nama : Waly Tanti Fitrani
npm: 2413031031
1. PAT berakar pada teori agensi dan menekankan bahwa manajer memilih kebijakan akuntansi untuk memaksimalkan utilitas pribadi (bukan semata-mata “kebenaran akuntansi”). Pendekatan utama dan bagaimana tiap pendekatan menjelaskan tindakan PT IndoEnergi:
Bonus plan hypothesis
Jika kompensasi manajer terkait dengan laba (bonus berdasarkan laba bersih), PAT memprediksi manajer akan meningkatkan laba ketika perlu memperoleh bonus. Namun dalam kasus PT IndoEnergi manajer malah mempercepat depresiasi (metode saldo menurun ganda) → menurunkan laba. PAT tetap menjelaskan ini jika kompensasi manajer: (a) tidak berbasis laba saat ini, atau (b) manajer ingin menunda pengukuran laba untuk mendapat keuntungan jangka panjang (mis. menurunkan laba sekarang agar di masa depan laba lebih “aman” sehingga bonus masa depan lebih besar atau untuk mengatur pola pelaporan). Jadi bonus-hypothesis relevan bila struktur insentif kompleks.
Debt-equity (debt covenant) hypothesis
Jika perusahaan memiliki hutang dengan covenant yang mengikat (mis. rasio keuangan), penurunan laba bisa memperbesar risiko pelanggaran covenant. PAT memprediksi perusahaan akan memilih kebijakan yang mengurangi kemungkinan pelanggaran covenant (biasanya menghasilkan lebih tinggi laba atau mencatat gains). Jadi perpindahan ke metode depresiasi lebih agresif yang menurunkan laba tidak konsisten dengan kepentingan menjaga covenant — kecuali tujuan manajemen adalah menurunkan laba untuk menghindari pajak sementara covenant tidak sensitif terhadap laba akuntansi (mis. covenant pakai EBITDA sebelum depresiasi, atau covenant memakai metrik lain). Jadi PAT menjelaskan hanya jika struktur hutang tidak memaksa kebalikan.
Political cost hypothesis
Perusahaan besar dan terpapar pengawasan publik mungkin memilih kebijakan untuk mengurangi “political costs” (mis. pajak, regulasi, intervensi pemerintah). Dalam kasus ini, mempercepat depresiasi menurunkan laba kena pajak (jika pengakuan pajak mengikuti depresiasi akuntansi) sehingga mengurangi pajak dan perhatian regulator. PAT menjelaskan perubahan ini sebagai respons opportunistik terhadap insentif politik/pajak.
2. *Apakah pergantian metode depresiasi diperbolehkan?
IFRS (IAS 8 — Perubahan Kebijakan Akuntansi, Kesalahan dan Perkiraan Akuntansi): Pemilihan metode depresiasi (metode yang mencerminkan pola konsumsi manfaat ekonomi aset) pada dasarnya merupakan perubahan estimasi akuntansi jika manajemen menilai pola konsumsi manfaat berubah. Perubahan estimasi diterapkan prospektif (tidak restatement) dan harus diungkapkan alasan dan dampaknya. Jadi berpindah dari garis lurus ke saldo menurun ganda biasanya dikualifikasikan sebagai perubahan estimasi, bukan perubahan kebijakan, kalau alasannya adalah perubahan pola konsumsi manfaat. Hal ini diperbolehkan dan tidak jarang.
US GAAP: Pendekatannya serupa — perubahan metode penyusutan karena perubahan estimasi pola pemakaian adalah change in estimate, diterapkan prospektif. Perlakuan akuntansi dan pengungkapan diatur; juga lazim digunakan bila memang ada bukti pola konsumsi berubah.
*Seberapa umum praktik ini?
Perubahan metode depresiasi untuk mencerminkan pola konsumsi yang berbeda cukup biasa dalam praktik (mis. mesin yang lebih intensif dipakai pada awal proyek — maka metode percepatan wajar). Namun perpindahan yang tampak opportunistik (hanya untuk mengurangi laba/pajak) juga terjadi — yaitu bentuk earnings management. Dalam literatur dan praktik, perusahaan di berbagai yurisdiksi memang memanfaatkan kebijakan akuntansi (depresiasi, cadangan,
penilaian persediaan, pengakuan pendapatan) untuk mengelola laba. Perbedaan penting antar negara adalah ketegasan standar, penegakan, dan aturan pajak:
IFRS/AS: standar memungkinkan perubahan jika didukung alasan ekonomis; pengungkapan diwajibkan. Kekuatan pengawasan (auditor, regulator pasar modal) menentukan apakah perubahan diterima atau dipertanyakan.
Pajak: Banyak negara membedakan depresiasi fiskal dan akuntansi — sehingga mengubah depresiasi akuntansi tidak otomatis mengubah perhitungan pajak. Di AS misalnya, aturan pajak (IRC) memiliki ketentuan depresiasi tersendiri (MACRS) yang terpisah dari GAAP. Jadi dampak pajak perubahan akuntansi bisa terbatas tergantung hukum setempat.
3. *Kekuatan PAT
PAT memberikan kerangka yang kuat untuk menjelaskan mengapa manajemen memilih kebijakan tertentu: insentif kompensasi, tata kelola hutang, biaya politik, dan tekanan pasar.
Banyak bukti empiris (studi akuntansi) menunjukkan praktik earnings management yang konsisten dengan prediksi PAT (mis. manipulasi cadangan, perubahan estimasi, pengakuan pendapatan).
*Keterbatasan PAT
Reduksionis terhadap motif manusia: PAT cenderung mengasumsikan motif opportunistik (self-interest), dan kurang memberi ruang untuk motif non-ekonomis (etika, reputasi jangka panjang, hubungan dengan stakeholder). Dalam beberapa organisasi manajemen bisa bersifat steward (menjaga jangka panjang) bukan opportunistik.
Mengabaikan konteks institusional dan budaya: PAT kurang menekankan peran peraturan, budaya korporat, sistem penegakan, dan praktik auditor — padahal ini krusial dalam konteks global. Misalnya, di negara dengan penegakan lemah, insentif opportunistik lebih mungkin terealisasi. Di negara dengan perlindungan investor kuat, pasar lebih cepat menghukum perubahan oportunistik.
Asumsi homogeneitas kontrak: PAT seringkali memakai model sederhana kontrak/insentif; kenyataannya struktur kontrak bisa kompleks (opsi saham, unit pengukuran non-laba, klausa, dsb.) sehingga perilaku mungkin berbeda.
Tangkapannya atas bukti empiris bersifat korelatif: PAT dapat menunjukkan hubungan antara insentif dan kebijakan, tetapi tidak selalu membuktikan niat — perubahan bisa benar-benar untuk mencerminkan pola konsumsi aset.
Implikasi di konteks global
Ketika diaplikasikan lintas negara, PAT perlu dilengkapi oleh teori institusional (menggambarkan pengaruh regulasi, norma, enforcement), stakeholder theory, dan signaling theory. Perbedaan aturan pajak, peran auditor, dan tekanan pasar membuat prediksi PAT harus dikontekstualisasi.
Rekomendasi praktis untuk pemangku kepentingan (investor, auditor, regulator)
Periksa pengungkapan — alasan perubahan, dampak prospektif pada laba, dan estimasi yang berubah.
Verifikasi bukti ekonomi — apakah ada bukti operasional/performance (mis. jam operasi lebih tinggi di awal umur aset) yang mendukung pola konsumsi yang diklaim.
Bandingkan dengan peer — apakah industri/peer melakukan perubahan serupa? Jika tidak, alasan manajemen perlu lebih dipertanyakan.
Perhatikan implikasi pajak dan covenant — tanyakan apakah depresiasi fiskal terpengaruh; lihat apakah perubahan memungkinkan penghindaran pajak.
Audit & skepticism — auditor harus menilai apakah perubahan memang estimasi yang wajar atau sengaja dipilih untuk manajemen laba.