RESPON/TANGGAPAN

RESPON/TANGGAPAN

RESPON/TANGGAPAN

by Prof. Dr. Novita Tresiana -
Number of replies: 10

Sebutkan nama dan NPM

Mhn merespon :

Jika persoalan adalah tingginya angka penderita TB dikarenakan, sementara kesadaran masyarakat sudah baik, maka bagaimana sebaiknya introduction (pengantar) disusun

Introduction meliputi

1. isu/masalah

2. argumen pustaka

3. argumen peneliti/penulis

mhn dalat dishare di FORUM, batas waktu tgl  20  Oktober 2021


In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Nicholas Hansori -
Nama :Nicholas Hansori
NPM :1946041001

Introduction

TB atau yang dikenal dengan Tuberkulosis yakni suatu penyakit yang sudah tidak asing lagi kita dengar. Penyakit ini satu dari 10 penyebab kematian dan penyebab utama agen infeksius yang disebabkan oleh bakeri dari Mycobacterium tuberculosis, yang menyerang paru-paru. Tuberkulosis ini merupakan salah satu penyakit tertua yang diketahui menjadi penyebab utama kematian di seluruh dunia. Isu ini penting untuk kita bahas karena maraknya diluar sana kasus TB yang telah terjadi. Di tahun 2017, TB menyebabkan sekitar 1,3 juta kematian (rentang, 1,2-1,4 juta) di antara orang dengan HIV negatif dan terdapat sekitar 300.000 kematian karena TB (rentang, 266.000-335.000) di antara orang dengan HIV positif. Diperkirakan terdapat 10 juta kasus TB baru (rentang, 9-11 juta) setara dengan 133 kasus (rentang, 120-148) per 100.000 penduduk. Selain itu di Jawa Barat juga pada tahun 2007 ditemukan 54.726 kasus TB, dari jumlah tersebut tercatat 53% diantaranya kasus TB yang sangat menular (BTA positif). Dan 21.319 kasus TB BTA positif ditemukan pada golongan usia produktif. Sebanyak 15,4 % dari keseluruhan jumlah kasus TB dialami pada usia anak-anak. Lingkungan hidup yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan kemungkinan besar mempermudah proses penularan dan berperan sekali atas peningkatan jumlah kasus Tuberkulosis (Sudoyo et al., 2009). Menurut Notoatmodjo (2003) Tuberkulosis paru bisa diobati tidak hanya dengan kesadaran setiap individu saja, melainkan benar-benar mempunyai keinginan dan semangat yang besar untuk sembuh. Dorongan dari keluarga dan orang disekitar sangat diperlukan. Pemeriksaan yang intensif dan teliti serta disiplin minum obat yang diberikan dokter harus dilakukan penderita agar penyakit yang dideritanya segera sembuh. Pengobatan yang dilakukan bertujuan untuk menyembuhkan, mencegah kematian, dan kekambuhan pada si penderita.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Amalia Indah Rizki -
Nama : Amalia Indah Rizki
NPM : 1946041012

Introduction

Tuberkulosis atau lebih akrab di telinga kita sebagai TBC atau TB merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Kuman ini menyerang pada saluran pernafasan bagian bawah melalui udara yang dihirup kedalam paru, kemudian kuman tersebut dapat menyebar dari paru ke bagian tubuh yang lain melalui sistem peredaran darah dan sistem paru-paru. Penyakit TB lebih banyak menyerang orang yang lemah kekebalan tubuhnya, lanjut usia dan orang yang pernah terserang TB pada masa kanak- kanaknya. Penyakit TB adalah infeksi yang diakibatkan dari kuman yang mudah menular melalui udara dengan cairan yang keluar saat penderita bersin dan batuk yang terhirup oleh orang sekitarnya.

Pada tahun 2019, diperkirakan 10 juta orang di dunia terserang penyakit TB. 5,6 juta laki-laki. 3,2 juta perempuan dan 1,2 juta anak-anak. Penyakit ini hadir di semua negara dam kelompok umur, namun penyakit ini bisa disembuhkan dan bisa dicegah. Lalu, tiap tahunnya didapatkan sebanyak 250.000 kasus TB baru di Indonesia dan kira-kira 100.000 orang mengalami kmatian. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian nomor satu diantara penyakit infeksi dan menduduki tempat ketiga sebagai penyebab kematian pada semua umur setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit infeksi saluran nafas akut. TB dapat menyerang siapa saja, terutama pada rentan usia produktif antara 15-50 tahun.

Secara garis besar, tingginya angka TB dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu ada faktor host (penderita), lingkungan dan agen (kuman). Dalam penelitian yang dlakukan oleh Duarte, ia menyimpulkan bahwa banyak faktor yang bisa mempengaruhi terjadinya penyakit ini, baik dihubungkan dengan faktor penderita seperti usia, jenis kelamin, penyakit komorbid, mengkonsumsi rokok dan alkohol, kondisi sosial ekonomi dan malmnutrisi maupun fakror lingkungan diuar penderita seperti riwayat kontak dengan pendeita TB sebelumnya. Hal ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan petugas kesehatan sehingga bisa menjaring penderita TB lebih cepat dan bisa melaksanakan dengan baik. (Narasimban, 2013 : R. Duarte et al,2018).

Salah satu upaya untuk mengendalikan seseorang yang terinfeksi TB pasti akan menimbulkan berbagai dampak di kehidupannya, baik secara fisik, mental, maupun sosial. Secara fisik, seseorang yang telah terinfeksi TB paru akan sering batuk, sesak nafas, nyeri dada, berat badan dan nafsu makan menurun, serta berkeringat di malam hari. Semua hal itu tentunya akan mengakibatkan seseorang tersebut menjadi lemah. Lalu secara mental, seseorang yang telah terinfeksi TB pada umumnya akan merasakan berbagai ketakutan didalam dirinya, seperti ketakutan akan kematian, pengobatan, efek samping dalam melakukan pengobatan, kehilangan pekerjaan, memungkinan menularkan penyakit kepada orang lain dan lain sebagainya. Lalu, khan juga menemukan bahwa 72,2 % penderita TB akan mengalami frustasi dan merasakan kesedihan bahwa penyakitnya akan tersebar kepada orang lain serta tentunya akan berdampak pada kondisi ekonominya, pengaruh pada diri sendiri yang sangat ditakuti yaitu rasa tidak ingin bergauk dengan lingkungan dan tidak mau melakukan aktivitas di luar seperti biasanya (Lismayanti, 2017).

Penyebab tingginya angka kasus TB ini memang karena banyak faktor, faktor-faktor yang mempengaruhi seseorang tertular penyakit TB yaitu karena status sosial ekonomi misalnya kondisi gizi yang buruk, kondisi lingkungan yang kurang sehat dan tidak menerapkan perilaku hidup sehat. Faktor tersebutlah yang membuat masyarakat bisa saja tertular dan kasus TB di Indonesia makin meningkat. Tak hanya itu saja, faktor yang mempengaruhi tingginya kasus TB juga karena masih banyak sekali anggapan yang berkembang di dalam masyarakat bahwa penyakit TB adalah penyakit turunan. Anggapan ini mengakibatkan banyak penderita tidak mau berobat karena malu dan dari pihak keluarga juga cenderung menutupi keadaan enyakitnya. Pendapat ini tentu saja harus diluruskan karena sebenarnya penyakit ini bukan penyakit keturunan dan dapat disembuhkan. Akan tetapi, setiap penderita TB jika tidak diobati maka dapat menularkan penyakitnya kepada oranglain dan bisa menyebabkan penularanan kuman yang semakin luas. Penyakit TB ini menjadi suatu persoalan yang penting dan harus diselesaikan karena penyakit TB merupakan penyakit yang cukup berbahaya. Maka dari itu, tujuan penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana upaya pengendalian pemerintah untuk menangani kasus TB yang terus meningkat di Indonesia.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Kezia Rany Simulina Ginting -
Nama : Kezia Rany Simulina
NPM : 1946041003

Tuberculosis atau yang lebih di kenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering menyerang paru-paru dan juga menyerang organ tubuh lainnya seperti kelenjar getah bening, tulang, otak, kulit dan lainnya. TB dapat menyerang siapa saja, terutama pada rentan usia produktif 15-50 tahun dan juga anak-anak. Gejala utama TB ini ialah batuk yang terjadi terus menerus, dan gejala lainnya seperti demam meriang berkepanjangan, sesak nafas dan nyeri dada, berat badan menurun, kadang dahak bercampur darah, nafsu makan menurun, berkeringat di malam hari. Penularan penyakit ini terjadi melalui udara orang yang terjangkit seperti batuk dan bersin.
 
Berdasarkan laporan WHO tahun 2020, 10 juta orang di dunia terjangkit tuberkolosis (TBC) dan menyebabkan 1,2 juta orang meninggal setiap tahunnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang menyumbangkan angka terbanyak orang terjangkit TBC, dengan perkiraan 845.000 kasus dengan angka kematian 98.000 setara dengan 11 kasus kematian disetiap jam nya. Dari jumlah kasus tersebut, 67% kasus ditemukan dan diobati, yang sama artinya dengan masih ada 283.000 pasien terjangkit TBC yang belum diobati dan mempunyai peluang untuk menularkan.

Pada tahun 2018, persebaran terjangkit TB di Indonesia sampai kepada 842.000 kasus dengan 569.899 notifikasi kasus. Sebanyak 32% kasus masih berlum terlaporkan kepada pihak berwenang. Dari jumlah kasus tersebut, terdapat 4413 kasus terkait TB RO, 10.174 kasus TB HIV dan sebanyak 60.676 kasus pada TB Anak. Sebanyak 85% kasus terjangkit TB telah berhasil dalam pengobatan.

Tingginya angka penderita TB di Indonesia terjadi bukan dikarenakan ketidaksadaran masyarakat tetapi dikarenakan adanya banyak faktor. Faktor pertama adalah faktor umur karena kasus yang terjangkit TB di Indonesia pada rentan usia produktif sebanyak 75%. Faktor kedua adalah jenis kelamin laki-laki lebih banyak terjangkit karena sebagian besar laki-laki memiliki kebiasaan merokok. Faktor ketiga, akibat mempunyai kebiasaan merokok dapat menurunkan sistem daya tubuh. Faktor keempat merupakan faktor linkungan yang memiliki potensi adanya virus mycobacterium tuberculosis. Faktor kelima adanya pekerjaan yang memiliki resiko berkontak langsung dengan penderita tuberkolosis. Faktor keenam adalah rendahnya status ekonomi yang membuat orang tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Sejati & Sofiana, 2015).
 
Selain faktor-faktor yang telah dijelaskan, faktor kesehatan dan gaya hirup merupakan faktor yang memiliki pengaruh besar terhadap tingginya angka TB di Indonesia. Merokok, kekurangan gizi, dan diabetes mellitus (DM) merupakan faktor resiko yang berkaitan dengan tingginya angka tuberkolosis di Indonesia. Berdasarkan data WHO tahun 2018, diperkirakan lebih dari 152.000 kasus tuberkolosis terkait dengan perilaku merokok. Kekurangan gizi dan DM diperkirakan berkontribusi sebanyak masing-masing lebih dari 120.000 dan 25.000 kasus tuberkolosis.
 
Akibat dari Tuberkolosis adalah adanya penurunan daya tahan tubuh dan kelemahan fisik, yang mengakibatkan adanya keterbatasan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari. Hal ini berdampak pula pada kehidupan ekonomi yaitu kehilangan rata-rata waktu kerja selama 3-4 bulan, yang berakibat pada kehilangan pendapatan pertahun sekitar 20-30%. Selain itu, TB juga memberikan dampak dalam kehidupan sosial, dimana munculnya stigma sehingga dapat mengakibatkan isolasi sosial (Husnaniyah, 2017).

Tingginya angka kasus yang terjangkit TB ini tentunya menjadi permasalahan yang serius khususnya pada sektor kesehatan. Tingginya angka kasus ini juga memberikan dampak kepada sektor lain seperti ekonomi dan sosial. Peningkatan jumlah kasus tuberkolosis ini memberikan dampak yang besar pada beban ekonomi. Negara mengeluarkan nominal yang cukup besar untuk biaya penobatan dan kehilangan pendapatan sekitar 38-70% dari yang seharusnya. Selain itu juga, tingginya angka kematian yang terjadi berpengaruh terhadap pembangunan sumber daya manusia untuk ke depannya.
 
Hal ini tentunya menjadi permasalahan yang penting bagi Indonesia. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang menimbulkan kesakitan, kecacatan, dan kematian yang tinggi. Faktor penyebab maka dari itu perlu adanya upaya dalam menanggulangi tingginya angka penderita TB. Selain untuk mengurangi angka kematian tentunya juga untuk mengurangi dampak yang merugikan negara tentunya dapat menciptakan lingkungan masyarakat yang sehat.

Berdasarkan penjelasan yang telah diuraikan diatas, diketahui bahwa banyak faktor yang dapat menyebabkan kasus penderita TB di Indonesia menjadi tinggi. Tingginya angka penderita TB membuat tingginya juga dampak yang diberikan. Maka dari itu, tujuan penulisan ini untuk mengetahui bagaimana peranan dan upaya pemerintah dalam menanggulangi tingginya angka penderita TB di Indonesia. Dan juga untuk membahas terkait kebijakan-kebijakan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengurangi angka TB di Indonesia.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Olivia Putri Taryssa -
Nama: Olivia Putri Taryssa
Npm: 1946041008

Introduction

Penyakit Tuberculosi atau sering disebut TB merupakan salah satu masalah kesehatan bagi dunia. Penyakit Tuberculosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberkolosis kuman ini sebagian besar menyerang paru-paru tetapi juga bisa mengenai bagian organ lainnya. Laporan World Health Organization (WHO) dalam Annual Report on Global TB Control 2017 menyatakan jika Indonesia termasuk sebagai salah satu penyumbang kasus TB terbesar dunia di antara 30 negara yang dikategorikan sebagai high burden countries terhadap TB.

Indonesia yang merupakan negara dengan kasus tuberkulosis terbanyak setelah india dan china, pada tahun 2019 menyebutkan jumlah estimasi kasus TB di Indonesia sebanyak 843.000 orang. Menurut data TB Indonesia tahun 2020, jumlah kasus TB meningkat menjadi 845,000 dan jumlah kematian lebih dari 98.000 orang. Ada 250.000 kasus tuberkulosis baru di Indonesia setiap tahun, dan sekitar 100.000 orang meninggal karena tuberkulosis. Tuberkulosis merupakan penyebab kematian utama di antara penyakit menular dan menempati urutan ketiga di antara penyebab kematian di semua kelompok umur, kedua setelah penyakit kardiovaskular dan infeksi saluran pernapasan akut. 75% penderita tuberkulosis berada pada usia paling produktif secara ekonomi (15-49 tahun). Gejala infeksi penyakit TB paru aktif biasanya timbul batuk terus menerus dan berdahak selama tiga minggu atau lebih, sehingga menimbulkan batuk dengan dahak bercampur darah, sesak nafas dan rasa nyeri dada, badan lemah dan nafsu makan menurun, rasa kurang enak badan, berat badan menurun, berkeringat malam walaupun tanpa kegiatan dan demam meriang lebih dari satu bulan (Aditama, 2008).

Faktor yang dapat memengaruhi tingginya angka penderita penyakit tubercolosi bukan hanya kesadaran masyarakat akan tetapi, terdapat beberapa faktor-faktor lainnya yang memengaruhi tingginya angka penderita TB sebagai berikut Pertama perilaku tersebut adalah masyarakat masih memiliki pola hidup yang tidak sehat, dan masih banyak masyarakat yang merokok. Kedua adalah faktor lingkungan yaitu rumah pasien tidak memenuhi syarat yang dipersyaratkan, antara lain tembok tidak permanen, kepadatan hunian yang tinggi, tidak ada pembuangan sampah, rumah dari tanah dan penggunaan air yang tidak memenuhi syarat (Girsang 2011).

Menurut Eka (2013), ada beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian tuberkulosis, antara lain 1). Usia memegang peranan penting dalam kejadian tuberkulosis. Resiko terkena TBC paru bisa dikatakan seperti kurva normal yang tebal, sangat tinggi pada awalnya, karena daya tahan terhadap TBC paru baik dari usia 2 tahun hingga dewasa, sehingga berangsur-angsur menurun. Puncaknya tentu anak muda, ketika seseorang atau sekelompok orang mendekati usia tua, turun lagi, 2). Tingkat pendapatan akan mempengaruhi kejadian tuberkulosis. Kepala rumah tangga dengan pendapatan di bawah upah minimum akan memakan makanan yang tidak memenuhi tingkat gizi setiap anggota keluarga, sehingga mengakibatkan status gizi buruk dan lebih mudah tertular penyakit menular termasuk tuberkulosis. 3) Kondisi tempat tinggal merupakan salah satu faktor risiko penyebaran penyakit TBC. Atap, dinding, dan lantai dapat menjadi tempat berkembang biaknya bakteri. Lantai dan dinding yang sulit dibersihkan akan menumpuk debu, sehingga menjadi media yang baik bagi bakteri untuk berkembang biak, 4). Membuka jendela setiap pagi untuk merokok berdampak pada kejadian tuberkulosis. Kebiasaan merokok dapat memperparah gejala tuberkulosis. Demikian pula, perokok pasif yang merokok lebih rentan terhadap tuberkulosis. 5) Riwayat kontak dengan penderita TBC dapat menyebabkan penularan TBC. Rata-rata, seorang penderita dapat menginfeksi 2-3 orang di rumah, dan risiko penularan di rumah tangga dengan lebih dari satu orang adalah empat kali lipat dari rumah tangga dengan hanya satu orang. Menderita penyakit TBC.

Terus meningkatnya angka tuberculosis di indonenesia dikarenakan banyaknya faktor-faktor yang mempengaruhi tingginya angka penyakit TB seperti yang telah di jelaskan pada bagian sebelumnya maka tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui bagaimana upaya dan implementasi kebijakan pemerintah dalam menangani angka tuberculosis yang terus meningkat ini.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Dinda Anggun Tasya -
Nama : Dinda Anggun Tasya
NPM : 1946041013

Introduction

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh adanya kuman mycobacterium tuberculosis, yang dapat menular semua kalangan dari bayi, balita, remaja hingga lansia. TB tidak hanya menyerang paru-paru saja namun dapat menyerang keberbagai organ dalam tubuh manusia. Penularan penyakit ini dapat melalui air liur yang keluar dari penderita TB. Terjadinya infeksi juga dapat terjadi melalui udara seperti saat orang yang terinfeksi melakukan besin dan batuk, lalu kemudian bisa saja dihirup oleh orang lain yang dapat menyebabkan ikut terinfeksi juga. Gejala yang ditimbulkan jika terinfeksi TB yaitu gangguan
pernafasan seperti batuk yang berdahak hingga adanya darah, kemudian pembesaran kelenjar getah bening di leher.

Indonesia menjadi kasus TB negara tertinggi yang ketiga di dunia, pada tahun 2018 kasus yang terinfeksi TB sebesar 842.00 kasus dan yang ternotifikasi sebesar 569.899, kemungkinan sekitar 32% yang belum terdeteksi atau terlapor. Kebijakan pengendalian TB di Indonesia dilaksanakan dengan mangadakan penggalangan kerjasama dengan kemitraan sektor pemerintah, non pemerintah, swasta dan masyarakat. Adanya program mengenai TB seperti program kesehatan di tingkat Puskesmas berupa penanggulangan berupa pengawasan menelan obat (PMO) yang telah terbukti menekan penularan TB, kemudian meningkatkan akses layanan mengenai TB, peningkatan kemitraan melalui forum koordinasi, dan peningaktan kemandirian masyarakat dalam menangani TB.

Program pencegahan TB sangat membutuhkan perhatian masyarakat karena penyakit ini dipengaruhi bedasarkan tingkat pengetahuan individu. Bedasarkan tingkat pengetahuanmasyarakat mengenai TB sangat berpengaruh dalam penularan penyakit kepada masyarakat. Penyakit ini bukan hanya masalah dari individu saja, namun juga masalah yang terkait dengan keluarga, ekonomi invidu, perusahaan, dan negara. Setiap individu dengan tingkat pengetahuan dan pemahamannya mengenai TB serta pencegahan penularan memiliki peran yang penting dalam keberhasilan dalam mengupayakan pencegahan penularan TB (Gero S, et al.,2017).

Pencegahan TB dalam berbagai upaya harus tetap dilakukan untuk dapat memutus rantai penularan, mengendalikan infeksi dengan baik, dapat mendiagnosis dengan cepat, dan melakukan pengobatan secara efektif adalah hal yang penting dalam menurunkan tingkat TB di masyarakat. Jika masyarakat semakin mengetahui dan paham mengenai pencyakit TB maka masyarakat akan lebih mandiri mencegah penularan penyakit TBC. Pentingnya pengetahuan agar dapat menambah wawasan serta dapat mempengaruhi tindakan dan sikap setiap individu. Hal ini menjadi faktor penting dalam menghasilkan sikap mulai dari perilaku dan pandangan yang positif pada masyarakat (Puspitasari R, el al., 2018).

Adanya faktor yang menjadi penyebab utama dalam mempengaruhi peningkatan angka penderita TB walau masyarakat sudah mulai paham dan mengerti mengenai bahayanya penyakit TB khususnya di Indonesia yaitu kondisi sosial ekonomi yang menurun dan berpengaruh pada kurangnya gizi yang terpenuhi terutama bagi yang menengah kebawah, umur atau transisi demografi terutama bagi lansia yang memiliki system imunolosis mulai menurun sehingga renta dari berbagai penyakit terutama TB, kondisi lingkungan sekitar juga sangat mendukung terjadinya penyakit TB terutama bagi yang menengah kebawah, meningkatnya jumlah penduduk dengan kepadatan yang cukup tinggi, menurunnya daya tahan tubuh yang lebih mudah tertularnya TB. Di Indonesia juga masih banyak kasus yang tidak terdeteksi dan terlapor, dan dengan tidak terlapornya individu yang terinfeksi kemungkinan besar dapat berpotensi menularkan kepada orang lain terutama dilingkungan sekitarnya. Bagi orang yang tidak mengetahui bahwa ada orang yang terinfeksi TB disekitarnya, dan tidak menjaga jarak aman maka sangat berpotensi tertulanya penyakit tersebut.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Sherly Marlina -
Nama : Sherly Marlina
Npm : 1946041007

Introduction

Tuberkulosis adalah penyakit radang pareknim paru karena infeksi kuman Mycobacterium tuberculosa. Tuberkulosis paru termasuk suatu
pneumonia, yaitu pneumonia yang disebabkan oleh M. tuberculosa (Darmanto, 2014).
Penyakit TB merupakan salah satu penyakit yang diketahui sejak 120 tahun yang lalu sudah ditemukan kuman penyebab Mycobacterium tuberculosis oleh Dr. Robert Koch. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Hingga saat ini, belum ada satu negara pun yang bebas TB. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis ini juga sangat tinggi. Tahun 2009, 1,7 juta orang meninggal karena TB (600.000 diantaranya perempuan)
sementara ada 9,4 juta kasus baru TB (3,3 juta diantaranya perempuan). Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB dimana sebagian besar penderita TB adalah usia produktif (15-55 tahun). Berdasarkan laporan WHO dalam Global Report 2009, pada tahun 2008 Indonesia berada pada peringkat 5 dunia penderita TB terbanyak setelah India, China, Afrika Selatan dan Nigeria. Peringkat ini turun dibandingkan tahun 2007 yang menempatkan Indonesia pada posisi ke-3 kasus TB terbanyak setelah India dan China.1,2 Data tersebut berdasarkan laporan WHO Global
Tuberculosis Control, Short Update to the 2009 report. Artinya insiden/kasus baru penyakit TB
mengalami penurunan yang signifikan, tahun 2007 total kasus TB 528.000 dan tahun 2008
sebanyak 429.730 kasus.
Dunia telah menempatkan TB sebagai salah satu indikator keberhasilan pencapaian MDGs.
Secara umum ada 4 indikator yang diukur, yaitu Prevalensi, Mortalitas, Penemuan kasus dan
Keberhasilan pengobatan. Dari ke-4 indikator tersebut 3 indikator sudah dicapai oleh Indonesia, angka kematian yang harus turun separuhnya pada tahun 2015 dibandingkan dengan data dasar (baseline data) tahun 1990, dari 92/100.000 penduduk menjadi 46/100.000 penduduk. Indonesia telah mencapai angka 39/100.000 penduduk pada tahun 2009. Angka Penemuan kasus (case detection rate) kasus TB BTA positif mencapai lebih 70%. Indonesia telah mencapai angka 73,1% Pada tahun 2009 dan mencapai 77,3% pada tahun 2010. Angka ini akan terus ditingkatkan agar mencapai 90% pada tahun 2015 sesuai target RJPMN. Angka keberhasilan pengobatan (success rate) telah mencapai lebih dari 85%, yaitu 91% pada tahun 2009.1 Satu indikator yang belum terpenuhi adalah prevalensi TB di Indonesia mencapai 253 per 100.000 penduduk pada tahun 2008, sedangkan target MDGs pada tahun 2015 adalah 222 per 100.000 penduduk.

Penyebab TBC atau tuberkulosis adalah infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Ada banyak faktor yang dapat meningkatkan risiko Anda terkena penyakit ini, mulai dari gaya hidup tidak sehat hingga memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah. Tuberkulosis atau TBC merupakan satu dari 10 penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian di dunia. Menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahunnya ada sekitar 1,5 juta orang di dunia meninggal akibat menderita TBC. Secara global, Indonesia merupakan salah satu negara dengan pengidap tuberkulosis terbanyak. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, di tahun 2018 sendiri ada lebih kurang 842 ribu penduduk Indonesia yang menderita TBC.

Karena tingginya kasus TBC di Indonesia, penting untuk mengetahui penyebab TBC dan faktor apa saja yang dapat meningkatkan resiko kita terkena penyakit ini. Tujuannya adalah agar kita bisa melakukan upaya pencegahan TBC secara lebih optimal.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Agustina Fajriah -

Nama : Agustina Fajriah

Npm : 1946041019

Pendahuluan

Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu dari penyakit menular yang paling serius yang harus diwaspadai masyarakat hingga saat ini . Tuberkulosis berdampak signifikan terhadap kualitas hidup dan perekonomian bahkan keselamatan jiwa orang. . tingkat global diperkirakan 10,4 juta kasus baru tuberkulosis dan 3,5 juta (34%) di antaranya adalah dengan 1,4 juta kematian penyakit tuberkulosis paru urutan kesembilan dengan satu kasus yang diperkirakan 1,37 juta / tahun. kasus paru tuberkulosis di dunia negara, India, Indonesia, China merupakan negara dengan jumlah penderita tuberkulosis, paling banyak atau ,23% berturut-turut, 10 dan 10 dari seluruh pasien di dunia (WHO, 2015). 

Pemberantasan tuberkulosis paru di Indonesia merupakan prioritas nasional untuk program pengendalian penyakit karena juga berdampak besar terhadap kualitas hidup dan perekonomian.4 Kondisi yang mendorong pemerintah Indonesia untuk menetapkan pedoman pengendalian TB sebagai Badan Hukum Penanggulangan Tuberkulosis di Indonesia diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia 364/MenKes/ SK/V/2009 terkait Pedoman Penatalaksanaan Tuberkulosis.  

Nafsiah Mboi, ketika menjadi menteri pada , mengatakan bahwa Indonesia dan  negara lain dengan beban TB tertinggi perlu belajar banyak dari  negara yang tergolong efektif dalam memerangi TB, seperti negara Serikat  dan Singapura. , dimana  negara berhasil dengan metode DOTS  (pengamatan langsung). pengobatan singkat).  Dalam upaya membentuk forum diskusi  untuk berbagi informasi tentang situasi saat ini, implementasi  dan tantangan upaya  yang melibatkan kemitraan luas dan program  TB penting untuk dijalankan . dan penting untuk memeriksa program TB. Aditama (2005) menyatakan bahwa  tuberkulosis paru tidak  dianggap sebagai masalah kesehatan masyarakat jika  jumlah pasien infeksi baru ( BTA positif) di suatu negara kurang dari  perlindungan yang memadai dalam hal  keselamatan dan kesehatan untuk  untuk mempertahankan produktivitas kerja mereka.

Strategi penanggulangan tuberkulosis dalam eliminasi tuberkulosis nasional  meliputi: a) penguatan kepemimpinan program penanggulangan tuberkulosis  di  kabupaten/kota, b) peningkatan akses kualitas pelayanan  tuberkulosis, c) pengendalian faktor risiko,  d) peningkatan kemitraan  forum koordinasi tuberkulosis, e) meningkatkan kemandirian  komunitas penanggulangan tuberkulosis Kegiatan  program penanggulangan tuberkulosis  dilaksanakan melalui  upaya kesehatan masyarakat dan individu.  Upaya pengendalian tuberkulosis dalam Permenkes  Nomor 67 Tahun 2016 dilakukan melalui  kegiatan, sebagai berikut: promosi kesehatan, surveilans  TB, pengendalian faktor risiko, deteksi dan pengendalian  kasus TB, pemberian kekebalan  dan obat pencegahan .

 

 


In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Ricana Aji Gantha -
Nama : Ricana Aji Gantha
NPM : 1946041014

Introduction

Tuberkulosis (TB) yang juga dikenal dengan singkatan TBC merupakan penyakit menular yang menyebabkan masalah kesehatan terbesar kedua di dunia setelah HIV. Penyakit ini disebabkan oleh hasil dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis sendiri dapat menyerang bagian tubuh manapun, tetapi yang tersering dan paling umum adalah infeksi tuberkulosis pada paru-paru.

Penyebaran penyakit ini dapat terjadi melalui orang yang telah mengidap TB. Kemudian, batuk atau bersin menyemburkan air liur yang telah terkontaminasi dan terhirup oleh orang sehat yang kekebalan tubuhnya lemah terhadap penyakit tuberkulosis. Walaupun biasanya menyerang paru-paru, tetapi penyakit ini dapat memberi dampak juga pada tubuh lainnya, seperti sistem saraf pusat, jantung, kelenjar getah bening, dan lainnya.

WHO memperkirakan bahwa pada tahun 2018, hampir 10 juta orang di seluruh dunia menderita TB dan 1,5 juta orang meninggal karena penyakit ini. Indonesia merupakan salah satu negara dengan beban TB tertinggi di dunia dengan perkiraan jumlah orang yang jatuh sakit akibat TB mencapai 845.000 dengan angka kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11 kematian/jam (WHO Global TB Report, 2020). Dari jumlah kasus tersebut, baru 67% yang ditemukan dan diobati, sehingga terdapat sebanyak 283.000 pasien TB yang belum diobati dan berisiko menjadi sumber penularan bagi orang disekitarnya.

Gejala utama pasien TB yaitu batuk berdahak selama 2 minggu atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise (kurang enak badan), berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan (Kemenkes, 2018). Faktor yang menyebabkan seseorang terkena TB yaitu ketika daya tahan tubuh menurun dan faktor lain yang mendukung seperti usia, tingkat pendidikan, merokok, alkohol, malnutrisi, diabetes, dan kepatuhan dalam berobat (Kuswandi, 2016).

Di Indonesia sendiri, tingginya penderita penyakit Tuberkolosis ini bukan dikarenakan ketidaksadaran masyarakat namun dikarenakan banyak faktor. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, setidaknya ada tiga faktor yang menyebabkan tingginya kasus TB di Indonesia, yaitu:
1. Waktu pengobatan yang relatif lama
Waktu pengobatan penyakit TB ini berlangsung sekitar 6-8 bulan menjadikan penyebab orang dengan TB menghentikan pengobatan di tengah jalan setelah merasa sehat padahal masa pengobatan belum selesai. Hal ini akan membuat bakteri tetap hidup dan terus menginfeksi tubuh serta orang terdekatnya.

2. Adanya peningkatan orang yang terinfeksi HIV/AIDS
Virus HIV dapat melemahkan kekebalan tubuh. Oleh karena itu, orang dengan HIV akan mudah terinfeksi penyakit lain termasuk TB sehingga orang dengan HIV/AIDS atau ODHA dianjurkan untuk mengikuti tes TB. Orang yang terinfeksi HIV/AIDS berisiko 20 sampai 30 kali lebih mungkin untuk terinfeksi TBC. Sekitar 400 ribu ODHA di dunia meninggal akibat TB pada tahun 2016, lapor WHO.

Selain ODHA, anak-anak, lansia, penderita kanker, diabetes, ginjal, dan penyakit autoimun lainnya berisiko lebih tinggi untuk terinfeksi TBC karena sistem imunnya tidak mampu melawan pertumbuhan bakteri TBC yang ganas

3. Munculnya permasalahan resistansi/kebal obat antituberkulosis
Bakteri penyebab TB bisa kebal terhadap beberapa jenis antibiotik sehingga menyulitkan proses penyembuhan. Salah satu penyebabnya adalah kelalaian mengikuti aturan pengobatan TB. Kondisi ini dikenal juga dengan TB resistan obat atau TB MDR. Jumlah kasus resistan obat tuberkulosis terus meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2018, terdapat lebih dari 8.000 kasus TB MDR.

Tingginya kasus penderita penyakit TB di Indonesia bukan karena tidak ada kesadaran dari masyarakat namun ada beberapa faktor yang menjadi penyebab seperti yang sudah dijelaskan diatas, sehingga membuat penyakit TB ini merupakan persoalan yang harus diselesaikan. Walaupun data dari situasi penyakit TBC di Indonesia selama 2018 bisa membuktikan bahwa penyakit ini bisa diobati, penyakit ini tetap memerlukan upaya pengendalian khusus dari pemerintah. Maka tujuan dari penulisan ini yaitu untuk mengetahui bagaimana upaya yang harus dilakukan pemerintah untuk menangani kasus penyakit TB ini.
In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Anada Syofira -
Nama : Anada Syofira
NPM : 1946041005

Introduction
Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang masalah utama bagi kesehatan masyarakat. Dilaporkan penyakit ini sebagai penyebab utama kematian di kalangan penyakit menular, termasuk penyumbang meningkatnya angka kematian ibu (AKI). Oleh karena itu pemerintah telah berupaya memberantas penyakit ini, namun belum berhasil secara tuntas, sejak tahun 1995 Pemerintah kita telah sepakat memberantasnya dengan strategi DOTS (directy observed treatment short). Setelah lima belas tahun program ini menunjukkan adanya kemajuan dibandingkan dengan program pemberantasan penyakit tuberkulosis pada masa silam. Akan tetapi dalam pelaksanaannya strategi DOTS belum optimal menurunkan insiden tuberkulosis karena sebagaian besar program diprioritaskan pada tahapan penanganan dan pengobatan penderita tuberkulosis dengan baik benar dan tuntas. Namun pada tahapan pencegahan dan pengendalian (epidemiologi) seperti penjaringan secara aktif yang melibatkan peran masyarakat secara mandiri belum utuh dan aplikatif.

Indonesia memiliki beban penyakit tuberkulosis yang tinggi. Indonesia merupakan negara pertama diantara High Burden Country (HBC) di wilayah WHO South-East Asian yang mampu mencapai target global tuberkulosis untuk deteksi kasus dan keberhasilan pengobatan pada tahun 2006. Pada tahun 2009, tercatat sejumlah 294.732 kasus tuberkulosis telah ditemukan dan diobati (data awal Mei 2010) dan lebih dari 169.213 diantaranya terdeteksi BTA (+). Dengan demikian, case notification rate untuk TB BTA (+) adalah 73 per 100.000 (case detection date 73%). Rerata pencapaian angka keberhasilan pengobatan selama 4 tahun terakhir adalah sekitar 90% dan pada kohort tahun 2008 mencapai 91%. Pencapaian target global tersebut merupakan tonggak pencapaian program pengendalian TB nasional yang utama.

Kejadian tuberculosis dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor pertama tuberkulosis adalah faktor umur karena insiden tertinggi penyakit tuberkulosis adalah pada usia dewasa muda di Indonesia diperkirakan 75% penderita tuberkulosis adalah pada kelompok usia produktif. Faktor yang kedua adalah jenis kelamin yang lebih banyak menyerang laki-laki daripada wanita, karena sebagian besar mempunyai kebiasaan merokok. Faktor ketiga adalah kebiasaan merokok yang dapat menurunkan daya tahan tubuh, sehingga mudah untuk terserang penyakit terutama pada laki-laki yang mempunyai kebiasaan merokok (Alsagaf, 2005). Faktor keempat adalah kepadatan hunian yang merupakan faktor lingkungan terutama pada penderita tuberkulosis yaitu kuman M. tuberculosis dapat masuk pada rumah yang memiliki bangunan yang gelap dan tidak ada sinar matahari yang masuk. Faktor kelima adalah pekerjaan yang merupakan faktor risiko kontak langsung dengan penderita. Risiko penularan tuberkulosis pada suatu pekerjaan adalah seorang tenaga kesehatan yang secara kontak langsung dengan pasien walaupun masih ada beberapa pekerjaan yang dapat menjadi faktor risiko yaitu seorang tenaga pabrik (Luthfi, 2012). Faktor keenam adalah status ekonomi yang merupakan faktor utama dalam keluarga masih banyak rendahnya suatu pendapatan yang rendah dapat menularkan pada penderita tuberkulosis karena pendapatan yang kecil membuat orang tidak dapat layak memenuhi syarat-syarat kesehatan (Manalu, 2010).

Penderita penyakit Tuberkolosis di Indonesia pada data terupdate oleh data WHO 2019 menyebutkan jumlah estimasi kasus TBC di Indonesia sebanyak 843.000 orang. Menurut data TB Indonesia tahun 2020, jumlah kasus TBC meningkat menjadi 845,000 dan jumlah kematian lebih dari 98.000 orang.

In reply to Prof. Dr. Novita Tresiana

Re: RESPON/TANGGAPAN

by Aditiya Irawansyah -
Nama : Aditiya Irawansyah
NPM : 1946041010

Introduction

Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun‐tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka kematian yang disebabkan oleh TB. Pada tahun 1993, WHO mencanangkan kedaruratan global penyakit TB, karena di sebagian besar negara di dunia, penyakit TB tidak terkendali. Hal ini disebabkan banyaknya penderita TB yang tidak berhasil disembuhkan. WHO melaporkan adanya 3 juta orang meninggal akibat TB tiap tahun dan diperkirakan 5000 orang tiap harinya. Tiap tahun ada 9 juta penderita TB baru dan 75% kasus kematian dan kesakitan di masyarakat diderita oleh orang‐orang pada umur produktif dari 15 sampai 54 tahun. Di negara‐negara miskin kematian TB merupakan 25% dari seluruh kematian yang sebenarnya dapat dicegah. Daerah Asia Tenggara menanggung bagian yang erberat dari beban TB global yakni sekitar 38% dari kasus TB dunia. Dengan munculnya HIV/AIDS di dunia, diperkirakan penderita TB akan meningkat (WHO, 2014).

Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium Tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi dapat juga mengenai organ tubuh lainnya. Hal ini disebabkan karena ukuran kuman TBsangat kecil sehingga kuman TB dalam percik renik (droplet nucle) yang terhirup dapat masuk mencapai alveolus. Masuknya kuman TB ini akan segera diatasi oleh mekanisme imunologis non spesifik. Makrofag alveolus akan menfagosit kuman TB dan biasanya sanggup menghancurkan sebagian besar kuman TB. Akan tetapi, pada sebagian kecil kasus, makrofag tidak mampu menghancurkan kuman TB dan kuman akan bereplikasi dalam makrofag. Kuman TB dalam makrofag yang terus berkembang biak, akhirnya akan membentuk koloni di tempat tersebut. Lokasi pertama koloni kuman TB di jaringan paru disebut Fokus Primer GOHN (Departemen Kesehatan, 2007).

Dari focus primer, kuman TB menyebar melalui saluran limfe menuju kelenjar limfe regional, yaitu kelenjar limfe yang mempunyai saluran limfe ke lokasi focus primer. Waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman TB hingga terbentuknya kompleks primer secara lengkap disebut sebagai masa inkubasi TB. Hal ini berbeda dengan pengertian masa inkubasi pada proses infeksi lain, yaitu waktu yang diperlukan sejak masuknya kuman hingga timbulnya gejala penyakit.