Silahkan kerjakan tugas latihan berikut dengan menuliskan pada kolom replay
Tugas Latihan 3
Nama : Yudianto
NPM : 2013024021
Izin menjawab,
Suatu zat dikatakan racun bila zat tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada penggunanya. Namun dalam kehidupan sehari-hari, yang dikatakan racun adalah zat dengan risiko kerusakan yang relatif besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa soal dosis facit venenum (Paracelsus) diartikan sebagai kehadiran suatu zat yang berpotensi toksik di dalam organisme belum tentu menghasilkan keracunan. Hampir pada setiap manusia dapat dinyatakan jumlah tertentu dari timbel, air raksa, dan Dichloro-diphenyl-trichloroethane (DDT). Namun demikian, zat ini tidak menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang diabsorpsi berada di bawah konsentrasi yang toksik. Sebaliknya, bila zat tersebut diabsorpsi dalam jumlah yang besar, maka zat ini dapat menimbulkan gejala keracunan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembuktian racun pada konsentrasi yang subtoksik mempunyai arti penting karena dengan mengetahui adanya bahaya pada saat yang tepat, maka dapat dihindari eksposisi yang lebih lanjut sehingga kerusakan dapat dihindari.
Jumlah zat yang masuk atau kontak seseorang disebut dosis. Pertimbangan penting dalam dosis adalah berat badan. Jika seorang anak terkena jumlah bahan kimia yang sama seperti orang dewasa, anak (yang beratnya kurang) dapat mempengaruhi lebih dari orang dewasa. Misalnya, anak-anak diberikan aspirin dalam jumlah yang lebih sedikit daripada orang dewasa karena dosis orang dewasa terlalu besar untuk berat badan anak.
Semakin besar jumlah zat yang terpapar pada seseorang, semakin besar kemungkinan efek kesehatan akan terjadi. Sejumlah besar zat yang relatif tidak berbahaya bisa menjadi racun. Misalnya, dua tablet aspirin dapat membantu meredakan sakit kepala, tetapi meminum satu botol penuh aspirin dapat menyebabkan sakit perut, mual, muntah, sakit kepala, kejang, atau kematian.
Nama : Yusra Hayati
NPM : 2013024053
Izin menjawab,
Apabila zat kimia dikatakan berracun (toksik), maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Hampir semua zat bisa beracun, yaitu dapat menyebabkan efek merusak pada fungsi tubuh, tidak hanya tergantung pada dosis, tapi juga pada berbagai faktor lain seperti cara paparan, apakah subjek sudah terpapar pada senyawa baru-baru ini, atau apakah racun lain masuk ke dalam pada waktu yang sama. zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme. Dalam bidang toksikologi sudah dikenal adanya Postulat Paracelcus: “All substances are poisons; there is none which is not a poison. The right dose differentiates
a poison from a remedy”, "Semua zat adalah racun, tidak ada yang bukan racun. Dosis yang tepat yang membedakan racun dari obat." memungkinkan untuk membedakan apakah kerjanya sebagai obat atau sebagai zat racun.
Terimakasih
wassalamualaikum warahmatullahi wabaraktuh
Selamat Pagi, Ibu.
Nama : Adelia Safitri
NPM : 2013024047
Izin menanggapi Ibu, setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme yang bersangkutan yaitu karena kemungkinan zat yang bersifat toksik tersebut belum mencapai ambang batas maksimum sehingga belum terjadi atau belum menunjukkan dampak keracunan. Zat yang berpotensi toksik tersebut juga kemungkinan termasuk kedalam zat yang memiliki toksisitas kronis yang akan menyebabkan keracunan dalam jangka waktu yang lama sampai zat tersebut terakumulasi di dalam tubuh suatu organisme yang bersangkutan contohnya seperti borax dan pewarna makanan yang efek atau dampaknya tidak terlihat secara spontan namun dalam jangka waktu yang lama hingga mencapai ambang batas maksimumnya.
Mohon koreksinya kembali, Ibu. Terima kasih, Ibu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Selamat pagi Ibu dan teman-teman.
Nama : Diana Yosita
NPM : 2013024031
Izin menjawab,
Menurut saya zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme, karena tingkat toksisitas setiap zat berbeda, dimulai dari U = unknown, 0 = tanpa toksisitas, 1 = toksisitas rendah, 2 = toksisitas sedang, 3 = tokisistas tinggi, Menurut saya zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan adalah tingkat toksisitas 0 = tanpa toksisitas, ditetapkan untuk menggambarkan terhadap material yang tidak menimbulkan gangguan selama digunakan secara normal, atau hanya menimbulkan efek jika dalam kondisi sangat luar biasa (dosis berlebihan). Artinya suatu zat tidak akan menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang diabsorpsi berada di bawah konsentrasi yang toksik. Sebaliknya, bila zat tersebut diabsorpsi dalam jumlah yang besar, maka zat ini dapat menimbulkan gejala keracunan. Kemudian terdapat zat yang berpotensi toksik bila di sentuh tidak menimbulkan gejala keracunan, zat tersebut termasuk dalam tingkat toksisitas 1 = toksisitas rendah, bila material dalam per-sentuhan tunggal dalam waktu singkat sampai lama hanya menimbulkan gangguan ringan dan reversibel dengan luas persentuhan yang sempit ataupun luas. Misalnya detergen dan insektisida rumah tangga dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia,
Mohon koreksinya, Ibu. Terima kasih, Ibu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama : Era Apriliana
NPM : 2013024027
Izin menjawab, Bu.
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena efek toksik dalam sistem biologis tidak akan terjadi jika zat tersebut tidak mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan efek toksiki toksik. Terjadi tidaknya respons toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi paparan, dan kerentanan sistem biologis dari subjek. Oleh karena itu untuk mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari suatu zat tertentu, maka perlu diketahui tidak hanya efek-efek dan dosis yang diperlukan untuk menghasilkan efek tersebut, tetapi juga informasi mengenai sifat zat tersebut, pemaparannya, dan subjeknya. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk (route of entry) kedalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Terima kasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama : Icha Miranda Auria
NPM : 2013024011
Izin menjawab,Toksikologi adalah ilmu pengetahuan mengenai kerja senyawa kimia yang merugikan terhadap organisme. sehingga Suatu zat dinyatakan toksik bila zat tersebut mengakibatkan efek yang merugikan bagi yang menggunakannya, maka kebanyakan diartikan sebagai
zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu
pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis,
konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme
atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang
ditimbulkan. Hal ini juga di perkuat dari prinsip toksikologi yaitu sola dosis facit venenum (kehadiran suatu zat yang potensial toksik bagi organisme belum tentu mengakibatkan keracunan bagi organisme bersangkutan). Pepatah ini disampaikan oleh Bapak Toksikologi Paracelsus: "Segala sesuatunya adalah racun, dan tidak ada yang tanpa racun, hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun." Dalam kata lain, suatu substansi baru akan menimbulkan efek racun jika dosisnya sudah cukup tinggi.
Asas ini didasarkan pada temuan bahwa semua bahan kimia (termasuk air dan oksigen) dapat mengakibatkan efek racun jika dosisnya terlalu besar. Temuan ini juga menjadi dasar penetapan standar konsentrasi minimal untuk berbagai kontaminan pada makanan, minuman, dan lingkungan. Namun, bahan kimia tidak selalu mengakibatkan efek akut dalam jangka pendek. Ada pula kontaminan dengan dosis rendah yang dapat mengakibatkan efek kronis jika terpapar dalam jangka panjang. Akibatnya, terdapat standar kesehatan yang mungkin terlalu ketat atau lemah.
Sehingga dapat di simpulkan bahwa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena dosis mempengaruhi zat tersebut, apabila dosis terlalu tinggi mengakibatkan keracunan.Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut
memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi
tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun
sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah
diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil,
akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama.
Karena sifat fisiko kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun)
dalam waktu yang lama di jaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya
terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih
dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Nama : Rahma Dwi Fadila
NPM : 2013024057
Izin menjawab, Bu.
Telah dipostulatkan oleh Paracelcus, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis. Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu juga menghasilkan keracunan, tergantung dari dosis atau ambang batas zat toksik (beracun) yang masuk ke dalam tubuh. Sehingga apabila batas ambang toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini termasuk dengan efek toksik yang bersifat kronis, yaitu apabila terpapar zat yang berpotensi toksik tapi tidak langsung menimbulkan kematian.
Contohnya : Apabila kita memakan bakso yang mengandung zat toksik seperti boraks, mungkin tidak langsung menunjukkan dampak keracunan bagi tubuh karena belum mencapai ambang batas. Namun, apabila kita memakan bakso yang mengandung zat toksik tersebut secara terus menerus maka akan mencapai ambang batas tersebut dan barulah akan menimbulkan efek racun bagi tubuh manusia.
Terima kasih, Bu
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nama : Sherly Fadhila
NPM : 2053024001
Izin menjawab, Bu.
Setiap zat kimia yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme maka zat kimia tersebut dikatakan beracun (toksik). Tetapi tidak semua toksik akan menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena sifat toksik itu sendiri ditentukan dari dosis, konsentrasi racun di reseptor tempat kerja, sifat zat kimia nya, kondisi atau sistem bioorganisme, paparan nya terhadap organisme, dan bentuk efek yang akan ditimbulkan. Efek berbahaya akan timbul jika terjadi interaksi antara zat kimia dengan reseptor dan dengan memperhatikan dua aspek yaitu interaksi antara zat kimia dengan organisme dan pengaruh organisme terhadap zat aktif tersebut. Efek toksik tidak akan dihasilkan oleh zat kimia kecuali zat kimia tersebut mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh organisme pada konsentrasi dan waktu yang cukup untuk menghasikan manifestasi toksik.
Terima kasih, Bu.
Wassalamualaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh.
Nama : Ahmad Syaiful Anwar
NPM : 2013024043
Telah dipostulatkan oleh Paracelcus, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama. Karena sifat fisiko kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nama : Shella Hamidah
NPM : 2013024059
Izin menjawab,
Suatu zat dikatakan toksik apabila terjadinya keracunan yang ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Salah satu pernyataan Paracelsus menyebutkan “semua substansi adalah racun; tiada yang bukan racun. Dosis yang tepat membedakan racun dari obat”. Sekarang dikenal banyak faktor yang menyebabkan keracunan, namun dosis tetap merupakan faktor utama yang paling penting. Secara sederhana, toksikologi dapat didefinisikan sebagai kajian tentang hakikat dan mekanisme efek berbahaya (efek toksik) berbagai bahan kimia terhadap makhluk hidup dan sistem biologik lainnya. Ia dapat juga membahas penilaian kuantitatif tentang berat dan kekerapan efek tersebut sehubungan dengan terpejannya (exposed) makhluk tadi. Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan (pemajanan) terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk ke dalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Terima kasih. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Izin Menjawab bu
Nama : Wanda Pangestu
Npm ; 2053024003
Jika suatu zat berdampak buruk bagi pengguna, itu dikatakan beracun. Namun, apa yang disebut racun dalam kehidupan sehari-hari adalah zat dengan risiko bahaya yang relatif tinggi, dan dosis Fasit Venenum (Paracelsus) tidak selalu dipandu oleh adanya zat yang berpotensi beracun dalam organisme.
Ketika racun memasuki suatu organisme, maka dapat berinteraksi dengan reseptor-reseptor ini dan menghasilkan perubahan stuktural atau fungsional. Mekanisme kerja racun, seperti yang ditentukan oleh sifat kimia bahan beracun, akan menentukan target reseptor apa dan efek toksik keseluruhan pada tingkat sel dan tingkat organisme
Nama: Linawati
NPM: 2013024051
Izin Menjawab
Mengapa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena suatu zat akan berpotensi toksik jika zat tersebut sudah mencapai batas ambang, jika belum mencapai batas ambang zat tersebut belum tergolong toksik, Suatu zat dinyatakan toksik bila zat tersebut mengakibatkan efek yang merugikan bagi yang menggunakannya. seperti contoh: boraks, beberapa penjual makanan menggunakan boraks sebagai salah satu bahan komposisi di makanan, akan tetapi ketika kita memakan makanan yang mengandung boraks tersebut, kita tidak langsung terkena efek merugikan sebab boraks yang masuk kedalam tubuh belum mencapai ambang batas maksimum. Berbeda jika kita mengonsumsi makanan tersebut setiap saat hari, maka suatu ketika kita akan terkena efek merugikan dari boraks yang menyebabkan toksisitas tersebut.
Terimakasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Annisa Murtaja Harits
NPM : 2013024001
Izin menjawab,
Suatu zat dapat dinyatakan toksik apabila zat tersebut mengakibatkan efek yang merugikan bagi yang menggunakannya, maka kebanyakan diartikan sebagai zat yang berpotensi memberikan efek berbahaya terhadap mekanisme biologi tertentu pada suatu organisme. Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh: dosis, konsentrasi racun di reseptor “tempat kerja”, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Suatu zat dikatakan toksik jika terjadinya keracunan yang ditentukan oleh dosis dan cara pemberian. Hal ini berdasarkan pada prinsip toksikologi yaitu ‘sola dosis facit venenum’ bahwa kehadiran suatu zat yang potensial toksik bagi organisme belum tentu mengakibatkan keracunan bagi organisme bersangkutan. Bapak Toksikologi Paracelsus menyatakan: "Segala sesuatunya adalah racun, dan tidak ada yang tanpa racun, hanya dosis yang membuat sesuatu menjadi bukan racun." Suatu substansi baru akan menimbulkan efek racun jika dosisnya sudah cukup tinggi. Asas ini didasarkan pada temuan bahwa semua bahan kimia (termasuk air dan oksigen) dapat mengakibatkan efek racun jika dosisnya terlalu besar. Temuan ini juga menjadi dasar penetapan standar konsentrasi minimal untuk berbagai kontaminan pada makanan, minuman, dan lingkungan. Namun, bahan kimia tidak selalu mengakibatkan efek akut dalam jangka pendek. Adapun kontaminan dengan dosis rendah yang dapat mengakibatkan efek kronis jika terpapar dalam jangka panjang. Akibatnya, terdapat standar kesehatan yang mungkin terlalu ketat atau lemah. Sehingga dapat di simpulkan bahwa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena dosis mempengaruhi zat tersebut, apabila dosis terlalu tinggi dapat mengakibatkan keracunan. Contoh misalnya jika kita memakan bakso yang mengandung zat toksik seperti boraks, mungkin tidak langsung menunjukkan dampak keracunan bagi tubuh karena belum mencapai ambang batas. Namun, apabila kita memakan bakso yang mengandung zat toksik tersebut secara terus menerus maka akan mencapai ambang batas tersebut dan barulah akan menimbulkan efek racun bagi tubuh. Contoh lainnya yaitu pada insektisida “Dichloro-diphenyl-trichloroethan” atau disebut DDT dalam dosis yang sedikit tidak akan menimbulkan efek keracunan yang berbahaya bagi manusia. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Mekanisme toksisitas dari DDT masih dalam perdebatan, walaupun komponen kimia ini sudah disintesis sejak tahun 1874. Tetapi pada dasarnya pengaruh toksiknya terfokus pada neurotoksin dan pada otak. Saraf sensorik dan serabut saraf motorik serta kortek motorik adalah merupakan target toksisitas tersebut. Dilain pihak bila terjadi efek keracunan perubahan patologiknya tidaklah nyata. Bila seseorang menelan DDT sekitar 10 mg/Kg akan dapat menyebabkan keracunan, hal tersebut terjadi dalam waktu beberapa jam.
Terimakasih
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Salma Agustika Zain
NPM : 2013024035
Izin menjawab.
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme. Hal tersebut dikarenakan Sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh dosis, konsentrasi racun di tempat aksi, sifat zat tersebut, kondisi bioorganisme atau sistem bioorganisme, paparan terhadap organisme dan bentuk efek yang ditimbulkan. Contohnya pada penggunaan pestisida. Penggunaan dosis aplikasi yang tidak sesuai anjuran serta seringnya terjadi paparan atau kontak terhadap pestisida lama-kelamaan akan membuat racun pestisida tersebut mencapai ambang batasnya. Hal tersebut nantinya akan menimbulkan dampak yang serius bagi para petani. Mereka dapat mengalami pusing-pusing ketika sedang menyemprot maupun sesudahnya, atau muntah-muntah, mulas, mata berair, kulit terasa gatal-gatal dan menjadi luka, kejang-kejang, pingsan, dan tidak sedikit kasus berakhir dengan kematian. Namun, jika pestidida ini digunakan dalam jumlah yang sesuai, tentunya tidak akan menimbulkan dampak keracunan pada organisme.
Terima kasih, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.Nama : Yona Sesilia Oktaviani Manurung
NPM : 2013024009
Izin Menjawab,
Sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis, yang berarti kehadiran suatu zat berpotensial toksik dalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga
keracunan. zat- zat toksik pada umumnya ada yang bersifat berbahaya, dan ada yang bersifat beracun, atau bersifat keduanya.Tidak semua bahan berbahaya bersifat racun, sedangkan bahan beracun sudah tentu berbahaya. Tingkat toksisitas kronis (Terjadi, bila suatu racun terpapar tapi tidak menimbulkan kematian), tingkat racun kronis ini adalah jenis tingkat keracunan yang diterima oleh organisme lalu menimbulkan keracunan setelah terpapar selama tempo yang panjang. Contohnya yang terjadi pada manusia dikehidupan sehari-hari yakni mengonsumsi borax (memalui bakso yang mengandung borax), dan mengonsumsi saos dari pedagang-pedagang nakal (saos yang diproduksi dari tomat busuk/ pepaya busuk). Dengan demikian jika mengonsumsi makanan tersebut dalam jangka waktu yang lama atau terus menerus akan menyebabkan keracunan dikarenakan hati tidak bisa lagi mengkontrol racun yang ada di dalam tubuh. lain halnya jika tidak dikonsumsi secara terus menerus dan mengimbangi makan dengan makanan yang sehat tidak akan menimbulkan keracunan.
Mohon koreksinya kembali, Ibu. Terima kasih, Ibu. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama: Alma Aulia Husnussuroya
NPM : 2013024045
Izin menjawab.
Pada zat yang berpotensi toksik, hanya dosis yang menjadi tolak ukur zat tersebut menimbulkan efek keracunan atau tidak. Hal ini berarti zat yang potensial belum tentu menyebabkan dampak keracunan bagi organisme yang terpapar. Hampir tiap individu dapat dideteksi sejumlah tertentu zat seperti DDT dan timbal, tetapi zat-zat tersebut tidak menimbulkan reaksi keracunan karena dosis yang ada masih berada dibawah konsentrasi toksik. Setelah dosis berada pada dosis toksik maka zat tersebut dapat menimbulkan keracunan. Hal yang sebaliknya yang akan terjadi, jika zat yang digunakan dalam konsentrasi atau jumlah yang besar maka dapat menimbulkan kerusakan atau keracunan bagi tubuh. Karenanya perlu pengetahuan yang mendasari tentang resiko toksisitas suatu zat.
Dosis terutama ditentukan oleh konsentrasi dan lamanya ekposisi zat. Racun pada konsentrasi yang rendah tetapi terdapat kontak yang lama dapat menimbulkan efek tosik yang sama dengan zat yang terpapar pada konsentrasi tinggi dengan waktu kontak yang singkat.
Terima kasih
Nama : DEWI LATIFAH
NPM : 2013024017
Izin menjawab Ibu,
- Karena ambang batas yang dapat diterima pada setiap organisme berbeda-beda. Jika konsentrasi zat toksik pada tubuh suatu organisme sudah mencapai ambang batas maksimal, maka dampaknya (keracunan) dapat terjadi, begitupula sebaliknya. Seperti yang telah dipostulatkan oleh Paracelcus, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan.
Contohnya yaitu:
Insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama. Karena sifat fisiko kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis. Toksin Clostridium botulinum, adalah salah satu contoh tokson, dimana dalam konsentrasi yang sangat rendah (10-9 mg/kg berat badan), sudah dapat mengakibatkan efek kematian.
Terimakasih...
Nama: Anisa
NPM: 2013024029
Izin menjawab Bu
Mengapa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukan dampak keracunan bagi organisme?
Jawaban:
Karena zat tersebut belum mencapai ambang batas yang dapat menyebabkan organisme keracunan. Apabila zat tersebut sudah mencapai ambang batas maka dampak keracunan akan terjadi. Zat yang berpotensi toksik apabila di gunakan dalam jumlah sedikit mungkin tidak akan secara langsung berdampak pada organisme, namun apabila dalam waktu yang lama zat tersebut akan dapat menunjukan dampak bagi organisme tersebut.
Terimakasih Bu, Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Siti Annisa Nurjanah
NPM : 2013024037
Izin menjawab,
Mengapa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme? tulisan alasanmu pada kolom replay
Jawab :
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme karena sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Efek toksik atau efek yang tidak diinginkan dalam sistem biologis tidak akan dihasilkan oleh bahan kimia kecuali bahan kimia tersebut atau produk biotransformasinya mencapai tempat yang sesuai di dalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik.
Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia.
Nama: Marissa Sukma Wardhana
NPM: 2013024013
Apa yang menyebabkan zat menjadi toksik?
1) Dosis. Semua benda dapat menjadi toksikan, namun tergantung kadarnya. "The dose makes the poison". Bahan kimia dapat menjadi toksik pada dosis tinggi, namun bahan kimia dosis tinggi juga dapat menjadi manfaat apabila dosis yang diberikan sesuai.
2) Durasi paparan. Pada dosis tinggi mungkin organisme memang tidak terpengaruh setelah paparan jangka pendek, tetapi paparan berulang dari waktu ke waktu baru dapat menyebabkan dampak.
3) Latensi. Kemungkinan organisme tersebut mengalami paparan kronis sehingga efeknya belum terlihat sekarang.
4) Sensitivitas. Setiap organisme sangat bervariasi dalam kepekaan mereka terhadap efek bahan kimia. Banyak hal yang menentukan bagaimana individu akan bereaksi terhadap suatu bahan kimia. Perbedaan sensitivitas ini dipengaruhi oleh faktor usia, jenis kelamin, sifat bawaan, keadaan kesehatan, maupun penggunaan obat-obatan. Beberapa orang bisa saja mengalami efek racun dari bahan kimia pada dosis yang lebih rendah (atau lebih tinggi) daripada orang lain.
Nama : Annisa Prima Sifa
Npm : 2013024005
Izin menjawab bu,
Seperti yang dikatakan oleh ibu pada saat menjelaskan, bahwa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme dikarenakan belum mencapai ambang batasnya dan ini termasuk pada toksisitas kronis, yaitu terpapar namun tidak menimbulkan kematian ( bisa tidak menimbulkan dampak, atau dampaknya ringan. contohnya, seperti saat kita memakan bakso yang mengandung boraks. Pada saat itu, tidak akan langsung memberikan dampak keracunan, namun jika kita sudah terlalu sering memakan bakso yang mengandung boraks, dan tubuh kita telah tertimbun oleh racun-racun tersebut, dan tidak bisa di hancurkan oleh hati, sehingga racun itu menumpuk, sudah mencapai ambang batasnya, maka akan menimbulkan dampak yang berbahaya untuk tubuh.
Terima kasih bu.
Nama : Melin Gustina
NPM : 2013024025
Izin menjawab, Bu.
Mengapa setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme?
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme Hal ini dapat disebabkan karena zat yang berpotensi toksik dalam tubuh belum mencapai batas toleransi tubuh. Misalnya jika kita mengkonsumsi mie instan atau bakso boraks. Efek yang ditimbulkan dari pengonsumsian bakso boraks dan mie instan baru akan menimbulkan dampak negative setelah tempo waktu yang lama dan penggunaan yang melebihi ambang batas toleransi tubuh manusia. Hal ini termasuk contoh dari toksisitas kronis.
Nama: Sarwinda Tita Kusuma Wardani
NPM : 2013024033
Izin menjawab bu
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme, karena sifat toksik dari suatu senyawa ditentukan oleh dosis dan juga konsentrasi racun di tempat kerja. Artinya, walaupun zat tersebut berpotensi toksik, namun jika tidak melebihi ambang batas dosis yang diberikan, maka tidak menimbulkan efek keracunan bagi organisme, sebaliknya zat yang dirasa tidak berpotensi toksik, jika diberikan di atas ambang batas dosis maka akan menyebabkan dampak keracunan. Contohnya jumlah tetentu timbal atau merkuri dalam tubuh manusia belum tentu menimbulkan keracunan, jika di absorbs di bawah ambang.
Terima kasih
wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Nazhifah Dzihni
NPM : 2013024023
Izin menjawab bu..
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menunjukkan dampak keracunan bagi organisme, dikarenakan efek toksik dalam sistem biologis tidak akan terjadi jika bahan kimia tersebut tidak mencapai tempat yang sesuai didalam tubuh pada konsentrasi dan lama waktu yang cukup untuk menghasilkan manifestasi toksik. Terjadi tidaknya respons toksik tergantung pada sifat kimia dan fisik dari bahan tersebut, situasi paparan, dan kerentanan sistem biologis dari subjek. Oleh karena itu untuk mengetahui karakteristik lengkap tentang bahaya potensial dan toksisitas dari suatu bahan kimia tertentu, maka perlu diketahui tidak hanya efek-efek dan dosis yang diperlukan untuk mengahsilkan efek tersebut, tetapi juga informasi mengenai sifat bahan kimianya sendiri, pemaparannya, dan subjeknya. Faktor utama yang mempengaruhi toksisitas yang berhubungan dengan situasi pemaparan terhadap bahan kimia tertentu adalah jalur masuk (route of entry) kedalam tubuh, jangka waktu dan frekuensi pemaparan.
Terimakasih
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Saya Fathiyah Ghina Ar Khansa (2013024055) izin menjawab,
Setiap zat yang berpotensi toksik belum tentu menujukkan dampak kerajinan bagi organisme, hal ini dikarenakan zat tersebut tidak menimbulkan gejala keracunan selama jumlah yang diabsorpsi berada di bawah konsentrasi yang toksik. Sebaliknya, bila zat tersebut diabsorpsi dalam jumlah yang besar, maka zat ini dapat menimbulkan gejala keracunan. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembuktian racun pada konsentrasi yang subtoksik mempunyai arti penting karena dengan mengetahui adanya bahaya pada saat yang tepat, maka dapat dihindari eksposisi yang lebih lanjut sehingga kerusakan dapat dihindari.
Nama : Aldisya Salwa Madani
NPM : 2013024003
Izin Menjawab, Telah dipostulatkan oleh Paracelcus, bahwa sifat toksik suatu tokson sangat ditentukan oleh dosis (konsentrasi tokson pada reseptornya). Artinya kehadiran suatu zat yang berpotensial toksik di dalam suatu organisme belum tentu menghasilkan juga keracunan. Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama. Karena sifat fisiko kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Nama : Rani Thifal Batari
NPM : 2013024041
Izin menjawab Bu,
Suatu zat dikatakan racun apabila zat tersebut menyebabkan efek yang merugikan pada penggunanya. Namun, dalam kehidupan sehari-hari, yang dikatakan racun adalah zat dengan risiko kerusakan yang relatif besar.
Misal insektisida rumah tangga (DDT) dalam dosis tertentu tidak akan menimbulkan efek yang berbahaya bagi manusia, namun pada dosis tersebut memberikan efek yang mematikan bagi serangga. Hal ini disebabkan karena konsentrasi tersebut berada jauh dibawah konsentrasi minimal efek pada manusia. Namun sebaliknya apabila kita terpejan oleh DDT dalam waktu yang relatif lama, dimana telah diketahui bahwa sifat DDT yang sangat sukar terurai dilingkungan dan sangat lipofil, akan terjadi penyerapan DDT dari lingkungan ke dalam tubuh dalam waktu relatif lama. Karena sifat fisiko kimia dari DDT, mengakibatkan DDT akan terakumulasi (tertimbun) dalam waktu yang lama di jaringan lemak. Sehingga apabila batas konsentrasi toksiknya terlampaui, barulah akan muncul efek toksik. Efek atau kerja toksik seperti ini lebih dikenal dengan efek toksik yang bersifat kronis.
Mohon koreksinya Bu. Terima kasih, Bu
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Mutiara Fadia Haya dengan NPM 2013024019
Izin menjawab, zat dengan risiko
kerusakan yang relatif besar, dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa sola
dosis facit venenum (Paracelsus) diartikan sebagai kehadiran suatu zat yang
berpotensi toksik di dalam organisme belum tentu menghasilkan keracunan.
Selain itu zat kimia pada dasar nya adalah racun. Dapat terjadi keracunan apabila dosis yang diberikan sangat tinggi.
Terimakasih... Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh