EVALUASI SESI 10

EVALUASI SESI 10

EVALUASI SESI 10

oleh Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M. -
Jumlah balasan: 34

JAWABLAH PERTANYAAN PERTANYAAN BERIKUT INI

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Naufal Ar Rafi Mursalin -
Izin Menjawab Bu

1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar
Perubahan besar biasanya melalui tahapan psikologis tertentu. Dimulai dari kesadaran akan perlunya perubahan, lalu muncul motivasi untuk bergerak maju. Hambatan berupa resistensi sering terjadi karena rasa takut, ketidakpastian, atau kehilangan kontrol. Setelah itu, individu maupun organisasi memasuki tahap adaptasi dengan mencoba hal baru dan menyesuaikan diri. Pada akhirnya, perubahan diinternalisasi dan menjadi bagian dari identitas atau budaya baru.
2. Mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi
Visi yang menarik harus berakar pada nilai inti organisasi, bersifat inspiratif, dan memberikan makna lebih dari sekadar target angka. Visi juga perlu konkret namun fleksibel agar bisa menyesuaikan dengan perubahan. Komunikasi yang konsisten sangat penting, dan proses perumusan sebaiknya melibatkan anggota organisasi agar mereka merasa memiliki arah yang sama.
3. Cara menerapkan perubahan besar dalam organisasi
Langkah awal adalah melakukan analisis kesiapan organisasi. Setelah itu, perubahan besar sebaiknya dipecah menjadi rencana bertahap yang realistis. Komunikasi transparan mengenai alasan dan manfaat perubahan harus dilakukan, dengan dukungan kepemimpinan sebagai teladan. Monitoring dan evaluasi diperlukan untuk memastikan progres, serta penguatan melalui penghargaan terhadap perilaku yang mendukung perubahan.
4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi
Pemimpin dapat membangun budaya belajar dengan mendorong eksperimen dan berbagi pengetahuan. Lingkungan yang aman secara psikologis membuat anggota berani berpendapat. Investasi berupa pelatihan, mentoring, dan akses teknologi juga penting. Selain itu, kolaborasi lintas tim dan pemberian umpan balik yang cepat akan mempercepat munculnya ide-ide baru.
6. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan
Kepemimpinan partisipatif dapat berbentuk konsultatif, di mana pemimpin mengambil keputusan setelah mendengar masukan tim. Bentuk demokratis dilakukan melalui voting atau konsensus bersama. Delegatif memberi kewenangan penuh kepada tim untuk mengambil keputusan. Empowerment leadership berfokus pada pengembangan kapasitas individu agar mandiri. Shared leadership membagi tanggung jawab kepemimpinan sesuai keahlian masing-masing anggota.
7. Potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya
Manfaat pendelegasian antara lain meningkatkan efisiensi, mengembangkan keterampilan bawahan, dan menumbuhkan motivasi serta rasa memiliki. Risikonya adalah salah delegasi sehingga tugas tidak sesuai standar, kurangnya kontrol, atau beban berlebih pada bawahan yang belum siap. Delegasi sebaiknya dilakukan ketika tugas dapat dikerjakan orang lain, bawahan memiliki kapasitas, dan pemimpin perlu fokus pada hal strategis. Cara yang tepat adalah memilih orang sesuai kompetensi, menjelaskan tujuan dan ekspektasi dengan jelas, memberikan otoritas yang cukup dengan mekanisme kontrol, serta mengevaluasi hasil dan memberikan umpan balik.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Elvin Agustianda -
Izin menjawab bu nova
Elvin agustianda_2421011029

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Orang biasanya mengalami tahapan seperti penolakan, kebingungan, lalu penerimaan. Awalnya sulit karena takut kehilangan kebiasaan lama, tapi dengan komunikasi yang baik dan dukungan, mereka bisa menyesuaikan diri.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Pemimpin harus tahu arah masa depan organisasi, melibatkan orang lain dalam ide, dan menyampaikan visi dengan jelas dan inspiratif agar semua mau ikut bergerak.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Mulai dari perencanaan yang matang, sosialisasi, pelibatan karyawan, pelatihan, dan pengawasan agar perubahan berjalan lancar dan diterima semua pihak.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Dengan memberi ruang untuk mencoba hal baru, tidak takut gagal, mendorong berbagi pengetahuan dan memberi penghargaan bagi ide-ide kreatif.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan ?
Kepemimpinan partisipatif melibatkan bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuknya bisa berupa diskusi bersama, tim kerja, atau memberi kebebasan berpendapat.
Pemberdayaan berarti memberi kepercayaan, tanggung jawab dan kesempatan agar karyawan bisa berkembang dan berkontribusi lebih besar.

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya?
●Manfaat: meringankan beban pimpinan, mengembangkan kemampuan bawahan, dan mempercepat pekerjaan.
●Risiko : hasil tidak sesuai harapan jika bawahan belum siap.
Waktu yang tepat: saat bawahan cukup kompeten.
●Cara : jelaskan tugas dengan jelas, beri wewenang secukupnya, dan tetap lakukan pengawasan.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Adrian Kevin Prathama -
1. Proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar
Perubahan besar dalam organisasi bukan hanya persoalan teknis, tetapi juga menyentuh aspek psikologis individu dan kelompok. Secara psikologis, perubahan memicu reaksi emosional seperti kecemasan, ketakutan, bahkan penolakan. Individu cenderung mengalami “loss of control” dan status quo bias, yakni dorongan untuk tetap pada kondisi lama yang dianggap aman.
Proses ini mencakup beberapa tahap: pertama, sensemaking, yaitu upaya individu memahami arti perubahan bagi dirinya dan lingkungannya. Kedua, munculnya resistansi emosional, sebagaimana dijelaskan dalam model transisi Kübler-Ross (penyangkalan, kemarahan, tawar-menawar, depresi, dan penerimaan). Ketiga, terbentuknya keyakinan diri (self-efficacy) yang menentukan sejauh mana seseorang merasa mampu beradaptasi.
Pemimpin berperan penting dalam menavigasi proses ini dengan memberikan pemahaman yang jelas, mendengarkan aspirasi, dan membangun kepercayaan diri anggota organisasi agar mereka merasa menjadi bagian dari perubahan, bukan korban perubahan.

2. Memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi
Visi yang menarik merupakan peta arah masa depan organisasi yang mampu menggerakkan hati dan pikiran orang-orang di dalamnya. Sebuah visi harus jelas, inspiratif, realistis, dan relevan dengan nilai organisasi.
Dalam mengembangkan visi, pemimpin perlu:
1. Menganalisis kondisi organisasi dan tantangan lingkungan untuk menentukan arah strategis.
2. Melibatkan anggota organisasi agar muncul rasa memiliki terhadap visi.
3. Membangun narasi yang menggugah, menghubungkan kondisi saat ini dengan masa depan yang diinginkan.
4. Mengkomunikasikan secara konsisten melalui berbagai media dan perilaku sehari-hari pemimpin sebagai teladan.
Visi yang efektif tidak hanya menjawab “apa yang ingin dicapai”, tetapi juga “mengapa hal itu penting” dan “bagaimana setiap individu dapat berkontribusi” terhadapnya.

3. Cara menerapkan perubahan besar dalam organisasi
Implementasi perubahan besar membutuhkan perencanaan yang sistematis. Model populer seperti Kotter’s 8-Step Change Model dapat digunakan:
1. Ciptakan rasa urgensi terhadap perubahan.
2. Bentuk koalisi pimpinan perubahan untuk memastikan dukungan.
3. Rumuskan dan komunikasikan visi perubahan.
4. Berdayakan karyawan dengan pelatihan dan wewenang.
5. Capai kemenangan kecil (quick wins) untuk menjaga motivasi.
6. Konsolidasikan hasil agar perubahan makin meluas.
7. Institusionalisasikan perubahan ke dalam budaya organisasi.
Selain struktur, pemimpin perlu menjaga komunikasi yang terbuka, menunjukkan empati terhadap resistansi, dan memberi ruang dialog agar perubahan terasa sebagai proses kolektif, bukan paksaan sepihak.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi
Pemimpin memainkan peran penting dalam membangun organisasi pembelajar (learning organization). Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menciptakan psychological safety — suasana di mana anggota bebas menyampaikan ide tanpa takut disalahkan.
Selanjutnya, pemimpin mendorong eksperimen dan pembelajaran dari kegagalan. Inovasi tidak lahir dari kesempurnaan, melainkan dari proses mencoba, gagal, lalu memperbaiki. Selain itu, pemimpin perlu:
• Mendorong kolaborasi lintas fungsi, agar ide-ide baru muncul dari perspektif berbeda.
• Memberi pengakuan dan penghargaan pada ide, bukan hanya hasil akhir.
• Melakukan refleksi rutin seperti after action review untuk menanamkan budaya belajar.
Dengan demikian, pemimpin menjadi fasilitator pembelajaran yang berkelanjutan, bukan sekadar pengambil keputusan.

5. Berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan
Kepemimpinan partisipatif menekankan keterlibatan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Bentuk-bentuknya meliputi:
1. Konsultatif: pemimpin meminta saran atau masukan namun keputusan akhir tetap di tangan pemimpin.
2. Demokratis: keputusan dibuat bersama melalui diskusi dan musyawarah.
3. Delegatif: pemimpin memberikan wewenang penuh kepada bawahan yang kompeten untuk mengambil keputusan.
4. Servant leadership: pemimpin berperan melayani kebutuhan tim, memberdayakan dan mendukung mereka untuk tumbuh.
Pemberdayaan bisa dilakukan secara struktural, yaitu dengan memberikan akses terhadap informasi, sumber daya, dan otoritas; atau psikologis, yaitu menumbuhkan rasa kompeten, otonomi, dan makna kerja.
Hasilnya adalah peningkatan motivasi, rasa memiliki, serta komitmen terhadap tujuan organisasi.

6. Potensi manfaat dan risiko pendelegasian, serta kapan dan bagaimana menggunakannya
Pendelegasian adalah pelimpahan sebagian wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan untuk melaksanakan tugas tertentu.
Manfaatnya:
• Meningkatkan efisiensi kerja manajer.
• Mengembangkan keterampilan dan kepercayaan diri bawahan.
• Mempercepat proses pengambilan keputusan.
• Membangun rasa tanggung jawab dan kepemilikan.
Namun, risikonya dapat berupa kehilangan kendali, keputusan yang tidak sesuai standar, atau kebingungan tanggung jawab.

Delegasi sebaiknya dilakukan jika:
1. Bawahan memiliki kompetensi dan kemauan belajar.
2. Tugasnya jelas dan risikonya dapat dikontrol.
3. Tujuannya untuk pengembangan karyawan.

Cara efektif melakukan delegasi:
• Jelaskan hasil yang diharapkan dan batasan wewenang.
• Berikan sumber daya yang memadai.
• Tetapkan jadwal evaluasi dan komunikasi terbuka.
• Hindari micromanagement agar bawahan dapat berkembang.

Delegasi yang baik bukan berarti pemimpin melepaskan tanggung jawab, melainkan mempercayakan pelaksanaan sambil tetap menjaga arah dan hasil akhir.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Evi Komala 2421011005 -
Izin menjawab evaluasi sesi 10 Ibu Nova 

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Proses psikologis dalam menghadapi perubahan besar umumnya diawali dengan rasa tidak nyaman atau penolakan karena manusia sulit meninggalkan kebiasaan lama. Seiring waktu, ketika seseorang memahami alasan dan manfaat perubahan, muncul dorongan untuk beradaptasi dan belajar hal baru. Penerimaan dan komitmen terhadap perubahan akan terbentuk ketika individu merasa dilibatkan serta dihargai dalam proses tersebut.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Pengembangan visi yang menarik berawal dari pemahaman mendalam terhadap nilai-nilai inti dan arah masa depan organisasi. Visi yang baik tidak hanya menjelaskan tujuan jangka panjang, tetapi juga mampu membangkitkan semangat dan rasa memiliki bagi seluruh anggota. Pelibatan tim dalam penyusunannya penting agar visi terasa realistis, relevan, dan menginspirasi semua pihak.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Penerapan perubahan besar memerlukan perencanaan yang matang, komunikasi yang terbuka, dan keterlibatan aktif seluruh anggota organisasi. Pemimpin perlu menjelaskan alasan di balik perubahan, memberikan arahan yang jelas, serta menjalankan proses secara bertahap agar tidak menimbulkan penolakan. Keteladanan dari pemimpin menjadi kunci dalam membangun kepercayaan dan komitmen terhadap perubahan.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan lingkungan kerja yang terbuka terhadap ide-ide baru serta tidak takut terhadap kesalahan. Budaya belajar berkelanjutan dapat dibangun melalui pelatihan, berbagi pengalaman, dan diskusi terbuka. Memberikan ruang bagi karyawan untuk bereksperimen juga mendorong tumbuhnya kreativitas dan inovasi.

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Kepemimpinan partisipatif mencakup keterlibatan anggota tim dalam pengambilan keputusan serta adanya ruang dialog untuk menyampaikan pendapat. Sementara itu, pemberdayaan berarti memberikan kepercayaan dan tanggung jawab kepada anggota tim untuk mengambil keputusan sesuai perannya. Keduanya berfokus pada peningkatan rasa tanggung jawab, kepercayaan diri, dan kerja sama dalam organisasi.

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi?
Pendelegasian memberikan manfaat berupa pembagian beban kerja, peningkatan efisiensi, serta pengembangan kemampuan bawahan. Namun, risikonya muncul jika tugas diserahkan kepada individu yang belum siap atau kurang memahami tanggung jawabnya. Delegasi sebaiknya dilakukan secara selektif dengan memilih orang yang tepat, memberi arahan jelas, dan tetap melakukan pengawasan agar hasilnya sesuai dengan harapan.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Fifkha Rizky Amalia -
Fifkha Rizky Amalia
NPM: 2421011032
Kelompok 12

Izin menjawab pertanyaannya Ibu
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
- Saat perubahan besar terjadi, orang biasanya mengalami rasa takut, cemas, atau bahkan menolak karena merasa tidak siap dan belum tahu hasil akhirnya.
- Setelah itu muncul tahap penyesuaian, di mana individu mulai memahami alasan perubahan dan mencoba menyesuaikan diri dengan situasi baru.
- Jika sudah melihat manfaat dari perubahan tersebut, mereka akan mulai menerima dan bahkan mendukung prosesnya.
- Jadi, proses psikologis dalam perubahan besar selalu melibatkan tahapan emosional mulai dari penolakan, penyesuaian, hingga penerimaan penuh terhadap perubahan.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
- Visi yang menarik harus menggambarkan arah masa depan yang jelas dan realistis agar bisa dipercaya dan dipahami semua anggota organisasi.
- Visi juga perlu memiliki makna yang sesuai dengan nilai-nilai organisasi agar orang merasa terhubung secara emosional.
- Cara penyampaian visi sangat berpengaruh, jadi pemimpin harus mampu menjelaskan visi dengan bahasa yang inspiratif dan memotivasi.
- Dengan visi yang jelas dan penyampaian yang baik, anggota organisasi akan merasa yakin bahwa perubahan yang dilakukan sepadan dengan usaha mereka.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
- Langkah pertama adalah menciptakan rasa urgensi agar semua orang memahami kenapa perubahan itu penting dan harus dilakukan segera.
- Pemimpin perlu mengkomunikasikan visi secara jelas supaya arah dan manfaat perubahan dapat dipahami bersama.
- Bangun koalisi atau tim pendukung yang kuat untuk membantu menjalankan dan memperkuat perubahan di lapangan.
- Libatkan orang-orang kunci yang kompeten agar merasa dipercaya dan mampu menjadi agen perubahan.
- Pantau perkembangan dan lakukan penyesuaian jika ada hambatan selama proses berjalan.
- Dengan komunikasi yang terbuka dan dukungan yang kuat, perubahan besar akan lebih mudah diterima oleh seluruh anggota organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
- Pemimpin harus mendorong anggotanya untuk melihat tantangan sebagai kesempatan untuk belajar, bukan hal yang menakutkan.
- Ciptakan lingkungan kerja yang terbuka, di mana orang berani mencoba hal baru tanpa takut gagal.
- Dukung ide-ide kreatif dengan menyediakan sumber daya dan kepercayaan agar tim bisa bereksperimen.
- Kurangi hambatan birokratis agar proses inovasi berjalan lebih cepat dan efisien.
- Bangun budaya berbagi ilmu, di mana semua orang saling belajar dari pengalaman masing-masing.
- Dengan pendekatan seperti ini, pembelajaran dan inovasi akan tumbuh secara alami di dalam organisasi.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
- Autocratic decision: pemimpin membuat keputusan sendiri tanpa melibatkan bawahan, biasanya digunakan dalam kondisi mendesak.
- Consultation: pemimpin meminta pendapat dari bawahan, tetapi keputusan akhir tetap di tangannya.
- Joint decision: pemimpin dan bawahan berdiskusi dan mengambil keputusan bersama.
- Delegation: pemimpin memberikan tanggung jawab dan wewenang kepada bawahan untuk mengambil keputusan dalam batas tertentu.
- Pemberdayaan psikologis: pemimpin menumbuhkan rasa percaya diri, keyakinan, dan rasa memiliki dalam diri bawahan agar mereka merasa pekerjaannya bermakna.
- Semua bentuk ini bertujuan untuk membuat karyawan merasa dihargai, dilibatkan, dan memiliki tanggung jawab terhadap hasil kerja mereka.

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya.
- Manfaatnya: pendelegasian bisa bikin kerja pemimpin lebih efisien karena tanggung jawab dibagi, karyawan juga bisa belajar hal baru dan jadi lebih percaya diri.
- Risikonya: kalau salah pilih orang atau instruksinya nggak jelas, bisa bikin hasil kerja kurang maksimal atau malah bikin kebingungan.
- Kapan digunakan: kalau tugasnya bisa dikerjakan oleh orang lain yang kompeten, dan pemimpin punya kepercayaan terhadap orang itu.
- Cara menggunakannya: jelaskan dulu tujuan dan batas wewenangnya dengan jelas, beri dukungan selama prosesnya, tapi tetap awasi hasilnya.
- Jadi pendelegasian bukan berarti lepas tangan, tapi memberi kepercayaan dengan tanggung jawab yang tetap dikontrol.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh ADE AYU RYANA 2421011043 -
Ade Ayu Ryana 2421011043
1. Proses Psikologis dalam Membuat Perubahan Besar
Proses psikologis dalam membuat perubahan besar dimulai dengan pengenalan urgensi, di mana individu atau organisasi harus mengatasi kenyamanan kebiasaan lama dan secara sadar menerima perlunya bergerak maju. Tahap ini sering kali diikuti oleh munculnya kecemasan dan stres karena ketidakpastian. Kunci psikologisnya adalah mencapai keadaan "Unfreeze" (pencairan), yaitu pelepasan dari pola pikir dan perilaku yang sudah mapan. Untuk mempertahankan momentum, dibutuhkan motivasi yang didukung oleh penetapan tujuan-tujuan kecil yang memberikan rasa pencapaian. Keseluruhan proses ini menuntut resiliensi atau daya tahan psikologis untuk bangkit dari kemunduran.
2. Mengembangkan Visi yang Menarik bagi Organisasi
Mengembangkan visi yang menarik membutuhkan identifikasi yang kuat terhadap nilai-nilai inti dan kekuatan unik organisasi. Visi tersebut harus memiliki wawasan luas, menantang status quo, dan bersifat ambisius untuk jangka panjang. Visi harus dikomunikasikan menggunakan bahasa yang ringkas, jelas, dan menggugah emosi agar mudah diingat dan diinternalisasi oleh seluruh anggota. Fungsi utamanya adalah memberikan arah strategis yang jelas dan menginspirasi komitmen seluruh tim.
3. Menerapkan Perubahan Besar dalam Suatu Organisasi
Penerapan perubahan besar dimulai dengan menciptakan rasa urgensi di antara para pemangku kepentingan, kemudian merumuskan dan mengomunikasikan visi perubahan secara efektif. Langkah krusial adalah menghasilkan kemenangan jangka pendek yang nyata untuk membangun momentum dan kredibilitas. Para pemimpin harus secara aktif menghapus hambatan organisasi, seperti struktur yang kaku, yang menghalangi tindakan. Fase akhir melibatkan penanaman perilaku dan sistem baru ke dalam budaya organisasi agar perubahan tersebut berkelanjutan.
4. Para Pemimpin Meningkatkan Pembelajaran dan Inovasi
Para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan budaya yang aman untuk gagal, di mana eksperimen dan pengambilan risiko yang wajar diizinkan dan tidak dihukum. Mereka harus berinvestasi dalam pengembangan karyawan melalui pelatihan dan kesempatan belajar. Memfasilitasi komunikasi terbuka dan interaksi lintas fungsi penting untuk memunculkan ide-ide baru. Intinya, pemimpin harus memberdayakan karyawan untuk mengambil inisiatif dan terlibat aktif dalam proses pemecahan masalah.
5/6. Berbagai Bentuk Kepemimpinan Partisipatif dan Pemberdayaan
Kepemimpinan partisipatif terdiri dari beberapa bentuk yang bervariasi dalam tingkat keterlibatan bawahan. Bentuk paling umum adalah konsultasi, di mana pemimpin meminta saran bawahan tetapi tetap memegang keputusan akhir. Bentuk yang lebih tinggi adalah pengambilan keputusan bersama, di mana kekuasaan dibagi. Bentuk tertinggi adalah pendelegasian atau pemberdayaan, di mana pemimpin melimpahkan wewenang dan otonomi penuh kepada bawahan atau tim untuk mengambil keputusan dan bertindak dalam lingkup tugas tertentu.
7. Potensi Manfaat dan Risiko Pendelegasian, serta Kapan dan Bagaimana Menggunakan Delegasi
Manfaat utama pendelegasian adalah peningkatan efisiensi, karena pemimpin dapat berfokus pada tugas strategis, serta pengembangan keterampilan dan motivasi bawahan. Risikonya meliputi potensi keputusan buruk jika bawahan kurang terlatih, dan perasaan kehilangan kontrol pada pihak pemimpin, meskipun akuntabilitas akhir tetap menjadi tanggung jawab pemimpin. Pendelegasian idealnya digunakan untuk tugas rutin atau ketika tujuannya adalah mengembangkan karyawan. Cara efektif mendelegasikan adalah dengan memilih orang yang tepat, mendefinisikan standar hasil yang jelas, memberikan wewenang yang cukup, dan melakukan pembaruan status (bukan micro-managing) serta memberikan dukungan yang diperlukan.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Rizki Novita Putri Ayudya -
2421011019_ Rizki Novita Putri Ayudya

1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar melibatkan tahapan emosional dan kognitif yang kompleks. Pada awalnya, individu atau kelompok perlu menyadari adanya kebutuhan untuk berubah, yang biasanya muncul karena tekanan lingkungan atau keinginan untuk menjadi lebih baik. Setelah itu, muncul motivasi dan kesiapan untuk beradaptasi, meskipun sering kali disertai rasa takut, penolakan, atau kecemasan terhadap hal-hal baru. Seiring berjalannya waktu, individu mulai mengeksplorasi cara-cara baru, mencoba beradaptasi dengan perubahan, hingga akhirnya menerima dan menginternalisasi perilaku baru tersebut. Proses ini menggambarkan dinamika dari fase unfreezing, changing, hingga refreezing sebagaimana dijelaskan dalam model perubahan Kurt Lewin, di mana perubahan menjadi bagian permanen dari kebiasaan dan budaya organisasi.

2. Untuk mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi, pemimpin perlu memahami nilai-nilai inti dan tujuan jangka panjang yang ingin dicapai. Visi yang baik harus menggambarkan masa depan yang diinginkan dengan jelas, inspiratif, dan bermakna bagi seluruh anggota organisasi. Dalam prosesnya, pemimpin perlu melibatkan berbagai pihak agar visi tersebut mencerminkan aspirasi bersama, bukan hanya kehendak pribadi. Selain itu, penggunaan bahasa yang sederhana, emosional, dan memotivasi sangat penting agar visi mudah dipahami dan dihayati oleh semua orang. Seorang pemimpin juga harus mampu menampilkan konsistensi antara perkataan dan tindakan, karena keteladanan akan memperkuat keyakinan anggota organisasi terhadap arah yang ingin dicapai.

3. Menerapkan perubahan besar dalam organisasi membutuhkan pendekatan yang sistematis dan berfokus pada komunikasi yang terbuka. Langkah awal yang penting adalah menganalisis kondisi organisasi untuk memahami masalah dan peluang yang mendorong perubahan. Selanjutnya, perlu disusun rencana perubahan yang mencakup tujuan, strategi, serta indikator keberhasilan. Komunikasi yang efektif harus dilakukan agar seluruh anggota organisasi memahami alasan dan manfaat dari perubahan tersebut. Pemimpin perlu melibatkan karyawan secara aktif, memberikan pelatihan, serta mendukung mereka dalam proses adaptasi. Untuk mengatasi resistensi, pendekatan empati, kejujuran, dan partisipasi menjadi kunci. Setelah perubahan berjalan, penting untuk melakukan evaluasi berkala dan merayakan keberhasilan kecil guna menjaga semangat tim hingga budaya baru benar-benar terbentuk.

4. Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan budaya organisasi yang mendukung proses belajar berkelanjutan. Hal ini dapat dilakukan melalui pemberian pelatihan, mentoring, dan kesempatan bagi anggota tim untuk bereksperimen dengan ide-ide baru tanpa takut gagal. Pemimpin juga perlu menumbuhkan growth mindset, yaitu keyakinan bahwa kemampuan dapat dikembangkan melalui usaha dan pengalaman. Dengan menciptakan lingkungan yang aman untuk berinovasi, pemimpin mendorong karyawan untuk berpikir kreatif dan kolaboratif. Selain itu, penghargaan terhadap ide baru dan dukungan terhadap proyek inovatif akan memperkuat motivasi tim untuk terus belajar dan berkontribusi pada kemajuan organisasi.

5. Kepemimpinan partisipatif merupakan gaya kepemimpinan yang melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Bentuknya dapat berupa consultative leadership, di mana pemimpin meminta pendapat bawahannya sebelum mengambil keputusan; democratic leadership, di mana keputusan dibuat berdasarkan suara mayoritas; serta consensus leadership, di mana semua pihak harus sepakat sebelum keputusan diambil. Selain itu, ada pula empowering leadership, yaitu gaya kepemimpinan yang memberikan kepercayaan dan wewenang kepada bawahan untuk membuat keputusan sendiri. Melalui pemberdayaan, karyawan diberi kesempatan untuk mengembangkan kemampuan, rasa tanggung jawab, dan kepercayaan diri. Gaya kepemimpinan ini tidak hanya meningkatkan motivasi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang kolaboratif dan produktif.

6. Pendelegasian memiliki banyak manfaat bagi pemimpin maupun bawahan. Dengan mendelegasikan tugas, pemimpin dapat fokus pada hal-hal strategis sementara bawahan memperoleh kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dan tanggung jawabnya. Delegasi juga dapat meningkatkan motivasi dan rasa percaya diri anggota tim karena mereka merasa dipercaya untuk menangani tugas penting. Namun, pendelegasian juga memiliki risiko, seperti hasil kerja yang tidak sesuai standar, miskomunikasi mengenai batas wewenang, atau hilangnya kontrol jika pemimpin tidak melakukan pengawasan yang cukup. Oleh karena itu, delegasi sebaiknya dilakukan ketika bawahan memiliki kompetensi dan kesiapan yang memadai. Prosesnya harus mencakup penjelasan yang jelas tentang tujuan, tanggung jawab, serta batas wewenang, disertai pemantauan yang proporsional dan pemberian umpan balik secara berkala. Dengan cara ini, delegasi dapat berjalan efektif tanpa menurunkan kualitas kerja maupun kepercayaan dalam organisasi.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Dhika Pratama -

Selamat Sore, Ibuu..
Mohon ijin menjawab Evaluasi Sesi 10.

Dhika Pratama
NPM 2421011026 (Kelompok-9)

Jawaban Soal 1

Perubahan besar dalam organisasi tidak hanya bersifat struktural, tetapi juga psikologis, karena menyentuh sisi emosi, kebiasaan, dan rasa aman individu.

Proses psikologis ini biasanya melewati empat tahapan utama:

Tahapan

Respons Emosional

Ciri Utama

1. Shock & Denial (Penolakan Awal)

Ketidakpercayaan terhadap perubahan; individu merasa terancam.

"Mengapa harus berubah?" atau "Selama ini sudah berjalan baik."

2. Resistance (Perlawanan)

Muncul rasa takut kehilangan status, kenyamanan, atau kekuasaan.

Stres, frustrasi, bahkan sabotase pasif.

3. Exploration (Eksplorasi)

Individu mulai menerima kenyataan dan mencoba memahami arah baru.

Muncul rasa ingin tahu dan keinginan belajar hal baru.

4. Commitment (Komitmen)

Mulai mendukung perubahan dan berkontribusi aktif.

Perilaku produktif, optimistik, dan berorientasi solusi.

Pemimpin perubahan (change leader) berperan membantu tim melalui setiap fase ini:

  • Memberi dukungan emosional dan komunikasi terbuka saat resistensi muncul.
  • Menciptakan “quick wins” untuk menumbuhkan rasa percaya diri.
  • Menanamkan optimisme dan keyakinan bahwa perubahan membawa makna positif.

Dengan kata lain, perubahan besar bukan sekadar mengubah sistem tetapi juga mengelola emosi dan mindset manusia

Jawaban Soal 2

Visi adalah gambaran masa depan yang diinginkan organisasi, yang memberi arah, makna, dan energi bagi semua anggota.
Visi yang kuat berfungsi sebagai kompas strategis dalam situasi perubahan.

Langkah Mengembangkan Visi yang Menarik

  1. Ciptakan Sense of Urgency, yaitu sadarkan semua pihak tentang pentingnya perubahan.
  2. Rumuskan Masa Depan Ideal, yaitu gambarkan keadaan organisasi setelah perubahan.
  3. Libatkan Stakeholder, yaitu buat visi yang mencerminkan nilai dan aspirasi bersama.
  4. Gunakan Bahasa Emosional dan Inspiratif, yaitu bukan sekadar target angka, tetapi janji masa depan yang bermakna.
  5. Pastikan Realistis dan Kredibel, yaitu visi harus bisa dicapai dan dipercaya.
  6. Komunikasikan Secara Konsisten, yaitu ulangi dan integrasikan dalam budaya organisasi.

Ciri Visi yang Efektif

  • Menarik secara emosional, bukan hanya logis.
  • Konsisten dengan nilai organisasi.
  • Fokus pada masa depan yang lebih baik, bukan sekadar perbaikan kecil.
  • Mampu mempersatukan berbagai departemen dan memberi arah saat ketidakpastian tinggi.

Pemimpin hebat mampu menerjemahkan visi menjadi motivasi kolektif yang membuat orang mau berkorban demi tujuan bersama

Jawaban Soal 3

Implementasi perubahan besar (major change implementation) memerlukan kombinasi antara strategi, komunikasi, dan kepemimpinan visioner.

Langkah-langkah Implementasi

  1. Identifikasi area yang akan diubah.
  2. Pahami dinamika sistem, yaitu bagaimana perubahan memengaruhi struktur dan budaya.
  3. Tentukan tanggung jawab pelaksana.
  4. Atur kecepatan dan urutan perubahan.
  5. Bangun koalisi pendukung (change coalition).
  6. Isi posisi strategis dengan agen perubahan yang kompeten.
  7. Berdayakan orang-orang yang memiliki kemampuan.
  8. Lakukan perubahan simbolik untuk menunjukkan keseriusan organisasi.
  9. Bantu orang menghadapi stres dan ketidakpastian.
  10. Rayakan kemenangan kecil (early success).
  11. Pantau kemajuan dan lakukan koreksi.
  12. Komunikasikan hasil dan tunjukkan komitmen berkelanjutan.

Kunci Keberhasilan

  • Adanya komunikasi intensif dan transparan.
  • Keteladanan pimpinan puncak.
  • Dukungan sistem (reward, struktur, dan budaya).
  • Pemantauan dan evaluasi adaptif.

Perubahan besar selalu penuh tekanan; namun dengan pedoman sistematis dan kepemimpinan yang empatik, transisi bisa menjadi momentum kebangkitan organisasi

Jawaban Soal 4

Kepemimpinan perubahan dan pemberdayaan bertujuan menciptakan organisasi pembelajar (learning organization) dan budaya inovatif.

Langkah Pemimpin dalam Meningkatkan Pembelajaran & Inovasi

  1. Dorong cara pandang positif terhadap tantangan, yaitu lihat masalah sebagai peluang belajar.
  2. Berikan ruang untuk eksperimen & kesalahan, yaitu tanpa takut disalahkan.
  3. Sediakan sumber daya & dukungan bagi ide-ide baru.
  4. Kurangi hambatan birokratis agar ide cepat dieksekusi.
  5. Bangun kepercayaan dan komunikasi terbuka antar level organisasi.
  6. Apresiasi ide & kontribusi inovatif, sekecil apa pun.
  7. Jadikan pembelajaran berkelanjutan sebagai budaya organisasi.

Kepemimpinan yang inovatif dan memberdayakan menumbuhkan ownership dan creative confidence karyawan

Jawaban Soal 6

Empat Bentuk Utama Kepemimpinan Partisipatif

Tipe

Karakteristik

Gaya Keterlibatan

1. Autocratic Decision

Pemimpin memutuskan sendiri tanpa konsultasi.

Minim partisipasi.

2. Consultation

Pemimpin meminta pendapat bawahan, lalu memutuskan sendiri.

Partisipasi terbatas.

3. Joint Decision

Pemimpin & bawahan membuat keputusan bersama.

Kolaboratif.

4. Delegation

Pemimpin memberi wewenang penuh kepada bawahan dalam batas tertentu.

Partisipasi tinggi.

Pemberdayaan (Empowerment)

Terdiri atas tiga aspek:

  1. Partisipasi aktif, yaitu karyawan dilibatkan dalam pengambilan keputusan.
  2. Delegasi, yaitu karyawan diberi tanggung jawab & wewenang nyata.
  3. Pemberdayaan psikologis (Psychological Empowerment), yaitu menumbuhkan makna, kepercayaan diri, otonomi, dan rasa berpengaruh.

Empowering leadership = kombinasi participation + delegation + psychological empowerment, menghasilkan organisasi yang adaptif, inovatif, dan bermakna

Jawaban Soal 7

Manfaat Pendelegasian

  1. Efisiensi pemimpin meningkat, beban keputusan terbagi.
  2. Karyawan berkembang lebih cepat. belajar tanggung jawab dan inisiatif.
  3. Meningkatkan motivasi dan rasa memiliki.
  4. Mempercepat pengambilan keputusan di lapangan.
  5. Meningkatkan kepercayaan dua arah antara pemimpin dan bawahan.

Risiko Pendelegasian

  1. Salah tafsir wewenang atau tanggung jawab.
  2. Kurangnya kontrol atau pengawasan.
  3. Bawahan belum siap secara kompetensi.
  4. Kemungkinan kegagalan jika dukungan tidak memadai.

Kapan dan Bagaimana Menggunakan Delegasi

Gunakan delegasi ketika:

  • Tugas bisa dikerjakan mandiri tanpa intervensi terus-menerus.
  • Bawahan memiliki kompetensi, keahlian, dan integritas tinggi.
  • Pemimpin ingin mendorong pertumbuhan dan kepercayaan diri tim.

Cara Menggunakan Delegasi yang Efektif:

  1. Jelaskan hasil yang diharapkan dengan jelas.
  2. Tentukan batasan wewenang dan tanggung jawab.
  3. Berikan sumber daya dan bimbingan.
  4. Pantau secara berkala tanpa mengintervensi berlebihan.
  5. Berikan apresiasi dan evaluasi hasil.

Delegasi yang tepat bukan berarti pemimpin lepas tangan, melainkan mengalihkan tanggung jawab dengan kepercayaan dan arahan yang jelas

Terimakasih, Ibuu…

Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh ALBINO PRASHESARB -

Izin menjawab ibu

Albino Prashesarb 2421011001

1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar:

Melibatkan kesadaran akan kebutuhan perubahan, motivasi untuk bertindak, pengelolaan emosi (rasa takut, resistensi), pembentukan mindset baru, dan komitmen terhadap perilaku baru secara konsisten.

2. Mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi:

Pahami nilai dan tujuan inti organisasi, libatkan pemangku kepentingan, buat visi yang jelas, realistis, namun menginspirasi, serta komunikasikan secara konsisten agar menumbuhkan rasa memiliki.

3. Menerapkan perubahan besar dalam organisasi:

Gunakan pendekatan terstruktur seperti model Kotter atau Lewin: (1) menciptakan urgensi, (2) membentuk koalisi perubahan, (3) mengomunikasikan visi, (4) memberdayakan tindakan, dan (5) mengintegrasikan perubahan ke budaya organisasi.

4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi:

Ciptakan budaya terbuka terhadap ide, dorong eksperimen, beri umpan balik konstruktif, berikan pelatihan berkelanjutan, dan jadikan kegagalan sebagai peluang belajar.

6. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan:

Consultative: Pemimpin meminta masukan sebelum memutuskan.

Democratic: Keputusan diambil bersama tim.

Delegative: Pemimpin memberi wewenang penuh kepada bawahan.

Empowering: Fokus pada pengembangan kapasitas dan kepercayaan diri anggota.

7. Manfaat dan risiko pendelegasian:

Manfaat: Meningkatkan efisiensi, motivasi, dan pengembangan karyawan.

Risiko: Tugas tidak terselesaikan sesuai standar jika kurang pengawasan atau kompetensi.

Kapan & bagaimana digunakan: Delegasikan saat bawahan kompeten dan tugas rutin; berikan arahan jelas, otoritas yang cukup, dan pantau hasilnya secara periodik.


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh INTAN LIDIYA WIDURI 2421011047 -
Intan Lidiya Widuri NPM 2421011047 izin menjawab bu nova:
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Jawab: Perubahan besar melibatkan proses psikologis yang kompleks, di mana individu mengalami reaksi emosional seperti ketidakpastian, kecemasan, bahkan penolakan. Tahapan psikologisnya meliputi penolakan, kebingungan, penerimaan, hingga komitmen terhadap perubahan. Pemimpin berperan penting dalam membantu karyawan mengatasi stres, menumbuhkan kepercayaan diri, dan membangun komitmen terhadap arah baru organisasi.
2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Jawab: Visi yang menarik berfungsi sebagai panduan dan sumber inspirasi dalam proses perubahan. Pemimpin harus mampu menggambarkan masa depan yang lebih baik, realistis, dan bermakna bagi anggota organisasi. Visi yang jelas membantu menyatukan arah, memotivasi karyawan, serta memberikan alasan kuat untuk menghadapi tantangan yang muncul selama proses perubahan.
3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Jawab: Penerapan perubahan besar memerlukan langkah sistematis, seperti menciptakan rasa urgensi dan loyal, mengomunikasikan visi yang jelas, serta memberdayakan individu yang kompeten. Pemimpin juga perlu memantau kemajuan, memberikan dukungan emosional, dan menunjukkan komitmen berkelanjutan agar perubahan dapat berjalan efektif dan diterima seluruh anggota organisasi.
4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Jawab: Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan budaya kerja yang terbuka terhadap ide baru, memberi otonomi dalam pengambilan keputusan, dan mendukung karyawan untuk melihat tantangan sebagai peluang. Selain itu, penting bagi pemimpin untuk menyediakan sumber daya, mengurangi hambatan birokratis, dan menunjukkan kepercayaan agar kreativitas dapat berkembang.
5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Jawab: Kepemimpinan partisipatif mencakup empat bentuk utama, yaitu autocratic decision, consultation, joint decision, dan delegation. Melalui pemberdayaan, pemimpin menumbuhkan rasa makna kerja (meaning), otonomi (self-determination), keyakinan diri (self-efficacy), dan pengaruh terhadap hasil organisasi (impact). Pendekatan ini membantu menciptakan tim yang lebih mandiri dan berdaya saing tinggi.
6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?
Jawab: Pendelegasian memberikan manfaat seperti peningkatan efisiensi, pengembangan kemampuan karyawan, dan peningkatan motivasi. Namun, terdapat risiko seperti kesalahan pengambilan keputusan atau hilangnya kontrol pemimpin. Oleh karena itu, pendelegasian perlu dilakukan dengan mempertimbangkan kesiapan bawahan, batas wewenang yang jelas, serta pengawasan dan komunikasi yang efektif.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Ranti Dwi Octaviani -
1. Proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar

Proses psikologis dalam membuat perubahan besar melibatkan tahapan emosional dan kognitif yang cukup kompleks. Individu atau organisasi terlebih dahulu perlu menyadari adanya kebutuhan untuk berubah, biasanya karena muncul kesenjangan antara kondisi saat ini dengan kondisi yang diharapkan. Setelah kesadaran itu muncul, motivasi menjadi pendorong utama untuk bergerak ke arah baru, baik karena tekanan eksternal seperti persaingan dan perubahan lingkungan, maupun dorongan internal seperti keinginan berkembang. Namun, pada tahap awal perubahan, resistensi sering muncul karena adanya rasa takut terhadap hal baru, ketidakpastian, dan kekhawatiran kehilangan kendali. Proses ini kemudian dilanjutkan dengan fase adaptasi, di mana individu atau kelompok mulai mencoba perilaku dan sistem baru sampai akhirnya terbentuk kebiasaan baru. Menurut model Kurt Lewin, proses ini mencakup tiga tahap utama, yaitu *unfreezing* (mencairkan kebiasaan lama), *changing* (melakukan perubahan), dan *refreezing* (menetapkan kebiasaan baru). Pada akhirnya, nilai-nilai dan perilaku baru diinternalisasi sehingga menjadi bagian dari identitas baru individu maupun organisasi.

2. Memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi

Visi organisasi merupakan pandangan jangka panjang tentang masa depan yang diinginkan dan berfungsi sebagai panduan strategis bagi seluruh anggota. Untuk mengembangkan visi yang menarik, langkah pertama adalah melakukan analisis mendalam terhadap kondisi internal dan eksternal organisasi agar visi yang dirumuskan realistis sekaligus menantang. Selanjutnya, pemimpin perlu melibatkan berbagai pemangku kepentingan seperti karyawan, pelanggan, dan mitra bisnis agar visi tersebut memiliki relevansi dan dukungan luas. Visi yang efektif harus berisi makna dan aspirasi yang kuat, disampaikan dengan bahasa yang inspiratif, jelas, serta mudah diingat. Di samping itu, visi yang baik harus selaras dengan nilai-nilai dan budaya organisasi agar dapat diterima dan dihayati oleh seluruh anggota, bukan sekadar menjadi slogan di atas kertas.

3. Cara menerapkan perubahan besar dalam organisasi

Menerapkan perubahan besar dalam organisasi memerlukan strategi yang terencana dan kepemimpinan yang kuat. Salah satu pendekatan yang banyak digunakan adalah *Kotter’s 8 Steps to Change*. Langkah pertama adalah menciptakan rasa urgensi agar seluruh anggota memahami pentingnya perubahan. Setelah itu, dibentuk koalisi pendukung yang solid dari berbagai tingkatan organisasi. Langkah berikutnya adalah merumuskan visi dan strategi perubahan yang jelas, lalu mengomunikasikannya secara terbuka dan konsisten. Pemimpin kemudian perlu memberdayakan karyawan dengan memberikan dukungan dan sumber daya yang dibutuhkan untuk bertindak. Pencapaian kecil dalam proses perubahan harus dirayakan sebagai kemenangan jangka pendek guna menjaga motivasi. Setelah perubahan mulai menunjukkan hasil, organisasi perlu memperkuatnya dengan terus menyesuaikan sistem dan budaya kerja hingga perubahan benar-benar tertanam dalam budaya organisasi.

4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi

Pemimpin memiliki peran penting dalam menciptakan budaya pembelajaran dan inovasi di organisasi. Mereka dapat melakukannya dengan menumbuhkan semangat belajar berkelanjutan, mendorong karyawan untuk bereksperimen, dan tidak takut gagal selama kegagalan tersebut menjadi sumber pembelajaran. Pemimpin juga perlu membangun lingkungan yang kolaboratif di mana anggota tim dapat saling berbagi pengetahuan dan ide. Selain itu, menyediakan program pelatihan dan pengembangan yang relevan sangat penting untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan adaptif karyawan. Yang tidak kalah penting, pemimpin harus menjadi teladan pembelajar — menunjukkan keinginan untuk terus belajar, mendengarkan, dan berkembang — agar mampu menginspirasi anggota timnya untuk melakukan hal yang sama.

6. Bentuk-bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan

Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan mencakup berbagai bentuk yang menekankan keterlibatan aktif karyawan dalam proses pengambilan keputusan. Salah satu bentuknya adalah kepemimpinan konsultatif, di mana pemimpin meminta masukan dari bawahan sebelum membuat keputusan akhir. Ada pula kepemimpinan demokratis yang memberikan kesempatan kepada seluruh anggota tim untuk berpartisipasi langsung dalam menentukan keputusan. Bentuk lain adalah kepemimpinan delegatif atau *laissez-faire*, di mana pemimpin memberikan kebebasan penuh kepada bawahan untuk mengambil keputusan sesuai tanggung jawabnya. Selain itu, kepemimpinan berbasis pemberdayaan (*empowerment leadership*) berfokus pada peningkatan otonomi, tanggung jawab, dan kepercayaan diri bawahan agar mereka dapat berinisiatif secara mandiri. Dalam beberapa organisasi, kepemimpinan bahkan dibagi secara kolektif melalui konsep *shared leadership*, di mana setiap anggota tim dapat berperan sebagai pemimpin sesuai keahlian dan situasinya.

7. Potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya

Pendelegasian adalah proses pemberian wewenang dan tanggung jawab kepada orang lain untuk melaksanakan tugas tertentu. Manfaat utama dari pendelegasian adalah meningkatnya efisiensi dan efektivitas kerja karena pemimpin dapat fokus pada hal-hal strategis sementara bawahan mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawabnya. Pendelegasian juga meningkatkan motivasi karyawan karena mereka merasa dipercaya dan dihargai. Namun, pendelegasian memiliki risiko, seperti kemungkinan tugas tidak terselesaikan dengan baik apabila bawahan tidak kompeten, adanya miskomunikasi, atau kehilangan kendali terhadap hasil pekerjaan. Oleh karena itu, pendelegasian sebaiknya dilakukan ketika tugas bersifat rutin, bawahan memiliki kapasitas yang memadai, dan pemimpin ingin memberikan kesempatan belajar. Dalam pelaksanaannya, pemimpin perlu memilih orang yang tepat, menjelaskan tujuan dengan jelas, menyediakan sumber daya yang dibutuhkan, serta melakukan pemantauan dan umpan balik secara berkala agar pendelegasian berjalan efektif.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh A Bagas Windu Panji Nata -
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

Dalam perubahan besar, individu melewati tahapan psikologis seperti:

Kesadaran akan perlunya perubahan – individu mulai menyadari bahwa kondisi lama tidak lagi efektif.

Penolakan awal (resistance) – muncul karena rasa tidak aman, kehilangan kontrol, atau ketidakpastian.

Eksperimen dan penyesuaian – individu mulai mencoba cara baru, meskipun belum sepenuhnya nyaman.

Penerimaan dan internalisasi – perubahan mulai dianggap normal dan menjadi bagian dari budaya baru.

Tambahan referensi: Menurut Kurt Lewin (1951), proses ini dapat dijelaskan melalui model Unfreeze → Change → Refreeze, di mana individu “mencairkan” kebiasaan lama, menjalani transisi, lalu menstabilkan perilaku baru.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

Dari materi, visi yang efektif:

Menggambarkan masa depan yang lebih baik dan layak diperjuangkan.

Memberi arah dan makna bagi karyawan saat perubahan membingungkan.

Harus jelas, inspiratif, realistis, dan komunikatif agar bisa diterima luas.

Langkah-langkah mengembangkan visi:

Analisis kondisi internal dan eksternal organisasi.

Libatkan pemangku kepentingan utama dalam perumusan visi.

Gunakan bahasa yang emosional dan mudah dipahami.

Komunikasikan visi secara konsisten melalui berbagai saluran.

Referensi tambahan: Kotter (1996) menekankan bahwa visi harus "desirable, feasible, focused, and flexible" agar mampu memotivasi perubahan.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

Berdasarkan pedoman dalam Ch 4 & Ch5

langkah-langkah implementasi perubahan besar meliputi:

a. Ciptakan rasa urgensi tentang perlunya perubahan.

b. Komunikasikan visi yang jelas mengenai manfaat perubahan.

c. Identifikasi pihak pendukung dan penentang.

d. Bangun koalisi pendukung.

e. Gunakan gugus tugas atau tim perubahan.

f. Berdayakan agen perubahan yang kompeten.

g. Persiapkan individu menghadapi stres perubahan.

h. Berikan kemenangan kecil (short-term wins).

i. Pantau dan sesuaikan perubahan secara berkelanjutan.

Referensi tambahan: Model 8 Langkah Kotter (1996) mendukung langkah-langkah ini, terutama pentingnya menciptakan sense of urgency dan memperkuat hasil awal.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

Pemimpin dapat melakukannya dengan Mendorong bawahan melihat tantangan sebagai peluang. Mendukung ide-ide inovatif dan menyediakan sumber daya. Membangun komunikasi terbuka dan dua arah. Mengurangi hambatan birokratis yang menghambat kreativitas. Menunjukkan kepercayaan pada kemampuan tim.

Referensi tambahan: Menurut Senge (1990), organisasi pembelajar (learning organization) tumbuh ketika pemimpin menciptakan budaya personal mastery, shared vision, dan team learning.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

Berdasarkan Bab 5 (Empowering Leadership):

a. Autocratic Decision – Pemimpin mengambil keputusan sendiri tanpa partisipasi.

b. Consultation – Pemimpin meminta saran dari bawahan, lalu memutuskan sendiri.

c. Joint Decision – Pemimpin dan bawahan membuat keputusan bersama.

d. Delegation – Pemimpin memberi wewenang penuh kepada bawahan untuk mengambil keputusan.

e. Pemberdayaan (Empowerment) mencakup empat dimensi psikologis:

1. Meaning: tugas selaras dengan nilai pribadi.

2. Self-determination: otonomi dalam melaksanakan pekerjaan.

3. Self-efficacy: keyakinan diri akan kemampuan.

4. Impact: merasa memiliki pengaruh terhadap hasil organisasi.

Referensi tambahan: Spreitzer (1995) menyebut empat dimensi tersebut sebagai inti dari psychological empowerment yang meningkatkan motivasi intrinsik.

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.

Manfaat pendelegasian:

Meningkatkan efisiensi pemimpin. Serta mengembangkan kemampuan dan rasa tanggung jawab bawahan. Dapat mempercepat pengambilan keputusan. Serta meningkatkan motivasi dan komitmen tim.

Risiko pendelegasian:

Potensi kesalahan keputusan jika bawahan belum siap. Dapat hilangnya kendali pemimpin terhadap hasil. Ketidaksesuaian antara otoritas dan tanggung jawab.

Kapan dan bagaimana menggunakan delegasi:

ketika bawahan memiliki kompetensi dan motivasi tinggi. Tetapkan batasan wewenang yang jelas dan berikan arahan dan dukungan awal. Dapat dilakukan pemantauan berkala tanpa mikro-manajemen.

Referensi tambahan: Yukl (2013) menjelaskan bahwa delegasi efektif ketika ada trust, kejelasan peran, dan sistem umpan balik yang baik.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Aninda Agustia Andiani -
1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar biasanya dimulai dari kesadaran bahwa sesuatu perlu diubah, lalu muncul keinginan untuk bergerak ke arah baru. Namun, di tahap ini sering muncul rasa takut, ragu, atau bahkan penolakan karena manusia cenderung nyaman dengan kebiasaan lama. Setelah itu, seseorang mulai belajar menyesuaikan diri, mencoba hal baru, dan akhirnya menerima perubahan tersebut sebagai bagian dari hidupnya.

2. Untuk mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi, pemimpin harus benar-benar memahami siapa organisasinya, apa nilai-nilai yang dipegang, dan ke mana arah yang ingin dituju. Visi yang baik bukan hanya kalimat indah, tapi juga mampu memberi semangat dan gambaran jelas tentang masa depan. Selain itu, penting melibatkan anggota organisasi agar mereka merasa memiliki visi itu dan mau berjuang bersama untuk mencapainya.

3. Menerapkan perubahan besar dalam organisasi tidak bisa dilakukan secara tiba-tiba, tapi harus direncanakan dan dikomunikasikan dengan baik. Pemimpin perlu menjelaskan alasan mengapa perubahan itu penting, membentuk tim yang solid, serta menyiapkan langkah-langkah yang jelas. Ketika ada hambatan atau penolakan, pemimpin juga harus sabar menghadapi dan memberi dukungan agar semua orang bisa beradaptasi dan merasa aman menjalani perubahan.

4. Pemimpin bisa meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan lingkungan kerja yang terbuka dan mendukung ide baru. Mereka perlu memberi ruang bagi anggota tim untuk belajar, mencoba hal baru, dan tidak takut salah. Selain itu, pemimpin yang mau mendengarkan, memberikan apresiasi, dan menjadi contoh dalam semangat belajar akan menumbuhkan budaya inovatif di dalam organisasi.

6. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan bisa terlihat saat pemimpin melibatkan tim dalam mengambil keputusan, mendengarkan pendapat mereka, dan memberi kesempatan untuk berperan lebih besar. Dengan cara ini, anggota tim merasa dihargai dan termotivasi karena mereka punya andil dalam kemajuan organisasi. Pemimpin tidak hanya memerintah, tapi juga membimbing dan memberi kepercayaan agar setiap orang bisa berkembang.

7. Pendelegasian punya banyak manfaat, seperti membuat pekerjaan lebih cepat selesai, melatih kemampuan bawahan, dan memberi waktu bagi pemimpin untuk fokus pada hal yang lebih strategis. Tapi, ada juga risikonya, misalnya kalau tugas tidak dijelaskan dengan jelas atau orang yang diberi tanggung jawab belum siap. Karena itu, delegasi sebaiknya diberikan kepada orang yang tepat, disertai arahan yang jelas, dan tetap dipantau agar hasilnya sesuai harapan.

aninda, kelompok 2, 2421011018
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Talitha Nahda Engrasia -
Talitha Nahda Engrasia
2421011025

Jawaban :
1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar melibatkan beberapa tahapan emosional dan mental yang dialami individu. Awalnya muncul kesadaran bahwa perubahan perlu dilakukan karena kondisi lama tidak lagi efektif. Setelah itu biasanya muncul penolakan atau resistensi, karena manusia cenderung nyaman dengan kebiasaan lama dan takut akan ketidakpastian. Tahap berikutnya adalah eksplorasi, di mana individu mulai mencari informasi, memahami alasan, dan menyesuaikan diri terhadap perubahan. Setelah memahami manfaatnya, individu mulai menerima perubahan, lalu berlanjut ke tahap komitmen, yaitu bertekad untuk menjalani dan mempertahankan perubahan tersebut. Proses ini dipengaruhi oleh faktor psikologis seperti motivasi, rasa percaya diri, dukungan sosial, serta kemampuan beradaptasi dengan situasi baru.
2. Untuk mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi, pemimpin perlu memahami terlebih dahulu nilai-nilai inti dan tujuan jangka panjang organisasi. Visi yang baik harus mampu menggambarkan masa depan ideal yang ingin dicapai dan menjadi sumber inspirasi bagi seluruh anggota. Pemimpin perlu melibatkan berbagai pihak, seperti karyawan, pelanggan, dan mitra, agar visi yang dibuat relevan dan diterima secara luas. Selain itu, bahasa visi harus jelas, singkat, dan menggugah semangat, sehingga mudah dipahami dan diingat. Visi juga harus realistis namun menantang, memberi arah dan motivasi bagi semua anggota organisasi untuk berusaha mencapainya. Terakhir, visi perlu dikomunikasikan secara konsisten agar menjadi pedoman dan budaya bersama dalam organisasi.
3. Menerapkan perubahan besar dalam organisasi membutuhkan strategi yang terencana dan dukungan dari seluruh pihak. Langkah pertama adalah menciptakan kesadaran akan urgensi perubahan, agar semua orang memahami mengapa perubahan diperlukan. Selanjutnya, bentuk tim penggerak perubahan yang berisi orang-orang berpengaruh untuk membantu mengarahkan proses. Kemudian, rancang visi dan strategi perubahan yang jelas serta komunikasikan secara terbuka kepada seluruh anggota organisasi. Pemimpin juga harus mengatasi hambatan dan resistensi, misalnya dengan memberikan pelatihan atau dukungan emosional. Setelah perubahan mulai berjalan, penting untuk merayakan keberhasilan kecil agar semangat tim tetap tinggi, lalu menjaga momentum dan menanamkan nilai-nilai baru dalam budaya organisasi agar perubahan menjadi permanen.
4. Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan budaya organisasi yang terbuka terhadap ide baru dan perubahan. Hal ini bisa dilakukan dengan memberi ruang bagi karyawan untuk bereksperimen dan belajar dari kesalahan tanpa takut disalahkan. Pemimpin juga perlu memberikan dukungan dan fasilitas pembelajaran, seperti pelatihan, mentoring, serta kesempatan berbagi pengetahuan. Selain itu, pemimpin harus menjadi teladan (role model) dalam hal belajar dan berinovasi, menunjukkan sikap ingin tahu dan terbuka terhadap masukan. Pemimpin yang menghargai ide baru, memberi penghargaan bagi kreativitas, dan mendorong kolaborasi akan menumbuhkan semangat inovasi dan pembelajaran berkelanjutan di dalam organisasi.
5. Kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin melibatkan bawahan dalam proses pengambilan keputusan. Bentuknya antara lain kepemimpinan konsultatif, di mana pemimpin meminta saran bawahan sebelum membuat keputusan; kepemimpinan demokratis, di mana keputusan dibuat secara bersama melalui diskusi atau musyawarah; kepemimpinan kolaboratif, di mana pemimpin dan anggota bekerja sejajar untuk menemukan solusi; serta kepemimpinan yang memberdayakan (empowering leadership), yaitu pemimpin memberikan kepercayaan, tanggung jawab, dan wewenang agar bawahan bisa mandiri. Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan meningkatkan rasa memiliki, motivasi, serta kreativitas anggota tim karena mereka merasa dihargai dan dipercaya.
6. Pendelegasian adalah proses pelimpahan tugas dan wewenang dari atasan kepada bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan tertentu. Manfaat pendelegasian antara lain membantu pemimpin menghemat waktu, mengembangkan kemampuan bawahan, mempercepat pengambilan keputusan, dan meningkatkan rasa tanggung jawab serta motivasi kerja. Namun, ada juga risiko, seperti gagalnya tugas jika bawahan tidak siap, kurangnya pengawasan, atau konflik tanggung jawab bila pembagian tugas tidak jelas. Delegasi sebaiknya dilakukan ketika bawahan memiliki kompetensi dan kepercayaan diri yang cukup, serta untuk tugas-tugas yang bisa dikendalikan dengan jelas. Cara yang tepat meliputi menjelaskan tujuan dengan detail, memilih orang yang tepat, memberikan wewenang yang sesuai, mengatur tenggat waktu, melakukan pemantauan secara proporsional, dan memberikan umpan balik atau apresiasi atas hasil kerja.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Ledi Cahaya Sibuea 2421011027 -

Nama:Ledi Cahaya Sibuea

Nim: 2421011027

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

Proses psikologis dalam perubahan besar melibatkan beberapa tahapan emosional dan kognitif:

  • Kesadaran (Awareness): Individu menyadari perlunya perubahan, sering dipicu oleh masalah, krisis, atau peluang baru.
  • Penolakan (Resistance): Muncul reaksi emosional seperti takut, cemas, atau tidak nyaman karena ketidakpastian.
  • Eksplorasi (Exploration): Mulai mencari pemahaman dan strategi baru untuk menyesuaikan diri.
  • Penerimaan dan Komitmen (Commitment): Individu mulai menerima perubahan dan berkomitmen untuk mendukungnya.

Model umum seperti “Change Curve” (Kubler-Ross) atau Model Lewin (Unfreeze – Change – Refreeze) menggambarkan bahwa perubahan psikologis memerlukan waktu, dukungan sosial, dan kepemimpinan yang empatik.

 

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

Mengembangkan visi yang menarik berarti menciptakan gambaran masa depan yang inspiratif, realistis, dan bermakna bagi anggota organisasi. Caranya:

  • Analisis kondisi saat ini: Pahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi (analisis SWOT).
  • Libatkan berbagai pihak: Ajak pemimpin dan anggota organisasi berdiskusi untuk memastikan visi mencerminkan aspirasi bersama.
  • Fokus pada nilai dan tujuan: Visi yang kuat mencerminkan nilai inti organisasi dan arah strategis yang ingin dicapai.
  • Gunakan bahasa yang inspiratif: Gunakan kata-kata yang emosional dan mudah diingat agar visi dapat memotivasi.
  • Komunikasikan secara konsisten: Pemimpin harus terus menyampaikan visi melalui tindakan dan komunikasi harian.

 

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

Langkah-langkah umum berdasarkan teori Kotter’s 8-Step Model for Leading Change:

  1. Ciptakan urgensi: Jelaskan mengapa perubahan harus dilakukan sekarang.
  2. Bentuk koalisi kuat: Bentuk tim pemimpin perubahan.
  3. Kembangkan visi dan strategi perubahan.
  4. Komunikasikan visi secara luas.
  5. Hilangkan hambatan perubahan.
  6. Ciptakan kemenangan jangka pendek (short-term wins).
  7. Konsolidasikan hasil dan dorong perubahan lanjutan.
  8. Tanamkan perubahan dalam budaya organisasi.

Pemimpin harus menjadi teladan, memastikan komunikasi efektif, serta memberi dukungan dan pelatihan kepada anggota organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

Pemimpin dapat mendorong pembelajaran dan inovasi dengan cara:

  • Membangun budaya belajar: Dorong rasa ingin tahu, eksperimen, dan refleksi atas kesalahan.
  • Memberi ruang aman (psychological safety): Karyawan berani berpendapat tanpa takut disalahkan.
  • Menyediakan sumber daya: Fasilitasi pelatihan, workshop, dan akses pada teknologi baru.
  • Menjadi role model: Pemimpin yang mau belajar dan berinovasi menginspirasi timnya.
  • Mendorong kolaborasi lintas departemen: Pertukaran ide antar tim memperkaya inovasi.
  • Menghargai kreativitas dan pembaruan: Beri penghargaan bagi ide-ide baru yang bermanfaat.

 

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan (empowerment leadership) menekankan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan serta pemberian kepercayaan dan tanggung jawab. Bentuk-bentuknya:

  • Consultative Leadership: Pemimpin meminta masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan.
  • Democratic Leadership: Keputusan diambil bersama secara kolektif.
  • Delegative (Laissez-Faire) Leadership: Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam pelaksanaan tugas.
  • Empowerment Leadership: Pemimpin memberi wewenang, sumber daya, dan dukungan agar bawahan mampu mengambil keputusan sendiri.
  • Shared Leadership: Tanggung jawab kepemimpinan dibagi antar anggota tim sesuai kompetensi masing-masing.

 

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.

Manfaat delegasi:

  • Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
  • Mengembangkan keterampilan dan rasa tanggung jawab bawahan.
  • Memberi waktu bagi pemimpin untuk fokus pada hal strategis.
  • Meningkatkan motivasi dan kepercayaan antar anggota tim.

Risiko delegasi:

  • Tugas tidak dilaksanakan sesuai harapan.
  • Kurangnya kontrol dan pengawasan.
  • Risiko kesalahan jika bawahan tidak siap atau kurang kompeten.

Kapan dan bagaimana menggunakan delegasi:

  • Gunakan delegasi ketika bawahan memiliki kompetensi dan motivasi tinggi.
  • Jelaskan tujuan, batas wewenang, dan harapan dengan jelas.
  • Beri dukungan dan umpan balik berkala.
  • Hindari mendelegasikan tugas yang bersifat strategis atau rahasia tinggi.
  • Evaluasi hasil secara terbuka untuk meningkatkan kepercayaan dan pembelajaran.

 


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh MOHAMMAD ADRIAN 2421011010 -
1. Proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar
Ketika seseorang atau organisasi menghadapi perubahan besar, sebenarnya ada proses psikologis yang kompleks yang terjadi di dalam diri individu. Awalnya, kebanyakan orang akan mengalami penolakan karena merasa tidak nyaman meninggalkan kebiasaan lama yang sudah dianggap aman. Setelah itu muncul rasa takut, cemas, bahkan marah karena perubahan sering kali menimbulkan ketidakpastian. Namun seiring waktu, orang mulai mencoba memahami dan menyesuaikan diri, memasuki tahap eksplorasi di mana mereka mulai mencari cara baru untuk beradaptasi. Pada akhirnya, jika perubahan dijalankan dengan dukungan dan komunikasi yang baik, individu akan mencapai tahap penerimaan dan berkomitmen terhadap kondisi baru. Pemimpin perlu memahami dinamika ini agar dapat membantu karyawan melewati masa transisi secara positif dan tidak menimbulkan stres berlebihan.

2. Cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi
Untuk mengembangkan visi yang menarik, pemimpin harus benar-benar memahami nilai, tujuan, dan arah masa depan organisasi. Visi yang baik bukan hanya sekadar kalimat inspiratif, tetapi mencerminkan aspirasi bersama yang membuat setiap anggota merasa terlibat. Oleh karena itu, proses penyusunan visi sebaiknya melibatkan berbagai pihak agar muncul rasa memiliki. Selain itu, visi harus disusun dengan bahasa yang jelas, sederhana, dan mampu membangkitkan semangat. Visi yang terlalu rumit sulit dipahami dan tidak akan menumbuhkan motivasi. Setelah terbentuk, pemimpin perlu mengomunikasikannya secara konsisten dan memperlihatkan tindakan nyata yang sejalan dengan visi tersebut, sehingga anggota organisasi percaya bahwa visi itu benar-benar menjadi arah bersama, bukan sekadar wacana.

3. Menerapkan perubahan besar membutuhkan langkah yang terencana, bertahap, dan disertai komunikasi yang kuat. Langkah pertama adalah menjelaskan alasan yang jelas mengapa perubahan itu perlu dilakukan agar setiap orang memahami urgensinya. Setelah itu, melibatkan pihak-pihak yang terdampak menjadi hal penting, karena perubahan yang dirancang bersama akan lebih mudah diterima dibanding yang dipaksakan dari atas. Komunikasi juga menjadi kunci utama agar tidak muncul kesalahpahaman, sehingga setiap orang tahu apa yang berubah dan bagaimana caranya menyesuaikan diri. Selain itu, organisasi perlu memberikan pelatihan dan dukungan yang memadai bagi karyawan agar mereka siap menghadapi sistem baru. Ketika perubahan mulai berjalan, penting juga untuk memantau kemajuan dan memberikan apresiasi atas pencapaian kecil, supaya motivasi tetap terjaga sampai tujuan akhir tercapai.

4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi
Pemimpin memiliki peran besar dalam menciptakan budaya pembelajaran dan inovasi di dalam organisasi. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah membangun lingkungan kerja yang aman untuk mencoba hal baru tanpa takut melakukan kesalahan. Pemimpin harus menunjukkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar, bukan sesuatu yang harus ditakuti. Selain itu, pemimpin bisa mendorong kolaborasi dan berbagi pengetahuan antar anggota tim melalui diskusi, workshop, atau proyek bersama. Inovasi juga akan tumbuh ketika pemimpin memberi kepercayaan dan ruang bagi karyawan untuk berkreasi, bukan sekadar mengikuti prosedur. Dengan memberikan umpan balik yang membangun, dukungan sumber daya yang memadai, serta penghargaan terhadap ide-ide baru, pemimpin dapat menumbuhkan semangat belajar dan inovasi yang berkelanjutan di dalam organisasi.

6. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan
Kepemimpinan partisipatif adalah gaya kepemimpinan di mana pemimpin melibatkan anggota tim dalam proses pengambilan keputusan. Bentuknya bisa berupa konsultatif, di mana pemimpin meminta pendapat karyawan sebelum mengambil keputusan, atau kolaboratif, yaitu ketika pemimpin dan karyawan bersama-sama menentukan langkah terbaik. Sementara itu, pemberdayaan berarti memberi kepercayaan dan tanggung jawab lebih besar kepada anggota tim agar mereka dapat mengembangkan potensi dan mengambil inisiatif sendiri. Melalui pemberdayaan, pemimpin tidak hanya memberi perintah, tetapi juga menjadi fasilitator yang mendukung perkembangan kemampuan bawahannya. Gaya ini membuat karyawan merasa dihargai, meningkatkan rasa memiliki terhadap organisasi, serta menumbuhkan kreativitas dan kepercayaan diri dalam bekerja.

7. Potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya
Pendelegasian memiliki banyak manfaat jika dilakukan dengan tepat. Dengan mendelegasikan tugas, pemimpin bisa fokus pada tanggung jawab yang lebih strategis sementara anggota tim belajar mengambil tanggung jawab dan mengembangkan keterampilannya. Pendelegasian juga meningkatkan rasa percaya dan memperkuat hubungan antara pemimpin dan bawahan. Namun, ada pula risiko yang perlu diwaspadai, seperti kemungkinan kesalahan jika tugas diberikan kepada orang yang belum siap atau tidak memahami tanggung jawabnya. Karena itu, pendelegasian harus dilakukan secara selektif, dengan memilih orang yang kompeten dan memberikan arahan yang jelas tentang tujuan, batas kewenangan, serta hasil yang diharapkan. Selain itu, pemimpin tetap perlu melakukan pemantauan tanpa terlalu mengontrol. Dengan cara ini, pendelegasian tidak hanya membuat pekerjaan lebih efisien, tetapi juga menjadi sarana pengembangan bagi anggota tim.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh FADHIL FARIZI MURSYIDAN -
1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar

Proses psikologis yang terjadi saat individu atau organisasi menghadapi perubahan besar melibatkan tiga tahap utama: pelepasan kebiasaan lama, pembentukan cara pandang baru, dan peneguhan perilaku baru. Pada tahap awal, individu harus menyadari urgensi perubahan sehingga muncul kesediaan untuk melepaskan pola lama. Setelah itu, pola pikir baru dibentuk melalui pembelajaran, pengalaman, serta reinterpretasi nilai dan tujuan. Ketika perubahan mulai dijalankan, perilaku baru perlu distabilkan melalui konsistensi, dukungan lingkungan, dan penguatan positif. Seluruh proses ini dipengaruhi oleh emosi, persepsi risiko, dan motivasi internal.

2. Cara memahami dan mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi

Visi yang menarik hanya dapat dirumuskan ketika pemimpin memahami kondisi internal dan eksternal organisasi serta mampu menerjemahkan nilai-nilai inti menjadi gambaran masa depan yang aspiratif. Pemimpin perlu menangkap peluang, tantangan, dan kekuatan organisasi, kemudian merumuskan visi yang jelas, bermakna, dan relevan. Visi yang efektif adalah visi yang mampu memberikan arah strategis, menginspirasi anggota, serta mudah dikomunikasikan sehingga seluruh organisasi dapat merasa terlibat dalam pencapaiannya.

3. Cara menerapkan perubahan besar dalam organisasi

Perubahan besar diterapkan dengan menciptakan urgensi, mengkomunikasikan arah perubahan secara konsisten, serta menyiapkan struktur, prosedur, dan pelatihan yang mendukung. Pemimpin memastikan adanya dukungan dari tim inti, meminimalkan resistensi, dan melakukan evaluasi sampai perubahan menjadi bagian dari budaya organisasi.

4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi

Pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan lingkungan yang aman untuk mencoba ide baru, mendorong kolaborasi, menyediakan pelatihan, dan memberikan ruang otonomi kepada anggota. Dukungan, apresiasi, dan penerapan ide-ide kreatif menjadi kunci tumbuhnya budaya inovatif.

5. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan

Kepemimpinan partisipatif melibatkan anggota dalam pengambilan keputusan, baik melalui diskusi maupun keputusan bersama. Pemberdayaan muncul ketika pemimpin memberi kepercayaan, wewenang, dan dukungan agar anggota mampu mengelola tugas secara mandiri dan merasa memiliki tanggung jawab terhadap hasilnya.

6. Manfaat, risiko, dan penggunaan delegasi

Delegasi bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, mengembangkan kompetensi anggota, dan mempercepat penyelesaian pekerjaan. Risikonya muncul jika orang yang dipilih tidak kompeten atau instruksi tidak jelas. Delegasi digunakan ketika tugas dapat dilakukan lebih efektif oleh anggota lain dan dilakukan dengan memberikan tujuan yang jelas, monitoring ringan, dan umpan balik setelah tugas selesai.

7. Manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan menggunakannya

Pendelegasian memberi manfaat berupa peningkatan kinerja, motivasi, dan pengembangan kemampuan karyawan. Risiko muncul ketika tugas tidak sesuai kemampuan atau pengawasan kurang memadai. Delegasi tepat digunakan saat pemimpin perlu fokus pada hal strategis atau ketika ingin meningkatkan kapasitas tim, dan dilakukan dengan kejelasan instruksi serta pemilihan orang yang tepat.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Fernando Hosse Fahrezi -
Fernando Hosse Fahrezi
Npm 2421011042

1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar

Meliputi: kesadaran akan perlunya berubah, munculnya motivasi, resistensi terhadap perubahan, adaptasi terhadap hal baru, dan internalisasi perubahan sebagai kebiasaan baru.

2. Mengembangkan visi yang menarik

Pemimpin memahami kondisi organisasi, melibatkan anggota, mencerminkan nilai bersama, menggambarkan masa depan ideal, dan mengkomunikasikannya secara inspiratif.


3. Menerapkan perubahan besar

Langkahnya: ciptakan urgensi, bentuk tim pendukung, buat visi dan strategi, komunikasikan visi, berdayakan anggota, capai hasil awal, dan jadikan perubahan bagian budaya organisasi.



4. Meningkatkan pembelajaran dan inovasi

Ciptakan budaya belajar, beri ruang kreativitas, dorong kolaborasi, jadilah teladan pembelajar, dan beri penghargaan atas inovasi.



6. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan
1. Konsultatif – meminta saran bawahan.
2. Keputusan bersama – melibatkan tim.
3. Delegatif – memberi wewenang.
4. Pemberdayaan – meningkatkan kepercayaan diri dan inisiatif anggota.



7. Manfaat, risiko, dan cara delegasi

Manfaat: efisien, mengembangkan bawahan, mempercepat keputusan.
Risiko: salah keputusan, kehilangan kontrol.
Gunakan saat: bawahan mampu dan siap.
Cara: jelaskan tujuan, beri wewenang, pantau, dan beri umpan balik.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh DEWIANA SARI UTAMI -
Dewiana Sari Utami NPM 2421011035, izin menjawab pertanyaan yang diberikan.

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Proses psikologis melibatkan tiga tahap utama, yaitu kesadaran akan perlunya berubah, komitmen emosional untuk mendukung perubahan, dan penyesuaian perilaku agar sejalan dengan arah baru. Pemimpin harus mengelola rasa takut, ketidakpastian, dan resistensi dengan komunikasi yang jelas dan dukungan emosional.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Pemimpin perlu menciptakan visi yang jelas, realistis, dan inspiratif, serta menggambarkan masa depan yang lebih baik. Visi juga harus mudah dipahami, relevan dengan nilai anggota organisasi, dan dapat dikomunikasikan secara berulang agar menumbuhkan komitmen bersama

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Perubahan besar harus dimulai dengan membangun sense of urgency, membentuk tim pendukung perubahan, menyusun strategi dan rencana aksi, serta melibatkan karyawan secara aktif. Selain itu, pemimpin juga harus mengatasi hambatan dan memastikan perubahan menjadi budaya baru organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan mendorong lingkungan terbuka terhadap ide, memberi ruang untuk eksperimen dan belajar, serta menyediakan dukungan sumber daya dan penghargaan bagi kreativitas bawahannya. Budaya belajar berkelanjutan juga sangat penting untuk inovasi.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
- Konsultatif, dalam hal ini pemimpin meminta pendapat bawahan sebelum memutuskan.
- Konsensus, disini keputusan dibuat bersama-sama.
- Delegatif, disini tanggung jawab dan wewenang diberikan kepada bawahan.
- Empowering leadership, disini pemimpin memberi otonomi, kepercayaan, dan dorongan agar bawahan merasa mampu dan berdaya.

7.Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi?
Manfaat dari pendelegasian adalah meningkatkan motivasi, kepercayaan diri, dan efisiensi kerja.
Risiko dari pendelegasian adalah keputusan bisa salah jika bawahan belum siap atau kurang informasi.
Cara terbaik yang dapat dilakukan dalam mendelegasikan tugas adalah sesuai kemampuan, berikan arahan yang jelas, tetap pantau hasil, dan jadikan prosesnya sebagai sarana pengembangan bawahan.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Afrida Jayanti -

Afrida Jayanti 242101013

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

jawab: Proses psikologis dalam membuat perubahan besar melibatkan beberapa tahapan penting yang berkaitan dengan emosi, motivasi, dan pola pikir individu. Pada awalnya, seseorang akan mengalami kesadaran dan pengakuan terhadap kebutuhan perubahan, yaitu tahap ketika individu menyadari adanya ketidaksesuaian antara kondisi saat ini dan kondisi yang diinginkan. Tahap berikutnya adalah penilaian diri dan resistensi, di mana muncul rasa takut, ragu, atau cemas terhadap ketidakpastian akibat perubahan. Setelah individu mulai menerima kenyataan tersebut, muncul tahap penerimaan dan adaptasi, di mana seseorang mulai menyesuaikan pola pikir serta perilaku dengan arah perubahan. Tahap akhir adalah internalisasi dan komitmen, di mana perubahan tersebut menjadi bagian dari kebiasaan dan identitas diri. Secara keseluruhan, proses ini membutuhkan kesadaran diri, dukungan emosional, serta keyakinan bahwa perubahan akan membawa hasil yang lebih baik.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

jawab: Memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi memerlukan pemahaman mendalam tentang tujuan jangka panjang, nilai inti, dan arah strategis organisasi. Proses ini dimulai dengan analisis lingkungan internal dan eksternal, untuk mengenali kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi organisasi. Setelah itu, pemimpin perlu melibatkan berbagai pihak, seperti karyawan, manajer, dan pemangku kepentingan, agar visi yang dirumuskan mencerminkan aspirasi bersama dan menumbuhkan rasa memiliki. Visi yang menarik harus inspiratif, realistis, namun juga menantang, sehingga mampu memotivasi seluruh anggota organisasi untuk bergerak menuju tujuan yang sama. Selain itu, penting bagi pemimpin untuk mengkomunikasikan visi secara jelas dan konsisten, dengan menggunakan bahasa yang menggugah emosi dan mudah dipahami. Dengan demikian, visi tidak hanya menjadi pernyataan formal, tetapi juga sumber energi dan arah moral bagi seluruh anggota organisasi dalam mencapai keberhasilan jangka panjang.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

jawab: Menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi memerlukan pendekatan yang terencana, sistematis, dan berorientasi pada manusia. Proses ini tidak hanya menyangkut perubahan struktur atau sistem, tetapi juga menyentuh aspek budaya, perilaku, dan cara berpikir anggota organisasi. Langkah pertama yang penting adalah menetapkan visi dan tujuan perubahan yang jelas agar seluruh pihak memahami arah yang ingin dicapai. Selanjutnya, komunikasi yang terbuka dan konsisten harus dibangun untuk mengurangi resistensi dan menumbuhkan rasa memiliki terhadap proses perubahan.

Organisasi juga perlu melibatkan karyawan di berbagai tingkat agar mereka merasa menjadi bagian dari solusi, bukan sekadar objek perubahan. Pelatihan dan pengembangan kompetensi menjadi langkah penting agar individu mampu beradaptasi dengan sistem atau teknologi baru. Selain itu, dibutuhkan kepemimpinan transformasional yang mampu memberikan inspirasi, motivasi, serta keteladanan dalam menghadapi tantangan perubahan. Terakhir, penting untuk memantau, mengevaluasi, dan menyesuaikan strategi perubahan secara berkelanjutan agar hasil yang dicapai sesuai dengan visi organisasi dan dapat bertahan dalam jangka panjang.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

jawab: Para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan lingkungan organisasi yang mendorong keterbukaan, kolaborasi, dan eksperimen. Pertama, mereka perlu menumbuhkan budaya belajar berkelanjutan, di mana setiap individu didorong untuk mengembangkan keterampilan baru, berbagi pengetahuan, dan belajar dari kesalahan tanpa takut disalahkan. Kedua, pemimpin harus memberikan ruang bagi kreativitas dan kebebasan berpikir, misalnya melalui forum inovasi, pelatihan lintas departemen, atau proyek eksperimental. Ketiga, penting bagi pemimpin untuk memberikan contoh langsung dengan menunjukkan rasa ingin tahu dan kemauan untuk belajar hal baru. Selain itu, mereka juga perlu mendukung inovasi dengan menyediakan sumber daya, insentif, dan mekanisme penghargaan bagi ide-ide kreatif yang berhasil diimplementasikan. Dengan cara ini, pembelajaran dan inovasi menjadi bagian integral dari budaya organisasi, bukan hanya inisiatif sementara.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

jawab: Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan merupakan pendekatan yang menekankan keterlibatan aktif karyawan dalam proses pengambilan keputusan serta peningkatan otonomi mereka dalam bekerja. Bentuknya meliputi kepemimpinan konsultatif, di mana pemimpin meminta pendapat bawahan sebelum mengambil keputusan; kepemimpinan demokratis, yang melibatkan seluruh anggota tim dalam musyawarah bersama; dan kepemimpinan delegatif, di mana pemimpin memberi kepercayaan kepada bawahan untuk membuat keputusan sendiri. Selain itu, terdapat kepemimpinan kolaboratif yang menekankan kerja sama lintas tim serta pemberdayaan karyawan yang memberikan kebebasan dan tanggung jawab lebih besar kepada individu dengan dukungan sumber daya yang memadai. Dalam konteks kepemimpinan transformasional, pemberdayaan dilakukan melalui inspirasi, motivasi, dan pembinaan agar karyawan berkembang secara optimal. Semua bentuk tersebut bertujuan menciptakan lingkungan kerja yang terbuka, saling percaya, dan meningkatkan kinerja organisasi secara keseluruhan.

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?

jawab: Pendelegasian merupakan proses pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari atasan kepada bawahan untuk melaksanakan tugas tertentu. Manfaat dari pendelegasian antara lain meningkatkan efisiensi kerja, mengembangkan kompetensi bawahan, mempercepat pengambilan keputusan, serta menumbuhkan motivasi dan rasa tanggung jawab. Namun, delegasi juga memiliki risiko seperti kemungkinan kesalahan dalam pelaksanaan tugas, kurangnya pengawasan, atau resistensi dari pihak pemimpin maupun bawahan. Delegasi sebaiknya dilakukan ketika bawahan memiliki kemampuan dan pemahaman yang memadai terhadap tugas yang diberikan. Agar efektif, proses delegasi perlu dilakukan dengan memberikan arahan yang jelas, memilih orang yang tepat, melakukan pengawasan secukupnya, serta memberikan umpan balik dan apresiasi atas hasil kerja.

Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh NELLY FITRIA -

1. Proses Psikologis yang Terlibat dalam Membuat Perubahan Besar

Perubahan besar dalam organisasi melibatkan proses psikologis yang kompleks pada individu dan kelompok. Secara umum, proses ini tidak hanya bersifat rasional, tetapi juga emosional dan sosial. Menurut Kurt Lewin (1951), proses perubahan dapat dipahami melalui tiga tahap utama, yaitu unfreezing, changing, dan refreezing.

Tahap unfreezing menggambarkan situasi di mana individu atau organisasi mulai menyadari bahwa sistem, kebijakan, atau cara kerja lama tidak lagi relevan atau efektif. Pada fase ini, muncul perasaan cemas, ketidakpastian, bahkan resistensi terhadap perubahan. Pemimpin perlu menciptakan kesadaran akan pentingnya perubahan dengan menyampaikan alasan yang rasional dan urgensi situasi yang dihadapi.

Tahap changing merupakan fase transisi, di mana individu mulai belajar perilaku, nilai, atau cara berpikir baru. Pada titik ini, proses pembelajaran organisasi, komunikasi dua arah, dan dukungan emosional menjadi krusial agar perubahan dapat diinternalisasi.

Tahap refreezing adalah saat perilaku baru mulai mengakar dan menjadi bagian dari budaya organisasi. Penguatan perilaku melalui penghargaan, sistem evaluasi, dan teladan kepemimpinan membantu memastikan perubahan menjadi permanen.

Secara psikologis, faktor seperti self-efficacy (kepercayaan diri dalam menghadapi tantangan baru), dukungan sosial, serta persepsi terhadap keadilan organisasi berperan besar dalam menentukan keberhasilan adaptasi terhadap perubahan (Bandura, 1997). Dengan demikian, perubahan besar tidak dapat dipisahkan dari manajemen emosi, komunikasi terbuka, dan kepemimpinan yang empatik.


2. Memahami Cara Mengembangkan Visi yang Menarik bagi Organisasi

Visi organisasi merupakan representasi mental tentang masa depan ideal yang ingin diwujudkan. Visi yang menarik (compelling vision) berfungsi sebagai sumber inspirasi, panduan strategis, dan pengikat emosional antara pemimpin dan anggota organisasi.

Nanus (1992) menyatakan bahwa visi yang efektif memiliki empat karakteristik utama:

a.      Dapat dipahami dan dikomunikasikan dengan jelas, Visi harus mampu diterjemahkan dalam bahasa yang sederhana dan mengandung makna universal.

b.      Menarik secara emosional, Visi harus mampu membangkitkan rasa bangga, makna, dan komitmen terhadap organisasi.

c.       Realistis namun ambisiusm, Visi yang baik menantang organisasi untuk tumbuh tanpa kehilangan pijakan pada realitas sumber daya yang dimiliki.

d.      Konsisten dengan nilai inti organisasi, Visi yang bertentangan dengan nilai atau budaya akan menimbulkan disonansi dan resistensi.

Pemimpin berperan penting dalam membangun visi dengan melibatkan partisipasi anggota organisasi. Proses dialog, lokakarya, dan refleksi bersama dapat memperkuat rasa kepemilikan (sense of ownership) terhadap visi yang dibentuk. Selain itu, pemimpin perlu menjadi komunikator yang persuasif dengan menggunakan narasi yang menggerakkan (visionary storytelling) agar visi tidak hanya menjadi kata-kata, tetapi menjadi energi kolektif.

 

3. Cara Menerapkan Perubahan Besar dalam Organisasi

Implementasi perubahan besar menuntut pendekatan strategis, komunikasi yang efektif, dan dukungan struktural. John P. Kotter (1996) mengemukakan delapan langkah penting dalam proses transformasi organisasi:

a.      Membangun urgensi, Menyadarkan seluruh anggota organisasi akan pentingnya perubahan melalui data, fakta, dan narasi inspiratif.

b.      Membentuk koalisi kepemimpinan, Menghimpun kelompok inti yang memiliki kredibilitas dan pengaruh untuk menjadi motor perubahan.

c.       Mengembangkan visi dan strategi, Menetapkan arah yang jelas dan langkah strategis yang dapat diimplementasikan.

d.      Mengkomunikasikan visi perubahan, Menggunakan berbagai media dan pendekatan untuk memastikan seluruh anggota memahami tujuan perubahan.

e.      Memberdayakan individu untuk bertindak, Menghilangkan hambatan struktural dan memberikan wewenang agar anggota mampu berinovasi.

f.        Mencapai kemenangan jangka pendek, Merayakan pencapaian awal untuk menjaga semangat perubahan.

g.       Mengonsolidasikan hasil dan mempercepat proses, Menggunakan hasil awal sebagai dasar untuk perubahan lanjutan.

h.      Menanamkan perubahan dalam budaya organisasi, Menjadikan nilai-nilai baru sebagai bagian dari identitas dan sistem kerja organisasi.

Keberhasilan penerapan perubahan tidak hanya tergantung pada strategi, tetapi juga pada emotional alignment antara pimpinan dan karyawan. Kepemimpinan yang visioner, komunikasi yang jujur, dan keterlibatan aktif seluruh anggota merupakan faktor yang memperkuat legitimasi perubahan.


4. Cara Pemimpin Meningkatkan Pembelajaran dan Inovasi

Pemimpin berperan sebagai fasilitator dan katalisator dalam menciptakan budaya pembelajaran dan inovasi. Menurut Senge (1990), organisasi pembelajar (learning organization) adalah organisasi yang terus beradaptasi dan memperbarui kemampuannya melalui refleksi dan eksperimen.

Untuk meningkatkan pembelajaran dan inovasi, pemimpin dapat melakukan beberapa langkah strategis:

a.      Mendorong budaya berbagi pengetahuan melalui forum internal, mentoring, dan kolaborasi lintas fungsi.

b.      Menumbuhkan toleransi terhadap kegagalan, karena inovasi tidak mungkin lahir tanpa proses coba dan salah.

c.       Menyediakan pelatihan dan sumber daya untuk pengembangan kompetensi dan keterampilan baru.

d.      Menjadi teladan pembelajar, yakni menunjukkan keterbukaan terhadap ide baru, kritik, dan pengalaman berbeda.

Membangun sistem penghargaan yang mengapresiasi kreativitas dan inisiatif karyawan.

Pemimpin yang berorientasi pada pembelajaran menciptakan lingkungan psikologis yang aman (psychological safety), di mana anggota organisasi merasa bebas untuk berpendapat tanpa takut disalahkan. Kondisi inilah yang menjadi dasar bagi munculnya inovasi berkelanjutan.

 

6. Berbagai Bentuk Kepemimpinan Partisipatif dan Pemberdayaan

Kepemimpinan partisipatif menekankan pentingnya pelibatan anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan. Pemimpin tidak lagi menjadi sumber tunggal otoritas, melainkan bertindak sebagai fasilitator. Bentuk-bentuk kepemimpinan partisipatif antara lain:

a.      Kepemimpinan konsultatif, di mana pemimpin meminta saran dan masukan dari anggota sebelum mengambil keputusan akhir.

b.      Kepemimpinan demokratis, yang melibatkan karyawan secara langsung dalam menentukan keputusan melalui diskusi terbuka atau pemungutan suara.

c.       Kepemimpinan kolaboratif, di mana pemimpin dan tim bekerja secara sejajar untuk memecahkan masalah dan merumuskan solusi.

Konsep pemberdayaan (empowerment) berkaitan erat dengan kepemimpinan partisipatif. Pemberdayaan mengacu pada proses peningkatan otonomi, kepercayaan diri, dan kemampuan individu dalam mengelola tugasnya. Menurut Conger dan Kanungo (1988), pemberdayaan terdiri atas lima dimensi utama: rasa kompetensi, otonomi, makna pekerjaan, dampak terhadap hasil organisasi, dan kepercayaan terhadap pimpinan.

Melalui pemberdayaan, pemimpin tidak hanya menyalurkan wewenang, tetapi juga membangun kapasitas individu agar mampu mengambil keputusan secara mandiri dan bertanggung jawab. Hasilnya adalah peningkatan motivasi intrinsik, kreativitas, serta komitmen terhadap tujuan organisasi.

 

7. Potensi Manfaat dan Risiko Pendelegasian serta Kapan dan Bagaimana Menggunakannya

Pendelegasian (delegation) merupakan proses pelimpahan sebagian tanggung jawab dan wewenang dari pemimpin kepada bawahan untuk mencapai tujuan tertentu. Pendelegasian yang efektif mencerminkan kepercayaan pemimpin terhadap kemampuan timnya dan menjadi indikator kematangan organisasi.

Manfaat Pendelegasian

a.      Efisiensi dan efektivitas kerja meningkat, karena beban kerja didistribusikan secara proporsional.

b.      Pengembangan kompetensi karyawan, terutama dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah.

c.       Meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab, karena bawahan merasa dihargai dan dipercaya.

d.      Meningkatkan fokus pemimpin, yang dapat lebih berkonsentrasi pada isu strategis.

 

Risiko Pendelegasian

a.      Kemungkinan kesalahan keputusan, terutama jika bawahan belum memiliki pengalaman yang memadai.

b.      Kurangnya pengawasan, yang dapat menimbulkan penurunan kualitas kerja.

c.       Potensi konflik peran, jika batas tanggung jawab tidak ditetapkan secara jelas.

 

Kapan dan Bagaimana Melakukan Delegasi?

Delegasi sebaiknya dilakukan ketika:

a.      Bawahan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan kesiapan emosional yang memadai.

b.      Tugas yang didelegasikan memiliki nilai pengembangan profesional bagi bawahan.

c.       Pemimpin mampu menyediakan dukungan dan supervisi tanpa bersifat mengontrol berlebihan.


Langkah-langkah delegasi yang efektif meliputi:

a.      Menentukan tujuan dan hasil yang diharapkan secara jelas.

b.      Memberikan otoritas yang seimbang dengan tanggung jawab.

c.       Menetapkan batas waktu dan indikator keberhasilan.

d.      Memantau proses secara berkala sambil memberikan umpan balik konstruktif.

e.      Memberikan pengakuan terhadap hasil kerja untuk memperkuat rasa percaya diri bawahan.

Pendelegasian yang dilakukan secara bijaksana tidak hanya meningkatkan kinerja organisasi, tetapi juga menciptakan lingkungan kerja yang saling percaya dan kolaboratif.


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Mega Widiyaningrum -
Nama: Mega Widiyaningrum
NPM: 2421011020

Izin menjawab ya Bu,

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Jawab :
Perubahan besar dalam organisasi melibatkan proses psikologis yang kompleks karena menyentuh emosi, keyakinan, dan kebiasaan individu. Proses utamanya meliputi:
• Kesadaran (Awareness): Individu mulai menyadari perlunya perubahan dan memahami alasan di baliknya.
• Kesiapan (Readiness): Muncul kesiapan mental untuk meninggalkan kebiasaan lama dan menerima hal baru.
• Penyesuaian (Adjustment): Individu mengalami fase ketidaknyamanan, stres, bahkan penolakan (resistance).
• Penerimaan (Acceptance): Setelah melalui masa transisi, individu mulai menerima dan beradaptasi dengan perubahan.
• Internalisasi (Internalization): Nilai dan perilaku baru tertanam dalam diri, menjadi bagian dari budaya kerja baru.
Pemimpin berperan penting dalam mendampingi fase ini dengan komunikasi yang jelas, empati, dan dukungan emosional.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Jawab:
Visi yang menarik adalah gambaran masa depan yang menginspirasi, realistis, dan dapat dicapai. Langkah-langkah pengembangannya:
• Analisis kondisi saat ini: Pahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi.
• Libatkan anggota: Libatkan tim dalam proses merumuskan visi agar terasa memiliki (sense of ownership).
• Fokus pada makna dan tujuan: Visi harus menjawab “mengapa organisasi ini ada dan ke mana akan pergi.”
• Komunikasikan dengan inspiratif: Pemimpin harus mampu menyampaikan visi dengan cara yang menggugah emosi dan motivasi.
• Konsisten dalam tindakan: Pemimpin harus menjadi contoh nyata (role model) dalam mewujudkan visi tersebut.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Jawab:
Terdapat beberapa pendekatan, salah satunya berdasarkan model John Kotter (8 langkah perubahan):
1. Ciptakan sense of urgency – buat kesadaran bahwa perubahan adalah kebutuhan mendesak.
2. Bentuk koalisi kuat – kumpulkan tim pendukung perubahan.
3. Kembangkan visi dan strategi perubahan.
4. Komunikasikan visi secara konsisten.
5. Hilangkan hambatan dan berdayakan karyawan.
6. Ciptakan kemenangan kecil (short-term wins).
7. Konsolidasikan hasil dan dorong perubahan lanjutan.
8. Lejitkan perubahan dalam budaya organisasi.
Kunci keberhasilan: komunikasi terbuka, kepemimpinan kuat, dan dukungan dari seluruh lapisan organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Jawab:
Pemimpin berperan besar menciptakan lingkungan yang mendukung pembelajaran dan kreativitas. Caranya:
• Mendorong budaya belajar berkelanjutan (continuous learning).
• Memberi ruang untuk eksperimen dan kegagalan tanpa takut dihukum.
• Menjadi fasilitator pengetahuan: mempromosikan sharing dan kolaborasi antar tim.
• Memberikan pelatihan dan mentoring.
• Membangun sistem penghargaan bagi ide-ide baru dan inovatif.
Pemimpin inovatif adalah yang terbuka pada ide baru, mendukung risiko yang terukur, dan menginspirasi karyawan untuk berpikir kreatif.

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan?
Jawab:
Kepemimpinan partisipatif menekankan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan. Bentuk-bentuknya:
• Consultative leadership: Pemimpin meminta pendapat bawahan sebelum mengambil keputusan.
• Consensus leadership: Keputusan diambil berdasarkan kesepakatan bersama.
• Democratic leadership: Bawahan memiliki suara aktif dalam menentukan kebijakan.
• Empowering leadership: Pemimpin memberikan wewenang, tanggung jawab, dan kepercayaan kepada bawahan untuk mengambil keputusan sendiri.
Pemberdayaan (empowerment) bertujuan meningkatkan rasa memiliki, motivasi intrinsik, dan komitmen karyawan terhadap organisasi.

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya!
Pendelegasian (delegation) adalah pelimpahan sebagian tanggung jawab dan wewenang dari pemimpin kepada bawahan.
Manfaat:
• Mengembangkan kemampuan dan kepercayaan diri bawahan.
• Meningkatkan efisiensi kerja dan fokus pemimpin pada hal strategis.
• Meningkatkan motivasi dan keterlibatan karyawan.
Risiko:
• Tugas disalahartikan atau tidak dijalankan dengan benar.
• Kurangnya kontrol atau monitoring dari pemimpin.
• Bawahan belum siap atau tidak kompeten untuk tugas tersebut.
Kapan dan bagaimana digunakan:
• Gunakan delegasi ketika bawahan mampu, mau belajar, dan memahami tanggung jawabnya.
• Jelaskan tujuan, batas wewenang, dan hasil yang diharapkan.
• Beri dukungan dan umpan balik berkala.
• Tetap tanggung jawab akhir berada di tangan pemimpin.

Terima kasih..
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Ledi Cahaya Sibuea 2421011027 -

Nama : Ledi Cahaya Sibuea

Nim : 2421011027

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

Proses psikologis dalam perubahan besar melibatkan beberapa tahapan emosional dan kognitif:

  • Kesadaran (Awareness): Individu menyadari perlunya perubahan, sering dipicu oleh masalah, krisis, atau peluang baru.
  • Penolakan (Resistance): Muncul reaksi emosional seperti takut, cemas, atau tidak nyaman karena ketidakpastian.
  • Eksplorasi (Exploration): Mulai mencari pemahaman dan strategi baru untuk menyesuaikan diri.
  • Penerimaan dan Komitmen (Commitment): Individu mulai menerima perubahan dan berkomitmen untuk mendukungnya.

Model umum seperti “Change Curve” (Kubler-Ross) atau Model Lewin (Unfreeze – Change – Refreeze) menggambarkan bahwa perubahan psikologis memerlukan waktu, dukungan sosial, dan kepemimpinan yang empatik.

 

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

Mengembangkan visi yang menarik berarti menciptakan gambaran masa depan yang inspiratif, realistis, dan bermakna bagi anggota organisasi. Caranya:

  • Analisis kondisi saat ini: Pahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi (analisis SWOT).
  • Libatkan berbagai pihak: Ajak pemimpin dan anggota organisasi berdiskusi untuk memastikan visi mencerminkan aspirasi bersama.
  • Fokus pada nilai dan tujuan: Visi yang kuat mencerminkan nilai inti organisasi dan arah strategis yang ingin dicapai.
  • Gunakan bahasa yang inspiratif: Gunakan kata-kata yang emosional dan mudah diingat agar visi dapat memotivasi.
  • Komunikasikan secara konsisten: Pemimpin harus terus menyampaikan visi melalui tindakan dan komunikasi harian.

 

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

Langkah-langkah umum berdasarkan teori Kotter’s 8-Step Model for Leading Change:

  1. Ciptakan urgensi: Jelaskan mengapa perubahan harus dilakukan sekarang.
  2. Bentuk koalisi kuat: Bentuk tim pemimpin perubahan.
  3. Kembangkan visi dan strategi perubahan.
  4. Komunikasikan visi secara luas.
  5. Hilangkan hambatan perubahan.
  6. Ciptakan kemenangan jangka pendek (short-term wins).
  7. Konsolidasikan hasil dan dorong perubahan lanjutan.
  8. Tanamkan perubahan dalam budaya organisasi.

Pemimpin harus menjadi teladan, memastikan komunikasi efektif, serta memberi dukungan dan pelatihan kepada anggota organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

Pemimpin dapat mendorong pembelajaran dan inovasi dengan cara:

  • Membangun budaya belajar: Dorong rasa ingin tahu, eksperimen, dan refleksi atas kesalahan.
  • Memberi ruang aman (psychological safety): Karyawan berani berpendapat tanpa takut disalahkan.
  • Menyediakan sumber daya: Fasilitasi pelatihan, workshop, dan akses pada teknologi baru.
  • Menjadi role model: Pemimpin yang mau belajar dan berinovasi menginspirasi timnya.
  • Mendorong kolaborasi lintas departemen: Pertukaran ide antar tim memperkaya inovasi.
  • Menghargai kreativitas dan pembaruan: Beri penghargaan bagi ide-ide baru yang bermanfaat.

 

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan (empowerment leadership) menekankan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan serta pemberian kepercayaan dan tanggung jawab. Bentuk-bentuknya:

  • Consultative Leadership: Pemimpin meminta masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan.
  • Democratic Leadership: Keputusan diambil bersama secara kolektif.
  • Delegative (Laissez-Faire) Leadership: Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam pelaksanaan tugas.
  • Empowerment Leadership: Pemimpin memberi wewenang, sumber daya, dan dukungan agar bawahan mampu mengambil keputusan sendiri.
  • Shared Leadership: Tanggung jawab kepemimpinan dibagi antar anggota tim sesuai kompetensi masing-masing.

 

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.

Manfaat delegasi:

  • Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
  • Mengembangkan keterampilan dan rasa tanggung jawab bawahan.
  • Memberi waktu bagi pemimpin untuk fokus pada hal strategis.
  • Meningkatkan motivasi dan kepercayaan antar anggota tim.

Risiko delegasi:

  • Tugas tidak dilaksanakan sesuai harapan.
  • Kurangnya kontrol dan pengawasan.
  • Risiko kesalahan jika bawahan tidak siap atau kurang kompeten.

Kapan dan bagaimana menggunakan delegasi:

  • Gunakan delegasi ketika bawahan memiliki kompetensi dan motivasi tinggi.
  • Jelaskan tujuan, batas wewenang, dan harapan dengan jelas.
  • Beri dukungan dan umpan balik berkala.
  • Hindari mendelegasikan tugas yang bersifat strategis atau rahasia tinggi.
  • Evaluasi hasil secara terbuka untuk meningkatkan kepercayaan dan pembelajaran.

 


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh KATTY CINTIASARI -
Nama : Katty Cintiasari
NPM: 2421011016

1. Proses Psikologis dalam Perubahan Besar

Melibatkan tahapan: menyadari kebutuhan untuk berubah, menimbang manfaat-risiko, menerima kenyataan, termotivasi, beradaptasi, dan akhirnya menginternalisasi perubahan. Emosi seperti takut dan harapan adalah hal wajar dalam proses ini.




2. Mengembangkan Visi yang Menarik

Pahami kondisi organisasi, libatkan semua pihak, fokus pada nilai dan tujuan jangka panjang, gunakan bahasa inspiratif, serta buat visi yang realistis namun memotivasi.




3. Menerapkan Perubahan Besar

Bangun kesadaran dan urgensi, bentuk tim perubahan, buat rencana jelas, komunikasikan dengan terbuka, libatkan karyawan, dan lakukan evaluasi berkala.




4. Meningkatkan Pembelajaran dan Inovasi

Pemimpin perlu menciptakan budaya belajar, memberi ruang untuk gagal, mendorong kolaborasi, menjadi teladan, dan memberi penghargaan atas ide baru.




6. Bentuk Kepemimpinan Partisipatif dan Pemberdayaan

Meliputi:

Demokratis: melibatkan tim dalam keputusan.

Delegatif: memberi kebebasan dan tanggung jawab.

Transformasional: menginspirasi perubahan positif.

Servant: melayani dan membina anggota.

Kolaboratif: menumbuhkan kerja sama terbuka.





7. Manfaat, Risiko, dan Cara Delegasi

Manfaat: efisiensi, pengembangan bawahan, fokus pemimpin meningkat.
Risiko: kesalahan, kehilangan kendali, tanggung jawab tumpang tindih.
Cara: pilih orang tepat, beri arahan jelas, awasi secukupnya, dan evaluasi hasil.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh FEBIOLA EFRIANI -

1. Proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar

Perubahan besar bukan hanya soal strategi, tetapi juga perjalanan psikologis yang menuntut kesiapan mental, emosional, dan sosial. Proses ini dimulai dari kesadaran akan urgensi perubahan, di mana individu atau organisasi menyadari bahwa cara lama tidak lagi efektif. Setelah itu muncul fase ketegangan psikologis, karena perubahan sering menimbulkan kecemasan dan rasa kehilangan zona nyaman. Pada tahap ini, peran komunikasi yang empatik dan dukungan sosial sangat penting untuk mengurangi resistensi. Selanjutnya, ketika seseorang mulai beradaptasi, muncul fase eksplorasi dan eksperimentasi, di mana individu mencoba pola pikir dan perilaku baru. Proses ini kemudian diakhiri dengan internalisasi, yaitu ketika perubahan menjadi bagian dari identitas dan nilai pribadi atau budaya organisasi. Dalam konteks modern, keberhasilan perubahan tidak hanya bergantung pada logika rasional, tetapi juga kemampuan mengelola emosi, membangun kepercayaan, dan menumbuhkan harapan kolektif.


2. Memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi

Visi organisasi bukan hanya kalimat inspiratif, tetapi gambaran masa depan yang mampu menggerakkan hati dan pikiran orang-orang di dalamnya. Untuk menciptakan visi yang menarik, seorang pemimpin perlu memahami realitas dan potensi organisasi, serta membaca arah perubahan lingkungan bisnis dan sosial. Visi yang kuat biasanya lahir dari perpaduan antara idealisme dan realisme — ia menggambarkan masa depan yang lebih baik namun tetap dapat dicapai. Selain itu, visi yang menarik harus mampu menyentuh dimensi emosional, karena orang tidak hanya bekerja untuk tujuan rasional, tetapi juga untuk makna. Oleh karena itu, proses pengembangan visi sebaiknya bersifat partisipatif, melibatkan karyawan dan pemangku kepentingan agar mereka merasa memiliki dan menjadi bagian dari arah yang sama. Visi yang kuat akan menjadi kompas moral dan sumber energi kolektif bagi organisasi.


3. Cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi

Menerapkan perubahan besar dalam organisasi membutuhkan kombinasi antara strategi yang terencana dan kepemimpinan yang adaptif. Langkah pertama adalah membangun kesadaran kolektif akan alasan perubahan, karena tanpa pemahaman yang sama, perubahan akan menghadapi resistensi. Setelah itu, pemimpin perlu menciptakan narasi perubahan yang jelas dan inspiratif — bukan sekadar instruksi, tetapi cerita yang memberi makna mengapa perubahan penting dilakukan. Implementasi perlu dilakukan secara bertahap melalui eksperimen kecil yang dapat menghasilkan keberhasilan jangka pendek. Pendekatan ini tidak hanya memperkuat keyakinan bahwa perubahan mungkin dilakukan, tetapi juga memberi waktu bagi organisasi untuk belajar dan menyesuaikan diri. Yang paling penting, perubahan harus dikaitkan dengan budaya organisasi, sehingga tidak berhenti pada prosedur baru, melainkan menjadi bagian dari cara berpikir dan bertindak seluruh anggota organisasi.


4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi

Dalam era perubahan cepat dan ketidakpastian, peran pemimpin bukan lagi sekadar pengendali, tetapi fasilitator pembelajaran dan inovasi. Pemimpin dapat menumbuhkan pembelajaran dengan menciptakan iklim psikologis yang aman — di mana anggota tim merasa bebas untuk bertanya, bereksperimen, dan bahkan gagal tanpa takut disalahkan. Selain itu, pemimpin perlu memberi ruang bagi eksplorasi ide, mendukung kolaborasi lintas divisi, dan mencontohkan perilaku ingin tahu serta terbuka terhadap hal baru. Inovasi tidak muncul dari tekanan, tetapi dari rasa ingin tahu dan kebebasan berpikir. Pemimpin yang efektif juga mampu mengubah kegagalan menjadi sumber pelajaran, menjadikan refleksi sebagai bagian dari budaya kerja. Dengan cara ini, pembelajaran dan inovasi menjadi kekuatan utama organisasi untuk bertahan dan berkembang di tengah perubahan.


5. Bentuk-bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan

Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan lahir dari keyakinan bahwa keputusan terbaik sering muncul dari kolaborasi, bukan otoritas tunggal. Bentuk yang paling umum adalah kepemimpinan konsultatif, di mana pemimpin tetap memegang keputusan akhir namun terbuka terhadap ide dan masukan anggota tim. Kepemimpinan demokratis melibatkan karyawan dalam pengambilan keputusan strategis, sehingga tercipta rasa memiliki yang tinggi. Ada pula kepemimpinan berbasis otonomi (empowerment leadership), di mana pemimpin memberikan kepercayaan dan tanggung jawab penuh kepada bawahan untuk mengambil keputusan sesuai kapasitas mereka. Selain itu, muncul konsep shared leadership, yang menempatkan kepemimpinan sebagai fungsi kolektif — siapa pun dapat menjadi pemimpin sesuai konteks dan keahliannya. Bentuk-bentuk ini mencerminkan paradigma baru organisasi modern yang menghargai partisipasi, kolaborasi, dan pemberdayaan individu.


6.  Potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya

Pendelegasian merupakan bentuk kepercayaan sekaligus strategi pengembangan sumber daya manusia. Manfaat utama dari pendelegasian adalah meningkatnya efisiensi dan produktivitas, karena pemimpin dapat fokus pada tugas strategis sementara bawahan mengasah kemampuan dan rasa tanggung jawabnya. Selain itu, pendelegasian meningkatkan motivasi dan komitmen, karena karyawan merasa diakui dan diberi ruang berkembang. Namun, risiko dapat muncul bila pendelegasian dilakukan tanpa kesiapan — misalnya, bawahan belum kompeten, komunikasi tidak jelas, atau tidak ada mekanisme evaluasi yang tepat. Oleh karena itu, pendelegasian efektif dilakukan ketika pemimpin memahami kapasitas bawahan dan memberikan kejelasan tujuan, batas wewenang, serta umpan balik teratur. Dalam organisasi yang sehat, pendelegasian bukan cara untuk menghindari tanggung jawab, tetapi sarana untuk menumbuhkan pemimpin-pemimpin baru di berbagai level.

 


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Roy Saga -
Nama: Roy Saga
NPM : 2421011040

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

Jawab:

  1. Penolakan & Kekhawatiran: Takut akan ketidakpastian dan kehilangan kendali.

  2. Percobaan & Penerimaan: Mulai mencoba perubahan dan melihat manfaatnya.

  3. Internalisasi & Komitmen: Perubahan telah menjadi kebiasaan dan bagian baru dari identitas.


2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

Jawab:

  1. Berbasis Nilai: Menggambarkan masa depan yang ideal dan penuh makna.

  2. Jelas & Inspiratif: Mudah dipahami dan dikomunikasikan.

  3. Partisipatif: Melibatkan berbagai anggota organisasi dalam perumusannya untuk menciptakan rasa memiliki.


3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

Jawab:

  1. Komunikasikan "Mengapa": Jelaskan alasan dan urgensi perubahan secara transparan.

  2. Rencana Bertahap: Pecah menjadi langkah-langkah kecil yang dapat dikelola.

  3. Dukungan & Pelatihan: Berikan sumber daya dan pelatihan yang dibutuhkan.

  4. Pimpin dengan Contoh: Tunjukkan komitmen melalui tindakan nyata.



4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

Jawab:

  1. Budaya Psikologis Aman: Ciptakan lingkungan yang aman untuk mengambil risiko dan belajar dari kegagalan.

  2. Alokasi Sumber Daya: Berikan waktu dan anggaran untuk eksperimen.

  3. Hargai Inovasi: Berikan pengakuan dan penghargaan untuk ide-ide baru


5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

Jawab:

  1. Konsultasi: Meminta masukan sebelum mengambil keputusan.

  2. Keputusan Bersama: Keputusan diambil secara kolektif melalui konsensus atau voting.

  3. Pendelegasian Wewenang: Memberikan otoritas dan tanggung jawab yang jelas kepada anggota tim.


6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?

  • Manfaat: Meningkatkan efisiensi, pengembangan keterampilan anggota tim, dan motivasi.

  • Risiko: Kehilangan kendali, hasil yang tidak sesuai harapan jika delegasi tidak jelas.

  • Kapan Digunakan: Saat tugas dapat diajarkan, ada waktu untuk monitoring, dan peluang untuk pengembangan anggota tim.

  • Bagaimana Cara:

    1. Pilih orang yang tepat.

    2. Jelaskan tugas, hasil yang diinginkan, dan batas wewenang dengan jelas.

    3. Berikan sumber daya dan dukungan.

    4. Monitor kemajuan tanpa micromanage.

    5. Berikan umpan balik.



Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Selin Faradina -
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Jawaban:
Proses psikologis dalam perubahan besar melibatkan tahapan reaksi emosional dan adaptasi individu terhadap kondisi baru. Setiap orang melalui tahapan dalam proses perubahan dan reaksi terhadap perubahan, seperti:
- Ketidakpastian dan penolakan awal terhadap hal baru.
- Penyesuaian diri setelah memahami tujuan dan manfaat perubahan.
- Penerimaan dan komitmen ketika mulai merasakan dampak positif.

Pemimpin perlu membantu anggota tim melewati fase emosional ini dengan cara memberikan dukungan, komunikasi terbuka, dan rasa aman, agar mereka mampu beradaptasi secara psikologis terhadap perubahan besar.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Jawaban:
Untuk mengembangkan visi yang menarik, pemimpin harus:
- Mengartikulasikan masa depan yang lebih baik sehingga tim memahami alasan dan manfaat perubahan.
- Menyusun elemen visi yang realistis, inspiratif, dan selaras dengan nilai-nilai organisasi.
- Mengomunikasikan visi secara jelas dan konsisten agar menjadi pedoman dalam setiap keputusan dan tindakan.
Visi yang kuat berfungsi sebagai arah dan motivasi bersama, terutama saat organisasi menghadapi masa transisi dan ketidakpastian.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Jawaban:
Dengan langkah-langkahnya meliputi:
- Ciptakan rasa urgensi tentang perlunya perubahan.
- Komunikasikan visi yang jelas mengenai manfaat perubahan.
- Identifikasi pendukung dan penentang serta alasan mereka.
- Bangun koalisi luas untuk mendukung perubahan.
- Isi posisi kunci dengan agen perubahan yang kompeten.
- Berdayakan individu untuk membantu perencanaan dan implementasi.
- Persiapkan orang-orang untuk menghadapi stres dan kesulitan.
- Tunjukkan hasil awal dan pantau kemajuan.
- Terus berkomunikasi dan tunjukkan komitmen berkelanjutan.
Dengan langkah ini, perubahan besar dapat diterapkan secara terstruktur dan berkelanjutan.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Jawaban:
Dari bagian Empowering Leadership, pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan:
- Memberdayakan karyawan agar berani bereksperimen dan mengambil keputusan.
- Mendorong ide baru serta menyediakan sumber daya untuk merealisasikannya.
- Mengurangi hambatan birokratis agar proses inovasi lebih cepat.
- Menciptakan lingkungan psikologis yang aman (psychological empowerment) di mana karyawan merasa dihargai, dipercaya, dan bebas mengemukakan gagasan.
Pendekatan ini membuat organisasi lebih adaptif dan kreatif.

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Jawaban:
Bentuk Kepemimpinan Partisipatif:
- Autocratic Decision – Pemimpin memutuskan sendiri tanpa meminta pendapat bawahan.
- Consultation – Pemimpin meminta saran bawahan, lalu tetap mengambil keputusan sendiri.
- Joint Decision – Pemimpin dan bawahan berdiskusi dan membuat keputusan bersama.
- Delegation – Pemimpin memberi wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan untuk membuat keputusan dalam batas tertentu.

Pemberdayaan (Empowerment):
Berdasarkan Psychological Empowerment, pemberdayaan meliputi:
- Meaning: kesesuaian tugas dengan nilai pribadi.
- Self-determination: otonomi dalam pelaksanaan kerja.
- Self-efficacy: keyakinan atas kemampuan diri.
- Impact: pengaruh nyata terhadap hasil organisasi.

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?
Jawaban:
Manfaat Pendelegasian:
- Meningkatkan efisiensi pemimpin, karena beban kerja terbagi.
- Mendorong pengembangan kemampuan bawahan melalui pengalaman tanggung jawab baru.
- Meningkatkan motivasi dan rasa memiliki terhadap pekerjaan.

Risiko Pendelegasian:
- Tugas bisa tidak terlaksana dengan baik jika bawahan belum siap.
- Risiko kehilangan kontrol atau arah jika komunikasi dan batas wewenang tidak jelas.

Kapan dan Bagaimana Menggunakan Delegasi:
- Gunakan ketika bawahan memiliki kompetensi, kepercayaan, dan kesiapan tinggi.
- Jelaskan tujuan, batas wewenang, dan mekanisme pelaporan dengan jelas.
- Berikan dukungan, umpan balik, dan evaluasi berkala agar tanggung jawab dijalankan secara efektif.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Ledi Cahaya Sibuea 2421011027 -

Nama : Ledi Cahaya Sibuea 

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?

Proses psikologis dalam perubahan besar melibatkan beberapa tahapan emosional dan kognitif:

  • Kesadaran (Awareness): Individu menyadari perlunya perubahan, sering dipicu oleh masalah, krisis, atau peluang baru.
  • Penolakan (Resistance): Muncul reaksi emosional seperti takut, cemas, atau tidak nyaman karena ketidakpastian.
  • Eksplorasi (Exploration): Mulai mencari pemahaman dan strategi baru untuk menyesuaikan diri.
  • Penerimaan dan Komitmen (Commitment): Individu mulai menerima perubahan dan berkomitmen untuk mendukungnya.

Model umum seperti “Change Curve” (Kubler-Ross) atau Model Lewin (Unfreeze – Change – Refreeze) menggambarkan bahwa perubahan psikologis memerlukan waktu, dukungan sosial, dan kepemimpinan yang empatik.

 

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?

Mengembangkan visi yang menarik berarti menciptakan gambaran masa depan yang inspiratif, realistis, dan bermakna bagi anggota organisasi. Caranya:

  • Analisis kondisi saat ini: Pahami kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman organisasi (analisis SWOT).
  • Libatkan berbagai pihak: Ajak pemimpin dan anggota organisasi berdiskusi untuk memastikan visi mencerminkan aspirasi bersama.
  • Fokus pada nilai dan tujuan: Visi yang kuat mencerminkan nilai inti organisasi dan arah strategis yang ingin dicapai.
  • Gunakan bahasa yang inspiratif: Gunakan kata-kata yang emosional dan mudah diingat agar visi dapat memotivasi.
  • Komunikasikan secara konsisten: Pemimpin harus terus menyampaikan visi melalui tindakan dan komunikasi harian.

 

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?

Langkah-langkah umum berdasarkan teori Kotter’s 8-Step Model for Leading Change:

  1. Ciptakan urgensi: Jelaskan mengapa perubahan harus dilakukan sekarang.
  2. Bentuk koalisi kuat: Bentuk tim pemimpin perubahan.
  3. Kembangkan visi dan strategi perubahan.
  4. Komunikasikan visi secara luas.
  5. Hilangkan hambatan perubahan.
  6. Ciptakan kemenangan jangka pendek (short-term wins).
  7. Konsolidasikan hasil dan dorong perubahan lanjutan.
  8. Tanamkan perubahan dalam budaya organisasi.

Pemimpin harus menjadi teladan, memastikan komunikasi efektif, serta memberi dukungan dan pelatihan kepada anggota organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?

Pemimpin dapat mendorong pembelajaran dan inovasi dengan cara:

  • Membangun budaya belajar: Dorong rasa ingin tahu, eksperimen, dan refleksi atas kesalahan.
  • Memberi ruang aman (psychological safety): Karyawan berani berpendapat tanpa takut disalahkan.
  • Menyediakan sumber daya: Fasilitasi pelatihan, workshop, dan akses pada teknologi baru.
  • Menjadi role model: Pemimpin yang mau belajar dan berinovasi menginspirasi timnya.
  • Mendorong kolaborasi lintas departemen: Pertukaran ide antar tim memperkaya inovasi.
  • Menghargai kreativitas dan pembaruan: Beri penghargaan bagi ide-ide baru yang bermanfaat.

 

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!

Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan (empowerment leadership) menekankan keterlibatan bawahan dalam pengambilan keputusan serta pemberian kepercayaan dan tanggung jawab. Bentuk-bentuknya:

  • Consultative Leadership: Pemimpin meminta masukan dari bawahan sebelum mengambil keputusan.
  • Democratic Leadership: Keputusan diambil bersama secara kolektif.
  • Delegative (Laissez-Faire) Leadership: Pemimpin memberikan kebebasan penuh dalam pelaksanaan tugas.
  • Empowerment Leadership: Pemimpin memberi wewenang, sumber daya, dan dukungan agar bawahan mampu mengambil keputusan sendiri.
  • Shared Leadership: Tanggung jawab kepemimpinan dibagi antar anggota tim sesuai kompetensi masing-masing.

 

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.

Manfaat delegasi:

  • Meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja.
  • Mengembangkan keterampilan dan rasa tanggung jawab bawahan.
  • Memberi waktu bagi pemimpin untuk fokus pada hal strategis.
  • Meningkatkan motivasi dan kepercayaan antar anggota tim.

Risiko delegasi:

  • Tugas tidak dilaksanakan sesuai harapan.
  • Kurangnya kontrol dan pengawasan.
  • Risiko kesalahan jika bawahan tidak siap atau kurang kompeten.

Kapan dan bagaimana menggunakan delegasi:

  • Gunakan delegasi ketika bawahan memiliki kompetensi dan motivasi tinggi.
  • Jelaskan tujuan, batas wewenang, dan harapan dengan jelas.
  • Beri dukungan dan umpan balik berkala.
  • Hindari mendelegasikan tugas yang bersifat strategis atau rahasia tinggi.
  • Evaluasi hasil secara terbuka untuk meningkatkan kepercayaan dan pembelajaran.

 


Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Khairunnnisaa Khairunnisaa -
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Proses psikologis dalam perubahan besar melibatkan reaksi emosional seperti ketidakpastian, stres, dan penolakan. Individu biasanya melalui tahap penolakan, kebingungan, penerimaan, hingga akhirnya berkomitmen terhadap perubahan. Pemimpin berperan penting membantu karyawan menghadapi stres dan membangun rasa percaya diri agar siap beradaptasi dengan arah baru organisasi.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Visi yang menarik berfungsi sebagai panduan dan inspirasi bagi seluruh anggota organisasi. Pemimpin perlu menggambarkan masa depan yang lebih baik, realistis, dan bermakna sehingga dapat memotivasi semua pihak untuk berkomitmen. Visi yang jelas juga membantu menyatukan arah tindakan dan keputusan selama proses perubahan berlangsung.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Perubahan besar diterapkan melalui beberapa langkah penting, seperti menciptakan rasa urgensi, mengomunikasikan visi dengan jelas, membangun koalisi pendukung, serta memberdayakan agen perubahan yang kompeten. Pemimpin juga harus memantau kemajuan, memberi dukungan emosional, dan menunjukkan komitmen agar perubahan diterima secara positif oleh seluruh anggota organisasi.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Pemimpin dapat mendorong pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan budaya kerja yang terbuka terhadap ide baru, memberi otonomi dalam pengambilan keputusan, dan mendukung setiap upaya kreatif. Dukungan sumber daya, pengurangan hambatan birokratis, serta kepercayaan kepada karyawan menjadi kunci agar inovasi tumbuh secara berkelanjutan.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Kepemimpinan partisipatif memiliki empat bentuk utama, yaitu:
Autocratic decision – keputusan diambil sendiri oleh pemimpin.
Consultation – pemimpin meminta saran bawahan sebelum memutuskan.
Joint decision – keputusan dibuat bersama-sama.
Delegation – pemimpin memberikan wewenang dan tanggung jawab kepada bawahan.
Selain itu, pemberdayaan mencakup empat aspek utama: meaning (makna kerja), self-determination (otonomi), self-efficacy (keyakinan diri), dan impact (pengaruh terhadap hasil kerja).

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan serta bagaimana menggunakannya.
Pendelegasian bermanfaat untuk meningkatkan efisiensi, mengembangkan kemampuan bawahan, dan memperkuat motivasi kerja. Namun, risikonya meliputi kesalahan keputusan, konflik tanggung jawab, dan hilangnya kontrol pemimpin. Delegasi sebaiknya digunakan ketika bawahan memiliki kompetensi memadai, dengan batas wewenang yang jelas, serta diiringi pengawasan dan komunikasi yang terbuka.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Vindi Millenia Putri -
Izin menjawab bu
Vindi Milenia Putri_2421011006

1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Proses psikologis dalam menghadapi perubahan besar mencakup tahapan emosional dan kognitif yang memengaruhi bagaimana individu menerima, menolak, atau menyesuaikan diri terhadap perubahan.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Seorang pemimpin perlu memahami secara mendalam nilai-nilai, tujuan, dan arah strategis organisasi. Visi yang menarik bukan hanya menggambarkan kondisi ideal di masa depan, tetapi juga mampu memberikan inspirasi dan motivasi bagi seluruh anggota organisasi. Proses ini diawali dengan analisis lingkungan internal dan eksternal guna memahami kekuatan, kelemahan, peluang, serta tantangan yang dihadapi.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi memerlukan perencanaan yang matang, kepemimpinan yang kuat, dan partisipasi aktif dari seluruh anggota.
Langkah yang harus dilakukan :
- Membangun kesadaran dan urgensi akan pentingnya perubahan, agar seluruh anggota memahami alasan dan tujuan di balik transformasi
- Pemimpin perlu membentuk tim atau koalisi pendukung perubahan yang memiliki kredibilitas dan pengaruh untuk membantu menggerakkan proses perubahan.
- Menyusun visi dan strategi perubahan yang jelas, serta mengkomunikasikannya secara terbuka dan berulang agar dipahami oleh semua pihak
- Perubahan harus diperkuat dan diintegrasikan ke dalam budaya organisasi, agar hasilnya bersifat berkelanjutan dan menjadi bagian dari cara kerja baru.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dalam organisasi dengan menciptakan lingkungan kerja yang mendorong keterbukaan, kreativitas, dan keberanian untuk mencoba hal baru. Pemimpin perlu menjadi teladan pembelajar, yaitu menunjukkan sikap terbuka terhadap ide, kritik, dan pengalaman baru. Mereka juga dapat membangun budaya pembelajaran berkelanjutan dengan menyediakan pelatihan, workshop, dan kesempatan pengembangan diri bagi karyawan. Pemimpin perlu menciptakan iklim psikologis yang aman (psychological safety), di mana anggota organisasi merasa bebas untuk berpendapat, bereksperimen, dan belajar dari kesalahan tanpa rasa takut.

5. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan merupakan gaya kepemimpinan yang menekankan keterlibatan aktif anggota organisasi dalam proses pengambilan keputusan dan pelaksanaan tugas.
- Kepemimpinan konsultatif (consultative leadership), di mana pemimpin meminta masukan atau pendapat dari bawahan sebelum mengambil keputusan akhir, sehingga mereka merasa dihargai dan dilibatkan.
- Kepemimpinan demokratis (democratic leadership), di mana keputusan diambil bersama berdasarkan musyawarah atau kesepakatan kelompok, sehingga meningkatkan rasa tanggung jawab kolektif.
- Kepemimpinan kolaboratif (collaborative leadership), yang menekankan kerja sama dan sinergi antar anggota tim untuk mencapai tujuan bersama melalui komunikasi terbuka dan saling percaya
- Kepemimpinan pemberdayaan (empowering leadership), yaitu ketika pemimpin memberikan wewenang, kepercayaan, serta otonomi kepada karyawan untuk mengambil keputusan dan bertanggung jawab atas pekerjaannya.

6. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi?
Pendelegasian merupakan proses pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dari seorang pemimpin kepada bawahan untuk melaksanakan tugas tertentu. Tindakan ini memiliki sejumlah manfaat, antara lain meningkatkan efisiensi kerja karena pemimpin dapat fokus pada hal-hal strategis, sementara bawahan mengerjakan tugas operasional. pendelegasian juga mengembangkan keterampilan, kemandirian, dan rasa tanggung jawab bawahan, serta meningkatkan motivasi karena mereka merasa dipercaya dan dihargai. Namun, pendelegasian juga memiliki risiko, seperti kemungkinan terjadinya kesalahan jika bawahan kurang kompeten, kurangnya pengawasan dapat menurunkan kualitas hasil kerja, serta potensi kehilangan kendali dari pihak pemimpin jika wewenang diberikan secara berlebihan.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh ELIYA AGUSTINA -
Izin menjawab ibu,
Eliya Agustina_2421011036

1. Proses psikologis dalam membuat perubahan besar
Perubahan besar melibatkan tiga proses utama:
a. Unfreezing, yaitu mengganggu pola lama dan menumbuhkan kesadaran akan perlunya perubahan.
b. Changing, yaitu mengadopsi perilaku atau pola pikir baru melalui pembelajaran dan pengalaman.
c. Refreezing, yaitu menstabilkan perubahan agar menjadi bagian dari budaya organisasi.
Pemimpin perlu menumbuhkan motivasi, kepercayaan, dan rasa aman psikologis agar orang mau berubah.

2. Mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi
Visi yang menarik harus jelas, inspiratif, realistis, dan berorientasi pada nilai-nilai bersama.
Pemimpin mengembangkannya melalui analisis lingkungan, refleksi terhadap nilai inti, dan komunikasi yang meyakinkan agar seluruh anggota merasa terlibat dan termotivasi.

3. Cara menerapkan perubahan besar dalam organisasi
Langkah-langkah penting menurut Yukl antara lain:
1) Membangun rasa urgensi dan dukungan dari pihak berpengaruh,
2) Menciptakan visi dan strategi perubahan,
3) Mengkomunikasikan visi secara konsisten,
4) Memberdayakan karyawan dan menghapus hambatan,
5) Menunjukkan hasil jangka pendek,
6) Menanamkan perubahan ke dalam budaya organisasi.
Pemimpin harus menjadi teladan dan menjaga komunikasi serta dukungan emosional.

4. Cara pemimpin meningkatkan pembelajaran dan inovasi
Pemimpin dapat menciptakan budaya belajar dengan memberi ruang untuk eksperimen, memberikan umpan balik yang membangun, mendorong kolaborasi lintas tim, serta menghargai ide-ide baru.
Tujuannya adalah membangun rasa aman psikologis agar orang berani mencoba hal baru dan terus belajar.

5. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan
Menurut Yukl, bentuknya mencakup:
a. Konsultasi, yaitu meminta masukan sebelum mengambil keputusan.
b. Joint decision making, yaitu keputusan dibuat bersama anggota.
c. Delegasi, yaitu memberi wewenang penuh kepada bawahan.
d. Pemberdayaan (empowerment), yaitu memberikan otonomi, kepercayaan, dan sumber daya agar karyawan merasa memiliki tanggung jawab atas hasil kerja.

6. Potensi manfaat dan risiko pendelegasian serta kapan dan bagaimana menggunakannya
Manfaat delegasi antara lain meningkatkan motivasi, rasa percaya diri, dan pengembangan bawahan, serta menghemat waktu pemimpin.
Risikonya adalah keputusan yang salah jika bawahan belum siap atau kehilangan kendali koordinasi.
Delegasi sebaiknya digunakan ketika bawahan kompeten dan dapat dipercaya, dengan tujuan yang jelas, batas wewenang tertentu, serta pemantauan dan umpan balik yang cukup.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Taufan Al Amin -
Ijin menjawab Bu

1. Proses psikologis perubahan besar melibatkan beberapa tahapan penting, antara lain: Kesadaran (Awareness), Motivasi Motivation), Resistensi (Resistance), Adaptasi (Adaptation), Internalisasi (Internalization)

2. Cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi Visi yang menarik harus:
- Inspiratif: Memberikan arah jangka panjang yang membangkitkan semangat.
- Jelas dan singkat: Mudah dipahami dan diingat oleh semua pihak.
- Relevan: Menggambarkan tujuan masa depan yang sesuai dengan nilai dan kapasitas organisasi.
- Kredibel: Dapat dipercaya dan realistis dicapai.
- Melibatkan partisipasi: Proses pengembangannya sebaiknya melibatkan berbagai level organisasi agar memiliki rasa kepemilikan (ownership).

3. Cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi diperlukan pendekatan sistematis, seperti model 8 langkah Kotter, yaitu:
a. Ciptakan sense of urgency.
b. Bangun koalisi pendukung perubahan.
c. Kembangkan visi dan strategi perubahan.
d. Komunikasikan visi perubahan.
e. Hilangkan hambatan dan beri wewenang untuk bertindak.
f. Ciptakan kemenangan jangka pendek.
g. Konsolidasikan hasil dan teruskan perubahan.
h. Menetapkan perubahan sebagai budaya organisasi

4. Para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi melalui:
a. Menciptakan budaya belajar: Mendorong eksperimen, diskusi terbuka, dan toleransi terhadap kesalahan.
b. Mendukung pelatihan dan pengembangan: Memberi akses terhadap pelatihan, mentoring, dan rotasi kerja.
c. Memberi ruang otonomi: Karyawan diberi kebebasan untuk mencoba ide baru tanpa takut dihukum jika gagal.
d. Menggunakan refleksi dan evaluasi: Belajar dari proyek sebelumnya untuk peningkatan berkelanjutan.
e. Membangun jaringan eksternal: Mengadopsi ide dari mitra, pelanggan, atau pesaing untuk inovasi.

5. Bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan adalah sebagai berikut:
a. Kepemimpinan partisipatif melibatkan anggota tim dalam pengambilan keputusan. Bentuknya meliputi:
- Consultative leadership: Pemimpin meminta masukan sebelum mengambil keputusan.
- Democratic leadership: Keputusan diambil bersama melalui konsensus atau voting.
- Collaborative leadership: Pemimpin dan bawahan bekerja sama dalam seluruh proses manajerial.
b. Pemberdayaan (empowerment) meliputi:
- Struktural: Memberi wewenang dan tanggung jawab nyata kepada karyawan.
- Psikologis: Membangun rasa percaya diri, kompetensi, dan makna kerja.
- Hasilnya adalah peningkatan motivasi, kreativitas, dan komitmen terhadap organisasi.

6. Manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi adalah sebagai berikut::
Manfaat pendelegasian:
a. Meningkatkan efisiensi kerja manajer.
- Mengembangkan kompetensi bawahan.
- Meningkatkan motivasi dan rasa tanggung jawab.
- Mempercepat pengambilan keputusan operasional.
b. Risiko pendelegasian:
- Kesalahan akibat kurangnya pemahaman bawahan.
- Hilangnya kontrol jika pengawasan lemah.
- Potensi konflik atau ketidaksesuaian hasil.
c. Kapan dan bagaimana menggunakan delegasi:
- Gunakan ketika bawahan memiliki kompetensi dan kepercayaan tinggi.
- Pastikan tujuan dan batas kewenangan jelas.
- Beri dukungan, sumber daya, dan umpan balik.
- Lakukan evaluasi berkala untuk memastikan akuntabilitas.
Sebagai balasan Dr. NOVA MARDIANA, S.E., M.M.

Re: EVALUASI SESI 10

oleh Beni Yusuf -
Beni Yusuf _ 2421011031
1. Bagaimana proses psikologis yang terlibat dalam membuat perubahan besar?
Jawaban: 

Perubahan besar dalam organisasi tidak hanya bersifat struktural tetapi juga psikologis, karena menyentuh sisi emosi, kebiasaan, dan rasa aman individu. Pengelolaan perubahan yang efektif di organisasi harus memperhitungkan 4 tahapan dengan memberikan komunikasi yang jelas, yaitu dukungan emosional, ruang bagi ekspresi perasaan, serta pelatihan yang memadai agar individu bisa melewati tahap penolakan dan resistensi menuju penerimaan dan komitmen. Pendekatan psikologis yang melibatkan kepemimpinan transformasional sangat penting untuk menginspirasi dan memotivasi karyawan dalam proses ini. Proses psikologis ini biasanya melewati empat tahapan utama yang penting untuk dipahami dan dikelola dengan baik:
Shock dan Denial (Kaget dan Penolakan)
Pada tahap awal ini, individu mengalami rasa kaget, kebingungan, dan penolakan terhadap perubahan. Emosi seperti takut, marah, dan kebingungan muncul karena perubahan dianggap mengancam zona nyaman dan stabilitas psikologis. Individu belum siap menerima realitas perubahan, sehingga cenderung menyangkal atau menolak.
Anger and Resistance (Kemarahaan dan Perlawanan)
Setelah tahap denial, muncul kemarahan, frustrasi, dan perlawanan aktif terhadap perubahan. Individu mulai menyadari ancaman yang dirasakan, namun masih belum bisa beradaptasi sehingga muncul berbagai perilaku resistensi. Pada tahap ini, kecemasan akan kehilangan kontrol dan rasa aman masih sangat dominan.
Exploration and Acceptance (Eksplorasi dan Penerimaan)
Individu mulai mulai menerima realitas baru dan mulai mengeksplorasi cara agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Mulai muncul kesiapan untuk belajar hal baru, mencoba perilaku yang berbeda, dan membuka diri terhadap visi serta strategi baru organisasi. Komitmen mulai terbentuk ketika individu melihat manfaat yang bisa didapat dari perubahan.
Commitment and Integration (Komitmen dan Integrasi)
Pada tahap akhir ini, individu sepenuhnya menerima dan menginternalisasi perubahan. Perilaku dan kebiasaan baru mulai menjadi bagian dari aktivitas sehari-hari. Identitas baru yang sesuai dengan perubahan organisasi terbentuk sehingga perubahan dapat berjalan berkelanjutan dan menjadi budaya dalam organisasi.

2. Bagaimana memahami cara mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi?
Jawaban:
Mengembangkan visi yang menarik bagi organisasi mensyaratkan visi tersebut harus bersifat inspiratif dan strategis, mampu mengkomunikasikan tujuan yang menantang sekaligus realistis. Visi harus menyatu dengan identitas organisasi dan memotivasi anggota agar terlibat aktif dalam pencapaian tujuan tersebut. Pemimpin harus melibatkan karyawan dalam proses pengembangan visi agar menciptakan rasa kepemilikan dan semangat kolektif, yang kemudian diterjemahkan dalam tindakan nyata dalam organisasi.

3. Bagaimana cara menerapkan perubahan besar dalam suatu organisasi?
Jawaban:
Penerapan perubahan besar memerlukan strategi sistematis, dimulai dengan membangun kesadaran akan urgensi perubahan, diikuti dengan membentuk tim koordinasi yang kuat dan menyusun visi serta rencana implementasi yang jelas. Pelaksanaan harus didukung proses pelatihan dan komunikasi yang intensif agar seluruh anggota organisasi memahami peran dan tanggung jawabnya. Evaluasi dan penguatan budaya baru menjadi tahap akhir untuk memastikan keberlanjutan perubahan serta mengatasi hambatan berupa resistensi yang muncul selama proses.

4. Bagaimana para pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi?
Jawaban:
Pemimpin dapat meningkatkan pembelajaran dan inovasi dengan menciptakan lingkungan yang terbuka terhadap ide-ide baru, menyediakan media dan pelatihan yang mendukung pengembangan kompetensi, serta mendorong kolaborasi antar anggota tim. Praktik pemimpin transformasional juga sangat efektif dalam hal ini karena mampu menginspirasi dan meningkatkan motivasi karyawan untuk terus belajar dan berinovasi demi kemajuan organisasi.

6. Jelaskan berbagai bentuk kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan!
Jawaban:
Kepemimpinan partisipatif dan pemberdayaan ditandai dengan keterlibatan anggota organisasi dalam pengambilan keputusan melalui komunikasi dua arah yang terbuka. Pemimpin memberikan ruang bagi bawahannya untuk berkontribusi secara aktif, mempercayai kemampuan mereka, serta mendorong kerja sama tim yang produktif. Model ini meningkatkan motivasi dan komitmen anggota karena mereka merasa dihargai dan memiliki peran penting dalam organisasi.

7. Jelaskan potensi manfaat dan risiko pendelegasian dan kapan dan bagaimana menggunakan delegasi.?
Jawaban:
Pendelegasian memiliki manfaat seperti peningkatan efisiensi dan produktivitas dengan optimasi penggunaan waktu dan sumber daya, serta pengambilan keputusan yang lebih cepat oleh karyawan yang paham situasi di lapangan. Risiko pendelegasian dapat berupa kehilangan kontrol jika tidak diikuti pengawasan, atau salah delegasi yang bisa menurunkan kualitas hasil. Delegasi sebaiknya digunakan saat tugas dapat dipercayakan pada bawahan dengan kompetensi memadai dan saat prioritas pemimpin harus dialihkan ke tugas strategis yang lebih penting.