Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

Number of replies: 55

Seluruh mahasiswa disilahkan untuk berikan pertanyaan dan tanggapan terkait peresentasi kelompok :

Bab 11 – Writing Persuasive Messages

**NAMA_NPM_PERTANYAAN/TANGGAPAN

Seluruh anggota kelompok yg presentasi disilahkan untuk memberikan jawaban dan tanggapan atas semua feedback.



In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Syabita Salwa Azzahra_ 2411011017 -
NAMA: SYABITA SALWA AZZAHRA
NPM: 2411011017

Jadi, dijaman sekarang tren di media sosial cepat banget berubah misalnya hari ini viral, besok sudah lewat. Jadi, menurut kalian, bagaimana cara perusahaan bisa terus mengikuti perubahan itu dan menyesuaikan pesan pemasarannya supaya tetap nyambung dengan audiens?

Terimakasih
In reply to Syabita Salwa Azzahra_ 2411011017

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Melia Agustriani_2411011059 -
Nama : Melia Agustriani
NPM : 2411011059

Izin menjawab pertanyaan dari Syabita.
Di zaman sekarang, tren di media sosial memang berubah dengan sangat cepat — sesuatu yang viral hari ini bisa saja hilang besok. Karena itu, perusahaan perlu memiliki strategi komunikasi yang adaptif, kreatif, dan berbasis pemahaman terhadap perilaku audiens. Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah memantau tren secara rutin melalui social listening tools atau analisis media sosial, agar perusahaan tahu topik, gaya bahasa, dan jenis konten yang sedang banyak dibicarakan masyarakat. Dengan memahami tren ini, perusahaan dapat menyesuaikan pesan pemasarannya agar tetap relevan dan terasa “nyambung” dengan audiens.

Selain itu, perusahaan perlu memiliki tim kreatif yang responsif, mampu menciptakan ide dan konten baru dengan cepat tanpa kehilangan arah dari identitas merek. Artinya, meskipun mengikuti tren, pesan yang dibawa tetap mencerminkan nilai dan karakter perusahaan. Misalnya, sebuah brand yang terkenal dengan gaya humor tetap bisa mengikuti tren, tapi tetap menjaga batas agar tidak keluar dari citra mereknya.

Tidak kalah penting, perusahaan juga bisa melibatkan audiens secara langsung — seperti melalui user-generated content, challenge, atau kolaborasi dengan influencer — agar audiens merasa menjadi bagian dari tren tersebut. Dengan begitu, pesan pemasaran tidak hanya mengikuti arus, tapi juga membangun interaksi dua arah yang memperkuat hubungan dengan konsumen.

Jadi, kuncinya bukan hanya cepat menyesuaikan diri dengan tren, tetapi juga menjaga relevansi dan konsistensi identitas merek agar perusahaan tetap dipercaya dan diingat oleh audiens meskipun tren terus berubah.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Ni Made Krisnanda Satyawat_2451011014 -
Ni Made Krisnanda Satyawati_2451011014_Pertanyaan 

Menurut kalian, apakah penggunaaan pesan persuasif dalam komunikasi bisnis selalu efektif atau justru akan menimbulkan resistensi jika tidak sesuai dengan karakter audiens? Mengapa?
In reply to Ni Made Krisnanda Satyawat_2451011014

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Melia Agustriani_2411011059 -
Nama : Melia Agustriani
NPM : 2411011059

Izin menjawab pertanyaan dari Ni Made.
Penggunaan pesan persuasif dalam komunikasi bisnis tidak selalu efektif, karena keberhasilannya sangat bergantung pada kesesuaian pesan dengan karakter dan kebutuhan audiens. Jika pesan persuasif disusun dengan memahami latar belakang, nilai, serta motivasi audiens, maka pesan tersebut bisa sangat efektif untuk membangun kepercayaan, memengaruhi keputusan, dan mendorong tindakan yang diinginkan.

Namun, jika pesan persuasif tidak sesuai dengan karakter audiens — misalnya terlalu memaksa, tidak relevan dengan kebutuhan, atau terkesan manipulatif — maka justru dapat menimbulkan resistensi atau penolakan. Audiens masa kini, terutama di era digital, cenderung lebih kritis dan mampu mengenali niat tersembunyi di balik sebuah pesan. Ketika mereka merasa sedang “dijual” atau dipengaruhi secara tidak jujur, maka kepercayaan terhadap komunikator maupun merek bisa menurun.

Oleh karena itu, pesan persuasif harus dibangun dengan pendekatan yang empatik dan etis. Komunikator perlu memahami siapa audiensnya, apa nilai yang mereka pegang, serta gaya komunikasi yang mereka sukai. Pesan yang jujur, relevan, dan menyentuh kebutuhan emosional maupun rasional audiens akan lebih mudah diterima tanpa menimbulkan resistensi.

Jadi, pesan persuasif bisa sangat efektif jika disampaikan dengan memahami karakter audiens, tetapi bisa menjadi bumerang jika digunakan tanpa empati dan tanpa mempertimbangkan konteks psikologis penerimanya.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Taruna Sejati -
Taruna Sejati
2311011094
Bagaimana cara membangun kredibilitas dalam pesan persuasif?
In reply to Taruna Sejati

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Melia Agustriani_2411011059 -
Nama : Melia Agustriani
NPM : 2411011059

Izin menjawab pertanyaan.
Membangun kredibilitas dalam pesan persuasif sangat penting karena kredibilitas menentukan sejauh mana audiens percaya dan menerima pesan yang disampaikan.
Untuk membangun kredibilitas, ada beberapa cara yang dapat dilakukan:

• Tunjukkan keahlian dan pengetahuan yang relevan.
Komunikator harus memahami dengan baik topik yang dibahas dan mampu memberikan data, fakta, serta argumen logis yang mendukung pesan. Hal ini menunjukkan bahwa komunikator kompeten dan dapat dipercaya.

• Jaga kejujuran dan transparansi.
Audiens akan lebih percaya pada pesan yang disampaikan secara terbuka tanpa manipulasi. Menyampaikan informasi secara jujur, termasuk mengakui keterbatasan, justru meningkatkan kredibilitas.

• Bangun hubungan emosional dan empati dengan audiens.
Dengan menunjukkan perhatian terhadap kebutuhan dan pandangan audiens, komunikator dianggap memiliki itikad baik (goodwill) sehingga pesan lebih mudah diterima.

• Konsisten dalam ucapan dan tindakan.
Kredibilitas tidak hanya dibangun dari satu pesan, tetapi dari reputasi dan konsistensi perilaku. Ketidaksesuaian antara kata dan perbuatan dapat merusak kepercayaan audiens.

• Gunakan gaya komunikasi yang etis dan profesional.
Bahasa yang sopan, sikap terbuka terhadap kritik, dan penyampaian yang menghargai audiens menunjukkan integritas dan meningkatkan kepercayaan.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut, komunikator dapat menciptakan pesan persuasif yang tidak hanya meyakinkan, tetapi juga diterima dengan kepercayaan penuh oleh audiens.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Achmad Radit_2411011002 -
Achmad Radit Sitepu
2411011002

tadi sudah dijelaskan prinsip etika dalam persuasi, berikan contoh nyata penerapan prinsip etika dalam perusahaan kepada penjual?
In reply to Achmad Radit_2411011002

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Melia Agustriani_2411011059 -
Nama : Melia Agustriani
NPM : 2411011059

Izin menjawab pertanyaan dari Radit.
Penerapan prinsip etika dalam persuasi di perusahaan dapat terlihat dari cara perusahaan melatih dan mengarahkan para penjualnya agar tidak hanya berfokus pada keuntungan, tetapi juga menjaga kejujuran, kepercayaan, dan kepuasan pelanggan.

Contohnya, perusahaan seperti Toyota menerapkan prinsip etika dengan melatih tenaga penjual untuk memberikan informasi yang jujur dan transparan tentang produk, termasuk kelebihan dan kekurangannya. Mereka tidak diperbolehkan menipu pelanggan dengan janji berlebihan hanya demi menutup penjualan. Pendekatan ini menunjukkan penerapan ethos — yaitu kejujuran dan integritas sebagai dasar dalam membangun kepercayaan jangka panjang.

Contoh lain bisa dilihat pada perusahaan seperti Wardah, yang selalu menekankan nilai kejujuran dan tanggung jawab sosial dalam kegiatan promosi dan penjualan. Penjual Wardah tidak hanya meyakinkan pelanggan dengan kata-kata manis, tetapi juga memberikan edukasi tentang produk yang halal, aman, dan sesuai kebutuhan konsumen. Dengan begitu, pesan persuasif mereka tidak memanipulasi, tetapi justru membangun hubungan kepercayaan antara penjual dan pelanggan.

Jadi, penerapan etika dalam persuasi berarti menjaga keseimbangan antara tujuan bisnis dan nilai moral, di mana penjual tidak hanya “membujuk untuk membeli,” tetapi juga memastikan pelanggan merasa dihargai, dihormati, dan mendapatkan manfaat nyata dari produk yang ditawarkan.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Ni Nyoman Mutiara Sawitri_2411011028 -
Nama : Ni Nyoman Mutiara S
NPM : 2411011028

Bagaimana sistem AIDA ini dapat menyesuaikan diri dengan perilaku konsumen modern yang cenderung tidak linear dalam proses pembelian?
In reply to Ni Nyoman Mutiara Sawitri_2411011028

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Melia Agustriani_2411011059 -
Nama : Melia Agustriani
NPM : 2411011059

Sistem AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) pada awalnya menggambarkan proses pembelian konsumen yang bersifat linear, yaitu dimulai dari menarik perhatian hingga melakukan tindakan pembelian. Namun, perilaku konsumen modern saat ini tidak lagi mengikuti pola linear karena mereka memiliki akses informasi yang luas, terhubung melalui media sosial, dan seringkali melakukan proses pembelian dengan cara yang lebih dinamis.

Untuk menyesuaikan diri, konsep AIDA harus diadaptasi agar lebih fleksibel dan relevan dengan perilaku konsumen masa kini. Misalnya, tahap Attention tidak lagi hanya berasal dari iklan, tetapi juga dari rekomendasi teman, influencer, atau konten viral di media sosial. Tahap Interest dan Desire sering terjadi bersamaan karena konsumen bisa langsung mencari ulasan, perbandingan harga, atau testimoni di internet. Bahkan setelah melakukan Action (pembelian), konsumen masih dapat memengaruhi calon pembeli lain melalui review atau sharing experience di platform digital.

Artinya, AIDA kini berkembang menjadi sistem yang lebih interaktif dan berulang, di mana konsumen dapat berpindah tahap kapan saja sesuai pengalaman dan emosi mereka. Oleh karena itu, perusahaan perlu memahami perilaku konsumen modern dengan menyediakan pengalaman yang konsisten, transparan, dan mudah diakses di setiap tahap perjalanan konsumen. Dengan cara ini, prinsip AIDA tetap relevan meskipun proses pembelian tidak lagi berjalan secara linear.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Martsha Afifah Putri _2451011017 -
Martsha Afifah Putri_2451011017_PERTANYAAN

Sebagai generasi muda, kita sering jadi target promosi di media sosial.
Kalau kalian jadi tim marketing, bagaimana kalian akan menerapkan tiga daya tarik persuasif yaitu ethos, pathos, dan logos dalam kampanye digital yang jujur tapi tetap menarik?
In reply to Martsha Afifah Putri _2451011017

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Naura Silvania Putri 2411011073 -
Nama : Naura Silvania Putri
NPM : 2411011073

Izin menjawab pertanyaan dari Martsha.
Kalau aku jadi tim marketing, aku bakal coba gabungin ethos, pathos, dan logos biar kampanye digitalnya tetap jujur tapi menarik buat anak muda.

Ethos (Etika & Kredibilitas) : Aku bakal pastiin konten yang dibuat transparan dan bisa dipercaya. Misalnya, nunjukin siapa di balik brand-nya, kasih testimoni nyata, dan hindarin overclaim seperti “paling bagus” atau “pasti berhasil.” Tujuannya supaya audiens ngerasa brand ini jujur dan punya integritas.

Pathos (Emosi) : Lalu aku bakal main di sisi emosinya, bukan yang berlebihan, tapi yang benar-benar relatable. Misalnya, bikin storytelling tentang pengalaman pengguna, perjuangan tim kreatif, atau hal-hal kecil yang dekat dengan kehidupan Gen Z. Emosi yang tulus biasanya lebih mudah menyentuh daripada promosi yang terlalu memaksa.

Logos (Logika) : Terakhir, aku tetap bakal kasih informasi logis dan data singkat biar audiens ngerasa keputusan mereka masuk akal. Contohnya, “90% pengguna merasa kulitnya lebih lembap dalam 7 hari,” bukan sekadar janji kosong.

Jadi intinya, kampanye yang jujur tetap bisa menarik asal tidak hanya fokus menjual produk, tapi juga membangun kepercayaan dan koneksi emosional dengan audiensnya.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Ligar Awali Rajabia -
Ligar Awali Rajabia_2411011051

Di era media sosial yang serba visual dan dikurasi, apakah transparansi dan kejujuran masih bisa bersaing dengan konten yang penuh pencitraan dan ilusi kesempurnaan? Atau justru kejujuran sekarang dianggap ‘kurang menarik’ dibanding narasi palsu yang terlihat estetik?
In reply to Ligar Awali Rajabia

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Naura Silvania Putri 2411011073 -
Nama : Naura Silvania Putri
NPM : 2411011073

Izin menjawab pertanyaan dari Ligar.
Menurut aku, justru di era media sosial yang serba pencitraan kayak sekarang, kejujuran malah jadi nilai jual yang langka tapi kuat banget.
Memang konten yang penuh ilusi dan estetik kelihatannya menarik di awal, tapi efeknya cuma sementara. Orang sekarang, terutama Gen Z, udah makin sadar mana yang asli dan mana yang “setting-an.”

Transparansi dan kejujuran justru bisa bikin audiens ngerasa relate dan percaya, apalagi kalau dikemas dengan cara yang tetap kreatif dan estetik. Misalnya banyak brand atau influencer yang sekarang mulai nunjukin behind the scene, proses gagal, atau real story, dan itu justru dapet respon positif karena terasa lebih manusiawi.

Jadi kalau dibilang jujur itu “kurang menarik”, menurutku nggak juga. Yang penting bukan ngilangin estetikanya, tapi nyatuin kejujuran dengan gaya penyampaian yang real dan relevan. Karena di dunia yang serba palsu, justru yang asli itu paling menonjol.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by felicia natalie budiman 2411011023 -
Assalamualaikum wr.wb izin memberikan komentar mengenai kelompok 9.
Nama : Felicia Natalie Budiman
NPM : 2411011023

Materi yang disampaikan relevan dan didukung dengan contoh yang menarik, sehingga membuat kami lebih mudah memahami isi presentasi. Keren sekali :)
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Shalsabila Azahra Putri Cahyanti_2411011016 -
Shalsabila Azahra Putri Cahyanti_2411011016

pertanyaan:
Dalam komunikasi bisnis, kalau komunikator hanya fokus pada logika tanpa memperhatikan emosi dan etika, pesan bisa terasa kaku dan sulit menyentuh audiens. Akibatnya, audiens mungkin tidak tergerak, bahkan kehilangan kepercayaan pada komunikator. Padahal, keseimbangan antara logikas, emosi, dan etika penting agar pesan terasa meyakinkan dan berpengaruh. Pertanyaannya, Apa dampak yang mungkin terjadi jika seorang komunikator terlalu mengandalkan logika (logos) tanpa mempertimbangkan emosi (pathos) dan etika (ethos)?
In reply to Shalsabila Azahra Putri Cahyanti_2411011016

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Naura Silvania Putri 2411011073 -
Nama : Naura Silvania Putri
NPM : 2411011073

Izin menjawab pertanyaan dari Salsa.
Kalau komunikator terlalu ngandelin logika aja tanpa ngelibatin emosi dan etika, biasanya pesannya jadi terlalu kaku dan dingin.
Audiens mungkin ngerti isinya secara rasional, tapi nggak merasa terhubung sama pesan itu. Akibatnya, pesan yang disampaikan jadi susah nyentuh hati dan nggak bikin orang mau bertindak.

Selain itu, kalau etika diabaikan, bisa muncul kesan kalau komunikator cuma mau “menang argumen” atau terlihat pintar, bukan benar-benar peduli sama audiensnya.
Padahal, dalam komunikasi bisnis, kepercayaan dan empati itu penting banget.

Jadi, dampaknya, pesan mungkin terdengar masuk akal, tapi nggak berpengaruh dan nggak dipercaya.
Makanya perlu keseimbangan antara logos (logika), pathos (emosi), dan ethos (etika) biar pesan terasa lebih hidup, meyakinkan, dan manusiawi.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Vellyna Arista 2411011011 -
Nama: Vellyna Arista
NPM: 2411011011
PERTANYAAN

Saat menyusun pesan persuasif untuk audiens yang dikenal sangat skeptis (misalnya, komite pengawas yang berhati-hati atau pelanggan yang pernah kecewa), strategi penulisan apa yang harus menjadi prioritas utama? Bandingkan dan kontraskan dengan menggunakan pola AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) yang dijelaskan.
Terima kasih.
In reply to Vellyna Arista 2411011011

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Naura Silvania Putri 2411011073 -
Nama : Naura Silvania Putri
NPM : 2411011073

Izin menjawab pertanyaan dari Vellyna.
Kalau audiensnya skeptis, menurut aku hal paling penting itu bangun kepercayaan dulu. Jangan langsung nyerang dengan klaim besar, tapi tunjukin bukti nyata dan sikap yang jujur. Orang yang udah ragu tuh lebih percaya sama data dan konsistensi, bukan kata-kata manis.

Kalau dikaitin sama model AIDA :
1. Di tahap Attention, jangan mulai dengan janji yang berlebihan, tapi pakai fakta atau hasil nyata.
2. Di Interest, tunjukin kalau kita ngerti kekhawatiran atau pengalaman buruk mereka sebelumnya.
3. Di Desire, fokus ke manfaat realistis yang bisa dibuktikan, bukan yang mengawang.
4. Di Action, ajak mereka diskusi dulu, bukan langsung nyuruh beli atau setuju.

Jadi intinya, model AIDA tetap bisa dipakai, cuma perlu disesuaikan biar lebih jujur, logis, dan berorientasi ke kepercayaan, bukan sekadar bikin orang langsung terpengaruh.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Kayla Luthfi 2411011108 -
NAMA : Kayla Luthfi Aulia
NPM : 2411011108

tadi sempat dijelaskan mengenai pesan pemasaran dan penjualan. salah satu langkahnya yaitu analisis target audiens, bagaimana jika target audiens kita adalah generasi milenial atau diatasnya (kurang melek informasi digital) bahkan tidak percaya (trust issue) dengan produk yg mengecewakan sebelumnya. bagaimana cara kita memengaruhi perspektif seperti itu saat memasarkan produk.
In reply to Kayla Luthfi 2411011108

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Naura Silvania Putri 2411011073 -
Nama : Naura Silvania Putri
NPM : 2411011073

Izin menjawab pertanyaan dari Kayla.
Kalau target audiensnya generasi milenial atau yang lebih tua, apalagi yang udah pernah kecewa sama produk sebelumnya, menurut aku hal pertama yang harus dilakukan itu balikin dulu rasa percayanya.
Soalnya orang yang udah punya trust issue nggak akan langsung percaya walaupun kita promosi besar-besaran.

Cara yang bisa dipakai tuh lebih ke pendekatan jujur dan realistis. Misalnya, kasih bukti nyata kayak testimoni pengguna, tunjukin proses perbaikan produk, atau bahkan akui kesalahan perusahaan sebelumnya tapi tunjukin udah ada perubahan.
Selain itu, cara ngomongnya juga jangan terlalu “digital banget” — pake bahasa yang ringan dan relatable biar mereka ngerasa lebih dekat.

Intinya, untuk audiens kayak gini, persuasi bukan soal menjual cepat, tapi soal bangun kepercayaan pelan-pelan lewat transparansi dan bukti nyata.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Elia Yunita 2411011067 -
Nama: Elia Yunita
NPM: 2411011067

Bagaimana strategi yang paling efektif untuk mengatasi resistensi atau keraguan dari audiens dalam pesan persuasif, dan sejauh mana pemahaman terhadap karakteristik audiens, penggunaan bukti pendukung, serta pendekatan komunikasi yang empatik dapat mempengaruhi tingkat penerimaan pesan tersebut? Sertakan contoh penerapan nyata dalam konteks komunikasi bisnis atau organisasi.
In reply to Elia Yunita 2411011067

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Zhara Aulia Putri_ 2411011075 -
Nama : Zhara Aulia Putri
Npm : 2411011075
Izin menjawab pertanyaan Elia

Dalam menyampaikan pesan persuasif, tantangan terbesar sering kali bukan pada isi pesannya, melainkan pada bagaimana cara kita mengatasi resistensi atau keraguan dari audiens. Karena pada dasarnya, setiap orang memiliki latar belakang, pengalaman, dan sudut pandang yang berbeda. Di sinilah pentingnya memahami siapa audiens kita—apa yang mereka butuhkan, apa yang mereka khawatirkan, dan bagaimana cara mereka melihat dunia. Dengan memahami karakter mereka, kita bisa memilih kata, nada, dan pendekatan yang lebih tepat sehingga pesan terasa lebih relevan dan tidak memaksa.

Selain itu, penggunaan bukti pendukung seperti data, testimoni, atau pengalaman nyata juga dapat memperkuat pesan kita. Audiens cenderung lebih terbuka ketika argumen disertai dengan fakta konkret yang dapat dipercaya. Bukti membuat pesan terasa rasional, bukan sekadar opini. Namun, logika saja tidak cukup; pesan yang dingin tanpa sentuhan empati sering kali gagal menyentuh hati audiens. Karena itu, pendekatan komunikasi yang empatik—menunjukkan bahwa kita benar-benar memahami perasaan dan kekhawatiran mereka—menjadi kunci untuk menciptakan rasa percaya.

Misalnya, dalam dunia bisnis, seorang manajer yang ingin meyakinkan timnya menerima perubahan sistem kerja baru bisa berkata dengan nada hangat, “Saya tahu perubahan ini mungkin terasa berat di awal, tapi saya yakin langkah ini akan membantu kita bekerja lebih efisien tanpa menambah beban.” Kalimat seperti ini menunjukkan empati sekaligus memberikan alasan logis. Ketika audiens merasa didengar dan dihargai, resistensi pun perlahan menurun, dan pesan persuasif yang kita sampaikan akan lebih mudah diterima.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Farrel Pratama_2411011081 -
Nama:Farrel pratama
NPM:2411011081
Kesalahan apa yang harus dihindari dalam menulis pesan persuasif?
In reply to Farrel Pratama_2411011081

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Zhara Aulia Putri_ 2411011075 -
Nama: Zhara Aulia Putri
NPM : 2411011075

Izin menjawab Pertanyaan Farrel

Dalam menulis pesan persuasif, kesalahan yang paling sering dilakukan adalah lupa menempatkan diri di posisi audiens. Kadang kita terlalu sibuk ingin meyakinkan orang lain sampai lupa mendengarkan apa yang sebenarnya mereka rasakan atau butuhkan. Padahal, inti dari pesan persuasif bukan hanya membuat orang setuju, tapi membuat mereka merasa dipahami. Kalau kita tidak memahami sudut pandang mereka, sebaik apa pun isi pesan yang kita tulis, bisa jadi tetap ditolak.

Kesalahan lain yang perlu dihindari adalah menulis tanpa bukti yang kuat. Ajakan yang tidak disertai alasan atau fakta hanya akan terdengar seperti opini pribadi. Orang lebih mudah percaya jika kita menyampaikan data, pengalaman nyata, atau contoh yang masuk akal. Tapi, penting juga untuk menjaga nada bicara—jangan sampai terlalu memaksa atau terkesan “menggurui”. Bahasa yang lembut dan empatik justru lebih menyentuh hati dan membuka ruang bagi orang untuk menerima pesan dengan tenang.

Selain itu, hindari membuat pesan yang tidak terstruktur atau melompat-lompat. Pesan persuasif seharusnya mengalir, dimulai dari pembukaan yang menarik, lalu diikuti alasan yang logis, dan diakhiri dengan ajakan yang jelas namun tetap sopan. Dan yang paling penting, jangan pernah mengorbankan kejujuran demi terlihat meyakinkan. Sekali pembaca merasa kita tidak tulus, semua argumen bisa runtuh begitu saja.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Rasya Adhistia Kaloko 2411011019 -
NAMA: Rasya Adhistia Kaloko
NPM: 2411011019

PERTANYAAN

Audiens saat ini semakin kritis terhadap pesan promosi atau kampanye sosial. Menurut pendapatmu, strategi apa yang paling efektif untuk membangun pesan persuasif yang terasa autentik dan relevan tanpa kehilangan kekuatan pengaruhnya?
In reply to Rasya Adhistia Kaloko 2411011019

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Zhara Aulia Putri_ 2411011075 -
Nama: Zhara Aulia Putri
NPM : 2411011075

Izin menjawab pertanyaan Rasya

Di era sekarang, audiens memang jauh lebih kritis. Mereka tidak lagi mudah percaya pada janji manis atau kata-kata promosi yang terasa dibuat-buat. Karena itu, strategi paling efektif untuk membangun pesan persuasif yang autentik dan relevan adalah dengan menyampaikan kebenaran apa adanya, dibalut dengan empati dan kejujuran. Pesan yang datang dari niat tulus dan disampaikan dengan transparan justru punya kekuatan pengaruh yang lebih besar dibanding bujukan yang terlalu “mengilap”.

Autentisitas bisa dibangun dengan cara menunjukkan nilai dan cerita nyata di balik pesan—bukan sekadar slogan. Misalnya, dalam kampanye sosial tentang lingkungan, audiens akan lebih percaya pada brand yang benar-benar menunjukkan aksi nyata seperti program daur ulang atau kolaborasi dengan komunitas, dibanding yang hanya menulis “kami peduli bumi” di iklan. Relevansi juga penting: pesan harus menyesuaikan dengan konteks, bahasa, dan kebutuhan audiens agar terasa dekat dan bermakna bagi mereka.

Selain itu, penggunaan bahasa yang hangat, jujur, dan tidak berlebihan membantu pesan tetap kuat tanpa terasa manipulatif. Kekuatan pengaruh tidak selalu datang dari tekanan atau janji besar, tapi dari konsistensi, niat baik, dan kemampuan membangun rasa percaya. Ketika audiens merasa pesan itu nyata dan sesuai dengan nilai mereka, mereka bukan hanya mendengarkan—tetapi juga bersedia ikut bergerak.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Felix gilbert Julian -
Felix Gilbert Julian (2411011039)
Izinkan saya bertanya untuk kelompok 2 ,Bagaimana cara menyeimbangkan antara bujukan dan etika agar pesan persuasif tidak terkesan manipulatif?
In reply to Felix gilbert Julian

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Zhara Aulia Putri_ 2411011075 -
Nama: Zhara Aulia Putri
NPM : 2411011075

Izin menjawab pertanyaan Felix

Menyeimbangkan antara bujukan dan etika dalam pesan persuasif sebenarnya tentang bagaimana kita bisa meyakinkan orang lain tanpa mengabaikan nilai kejujuran dan rasa hormat. Bujukan yang baik bukan tentang “memaksa orang setuju”, tapi tentang mengajak mereka memahami sudut pandang kita dengan cara yang terbuka dan berimbang. Saat kita menyampaikan pesan dengan niat yang tulus, menggunakan fakta yang benar, dan tidak memelintir informasi, maka pesan tersebut tetap etis sekaligus efektif.

Etika juga bisa dijaga lewat cara kita berkomunikasi—misalnya dengan tidak merendahkan pendapat lawan bicara, tidak menggunakan emosi untuk menekan, dan tetap menghargai kebebasan audiens dalam mengambil keputusan. Dalam konteks bisnis atau organisasi, hal ini bisa diterapkan saat menyampaikan ide atau proposal: kita bisa menonjolkan manfaat dan nilai positifnya tanpa menutupi risiko atau kekurangannya. Dengan begitu, audiens merasa dihargai, bukan dimanipulasi, dan justru lebih mudah percaya karena kita menunjukkan integritas.

Singkatnya, bujukan yang etis lahir dari kejujuran, empati, dan tanggung jawab moral dalam setiap kata yang kita sampaikan.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Erlando Kurniawan -
Erlando Kurniawan
2411011014

Izin bertanya gimana peran analisis audiens dalam menentukan strategi penulisan pesan persuasif?
In reply to Erlando Kurniawan

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Zhara Aulia Putri_ 2411011075 -
Nama: Zhara Aulia Putri
NPM : 2411011075

Izin menjawab pertanyaan Erlando
Peran analisis audiens dalam penulisan pesan persuasif sangat penting karena audienslah yang menentukan arah dan gaya komunikasi kita. Sebelum menulis, kita perlu memahami siapa yang akan menerima pesan itu—mulai dari usia, latar belakang, jabatan, nilai-nilai, hingga kebutuhan dan harapan mereka. Dengan memahami karakter audiens, kita bisa menyesuaikan bahasa, nada, dan isi pesan agar terasa lebih relevan dan menyentuh sisi emosional maupun rasional mereka.

Tanpa analisis audiens, pesan yang disampaikan bisa saja tepat secara isi tetapi salah cara penyampaiannya, sehingga gagal meyakinkan. Misalnya, cara membujuk rekan kerja tentu berbeda dengan cara membujuk atasan atau pelanggan. Analisis audiens membantu kita memilih pendekatan yang paling tepat—apakah perlu data konkret, contoh inspiratif, atau cerita yang menyentuh.

Pada akhirnya, pesan persuasif yang efektif bukan hanya soal seberapa kuat argumennya, tapi seberapa dalam kita memahami orang yang kita ajak bicara. Saat audiens merasa bahwa pesan itu “berbicara untuk mereka”, bukan “kepada mereka”, maka tingkat penerimaan dan kepercayaannya akan jauh lebih tinggi.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Daffa Raihan Al Faisar -
Daffa Raihan Al Faisar_2411011099_Pertanyaan

Apakah pesan persuasif dapat digunakan untuk mendorong perubahan sosial, bukan hanya promosi bisnis?
In reply to Daffa Raihan Al Faisar

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Iqlimma Mutia Azahra 2411011069 -
Nama : Iqlimma Mutia Azahra
NPM : 2411011069

izin menjawab pertnyaan daffa
Ya, pesan persuasif dapat digunakan untuk mendorong perubahan sosial, bukan hanya promosi bisnis. Melalui pendekatan yang menyentuh logika, emosi, dan nilai moral, pesan persuasif mampu mengubah sikap dan perilaku masyarakat terhadap isu sosial seperti lingkungan, kesehatan, atau kesetaraan. Tujuannya bukan keuntungan finansial, melainkan menciptakan kesadaran dan tindakan positif bersama.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Azzahra Aurellia Mattulada _2411011120 -
Nama: Azzahra Aurellia Mattulada
NPM: 2411011120
Pertanyaan
Beberapa e-commerce di Indonesia pernah dikritik karena klaim iklan yang dianggap menyesatkan atau berlebihan.
Menurut kalian bagaimana perusahaan dapat tetap persuasif tanpa melanggar etika komunikasi atau menipu konsumen?
In reply to Azzahra Aurellia Mattulada _2411011120

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Iqlimma Mutia Azahra 2411011069 -
Nama : Iqlimma Mutia Azahra
NPM : 2411011069

Izim menjawab pertanyan dari Azzahra
Perusahaan dapat tetap persuasif tanpa melanggar etika dengan mengutamakan kejujuran, transparansi, dan relevansi dalam setiap pesan. Mereka sebaiknya menonjolkan keunggulan nyata produk tanpa membuat klaim berlebihan, serta menggunakan data atau testimoni yang valid sebagai bukti. Bahasa yang digunakan harus meyakinkan namun tidak menipu, dan pesan harus memberi ruang bagi konsumen untuk menilai secara rasional. Dengan begitu, komunikasi tetap menarik, kredibel, dan membangun kepercayaan jangka panjang.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Husnul Nabila -
Husnul Nabila_2411011020_TANGGAPAN

Izin menanggapi untuk kelompok 11. Menurut saya, kelompok 11 sangat baik dalam menjelaskan materi. Mereka juga memberikan penjelasan yang detail dengan disertai Contoh-contohnya. Sehingga saya lebih cepat memahami materi yang disampaikan.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Carissa Vania Putri Utama -
Carissa Vania Putri Utama_2411011031_Pertanyaan

Ketika data pribadi digunakan untuk menyusun pesan yang sangat personal dan meyakinkan, apakah itu bentuk persuasi cerdas atau pelanggaran privasi?
In reply to Carissa Vania Putri Utama

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Iqlimma Mutia Azahra 2411011069 -
Nama : Iqlimma Mutia Azahra
NPM : 2411011069

Izin menjawab pertanyan dari Carissa
Itu tergantung pada cara dan batas penggunaannya. Jika data pribadi digunakan dengan izin jelas dan transparansi penuh, maka hal itu bisa dianggap sebagai persuasi cerdas karena pesan menjadi lebih relevan dan efektif. Namun, jika data dikumpulkan atau dimanfaatkan tanpa sepengetahuan atau persetujuan pengguna, maka hal itu merupakan pelanggaran privasi. Intinya, personalisasi yang etis harus tetap menghormati hak privasi dan kendali konsumen atas datanya.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Rachel Salsabila Adimsi 2411011055 -
Nama : Rachel Salsabila Adimsi
NPM : 2411011055

Izin menanggapi presentasi

Terima kasih atas presentasi yang telah disampaikan. Materinya jelas dan informatif. Penyaji mampu menjelaskan dengan baik dan menarik perhatian audiens. Sebagai saran, mungkin dapat ditambahkan data atau contoh konkret agar pembahasan lebih meyakinkan. Secara keseluruhan, presentasi ini sudah sangat baik.





In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by fany rahmawati -
Fany Rahmawati_2411011052

Kapan sebaiknya digunakan pendekatan langsung dan tidak langsung dalam pesan persuasif?
In reply to fany rahmawati

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Iqlimma Mutia Azahra 2411011069 -
Nama : Iqlimma Mutia Azahra
NPM : 2411011069

Izin menjawab pertanyan Fany
Pendekatan langsung sebaiknya digunakan ketika audiens sudah akrab, terbuka, atau cenderung setuju dengan ide yang disampaikan misalnya kepada rekan kerja atau pelanggan loyal karena pesan dapat disampaikan secara to the point.
Sebaliknya, pendekatan tidak langsung lebih tepat untuk audiens yang skeptis, belum mengenal pengirim pesan, atau berpotensi menolak. Dalam hal ini, pesan dibangun secara bertahap dengan membangkitkan minat dan kepercayaan sebelum mengajak audiens bertindak.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Andri Julisky 2411011012 -
Nama : Andri Julisky
NPM: 2411011012
Bagaimana etika berperan penting dalam menulis pesan persuasif agar tidak menyesatkan atau membuat ragu pembaca atau konsumen?
In reply to Andri Julisky 2411011012

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr -
Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr
2411011066

Izin menjawab pertanyaan dari Andri Julisky

Etika berperan penting dalam menulis pesan persuasif karena membantu agar pesan tidak menyesatkan dan tetap jujur kepada pembaca atau konsumen. Dalam makalah dijelaskan bahwa pesan persuasif yang baik harus disampaikan dengan kejujuran, keterbukaan, dan tanggung jawab. Pelanggaran etika seperti klaim palsu, menyembunyikan kebenaran, atau menggunakan data pribadi tanpa izin dapat membuat pembaca kehilangan kepercayaan. Etika juga membantu membangun hubungan yang baik antara pengirim pesan dan audiens karena pesan disampaikan dengan rasa hormat dan tidak memaksa. Dengan menjunjung etika, pesan menjadi lebih kredibel, meyakinkan, dan diterima secara sukarela oleh pembaca.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Roro Anggun Trihapsari_2411011035 -
Nama : Roro Anggun Trihapsari
Npm : 2411011035

Izin menanggapi presentasi kelompok 9
Menurut saya presentasi nya sangat jelas dan sangat asik sehingga Mahasiwa lain fokus dlm mendengarkan penjelasan
Dan izin memberi saran dalam ppt dapat memberikan foto foto yg relevan dengan materi agar lebih menarik
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Anisa Nursabilla -
Anisa Nursabilla
2411011042
Pertanyaan:
Banyak kampanye digital menggunakan figur publik atau influencer sebagai alat persuasi. Apakah pendekatan ini masih efektif di tengah meningkatnya kesadaran audiens terhadap promosi berbayar, dan bagaimana cara agar pesan tetap terlihat tulus dan kredibel?
In reply to Anisa Nursabilla

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr -
Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr
2411011066

Izin menjawab pertanyaan dari Anisa Nursabilla

Penggunaan figur publik atau influencer dalam kampanye digital masih efektif, tetapi harus dilakukan dengan cara yang etis dan jujur. Saat ini banyak audiens yang sudah sadar terhadap promosi berbayar, sehingga mereka lebih menghargai pesan yang terlihat tulus dan autentik. Berdasarkan makalah, prinsip etika dalam persuasi menekankan pentingnya kejujuran, keterbukaan, dan keaslian dalam menyampaikan pesan.

Agar pesan tetap kredibel, influencer sebaiknya hanya mempromosikan produk yang benar-benar digunakan dan disukai. Selain itu, perlu ada kejelasan bahwa konten yang dibuat merupakan bentuk kerja sama atau sponsor agar tidak menipu audiens. Pendekatan yang transparan seperti ini dapat menjaga kepercayaan publik dan membuat pesan promosi terasa lebih alami. Dengan begitu, kampanye digital tidak hanya berfokus pada penjualan, tetapi juga membangun hubungan jangka panjang yang didasari kepercayaan dan integritas.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by neesha zefanya -
Nama : Neesha Zefanya Putri Irawan
NPM : 2411011071

izin bertanya,
bagaimana cara seorang komunikator menjaga keseimbangan antara logika, emosi, dan kejujuran saat membuat pesan yang bertujuan untuk membujuk audiens?
In reply to neesha zefanya

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr -
Azzahra Hafidatuzzahri Walmisr
2411011066

Izin menjawab Pertanyaan dari Neesha

Seorang komunikator perlu menyeimbangkan logika, emosi, dan kejujuran agar pesan yang disampaikan bisa menarik, masuk akal, dan tetap dipercaya. Berdasarkan makalah “Menulis Pesan Persuasif” Kelompok 2, tiga hal ini saling melengkapi dalam proses membujuk audiens.

Logika digunakan untuk menjelaskan alasan dan bukti yang masuk akal, seperti data, fakta, atau contoh nyata, supaya audiens mengerti dan yakin dengan isi pesan. Emosi membantu membuat pesan terasa lebih hidup dan menyentuh hati, misalnya dengan kata-kata yang menumbuhkan rasa semangat, harapan, atau empati. Namun, kejujuran juga sangat penting agar pesan tidak berlebihan atau menipu. Semua informasi harus disampaikan dengan jujur dan apa adanya agar audiens tetap percaya.

Keseimbangan antara ketiganya bisa dijaga dengan memahami siapa audiensnya, menggunakan bahasa yang sopan dan mudah dimengerti, serta menyampaikan pesan yang benar dan relevan. Jika logika, emosi, dan kejujuran berjalan bersama, pesan persuasif akan terasa lebih meyakinkan dan tetap beretika.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Salsabila Cintami Addri_2411011033 -
Nama: Salsabila Cintami Addri
NPM: 2411011033

Dalam dunia digital yang penuh dengan iklan, bagaimana cara agar pesan persuasif tetap menonjol dan dipercaya oleh audiens?
In reply to Salsabila Cintami Addri_2411011033

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Dellya Fairuz Syasya Mandala_2411011078 -
Dellya Fairuz Syasya Mandala
2411011078

Izin menjawab pertanyaan dari Salsabila Cintami

Dalam dunia digital yang dipenuhi iklan, pesan persuasif bisa tetap menonjol dan dipercaya jika dibuat dengan autentik, relevan, dan berbasis nilai yang nyata. Audiens sekarang lebih peka terhadap promosi yang berlebihan, jadi perusahaan perlu menampilkan kejujuran dan transparansi dalam setiap pesan. Gunakan gaya komunikasi yang alami dan dekat dengan bahasa audiens agar terasa lebih personal. Selain itu, sertakan bukti sosial seperti testimoni, ulasan pelanggan, atau konten buatan pengguna untuk menambah kepercayaan. Visual dan narasi juga harus selaras—pesan yang emosional, jujur, dan mudah dihubungkan dengan pengalaman sehari-hari akan lebih menempel di ingatan. Terakhir, konsistensi dalam menyampaikan nilai dan identitas merek di berbagai platform akan membantu audiens merasa yakin bahwa pesan tersebut bukan sekadar iklan, melainkan bagian dari hubungan yang tulus antara brand dan konsumennya.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Maulin Fatricia 2411011008 -
Nama: Maulin Fatricia
NPM: 2411011008

Pertanyaan: Apakah model AIDA masih efektif untuk audiens Gen Z yang lebih responsif terhadap pengalaman, bukan sekadar pesan promosi?
In reply to Maulin Fatricia 2411011008

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Dellya Fairuz Syasya Mandala_2411011078 -
Dellya Fairuz Syasya Mandala
2411011078

Izin menjawab pertanyaan dari Maulin.

Model AIDA (Attention, Interest, Desire, Action) masih bisa digunakan untuk audiens Gen Z, tetapi perlu disesuaikan dengan cara berpikir dan perilaku digital mereka. Gen Z cenderung tidak tertarik pada promosi yang terasa “jualan”, melainkan lebih responsif terhadap pengalaman, nilai, dan keaslian. Jadi, penerapan AIDA harus lebih interaktif dan berbasis engagement.

Misalnya, tahap Attention bisa dicapai lewat konten yang relatable atau tren visual di media sosial. Interest dibangun bukan hanya dengan informasi produk, tapi lewat storytelling yang menyentuh nilai-nilai seperti keberlanjutan, kreativitas, atau keberanian berekspresi. Pada tahap Desire, brand perlu menunjukkan pengalaman nyata, misalnya lewat review jujur, kolaborasi dengan kreator yang dipercaya, atau partisipasi komunitas. Sementara Action tidak harus berupa pembelian langsung, tapi bisa berupa interaksi seperti share, comment, atau ikut challenge.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Nazwa Amelia Putri -
Nazwa Amelia Putri 2411011041

Apa yang hal yang harus dihindari agar pesan persuasif tidak terasa memaksa dan terkesan natural?
In reply to Nazwa Amelia Putri

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Dellya Fairuz Syasya Mandala_2411011078 -
Dellya Fairuz Syasya Mandala
2411011078

Izin menjawab pertanyaan dari Nazwa.

Agar pesan persuasif tidak terasa memaksa dan tetap terlihat natural, ada beberapa hal yang sebaiknya dihindari. Pertama, hindari bahasa yang terlalu promosi atau berlebihan, seperti klaim “terbaik”, “pasti puas”, atau “wajib beli sekarang”, karena justru membuat audiens merasa digiring. Kedua, jangan terlalu sering menekan ajakan langsung (hard selling), lebih baik bangun ketertarikan lewat cerita, manfaat, atau pengalaman nyata pengguna. Ketiga, hindari pesan yang tidak sesuai dengan nilai dan gaya hidup audiens, karena akan terasa tidak tulus dan kehilangan relevansi. Selain itu, jangan meniru tren tanpa memahami konteksnya, sebab bisa terlihat dipaksakan atau malah menimbulkan kesan negatif. Terakhir, hindari inkonsistensi antara kata dan tindakan merek misalnya, mengampanyekan kepedulian lingkungan tapi praktiknya tidak sejalan. Dengan menjaga keaslian, empati, dan relevansi, pesan persuasif akan terasa lebih jujur, meyakinkan, dan mudah diterima oleh audiens.
In reply to First post

Re: Dicuss Yuk : Bab 11 – Writing Persuasive Messages

by Andri Julisky 2411011012 -
Nama: Andri Julisky
NPM : 2411011012

izin memberikan tanggapan pribadi mengenai presentasi

Materinya disampaikan dengan baik dan runtut. Penjelasan mengenai cara membuat pesan yang dapat memengaruhi audiens sangat menarik, mungkin akan lebih kuat jika disertai contoh dari situasi nyata.