin bisa, tapi sulit. Hal-hal yang masih belum selesai perlu terus didiskusikan bersama agar tujuan pendidikan karakter bisa tercapai dan kasus-kasus negatif dalam dunia pendidikan tidak lagi ada.

Sekian, terima kasih.
In reply to Ridha Rizkyka Azammi

Re: diskusi

by Nazla Asa 2013053152 -
Nazla Asa Luqyana
2013053152
Izin menambahkan jawaban

Hambata-hambatan dalam proses pembentukan karakter:
(1) nilai-nilai karakter yang dikembangkan di sekolah belum terjabarkan dalam indikator yang representatif. Indikator yang tidak representatif dan baik tersebut menyebabkan kesulitan dalam mengungukur ketercapaiannya.

(2) sekolah belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan visinya. Jumlah nilai-nilai karakter demikian banyak, baik yang diberikan oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, maupun dari sumber-sumber lain. Umumnya sekolah menghadapi kesulitan memilih nilai karakter mana yang ssuai dengan visi sekolahnya. Hal itu berdampak pada gerakan membangun karakter di sekolah menjadi kurang terarah dan fokus, sehingga tidak jelas pula monitoring dn penilaiannya.

(3) pemahaman guru tentang konsep pendidikan karakter yang masih belum menyeluruh. Jumlah guru di Indonesia yang lebih 2 juta merupakan sasaran program yang sangat besar. Program pendidikan karakter belum dapat disosialisaikan pada semua guru dengan baik sehingga mereka belum memahaminya.

(4) guru belum dapat memilih nilai-nilai karakter yang sesuai dengan mata pelajaran yang diampunya. Selain nilai-nilai karakter umum, dalam mata pelajaran juga terdapat nilai-nilai karakter yang perlu dikembangkan guru pegampu. Nilai-nilai karakter mata pelajaran tersebut belum dapat digali dengan baik untuk dikembangkan dalam proses pembelajaran.

(5) Guru belum memiliki kompetensi yang memadai untuk mengintegrasikan nilai-niai karakter pada mata pelajaran yang diampunya. Program sudah dijalankan, sementara pelatihan masih sangat terbatas diikuti guru menyebabkan keterbatasan mereka dalam mengintegrasikan nilai karakter pada mata pelajaran yang diampunya.

(6) guru belum dapat menjadi teladan atas nilai-nilai karakter yang dipilihnya. Permasalahan yang paling berat adalah peran guru untuk menjadi teladan dalam mewujudkan nilai-nilai karakter secara khusus sesuai dengan nilai karakter mata pelajaran dan nilai-nilai karakter umum di sekolah.
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by RAHMAH NUR'AINI 2013053127 -
Nama : Rahmah Nur'Aini
NPM : 2013053127

Terima kasih atas kesempatannya yang saya tanyakan yaitu, apa saja tantangan yang dihadapi oleh pendidik dalam menerapkan 4 Proses (mengetahui, menghayati, melakukan, membiasakan karakter yang baik) pembentukan karakter di masa pembelajaran online saat ini. Lalu bagaimana cara pendidik mengatasi tantangan pada pembentukan karakter di pembelajaran online tersebut?
Terimakasih
In reply to RAHMAH NUR'AINI 2013053127

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Mira Desrina
2013053059

Izin menjawab tantangan yang dihadapi oleh pendidik dalam menerapkan 4 Proses (mengetahui, menghayati, melakukan, membiasakan karakter yang baik) pembentukan karakter di masa pembelajaran online saat ini.
Tantangan nya yaitu,
1.Keterbatasan pengawasan pembelajaran mengapa demikian?karena tentunya dalam pembelajaran online saat ini apalagi jika di jenjang sekolah dasar yang mana anak-anak nya dengan di awasi secara langsung saja masih belum terlalu serius dalam belajar apalagi melalui online jarak jauh yang tidak di awasi oleh pendidik nya di sekolah.
Tetapi hal tersebut juga bisa di atasi dengan pengawasan orang tuanya di rumah.

Lalu cara pendidik mengatasinya tangan pada pembentukan karakter di dalam pembelajaran jarak jauh ini misalnya dapat di lakukan dengan peserta didik di minta untuk membantu kegiatan atau pekerjaan orang tuanya di rumah kemudian di pertemuan selanjutnya maka pendidik akan meminta peserta didik tersebut menceritakan apa yang telah dia lakukan dalam membantu orang tuanya tersebut.
Terima kasih
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Elysia Vitaloka -
Elysia Vitaloka (2013053150)

Izin bertanya, bagaimana cara pendidik membentukan karakter sopan santun dengan pengkondisian? dan berikan contoh
In reply to Elysia Vitaloka

Re: diskusi

by Regita Nurliana Sukma -
Regita Nurliana Sukma
2063053004
Izin menjawab pertanyaan Elysia Vitaloka:
Pembentukan karakter sopan santun (menghormati orang lain) melalui pengkondisian dapat dilakukan dengan beberapa cara. Diantaranya (Lickona, 2013):
1. Menciptakan Komunitas yang Bermoral
Menciptakan komunitas yang bermoral dengan mengajarkan siswa untuk saling menghormati, menguatkan, dan peduli. Dengan ini, rasa empati siswa akan terbentuk.
2. Disiplin Moral
Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk berperilaku dengan penuh rasa tanggung jawab di segala sitasi, tidak hanya ketika mereka di bawah pengendalian atau pengawasan guru atau orang dewasa saja. Disiplin moral menjadi alasan pengembangan siswa untuk menghormati aturan, menghargai sesame, dan otoritas pengesahan atau pengakuan guru.
3. Menciptakan Lingkungan Kelas yang Demokratis: Bentuk Perteman Kelas
Menciptakan lingkungan kelas yang demokratis dapat dilakukan dengan membentuk pertemuan kelas guna membentuk karakter terpuji santun atau menghoramti orang lain. Menurut Lickona (2013:212), tujuan perkembangan karakter dari pertemuan kelas yaitu:
1) mengembangkan siswa melalui kebiasaan tatap muka untuk mencapai kemampuan siswa yang mampu mendengarkan, menghargai, dan menghormati pendapat orang lain.
2) menyediakan sebuah forum untuk bertukar pikiran sehingga akan mncul rasa kepercayaan diri masing-masing individu.
3) membantu perkembangan ketiga bagian karakter, kebiasaan moral, perasaan, dengan melakukan latihan setiap hari dalam kehidupan di kelas.
4) menciptakan komunitas moral sebagai sebah struktur dukungan untuk memelihara wilayah sebuah kualitas karakter yang baik bahwa sejatinya para siswa itu berkembang.
5) mengembangkan sikap dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mengambil peranan dalam kelompok pengambil keputusan secara demokratik.
4. Mengajarkan Nilai Melalui Kurikulum
Kurikulum berbasis nilai moral akan membantu membentuk atau mengkondisikan siswa dalam membentuk karakter terpuji. Dan salah satunya adalah karakter santun. Dari kurikulum berbasis nilai moral ini bergerak dan menuju pusat dari proses belajar-mengajar.
5. Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif dapat mengembangkan dan membentuk karakter terpuji santun atau menghargai orang lain karena pembelajaran kooperatif memiliki banyak keuntungan. Keuntungan-keuntungan tersebut diantaranya, proses belajar kooperatif dapat mengajarkan nilai-nilai kerja sama, membangun komunitas di dalam kelas, keterampilan dasar kehidupan, memperbaiki pencapaian akademik, rasa percaya diri, dan penyikapan terhadap sekolah, dapat menawarkan alternative dalam pencatatan, dan yang terakhir yaitu memiliki potensi untuk mengontrol efek negatif.
6. Meningkatkan Tingkat Diskusi Moral
Melalui diskusi moral, siswa mampu bertukar pendapat dengan siswa lain. Hasilnya, mampu membat siswa tersebt saling menghargai pendapat-pendapat yang memang berbeda dengan pendapatnya. Diskusi moral ini lebih kebanyakan bertujuan untuk menyamakan pendapat antara pendapat yang satu dengan lainnya.
In reply to Regita Nurliana Sukma

Re: diskusi

by Serly Setyowati 2013053081 -
Serly Setyowati
2013053081

Izin menambahkan jawaban dari pertanyaan Elysia.
Cara pendidik membentuk karakter sopan santun pada peserta didik dengan pengkondisian adalah dengan memberi pemahaman dan contoh yang baik.

Saya beri contoh konkritnya, misal seluruh peserta didik ribut ketika tidak ada pendidik di dalam kelas, lalu ketika pendidik memasuki ruangan, pendidik dapat memberi pemahaman peserta didik dengan meletakkan jari telunjuk di bibir (tanda diam) agar peserta didik kondusif, dan hindari menggunakan kata 'jangan' seperti 'jangan ribut!'. Dengan demikian, peserta didik yang sudah paham dengan konsep tersebut akan segera diam dan duduk di tempatnya masing-masing, karena peserta didik yang menghargai pendidik mencerminkan karakter sopan santun. 

Mungkin seperti itu yang dapat saya tambahkan, jika terdapat kekeliruan saya minta maaf.
In reply to Elysia Vitaloka

Re: diskusi

by Fadilatun Nisa Aulia -
Izin menambahkan jawaban dari pertanyaan Elysia Vitaloka
Nama : Fadilatun Nisa Aulia
NPM : 2063053002
Didalam dunia pendidikan, karakter dan sopan santun merupakan dua komponen yang sangat penting bagi peserta didik, pendidikan karakter mengajarkan nilai-nilai yang diterima secara luas salah satunya sopan santun begitupun sebaliknya sopan santun membutuhkan pendidikan karakter sehingga peserta didik dapat menerapkan nilai-nilai sopan santun baik itu di sekolah, dirumah maupun dilingkungan masyarakat.
Pendidik bisa mengajarkan dengan cara menasehati tidak boleh berkata dengan perkataan kotor. Contoh dalam sebuah ruang kelas pendidik memberikan nasehat bahwaa jika di dalam ruang kelas dan proses pembelajaran telah dimulai maka peserta didik harus duduk diam mendengarkan ibu guru dan peserta didik harus fokus dalam proses pembelajaran, lmaka dengan seperti itu proses pembelajaran akan nayaman dan tenang. Lalu pendidik juga bisa mengajarkan kepada peserta didik untuk hormat dan patuh kepada bapak ibu guru di lingkungan sekolah dan dimanapun bahkan dengan siapapaun. Misalkan jika di lingkungan sekolah pendidik mengajarkan kepada peserta didik agar selalu hormat dan memberikan salam dan berjabat tangan jika bertemu dengan guru di ajaln ataupun di dalam lingkungan sekolah.
In reply to muhisom M.Pd.I

Re: diskusi

by MIRA DESRINA 2013053059 -
Baiklah tiba di penghujung acara yaitu penutup,berhubung materi yang kami sampaikan sudah selesai dan waktu juga sudah habis.
Marilah kita mengucapkan lafadz Hamdalah.
Dan terima kasih kepada rekan-rekan semua atas partisipasi nya.

Saya selaku moderator mohon maaf apabila terdapat penyampaian kata atau kalimat yang kurang berkenan.

Saya akhiri wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Selamat Siang
In reply to MIRA DESRINA 2013053059

Re: diskusi

by Rima Anggraini -
Alhamdulillahirobbil'alamin
Wa'alaikumsalam warahmatullahi wabarakatuh