Mahasiswa setelah kalian menyusun paper silahkan kalian berdiskusi terkait hal-hal penting tentang Sejarah Lisan pada forum ini
Forum Diskusi
terima kasih wasslamualaikum wr. Wb.
Sekian dari saya, wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarrokatu.
Izin menjawab pertanyaan dari saudari Devi, kekurangan atau kelemahan tradisi lisan adalah unsur subjektivitasnya yang cukup tinggi karena sudut pandang dari masing-masing pelaku atau saksi sejarah terhadap suatu peristiwa sering kali berbeda, dan juga terbatasnya daya ingat seseorang saksi atau pelaku sejarah terhadap suatu peristiwa. Sedangkan kelebihannya menjadikan penulisan sejarah menjadi lebih demokratis karena memungkinkan sejarawan untuk menggali informasi dari semua golongan masyarakat dan dapat melengkapi kekurangan data atau informasi yang belum termuat dalam dokumen. Kemudian mengenai pertanyaan seorang peneliti lebih banyak menggunakan tradisi lisan atau tradisi tulis, saya setuju dengan pendapat saudari Nesti, peneliti dapat menggunakan tradisi lisan namun lebih baik ditambah dengan sumber tertulis seperti dokumen-dokumen lainnya agar hasil penelitian tersebut dapat dipertanggungjawabkan.
Demikian yang dapat saya sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Kekurangan dari tradisi lisan adalah banyak sekali perspektif masyarakat yang berbeda-beda, apalagi tradisi lisan banyak sekali seperti dongeng yang mungkin belum tentu ada kebenarannya lalu cerita rakyat juga. Tetapi dengan tradisi lisan juga data-data yang belum lengkap bisa di lengkapi dengan tradisi lisan tersebut. Ada baiknya juga tidak hanya mengutamakan lisan, sumber tertulis pun harus tetap dikaji dan digunakan. Yang berarti saya sependapat dengan saudari Nesti dan Dita.
Terima kasih. Mohon maaf jika terdapat kesalahan.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Nama: Afaf Nafisah
NPM : 2013033059
Izin menjawab, Ibu.
• Kekurangan tradisi lisan, yaitu informasi berbeda-beda/berubah-ubah sesuai sudut pandang subjek/orang tersebut.
Apakah peneliti lebih banyak menggunakan tradisi lisan atau tradisi tulis? Menurut saya, peneliti menggunakan kedua tradisi tersebut, baik tradisi lisan ataupun tulis. Karena kedua tradisi tersebut memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing. Peneliti juga tidak langsung menulis/menyampaukan apa yang di dapat. Namun, peneliti akan melakukan beberapa tahap, contohnya langkah-langkah pada penelitian sejarah, yaitu heuristik, kritik/verifikasi, interpretasi, historiografi.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, Bu.
Terima kasih, Ibu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Saya Murniyati dengan NPM 2013033025. Izin bertanya, setelah mengetahui sejarah lisan dan tradisi lisan serta foklor lisan apa yang membedakan di antara ketiganya dan mengapa tradisi lisan disebut-sebut bersinonim dengan foklor lisan?
Terima kasih bu.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Nama: Afaf Nafisah
NPM : 2013033059
Izin menjawab.
Menurut beberapa sumber yang saya baca, perbedaan sejarah lisan, tradisi lisan, dan folklor lisan, sebagai berikut:
• Sejarah lisan: salah satu dari sumber sejarah yang dapat digunakan syah sebagai penulisan sejarah. Sejarah lisan memiliki arti yang khas yang bertanggung jawab, yaitu : "Sumber sejarah yang dilisankan oleh manusia pengikut atau yang menjadi saksi akan adanya peristiwa sejarah pada zamannya". Si pelisan benar-benar mengetahui, mengikuti kejadian masa lampau yang diceritakan, dengan penuh tanggung jawab atas kebenarannya. Dengan demikian si pelisan harus diseleksi secara kritis sebagaimana menghadapi sumber sejarah, (Darban, 1997: 1).
• Folklor lisan: folklor yang penyebarannya melalui lisan, prosesnya secara turun-temurun dari generasi kegenerasi sedikitnya dua generasi. Folklor lisan mencakup semua jenis tradisi lisan.
• Tradisi lisan: salah satu jenis folklor berbentuk lisan dan proses pewarisannya hanya dilakukan secara lisan. Bentuk tradisi lisan terdiri atas cerita rakyat, teka-teki rakyat, peribahasa rakyat, dan nyanyian rakyat. Selain itu, tadisi lisan mempunyai arti: "Cerita rakyat yang diungkapkan melalui lisan dan dikembangkan secara beruntun juga melalui lisan. Si pelisan (pengungkap cerita) tidak terikat oleh peristiwanya itu sendiri. Si pelisan bukan penyaksi dan atau bukan peserta dalam peristiwa sejarah/cerita dan tidak bertanggung jawab atas penyataan yang diceritakannya, (Darban, 1997: 1).
Kesimpulannya:
Sejarah lisan, yaitu sumber sejarah yang dilisankan oleh manusia yang menjadi saksi adanya peristiwa sejarah pada zamannya. Folklor lisan yaitu folklor yang penyebarannya secara lisan, mencakup semua jenis tradisi lisan. Sedangkan, tradisi lisan merupakan cakupan/cabang dari folklor, contohnya: cerita rakyat, nyanyian rakyat.
Mengapa tradisi lisan disebut bersinonim deng folklor lisan? Menurut saya, berdasarkan penjelaskan di atas bahwa tradisi lisan merupakan cakupan/cabang dari folklor lisan. Maka dari itu, banyak yang mengaggap bahwa tradisi lisan bersinonim dengan folklor lisan. Padahal hal tersebut sedikit berbeda.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Pada perkuliahan kali ini sudah dapat di pahami, sekian terima kasih Ibu.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Pada perkuliahan kali ini sudah dapat di pahami, sekian terima kasih Ibu.
Wassalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh
Alhamdulillah Bu, mengenai materi dapat dipahami dengan jelas. Terima kasih banyak, Bu.
Wassalamualaikum warrahmatullahi Wabarakatuh.
mengenai materi sudah dapat dipahami dengan jelas. Terima kasih banyak, ibu
Wassalamualaikum warrahmatullahi Wabarakatuh.
Wassalamualaikum warrahmatullahi Wabarakatuh.
mengenai materi sudah dapat dipahami dengan jelas. Terima kasih banyak, ibu
Wassalamualaikum warrahmatullahi Wabarakatuh.
Nama: Afaf Nafisah
NPM : 2013033059
Izin menjawab, Ibu.
• Tradisi lisan: salah satu jenis folklor berbentuk lisan dan proses pewarisannya hanya dilakukan secara lisan. Terdiri atas cerita rakyat, teka-teki rakyat, peribahasa rakyat, dan nyanyian rakyat.
• Sejarah lisan: salah satu dari sumber sejarah yang dapat digunakan syah sebagai penulisan sejarah.
Bagaimana cara menarik minat anak muda untuk lebih memahami dan melestarikan tradisi lisan yang semakin lama sejarah lisan ini sumbernya berkurang? Menurut saya, dengan terlebih dahulu kita memahami tradisi lisan dan sumber lisan. Setelah itu, kita membuat sesuatu yang dapat menarik perhatian anak muda, seperti pertunjukan ludruk yang terdapat di Jawa Timur, jepin yang berkembang pada masyarakat campuran Melayu Madura di pesisir Kalimantan Barat, dan melalui media pembelajaran disekolah. Kita juga sekalian mengedukasi anak muda pentingnya melestarikan dan menariknya tradisi lisan tersebut.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, Bu.
Terima kasih, Ibu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
sekian sekian bu mohon maaf jika terjadi kesalahan ,saya akhiri wasalam mualaikum warahmatullahi wabarakatu
Nama: Afaf Nafisah
NPM : 2013033059
Izin menjawab, Ibu.
Menurut saya, sebelum melakukan wawancara sebaiknya mencari/menentukan narasumber yang benar-benar mengetahui tentang peristiwa tersebut (terlibat di dalam peristiwa itu). Biasanya pewawancara tidak hanya mewawancai satu narasumber saja, karena jika hanya satu narasumber informasi yang didapat terkadang tidak bisa menjawab semua pertanyaan, selain itu menghindari informasi yang diberikan tidak benar/tidak sesuai dengan peristiwa (tidak ada yang memihak baik pro/kontra). Namun, apabila jika kita ingin mewawancarai dengan cara sumber lisan, namun yang orang yang ingin diwawancarai sudah tidak ingat lagi dan tidak ada sumber lain yang mendukung cara menggatasinya, yaitu tetap mencari narasumber lain yang mengetahui peristiwa tersebut, mungkin ada satu sampai tiga narasumber lain yang mengetahui peristiwa itu (walaupun mencarinya sedikit sulit). Dan jika sudah dicari tetap tidak menemukan narasumber tersebut, maka dapat menggunakan sumber-sumber lainnya, seperti buku, jurnal, dokumen, dll. Jika tetap tidak ada, maka penelitian tersebut belum bisa dilakukan/diteruskan karena dikhawatirkan hasil penelitian tidak sesuai dengan apa yang terjadi.
Mohon maaf apabila terdapat kesalahan, Bu.
Terima kasih, Ibu.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.