Aurelia Udella Gitayani
2521011006
- Pengembangan berkaitan erat dengan pelatihan dan karier karena ketiganya saling mendukung dalam membangun kualitas dan kemajuan karyawan.
• Pelatihan (training) bertujuan meningkatkan keterampilan dan pengetahuan untuk menjalankan pekerjaan saat ini secara efektif.
• Pengembangan (development) berfokus pada peningkatan potensi, sikap, dan kemampuan jangka panjang agar karyawan siap menghadapi tanggung jawab yang lebih besar di masa depan.
• Karier (career) merupakan arah dan tujuan jangka panjang dari perjalanan profesional karyawan.
Dengan demikian, pelatihan menjadi bagian dari proses pengembangan, dan pengembangan menjadi dasar bagi kemajuan karier. Ketika pelatihan dan pengembangan dijalankan secara terencana, karyawan dapat tumbuh secara profesional, dan organisasi memperoleh sumber daya manusia yang siap menghadapi tantangan masa depan.
2. Untuk mengidentifikasi metode yang digunakan organisasi dalam pengembangan karyawan, perlu dilakukan analisis terhadap kebijakan, program, dan praktik SDM yang diterapkan. Langkah-langkahnya meliputi:
1). Meninjau dokumen dan kebijakan SDM – seperti rencana pelatihan, program pengembangan kepemimpinan, dan kebijakan karier.
2). Melakukan wawancara atau survei kepada manajer dan karyawan untuk mengetahui bentuk kegiatan pengembangan yang dijalankan (misalnya coaching, mentoring, rotasi jabatan, atau pelatihan formal).
3). Menganalisis data pelatihan dan kinerja karyawan untuk melihat hubungan antara program pengembangan dan peningkatan kompetensi.
4). Mengamati praktik kerja di lapangan, seperti pembelajaran on-the-job, proyek tim lintas fungsi, atau evaluasi kinerja yang disertai umpan balik.
5). Mengevaluasi kesesuaian metode dengan tujuan organisasi, apakah pengembangan difokuskan pada keterampilan teknis, soft skills, kepemimpinan, atau persiapan suksesi.
Jadi, Metode pengembangan karyawan dapat diidentifikasi melalui kombinasi analisis kebijakan, observasi praktik, dan evaluasi hasil, sehingga organisasi mengetahui strategi pengembangan apa yang paling efektif dan relevan dengan kebutuhan bisnisnya.
3.Organisasi menggunakan asesmen kepribadian, perilaku kerja, dan kinerja pekerjaan sebagai dasar untuk merancang program pengembangan karyawan yang tepat dan terarah. Berikut penjelasan terkait ketiga asesmen tersebut:
1). Asesmen Tipe Kepribadian
Digunakan untuk memahami gaya berpikir, komunikasi, dan motivasi individu.
➜ Hasilnya membantu organisasi menempatkan karyawan pada posisi yang sesuai dan menentukan pendekatan pengembangan yang efektif (misalnya, apakah lebih cocok melalui mentoring, coaching, atau teamwork).
2). Asesmen Perilaku Kerja
Menilai bagaimana karyawan bertindak dalam situasi kerja, seperti kemampuan kolaborasi, kepemimpinan, disiplin, dan etika kerja.
➜ Informasi ini membantu menentukan keterampilan perilaku (soft skills) yang perlu dikembangkan untuk mendukung efektivitas kerja tim dan budaya organisasi.
3). Asesmen Kinerja Pekerjaan
Mengukur hasil dan kontribusi kerja terhadap target organisasi.
➜ Dari hasil penilaian ini, perusahaan dapat mengidentifikasi kesenjangan kompetensi (skill gap)dan menyusun program pelatihan atau pengembangan karier yang relevan.:
Jadi dengan menggabungkan ketiga asesmen tersebut, organisasi dapat merencanakan pengembangan karyawan secara individual dan strategis — menempatkan orang yang tepat di posisi yang tepat, meningkatkan kompetensi yang dibutuhkan, serta menyiapkan karyawan untuk pertumbuhan karier dan peran masa depan.
4. Pengalaman kerja merupakan sarana pembelajaran langsung yang sangat efektif untuk mengembangkan keterampilan karyawan, karena memungkinkan individu belajar melalui praktik nyata di tempat kerja.
Berikut cara pengalaman kerja membantu pengembangan keterampilan
1). Learning by doing (belajar dengan melakukan)
Karyawan memperoleh keterampilan teknis dan problem-solving melalui keterlibatan langsung dalam tugas sehari-hari.
2). Rotasi dan perluasan pekerjaan (job rotation & job enlargement)
Dengan berpindah ke berbagai posisi atau tanggung jawab baru, karyawan mengembangkan pemahaman lintas fungsi dan kemampuan adaptasi.
3.) Proyek dan penugasan khusus (special assignments)
Memberi kesempatan untuk mengasah keterampilan kepemimpinan, komunikasi, dan manajemen waktu dalam situasi nyata.
4). Umpan balik dan refleksi kerja
Evaluasi dari atasan dan rekan kerja membantu karyawan menyadari kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan, sehingga pembelajaran menjadi berkelanjutan.
5. Program mentoring yang sukses didasarkan pada beberapa prinsip utama yang memastikan hubungan antara mentor dan mentee berjalan efektif dan menghasilkan perkembangan nyata.
Berikut prinsip-prinsip utamanya :
1). Tujuan yang jelas
Program harus memiliki sasaran yang terukur, seperti pengembangan karier, peningkatan kompetensi, atau persiapan kepemimpinan.
2). Kesesuaian pasangan mentor–mentee
Pemilihan pasangan harus mempertimbangkan kecocokan nilai, pengalaman, dan gaya komunikasi agar hubungan berjalan harmonis dan produktif.
3). Komitmen kedua pihak
Mentor dan mentee perlu memiliki komitmen waktu, kepercayaan, dan keterbukaan untuk berbagi pengalaman serta menerima masukan.
4). Struktur dan dukungan organisasi
Program perlu didukung dengan pedoman, jadwal pertemuan, dan evaluasi berkala agar proses mentoring berjalan terarah.
5). Komunikasi yang terbuka dan saling menghormati
Hubungan mentoring harus dibangun atas dasar kepercayaan, empati, dan kerahasiaan, sehingga mentee merasa aman untuk belajar dan berkembang.
6). Evaluasi dan tindak lanjut
Keberhasilan mentoring dievaluasi melalui pencapaian tujuan pengembangan dan umpan balikdari kedua pihak untuk perbaikan berkelanjutan.
6. Manajer dan rekan kerja dapat mengembangkan karyawan melalui coaching dengan cara menjadi pembimbing yang aktif dalam membantu karyawan menemukan potensi terbaiknya melalui umpan balik, arahan, dan refleksi diri.
Berikut cara penerapannya:
1). Memberikan umpan balik konstruktif
Manajer membantu karyawan memahami kekuatan dan area yang perlu ditingkatkan dengan cara yang positif dan membangun.
2). Mendorong refleksi dan pemecahan masalah mandiri
Dalam coaching, manajer tidak langsung memberi solusi, tetapi mengajukan pertanyaan pemicuagar karyawan berpikir kritis dan menemukan jawabannya sendiri.
3). Menetapkan tujuan yang jelas dan terukur
Coach membantu karyawan menetapkan tujuan pengembangan pribadi atau kinerja, serta memantau kemajuannya secara berkala.
4). Mendukung dan memotivasi
Manajer dan rekan kerja berperan sebagai pendukung (support system) yang memberi dorongan moral agar karyawan percaya diri dan terus berkembang.
5). Membangun hubungan berbasis kepercayaan
Coaching efektif jika ada komunikasi terbuka, rasa aman, dan saling menghormati, sehingga karyawan nyaman menerima bimbingan.
Jadi , Melalui coaching, manajer dan rekan kerja berperan sebagai fasilitator pembelajaran, bukan pengajar. Tujuannya adalah membantu karyawan meningkatkan kinerja, mengembangkan potensi, dan mencapai tujuan kariernya melalui dialog, umpan balik, dan pendampingan berkelanjutan.
7.Untuk mengidentifikasi langkah-langkah dalam proses manajemen karier, organisasi perlu memahami bahwa manajemen karier adalah proses terencana untuk membantu karyawan mengenali, mengembangkan, dan mencapai tujuan kariernya sesuai kebutuhan organisasi.
Berikut langkah-langkah utamanya:
1). Perencanaan Diri (Self-Assessment)
Karyawan menilai minat, nilai, keterampilan, dan kepribadiannya untuk memahami arah karier yang sesuai.
2). Penetapan Tujuan Karier (Career Goal Setting)
Menentukan tujuan jangka pendek dan jangka panjang berdasarkan hasil penilaian diri dan peluang yang tersedia di organisasi.
3). Perencanaan dan Pengembangan (Career Planning & Development)
Menyusun rencana tindakan untuk mencapai tujuan karier melalui pelatihan, mentoring, rotasi jabatan, atau proyek pengembangan.
4). Implementasi Karier (Career Implementation)
Karyawan melaksanakan rencana pengembangan dengan dukungan organisasi, misalnya melalui coaching, evaluasi kinerja, dan peluang promosi.
5). Umpan Balik dan Evaluasi (Feedback & Evaluation)
Menilai kemajuan karier, mengevaluasi hasil pengembangan, dan melakukan penyesuaian terhadap tujuan atau strategi karier bila diperlukan.
Jadi, Langkah-langkah manajemen karier meliputi penilaian diri, penetapan tujuan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Proses ini membantu karyawan mengembangkan karier secara terarah, sekaligus memastikan organisasi memiliki talenta yang siap untuk posisi strategis di masa depan.
8.Organisasi dapat menghadapi tantangan seperti glass ceiling, perencanaan suksesi, dan manajer disfungsional dengan menerapkan kebijakan pengembangan SDM yang transparan, inklusif, dan berbasis kompetensi.
Berikut penjelasannya:
1). Mengatasi Glass Ceiling
• Membangun budaya kerja inklusif yang memberikan kesempatan setara bagi semua karyawan tanpa diskriminasi gender, usia, atau latar belakang.
• Menerapkan sistem promosi dan penilaian berbasis kinerja dan kompetensi, bukan senioritas atau bias pribadi.
• Mengembangkan program mentoring dan kepemimpinan untuk membantu kelompok yang kurang terwakili naik ke posisi strategis.
2). Perencanaan Suksesi (Succession Planning)
• Melakukan identifikasi dan pengembangan talenta potensial sejak dini melalui talent mapping dan pelatihan kepemimpinan.
• Menyusun rencana suksesi yang sistematis, agar posisi penting selalu siap diisi oleh kandidat internal yang kompeten.
• Menyediakan coaching dan rotasi jabatan untuk memperluas pengalaman calon pemimpin.
3). Menghadapi Manajer Disfungsional
• Melakukan evaluasi kinerja kepemimpinan secara rutin, termasuk umpan balik dari bawahan (360° feedback).
• Memberikan pelatihan kepemimpinan dan komunikasi interpersonal untuk memperbaiki gaya manajemen yang tidak efektif.
• Jika tidak ada perubahan, ambil tindakan tegas melalui pembinaan atau restrukturisasi posisi agar tidak merusak moral tim.
Jadi, Dengan membangun sistem SDM yang adil, berorientasi pengembangan, dan berfokus pada kepemimpinan efektif, organisasi dapat mengatasi hambatan glass ceiling, memastikan keberlanjutan melalui suksesi yang terencana, serta meminimalkan dampak negatif dari manajer disfungsional.