Diskusi Pedesaan Vorstenlanden Masa Kolonial

Diskusi

Diskusi

by Yusuf Perdana -
Number of replies: 22

jelaskan 1 yang anda ketahui pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang politik dan budaya !

In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Devi ayu lestari -

Assalamualaikum wr. Wb izin menanggapi bapak saya Devi Ayu Lestari npm 2013033005

Kebijakan Politik Etis berlaku di seluruh wilayah kolonial Belanda 

termasuk Surakarta yang termasuk dalam Vorstenlanden atau wilayah kerajaan. 

Adanya pengaruh politik, perubahan sosial, serta perkembangan pendidikan dan 

kebudayaan sehingga masyarakat mulai mengikuti gaya hidup orang-orang 

Belanda sebagai wujud perubahan sosial dan munculnya kebudayaan baru sebagai 

wujud perkembangan pendidikan terhadap masyarakat yang menjadi salah satu 

pemicu berkembangnya arsitektur di Surakarta. (1)Pengaruh Politik kolonial terhadap kota 

Surakarta pada masa politik etis membawa perkembangan kota yang berawal dari 

kota tradisional dengan budaya Jawa dan pengaruh kerajaan yang kental hingga 

menjadi kota modern yang mulai mendapatkan pengaruh budaya dari masa 

kolonial (2) Masyarakat Surakarta tumbuh dan berkembang menjadi salah satu 

pendukung kebudayaan baru yaitu Indis, kebudayaan baru inilah yang nantinya 

akan mempengaruhi bentuk bangunan, dan perkembangan pendidikan menjadi 

jalan masuknya modernisasi barat terhadap masyarakat, pendidikan menjadikan 

masyarakat lebih mampu mengikuti perubahan sosial yang semakin maju.

In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by kemuning . -
Assalamuallaikum wr. wb izin memperkenalkan diri nama saya Kemuning dengan NPM 2013033045.
Pengaruh bidan politik :
Di dalam arsip-arsip sebelum Perjanjian Giyanti 1755 M, diketemukan naskah nomor 1 yang berisi catatan pembagian wilayah kerajaan, struktur birokrasi dan nama-nama prajurit Mataram. Sultan Agung juga membentuk dan mengatur birokrasi kerajaan serta nama-nama abdi dalem. Pembentukan struktur masyarakat yang hierarkis ini dilanjutkan oleh Amangkurat I (1645-1677M). yang mengatur tentang gelar dan pangkat untuk keluarga Kerajaan Mataram (Margono, 2004: 1-3).

pengaruh pada bidang budaya : (Dalam pendidikan)
ada dua aliran pemikiran yang berbeda mengenai jenis pendidikan yang bagaimana dan untuk siapa. Pertama, Snouck Hurgronje dan direktur pendidikan ’Etis’ yang pertama (1900-5), J.H. Abendanon, mendukung pendekatan yang bersifat elitis. Mereka menginginkan pendidikan yang lebih bergaya Eropa dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar bagi kaum elit Indonesia yang dipengaruhi Barat, yang dapat mengambil alih banyak dari pekerjaan yang ditangani para pemerintah berkebangsaan Belanda.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Elsa Dara Puspita -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,,
saya Elsa Dara Puspita dengan Npm 2013033037. Izin menanggapi
Pengaruh Hindia Belanda di Sulawesi Tengah pada awal abad XX dapat dilihat dari sistem politik dan kekuasaan terutama pemerintahan legal rasional dari Eropa. Sistem pemerintahan dapat dilihat dari pembagian wilayah kekuasaan. Pemerintah Hindia Belanda membagi daerah menjadi dua bagian utama yakni daerah yang dikontrol langsung (Rechtsreeksbestuursgebied atau Governementslanden) dan daerah yang tidak langsung dikontrol (Zelfbestuurslandschappen atau Vorstelanden). Daerah yang dikontrol langsung dibagi lagi menjadi afdeelingen dan sub bagiannya onderafdeelingen. Afdeelingen dipimpin langsung oleh seorang kontroleur Belanda tetapi yang memerintah adalah seorang Bupati. Bupati adalah seorang penguasa baru yang dibuat oleh Belanda untuk menggantikan posisi Mokole, Magau, Karaja, Datu, Kabosenya, sebagai penguasa tertinggi tradisional di wilayah Poso. Bupati inilah yang menguasai keseluruhan Regentchaapen (Kabupaten).

Dampak dari kebijakan Vorstenlanden pada bidang sosial yaitu terjadinya perubahan-perubahan pada sistem strata sosial di masyarakat, pada daerah Jawa khususnya struktur sosial di masyarakat dibagi berdasarkan hak dan kewajiban serta kepemilikan tanah. sedangkan di bidang kebudayaan mengkuti gaya hidup, bahasa, dan tradisi atau kebudayaan yang berbau ke eropa-eropaan.

sekian, terimakasih Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Mia Nurlita 2013033011 -
Assalamualaikum wr wb
Izin memperkenalkan diri bapak
Nama : Mia Nurlita
Npm :2013033011
Kelas : A
Izin menjawab bapak
Campur tangan dan intervensi dari VOC tidak hanya sebatas perdagangan
namun memasuki wilayah politik kerajaan. Adapun dampak pengaruh kolonial di vorstenlanden yaitu Pada tahun 1800 dibentuklah Pemerintah Kolonial Hindia Belanda. Hal tersebut mempengaruhi struktur sosial
yang terbentuk dalam masyarakat. Klasifikasi dalam masyarakat mengalami pergeseran, etnis Asia pendatang menjadi lebih tinggi daripada pribumi karena dukungan penjajah. Kelompok ini mendominasi bidang ekonomi perdagangan kota. Yang menempati struktur tertinggi dalam masyarakat bukan lagi golongan raja dan bangsawan namun pemerintah Belanda. Pengaruh etnis pendatang tersebut makin lama makin kuat mempengaruhi kehidupan masyarakat kota,menyangkut aspek gaya hidup, bahasa, seni, dan perilaku sosial. Namun demikian, kharisma kraton masih dihormati dalam kehidupanyang semakin Kompleks tersebut.
Sekian bapak mohon maaf jika terdapat kekurangan dalam opini saya
Wassalamualaikum warrahmatullahi wabarakatuh bapak,,
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Lussy Safitri -

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, nama saya Lussy Safitri dengan NPM 2013033009, izin menjawab bapak.

Terkait pengaruh kolonial di Vorstenlanden khusunya di wilayah Surakarta dapat diketahui bahwasanya Sebelum Abad XX, titik sentrum lingkaran sosial politik masyarakat aberada di tangan para raja sebagai penguasa negara tradisional. Yang mana secara sosiologis, konteks struktur sosial masyarakat Surakarta sangat kuat dengan susunan hierarkisnya, dan berlaku hubungan patron-klien (gusti-kawulo). Struktur hierarkis tersebut mengindikasikan bahwa posisi raja berada di atas rakyat. Dalam struktur patron-klien, seorang raja diposisikan sebagai poros dunia, sekaligus patron (penguasa wilayah dan penguasa politik) yang diwujudkan dalam bentuk kepemilikan tanah sedangkan rakyat sebagai pemilik tenaga kerja. Kemudian pada awal abad ke XX Posisi sosial politik kraton yang mulai melemah telah digantikan oleh kaum pergerakan. Hal ini dibarengi dengan kebijakan Pemerintah Kolonial yang bertindak untuk menghapuskan lambang-lambang feodalisme bangsawan Jawa. Pada awal tahun 1900-an, posisi kaum bangsawan di kota Surakarta mulai merosot dan kehilangan peran sentrum, baik secara politik, sosial maupun ekonomi. Ada dua hukum yang berlaku, yaitu hukum tradisional yang berlaku di wilayah kekuasaan keempat penguasa Jawa (Kasunanan, Kasultanan, Mangkunegaran, dan Pakualaman), dan hukum Belanda.

Dalam situasi sosial budaya yang demikian, sistem lapisan sosial mulai terlihat pecah. Kalangan ningrat masih dengan keras mempertahankan berlakunya aneka ragam perbedaan status antara bangsawan dan warga biasa, termasuk terkait dengan masalah pakaian. Pesta-pesta yang digelar oleh orang biasa, seperti pesta pernikahan, tidak boleh diselenggarakan dengan mewah, dan juga mereka tidak boleh naik kendaraan melalui alun-alun Kraton Surakarta (Korver: 12).

Mohon maaf apabila ada kesalahan dalam menjawab bapak, sekian terima kasih banyak.

Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Rizky Pahlevi -

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Saya Rizky Pahlevi dengan NPM 2013033023. Izin menanggapi atas pertanyaan bapak.

Secara etimologis, istilah Bahasa Belanda vorstenlanden berarti tanah-tanah kerajaan. Dalam historiografi Indonesia dan utamanya dokumen-dokumen kolonial, istilah tersebut digunakan untuk menyebut wilayah bekas Kerajaan Mataram Islam. Melalui serangkaian peperangan sejak pertengahan abad ke-17 hingga awal abad ke-18, VOC (Vereenigde Oost-Indische Compagnie) berhasil mengalahkan kekuatan politik terakhir di Jawa tersebut pada tahun 1755. Melalui Perjanjian Giyanti, VOC mengambil alih sebagian besar wilayah bekas Kerajaan Mataram di pesisir utara, dan kemudian memecah wilayah inti kerajaan di pedalaman Jawa menjadi dua, yaitu Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Yogyakarta. Dua tahun kemudian, VOC menyetujui Raden Mas Said (Mangkunegara I) untuk membentuk ‘negara baru’, Kadipaten Mangkunegara, di dalam wilayah Kasunanan Surakarta. Langkah ini kemudian diikuti oleh Thomas Raffles yang mendirikan ‘negara baru’ lainnya di Yogyakarta pada tahun 1813, yang dikenal kemudian sebagai Kadipaten Pakualaman. Dengan hal tersebut, pengaruh kolonial di Vostenlanden di sistem pemerintahan dapat dilihat dari pembagian wilayah kekuasaan yaitu Surakarata mempunyai dua keraton, yaitu Kasunanan dan Mangkunegara, dan Yogyakarta juga mempunyai dua keraton, yaitu Pakualaman dan Kasultanan. Dengan menjadi daerah Vorstenlanden, kraton dan masyarakat Kesultanan Yogyakarta masih dapat mempertahankan keberadaannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Ini merupakan salah satu modal sosial-kultural yang menjadikan salah satu keunikan survivalitas sosio-kultural masyarakat Yogyakarta dalam sejarah Jawa. Sejak menjadi daerah Vorstenlanden, masyarakat Yogyakarta menyesuaikan diri terhadap perubahan dan pembaharuan yang dibawa oleh pemerintahn kolonial Belanda. Proses Westernisasi dan Modernisasi tidak terkecuali masuk ke wilayah ini. Sejak 1900-an unsur-unsur pendidikan modern (Barat), alam pemikiran Barat, gagasan, semangat, dan idiologi politik dan kultural Barat, tumbuh dan berkembang di lingkungan kota Yogyakarta.

Sekian tanggapan saya, kurang lebih nya mohon maaf. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.


In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Octari Tauvita -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Izin menjawab pak

Dalam bidang budaya adanya produk karya sastra, baik dalam bentuk serat, babad maupun suluk. Lalu ada juga pusat kajian kebudayaan, bahasa dan ilmu pengetahuan. Hal ini ditandai berdiri Instituut Voor de Javaansche Taal (Lembaga Pendidikan Kerajaan Untuk Bahasa Jawa) tahun 1832 M yang menekankan pembelajaran bahasa dan etika Jawa, tetapi pihak Belanda mengingkan pendidikan yang mengarah kepada Eropa menggunakan bahasa Belanda. Sedangkan dalam bidang politik munculnya organisasi-organisasi seperti SI atau Serikat Islam.

Terima kasih. Mohon maaf jika terdapat kesalahan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Ikfina Aisya Hidayat -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh. Saya Ikfina Aisya Hidayat dengan NPM 2013033041. Izin menjawab pak,
1. Bidang Politik
Peristiwa pembagian wilayah kerajaan terus berlanjut di wilayah Vorstenlanden ketika Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 dilakukan antara Raden Mas Said, Paku Buwana III, dan VOC. Perjanjian ini dilaksanakan untuk mengakhiri perlawanan yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwana I. Perjanjian ini menyebabkan Kraton Surakarta harus menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Raden Mas Said (cucu Sunan Amangkurat IV, kemenakan PB II dan Pangeran Mangkubumi) untuk menjadi wilayah pemerintahan Kadipaten, di bawah kekuasaannya. Ia bergelar K.P.A. Mangkunegara I dan wilayah pemerintahannya disebut Kadipaten Mangkunegaran.

2. Bidang Budaya
Dengan menjadi daerah Vorstenlanden, kraton dan masyarakat Kesultanan Yogyakarta masih dapat mempertahankan keberadaannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kekuasaan politik memang telah merosot, tetapi otoritas budaya Jawa masih hidup. Ini merupakan salah satu modal sosial-kultural yang menjadikan salah satu keunikan survivalitas sosio-kultural masyarakat Yogyakarta dalam sejarah Jawa. Sejak menjadi daerah Vorstenlanden, masyarakat Yogyakarta menyesuaikan diri terhadap perubahan dan pembaharuan yang dibawa oleh pemerintahn kolonial Belanda. Proses Westernisasi dan Modernisasi tidak terkecuali masuk ke wilayah
ini. Sejak 1900-an unsur-unsur pendidikan modern (Barat), alam pemikiran Barat, gagasan, semangat, dan idiologi politik dan kultural Barat, tumbuh dan berkembang di lingkungan kota Yogyakarta. Secara dinamis kota Yogyakarta berkembang menjadi ”kota kolonial” (”colonial city”), yang menjadi embrio kota ”Indonesia Baru”.

Sekian, terimakasih. Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by RISKI RISMAWATI -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Izin menjawab pertanyaan bapak, saya Riski Rismawati dengan Npm 2013033029

Vorstenlanden yang berarti Land of the Kings ( Tanah Raja-Raja ). Vorstenlanden menjadi wilayah teritorial Pemerintah Hindia Belanda yang diorganisir oleh pejabat kolonial yang disebut sebagai Residen, sehingga Surakarta dan Yogyakarta menjadi sebuah kota Karesidenan yang memiliki kekhususan yaitu adanya sifat semi otonomi.
Pengaruh vorstenlanden di bidang politik yaitu di Surakarta sangat kuat dengan susunan hierarkisnya, dan berlaku hubungan patron-klien (gusti-kawulo). Istilah hubungan gusti-kawulo ini diterapkan dalam kerajaan dengan menganalogikan raja sebagai patron dan rakyat sebagai klien, Dalam struktur patron-klien, seorang raja diposisikan sebagai poros dunia, sekaligus patron (penguasa wilayah dan penguasa politik) yang diwujudkan dalam bentuk kepemilikan tanah sedangkan rakyat sebagai pemilik tenaga kerja. Sedangkan secara politis, raja adalah pucuk pimpinan monarkhi tertinggi yang memiliki wewenang penuh untuk mengatur kehidupan rakyatnya
Di bidang budaya pengaruhnya di Kota Surakarta melahirkan para pujangga kraton yang telah banyak memproduk karya sastra, baik dalam bentuk serat, babad maupun suluk, karya sastra yang terkenal di Surakarta, yaitu Kyai Yasadipura I (Serat Bratayudha, Serat Rama, Babad Gianti,Suluk Dewaruci), KGPAA Amangku Nagara II yang setelah menjadi raja bergelar Susuhunan Pakubuwana V (penggagas penggubahan Serat Centini), Kyai Ranggasutrasna, R. Ng. Sastradipura (bersama R.Ng. Yasadipura I menggubah Serat Centini), Sri Susuhunan Pakubuwana IV (Serat Wulangreh), Sri Mangunagara IV (Serat Wedhatama), Yasadipura II (Babad Pakepung), R. Ng. Ranggasasmita (Suluk Martabat Sanga), R. Ng. Ranggawarsita (Serat Wirid Hidayat Jati, Serat Kalatidha,Babad Itih) dan masih banyak pujangga dan naskah lain.

Sekian jawaban saya , Mohon maaf apabila terdapat kesalahan
Terimakasih
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Riska Riana 2013033021 -
asalam mualaikum warahmatullahi wabarakatu nama saya Riska Riana denggan NPM 2013033021 izin menjawab pertanyaan yang bapak berikan
1. Dampak di Bidang Politik

Daendels atau Raffle sudah meletakkan dasar pemerintahan yang modern. Para Bupati dijadikan pegawai negeri dan digaji, padahal menurut adat istiadat kedudukan bupati adalah turun temurun dan mendapat upeti dari rakyat. Bupati dijadikan alat kekuasaan pemerintah kolonial. Pamong praja yang dahulu berdasarkan garis keturunan sekarang menjadi sistem kepegawaian.
Jawa dijadikan tempat pusat pemerintahan dan membaginya menjadi wilayah perfektuf.
Dahulu hukum yang digunakan yaitu hukum adat dan kemudian diubah menjadi hukum barat modern.
Belanda dan Inggris melakukan intervensi terhadap persoalan kerajaan, contohnya tentang pergantian tahta kerajaan sehingga imperialis mendominasi politik di Indonesia. Yang mengakibatkan peranan elite kerajaan berkurang dalam politik, dan kekuasaan pribumi bahkan bisa runtuh.

2. Dampak di Bidang Budaya
Imperialisme dan kolonialisme membuat peranan politik para elit yang merosot membuat raja atau bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya.
Perbuatan pemerintah Belanda untuk menghilangkan kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan membuat mereka jadi pegawai pemerintah, membuat runtuh kewibawaan tradisional penguasa pribumi
Berkembangnya budaya barat secara luas, merusak sendi-sendi kehidupan budaya tradisional yang dimiliki oleh bangsa kita. Contoh nya yaitu kebiasaan minum-minuman keras, padahal bukan budaya asli bangsa kita.
Hadirnya agama katholik dan protestan
Upacara dan tatacara yang berlaku di istana kerajaan juga disederhanakan dan mengakibatkan ikatan tradisi kehidupan pribadi menjadi lemah
mungkin ini saja yang bisa saya sampaikan ,mohon maaf jika terjadi kesalahan ,saya akhiri wasalam mualaim warahmatulllahi wabarakatu
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Nesti Wulandari -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarrokatu. Izin memperkenalkan diri, nama saya Nesti Wulandari dengan NPM 2013033003. Izin menanggapi pertanyaan yang bapak berikan.

Dampak dari adanya Vorstenlandden dibidang politik yaitu berkembangnya dua hukum, yaitu hukum tradisional yang berlaku di wilayah kekuasaan keempat penguasa Jawa (Kasunanan, Kasultanan, Mangkunegaran, dan Pakualaman), dan hukum Belanda.

Lalu dampak dibidang budaya yaitu rakyat cenderung mengikuti gaya hidup, bahasa, dan kebiasaan yang dilakukan oleh bangsa Belanda.

Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf jika terdapat kesalahan dalam penyampaian. Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarrokatu.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Dandi Bagas Pramestu -
Asalamualaikum wr.wb
Izin menanggapi bapak terkait forum diatas.
Nama : Danndi Bagas Pramestu
Npm : 2013033017

vorstenlanden merupakan bagian dari wilayah hindia-belanda yang pemerintahannya dibagi dalam dua keresidenan. Pengaruh politik kolonial terhadap wilayah vorstenlanden, tentu saja dapat dilihat dari sistem pemerintahannya. Di mana pemerintahan tertinggi ialah pemerintah kolonial Hindia Belanda. Selain itu di daerah vorstenlanden juga berlaku suatu hukum yang menyatakan bahwa semua tanah adalah milik Raja. Rakyat hanya sekedar memakai dan mereka wajib menyerahkan sebagian hasil tanahnya, disamping menyerahkan tenaganya tanpa bayaran yakni satu hari dalam seminggu. Peraturan di daerah vorstenlanden ini dikenal dengan apanage stelsel yang pada akhirnya mengakibatkan banyak penderitaan rakyat. Pada bidang kebudayaan, gaya hidup bangsawan di wilayah vorstenlanden sangat terpengaruh dengan budaya pergaulan ala barat sebagai dampak dari interaksi dengan orang-orang Eropa (westernisasi)

Pengaruh koloniali di Vorstenlanden :
1). Pengaruh politik
Orang pribumi memimpin sebagai bupati yang menjadi pemimpin kabupaten dan dibantu oleh seorang patih, wedana yang memimpin distrik, hingga asisten wedana yang memimpin desa-desa.

2). Pengaruh budaya
salah satunya menghapus kedudukan menurut adat penguasa pribumi dan menjadikan mereka pegawai pemerintah, meruntuhkan kewibawaan tradisional penguasa pribumi.

Sekian yang dapat saya sampaikan
Saya akhiri, wasalamualaikum wr.wb
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Dita Adelia Karisma -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nama : Dita Adelia Karisma
NPM : 2013033007

Izin menjawab pak, pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang politik yaitu Penguasa Praja Kejawen masih memegang kekuasaan dan otoritas pemerintahannya terhadap rakyat atau kawulanya di wilayah kerajaannya sesuai dengan sistem pemerintahan dan birokrasi yang berlaku dalam kebudayaan kraton Jawa. Hubungan raja dan rakyatnya masih terjaga sesuai dengan tradisi yang berlaku, dan berlangsung hingga masa berakhirnya masa penjajahan Belanda. berlaku hubungan patron-klien (gusti-kawulo) yang mengindikasikan bahwa seorang raja diposisikan sebagai penguasa wilayah dan penguasa politik, secara politis raja adalah pucuk pimpinan monarki tertinggi yang memiliki wewenang penuh untuk mengatur kehidupan rakyatnya.
Pengaruh di bidang budaya yaitu dikarenakan vorstenlanden sebagai pusat kerajaan, di kota ini banyak para bangsawan istana bermukim, kemudian para pujangga kraton tersebut banyak melahirkan karya sastra, baik dalam bentuk serat, babad maupun suluk.

Demikian jawaban yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan.
Wassalamaualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Rio Prayoga -
Assalamu'alaikum wr.wb. nama saya Rio Prayoga dengan NPM 2013033019 izin menjawab.
Dampak dari adanya Vorstenlandden dibidang politik yaitu berkembangnya dua hukum, yaitu hukum tradisional yang berlaku di wilayah kekuasaan keempat penguasa Jawa (Kasunanan, Kasultanan, Mangkunegaran, dan Pakualaman), dan hukum Belanda.Dampak di Bidang Budaya
Imperialisme dan kolonialisme membuat peranan politik para elit yang merosot membuat raja atau bangsawan mengalihkan perhatiannya ke bidang seni budaya.
Sekian jawaban dari saya wassalamu'alaikum wr.wb.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Arum Mita Prameswari -
Assalamualaikum Wr. Wb.
izin menjawab terkait pertanyaan yang telah diberikan.
wilayah vorstenlanden meliputi daerah yogyakarta dan surakarta. adapun pengaruh kolonial di vorstenlanden dalam pidang politik ialah. pada wilayah surakarta membawa pengaruh pada perkembangan kota yang mana sebelumnya surakarta adalah kota tradisional dengan budaya jawa yang masih sangat kental namun denagn pegaruh kolonial pada masa politik etis surakarta dapat menjadi kota yang lebih modern. sedangkan pada kebudayaan masyarakat menjadi mengikuti gaya hidup, bahasa serrta kebiasaan bangsa-bangsa eropa.
sekian yang dapat saya sampaikan. Wassalamualaikum Wr. Wb.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Milarisa . -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Pak. Izin memperkenalkan diri.
Nama: Milarisa
NPM: 2013033055

-Dalam bidang budaya yang demikian, sistem lapisan sosial mulai terlihat pecah. Kalangan ningrat masih dengan keras mempertahankan berlakunya aneka ragam perbedaan status antara bangsawan dan warga biasa, termasuk terkait dengan masalah pakaian. Pesta-pesta yang digelar oleh orang biasa, seperti pesta pernikahan, tidak boleh diselenggarakan dengan mewah, dan juga mereka tidak boleh naik kendaraan melalui alun-alun Kraton Surakarta (Korver: 12). Sebagian kalangan bangsawan Jawa ada yang menuding bahwa pudarnya pamor bangsawan Jawa karena pengaruh penyebaran Islam.

-Bidang politik juga ditandai dengan perlawanan rakyat antara tahun 1918-1924 yang melibatkan kaum santri, buruh dan tani yang diorganisir oleh kaum revolusioner dengan tokoh sentral Misbach. Walaupun Misbach sebagai tokoh sentral ditangkap dan dibuang ke Manokwari tahun 1924, api perlawanan semakin berkobar. Puncak dinamika politik terjadi tahun 1924-1926 yakni pemberontakan yang dilakukan oleh Sarekat Ra‟jat pimpinan Marco Kartodikromo, kaum buruh yang diorganisir Moetakallimoen dan kelompok Moe‟allimin Surakarta di bawah pimpinan Achmad Dasoeki. Pada tahun 1926-1927 seluruh pejuang anti kolonialisme dan kapitalisme ditangkap dan diadili dan beberapa dibuang ke Digoel. Mereka dari kalngan Sarekat Rakyat (SI Kiri), PKI Surakarta, kalangan buruh dan tani revolusioner, serta perkumpulan Moe‟allimin Surakarta yakni guru-guru agama di Madrasah Sunnijah Mardi Boesana Keprabon dan puluhan kyai yang menjadi guru di Madrasah Mambaoel Oeloem Surakarta (Bakri: 2015, 227). Puncak kobaran api pergerakan di Surakarta terjadi antara tahun 1918-1926. Tahun-tahun tersebut Surakarta menjadi kota paling bergerak di Indonesia.

Sekian yang dapat saya
sampaikan, Pak. Saya akhiri,
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Alfiani Rhamadani -
Assalammualaikum Wr. Wb
Perkenalkan nama saya Alfiani Rhamadani dengan NPM 2013033043.
Izin menjawab.

dampak dalam bidang politik:
- membagi wilayah kekuasaan menjadi 9 prefektur dan 30 regentschap
- tiap wilayah prefektur dipimpin oleh orang Eropa sedangan wilayah regentschap dipimpin oleh bupati yang merupakan bangsawan indonesia
- prefektur dan regent berada di bawah Gubernur Jenderal yang berkedudukan sebagai pemimpin tertinggi pemerintah kolonial Belanda.
- Gubernur Jenderal dibantu oleh enam departemen yaitu kehakiman, keuangan, dalam negeri, kebudayaan dan kepercayaan, ekonomi serta kesejahteraan rakyat.
- Perubahan dalam politik pemerintahan kembali terjadi akibat kebijakan politik Pax Nederlanica di akhir abad 19 menuju awal abad 20.

sedangkan dalam bidang budaya yaitu mempengaruhi kata-kata dalam bahasa indonesia yang merupakan kata serapan dari berbagi negara eropa. dan juga terlihat dalam bentuk bangunan dan arsitekstur dalam bangunan-bangunan yang ada.

Sekian yang dapat saya sampaikan pak.
Terima kasih.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Murniyati . -
Nama Murniyati dengan NPM 2013033025. Izin menjawab pak.

Pada bidang politik
Seperti yang diketahui vorstelanden adalah daerah kekuasaan raja yang meliputi wilayah Gubernemen Jogjakarta dan Gubernemen Soerakarta. Selanjutnya Wilayah tersebut dipimpin seorang gubernur. Dimana gubernur adalah Kepala Pemerintahan atau Kepala Wilayah sebagai utusan dari Pemerintah Gubernur Jenderal yang menjalankan tugasnya di daerah. Oleh karena itu, segala kegiatan yang berkaitan dengan wilayah harus sepengetahuan gubernur. Di wilayah vorstenlanden ini terdapat dua pemerintahan, yaitu Gewestelijk Bestuur dan Zelfbestuur. Gewestelijk Bestuur adalah pemerintahan wilayah di bawah gubernur atau lebih dikenal sebagai Gubernemen yaitu Gubernemen Jogjakarta dan Soerakarta. Sementara itu, Zelfbestuur adalah Pemerintah Swapraja atau Otonom: untuk Gubernemen Jogjakarta lebih dikenal sebagai Pemerintah Swapraja Kasultanan dan Pemerintah Swapraja Pakoealaman, sedangkan untuk Gubernemen Soerakarta yaitu Pemerintah Swapraja Kasunanan dan Pemerintah Swapraja Mangkoenagaran (Arsip Mangkunegaran, 1931).
Kesultanan Yogyakarta masih dapat mempertahankan keberadaannya sebagai pusat kebudayaan Jawa. Kekuasaan politik memang telah merosot, tetapi otoritas budaya Jawa masih hidup. Ini merupakan salah satu modal sosial-kultural yang menjadikan salah satu keunikan survivalitas sosio-kultural masyarakat Yogyakarta dalam sejarah Jawa.

Pada bidang budaya
Sejak menjadi daerah Vorstenlanden, masyarakat Yogyakarta menyesuaikan diri terhadap perubahan dan pembaharuan yang dibawa oleh pemerintahan kolonial Belanda. Proses Westernisasi dan Modernisasi tidak terkecuali masuk ke wilayah ini. Sejak 1900-an unsur-unsur pendidikan modern (Barat), alam pemikiran Barat, gagasan, semangat, dan idiologi politik dan kultural Barat, tumbuh dan berkembang di lingkungan kota Yogyakarta. Secara dinamis kota Yogyakarta berkembang menjadi “kota kolonial” (“colonial city”), yang menjadi embrio kota ”Indonesia Baru”. Penduduk kota menjadi semakin plural (Eropa, Cina, Arab, Jawa dan etnis lainnya) dan unsur budayanya menjadi semakin beragam. Namun terdapat kecenderungan terjadinya hibrida kebudayaan yang menuju ke arah terbentuknya kebudayaan ”Indonesia Baru” yang tengah berkembang di Yogyakarta. Dengan kata lain semenjak itu kota Yogyakarta, menunjukkan keistimewaannya, tumbuh menjadi embrio Pusat Kebudayaan ”Indonesia Baru”, dan sekaligus juga menjadi ”Kota Pergerakan Nasional”, ”Kota Pendidikan”, karena berkembangnya pendirian sekolah-sekolah baik yang didirikan oleh pemerintah maupun yang didirikan oleh organisasi swasta, seperti Misi, Zending.

Terima kasih pak, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Afaf Nafisah -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama: Afaf Nafisah
NPM : 2013033059

Izin menjawab, Bapak.
• Pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang politik dan budaya, yaitu pemberdayaan masyarakat dan tumbuhnya dinamika politik di Kota Surakarta (vorstenlanden) secara konseptual menciptakan ruang evaluatif untuk menilai kebijakan publik pemerintah kolonial. Penilaian itu diletakan pada persoalan etika dan moral politik, karena masyarakat berpersepsi tindakan sosial ekonomi dan sosial politik pemerintah kolonial tidak bermoral dan berkeadilan (Joebagio, 2015: 188).

• Pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang budaya, yaitu konstruksi kota-kota di beberapa wilayah mengalami pergerseran terutama terkait dengan berbagai kebijakan kaum kolonial untuk melakukan dekonstruksi terhadap kebudayaan masyarakat tradisional. Salah satukebijakan itu adalah, membangun kota-kota di kepulauan Jawa layaknya kota-kota yang ada di kerajaan Belanda. Konsekuensi yang paling dominan dan ada adalah terjadinya pemindahan karakter dan budaya borjuasi Belanda ke Indonesia (dengan berbagai upayanya) dan berimplikasi pada terbangunnya konstruksi baru, dimana yang berkembang kemudian adalah kota Timur yang khas, sebagai bentuk dari proses akulturasi yang sangat instruktif.

Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, Pak.
Terima kasih, Bapak.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Sumber:
• Joebagio, H. (2015). Politik Simbolis Kasunanan. SEJARAH DAN BUDAYA, 2: 179-192.
• Haikal, dkk. (2012). Pendidikan Dan Perubahan Sosial Di Vorstenlanden. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Perdana Adi Zezama -
Assalamualaikum wr. wb
Nama perdana adi zezama_2013033049, izin menyampaikan pendapat terkait materi di atas.

* pengaruh pada bidang budaya
(Dalam pendidikan)
ada dua aliran pemikiran yang berbeda mengenai jenis pendidikan yang bagaimana dan untuk siapa. Pertama, Snouck Hurgronje dan direktur pendidikan ’Etis’ yang pertama (1900-5), J.H. Abendanon, mendukung pendekatan yang bersifat elitis. Mereka menginginkan pendidikan yang lebih bergaya Eropa dengan bahasa Belanda sebagai bahasa pengantar bagi kaum elit Indonesia yang dipengaruhi Barat, yang dapat mengambil alih banyak dari pekerjaan yang ditangani para pemerintah berkebangsaan Belanda.

* Bidang Politik
Peristiwa pembagian wilayah kerajaan terus berlanjut di wilayah Vorstenlanden ketika Perjanjian Salatiga pada tahun 1757 dilakukan antara Raden Mas Said, Paku Buwana III, dan VOC. Perjanjian ini dilaksanakan untuk mengakhiri perlawanan yang sama seperti yang telah dilakukan oleh Pangeran Mangkubumi atau Sultan Hamengku Buwana I. Perjanjian ini menyebabkan Kraton Surakarta harus menyerahkan sebagian wilayahnya kepada Raden Mas Said (cucu Sunan Amangkurat IV, kemenakan PB II dan Pangeran Mangkubumi) untuk menjadi wilayah pemerintahan Kadipaten, di bawah kekuasaannya. Ia bergelar K.P.A. Mangkunegara I dan wilayah pemerintahannya disebut Kadipaten Mangkunegaran.

Mungkin cukup sekian,
Wassalamualaikum wr. wb
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Destania Melina Putri -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Izin memperkenalkan diri
Nama : Destania Melina Putri
NPM : 2013033013
Izin menjawab pertanyaan yang bapak berikan, jelaskan 1 yang anda ketahui pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang politik dan budaya !
Istilah Vorstenlanden memiliki pengertian yang lebih spesifik yaitu nama wilayah pemerintahan kerajaan Jawa, atau dalam perspektif Jawa disebut wilayah pemerintahan Kerajaan Kejawen atau Praja Kejawen, yang mencakup wilayah Kesunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta Hadiningrat, Kadipaten Mangkunegaran dan Kadipaten Pakualaman.
1. Bidang Politik
Pengaruh kolonial Vorstenlanden adalah disebut keresidenan wilayah-wilayah yang termasuk di dalamnya yang awalnya wilayah tersebut dengan kerajaan kejawen yang terbagi atas kesunanan, kesultanan, dan lain-lain. Pemimpinya disebut dengan gubernur yang mana mereka merupakan raja-raja yang ada di wilayah vorstenlanden. Yang pusta pemerintahannya lebih keresidenan.
2. Bidang Budaya
Masyarakatnya mungkin hanya berupa berkembangnya pendidikan untuk masyarakat atau anak-anak dari pengang kekuasaan di dalam pemerintahan pada masa kolonial. Para pemuda mulia membuat sastra dan sudah mengenal bahasa Indonesia dengan serapannya. Dalam tradisi mungkin sudah mengalami peningkatan, karena sudah terjadi modernisasi oleh pemerintah kolonial

Sekian dari saya terima kasih dan apabila ada kesalahan mohon maaf.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
In reply to Yusuf Perdana

Re: Diskusi

by Rani Puspita -
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, sebelumnya izin memperkenalkan diri nama saya Rani Puspita dengan np 2013033015. izin menjawab pak mengenai pengaruh kolonial di Vorstenlanden pada bidang budaya dan politik:

1. Pengaruh pada bidang politik
Sistem pemerintahannya dikuasai oleh seorang raja. Namun dalam menjalankan pemerintahannya, wilayah Vorstenlanden dipimpin oleh seorang gubernur. Gubernur adalah kepala pemerintahan atau kepala Wilayah sebagai utusan dari pemerintah gubernur Jenderal untuk menjalankan tugasnya di daerah. Namun pada saat masuknya kolonialisme, kekuasaan raja tidak lagi menjadi kekuasaan yang paling tinggi. Golongan kolonial menempatkan diri pada lapisan atas. Selain itu, perkembangan kota-kota pada abad ke-20 menjadi salah satu imbas dari kebijakan politik etis yang telah dicanangkan oleh pemerintah kolonial.

2. Pengaruh pada bidang budaya
Bangsa kolonial membentuk lingkungan tersendiri yang terlepas dari adat dan hukum yang berlaku bagi pribumi. Eropanisasi koloni peranan mengakhiri budaya bujang. perkawinan para pejabat dan orang swasta semakin banyak terjadi setelah pencabutan larangan yang berlaku bagi kalangan totok pada abad ke-19. izin masuk bagi wanita Belanda ke Hindia yang menyertainya memiliki pengaruh yang menentukan pada pemandangan kota karena mereka tetap berpegang teguh pada cara hidup dari lingkungan Belanda. Pengaruh dari kolonial ini juga berdampak pada kemerosotan sosial budaya akibat berbagai kebijakan politik yang diterapkan.

Sekian jawaban dari saya, apabila terdapat kesalahan dalam menjawab saya mohon maaf pak.
Terima kasih dan wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.