Nama : Kezia Rany Simulina
NPM : 1946041003
Tuberculosis atau yang lebih di kenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering menyerang paru-paru dan juga menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, kulit dan lainnya. TB dapat menyerang siapa saja, terutama pada rentan usia produktif 15-50 tahun dan juga anak-anak. Gejala utama TB ini ialah batuk yang terjadi terus menerus, dan gejala lainnya seperti demam meriang berkepanjangan, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, kadang dahak bercampur darah, nafsu makan menurun, berkeringat di malam hari. Penularan penyakit ini terjadi melalui udara orang yang terjangkit seperti batuk dan bersin.
Berdasarkan laporan WHO tahun 2020, 10 juta orang di dunia terjangkit tuberkolosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang menyumbangkan angka terbanyak orang terjangkit TBC, dengan perkiraan 845.000 kasus dengan angka kematian 98.000 setara dengan 11 kasus kematian disetiap jam nya. Dari jumlah kasus tersebut, 67% kasus ditemukan dan diobati, yang sama artinya dengan masih ada 283.000 pasien terjangkit TBC yang belum diobati dan mempunyai peluang untuk menularkan.
Pada tahun 2018, persebaran terjangkit TB di Indonesia sampai kepada 842.000 kasus dengan 569.899 notifikasi kasus. Sebanyak 32% kasus masih berlum terlaporkan kepada pihak berwenang. Dari jumlah kasus tersebut, terdapat 4413 kasus terkait TB RO, 10.174 kasus TB HIV dan sebanyak 60.676 kasus pada TB Anak. Sebanyak 85% kasus terjangkit TB telah berhasil dalam pengobatan.
Tingginya angka penderita TB di Indonesia terjadi bukan dikarenakan ketidaksadaran masyarakat tetapi dikarenakan adanya banyak faktor. Faktor pertama adalah faktor umur karena kasus yang terjangkit TB di Indonesia pada rentan usia produktif sebanyak 75%. Faktor kedua adalah jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjangkit karena sebagian besar laki-laki memiliki kebiasaan merokok. Faktor ketiga, akibat mempunyai kebiasaan merokok dapat menurunkan sistem daya tubuh. Faktor keempat merupakan faktor linkungan yang memiliki potensi adanya virus mycobacterium tuberculosis. Faktor kelima adanya pekerjaan yang memiliki resiko berkontak langsung dengan penderita tuberkolosis. Faktor keenam adalah rendahnya status ekonomi yang membuat orang tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Sejati & Sofiana, 2015).
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan, faktor kesehatan dan gaya hirup merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap tingginya angka TB di Indonesia. Merokok, kekurangan gizi, dan diabetes mellitus (DM) merupakan faktor resiko yang berkaitan dengan tingginya angka tuberkolosis di Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2018, diperkirakan lebih dari 152.000 kasus tuberkolosis terkait dengan perilaku merokok. Kekurangan gizi dan DM diperkirakan berkontribusi sebanyak masing-masing lebih dari 120.000 dan 25.000 kasus tuberkolosis.
Akibat dari Tuberkolosis adalah adanya penurunan daya tahan tubuh dan kelemahan fisik, yang mengakibatkan adanya keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini berdampak pula pada kehidupan ekonomi yaitu kehilangan rata-rata waktu kerja selama 3-4 bulan, yang berakibat pada kehilangan pendapatan pertahun sekitar 20-30%. Selain itu, TB juga memberikan dampak dalam kehidupan sosial, dimana munculnya stigma sehingga dapat mengakibatkan isolasi sosial (Husnaniyah, 2017).
Tingginya angka kasus yang terjangkit TB ini tentunya menjadi permasalahan yang serius khususnya pada sektor kesehatan. Tingginya angka kasus ini juga memberikan dampak kepada sektor lain seperti ekonomi dan sosial. Peningkatan jumlah kasus tuberkolosis ini memberikan dampak yang besar pada beban ekonomi. Negara mengeluarkan nominal yang cukup besar untuk biaya penobatan dan kehilangan pendapatan sekitar 38-70% dari yang seharusnya. Selain itu juga, tingginya angka kematian yang terjadi berpengaruh terhadap pembangunan sumber daya manusia untuk ke depannya.
Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang penting bagi Indonesia. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi. Faktor penyebab maka dari itu perlu adanya upaya dalam menanggulangi tingginya angka penderita TB. Selain untuk mengurangi angka kematian tentunya juga untuk mengurangi dampak yang merugikan negara tentunya dapat menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat.
Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan kasus penderita TB di Indonesia menjadi tinggi. Tingginya angka penderita TB membuat tingginya juga dampak yang diberikan. Maka dari itu, tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana peranan dan upaya pemerintah dalam menanggulangi tingginya angka penderita TB di Indonesia. Dan juga untuk membahas terkait kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengurangi angka TB di Indonesia.