Forum Diskusi

Forum Diskusi

Forum Diskusi

Number of replies: 7

Cobalah anda kemukakan disini  pembangunan berkelanjutan dalam konteks Indonesia dan dunia. bagaimanakah relevansinya pembangunan berkelanjutan dengan gerakan ramah lingkungan/Greenmatric yang telah dilaksanakan dengan upaya menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat?

In reply to First post

Re: Forum Diskusi

2423031006 2423031006 གིས-
Pembangunan berkelanjutan secara global lahir dari keprihatinan terhadap krisis lingkungan, sosial, dan ekonomi yang diakibatkan oleh industrialisasi dan konsumsi berlebihan sejak Revolusi Industri pertama hingga era Industri 4.0. Laporan Making Peace with Nature (UNEP, 2021) menekankan bahwa umat manusia tengah “berperang melawan alam” melalui eksploitasi berlebihan yang menyebabkan krisis iklim, hilangnya keanekaragaman hayati, dan polusi. Karena itu, pembangunan berkelanjutan dipahami sebagai upaya menyeimbangkan antara kebutuhan ekonomi, keberlanjutan lingkungan, dan keadilan sosial, agar generasi sekarang dan mendatang dapat hidup layak di bumi yang sehat.

Dalam konteks Indonesia, pembangunan berkelanjutan diwujudkan melalui berbagai kebijakan seperti Rencana Aksi Nasional Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB/SDGs), pengembangan energi terbarukan, serta pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan (education for sustainable development). Perguruan tinggi pun berperan besar melalui gerakan UI GreenMetric World University Rankings, yang mendorong kampus untuk lebih ramah lingkungan dengan indikator pengelolaan energi, transportasi, limbah, air, serta pendidikan berkelanjutan. Gerakan ini tidak hanya menilai infrastruktur, tetapi juga mendorong civitas akademika untuk terlibat dalam perubahan perilaku menuju gaya hidup hijau.

Secara historis, The Industrial Revolution memperlihatkan bagaimana modernisasi membawa kemajuan produktivitas sekaligus peningkatan eksploitasi alam, dari penggunaan batubara, besi, hingga pencemaran di kota-kota industri. Di era sekarang, The Fourth Industrial Revolution (Schwab, 2016) menegaskan bahwa teknologi digital, IoT, dan kecerdasan buatan memiliki potensi ganda: memperkuat keberlanjutan dengan efisiensi energi, tetapi juga berisiko mempercepat konsumsi sumber daya dan menambah e-waste.

Di sinilah relevansi pembangunan berkelanjutan dengan gerakan ramah lingkungan seperti Greenmetric menjadi nyata. Greenmetric bertindak sebagai instrumen untuk menginternalisasi nilai keberlanjutan dalam pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat. Upaya ini selaras dengan pandangan UNEP bahwa solusi pembangunan harus berbasis pada transformasi sosial, ekonomi, dan budaya agar manusia kembali hidup selaras dengan alam.

Dengan demikian, pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan dunia bukan sekadar agenda teknis, melainkan gerakan kultural yang membutuhkan partisipasi semua pihak. Greenmetric berfungsi sebagai jembatan antara konsep global sustainable development dengan tindakan nyata di tingkat lokal dan institusional. Melalui pendidikan, kesadaran ekologis masyarakat dapat tumbuh, sehingga pembangunan tidak lagi dipandang semata-mata sebagai peningkatan ekonomi, melainkan juga sebagai upaya menjaga bumi sebagai rumah bersama.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Gilang Rickat Trengginas 2423031005 གིས-
Nama : Gilang RIckat Trengginas
NPM : 2423031005

Pembangunan berkelanjutan adalah sebuah pendekatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam konteks global dan khususnya Indonesia, konsep ini memiliki tiga pilar yang harus seimbang: pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan pelestarian lingkungan. Indonesia, sebagai negara kepulauan dengan kekayaan hayati dan sumber daya alam yang melimpah, sangat rentan terhadap dampak negatif pembangunan yang tidak terkendali, seperti deforestasi, pencemaran air, dan polusi udara. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan bukan hanya sebuah wacana, melainkan sebuah keharusan untuk memastikan bahwa kekayaan alam yang dimiliki dapat menjadi modal jangka panjang, bukan hanya untuk dieksploitasi habis-habisan. Sebagaimana ditegaskan oleh Hadiyanto (2018), pembangunan berkelanjutan menekankan pada pemanfaatan sumber daya yang bijaksana, di mana aspek ekologis, ekonomi, dan sosial harus berjalan beriringan.

Gerakan ramah lingkungan, termasuk inisiatif seperti UI Greenmetric World University Rankings, memiliki relevansi yang sangat kuat dengan prinsip pembangunan berkelanjutan. Greenmetric pada dasarnya adalah sebuah alat ukur yang mendorong institusi, khususnya perguruan tinggi, untuk menerapkan praktik-praktik berkelanjutan dalam operasional mereka. Upaya-upaya seperti penghematan energi dan air, pengelolaan sampah, penggunaan transportasi ramah lingkungan, dan penataan kawasan hijau adalah implementasi nyata dari pilar pelestarian lingkungan. Gerakan ini secara langsung mendukung pembangunan berkelanjutan karena mentransformasi konsep teoretis menjadi aksi konkret yang terukur. Dengan berpartisipasi dalam Greenmetric, kampus-kampus di Indonesia tidak hanya meningkatkan peringkat internasionalnya, tetapi juga menjadi laboratorium hidup dan contoh bagi masyarakat dalam menerapkan gaya hidup yang lebih sadar lingkungan.

Relevansi terdalam dari hubungan ini terletak pada upaya menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat. Gerakan ramah lingkungan seperti Greenmetric berfungsi sebagai katalisator edukasi yang powerful. Ketika kampus menerapkan sistem pengelolaan sampah yang canggih atau memprioritaskan pedestrian dan sepeda, hal itu menciptakan lingkungan belajar yang secara tidak langsung "memaksa" dan membiasakan civitas akademika untuk hidup lebih hijau. Dampaknya kemudian meluber ke luar tembok kampus. Para mahasiswa dan staf yang telah terbiasa dengan praktik baik ini akan menjadi agen-agen perubahan di komunitasnya masing-masing. Seperti yang diungkapkan dalam penelitian, pendidikan lingkungan adalah kunci untuk membangun perilaku pro-lingkungan. Kesadaran ekologis yang tumbuh dari lingkungan pendidikan inilah yang pada akhirnya menciptakan fondasi sosial yang kokoh bagi keberhasilan pembangunan berkelanjutan di tingkat nasional maupun global, karena kebijakan pemerintah akan didukung oleh masyarakat yang telah tercerahkan.

Referensi:
Hadiyanto. (2018). Pembangunan Berkelanjutan: Konsep dan Implementasinya di Indonesia. Jurnal Ilmu Lingkungan, 16(1), 45-55.
Suryanto, dkk. (2020). UI Greenmetric sebagai Pemacu Pengelolaan Kampus Berkelanjutan di Indonesia: Studi Kasus pada Beberapa Universitas. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, 8(2), 112-125.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Eldes Safitri 2423031002 གིས-
Pembangunan berkelanjutan adalah konsep pembangunan yang bertujuan memenuhi kebutuhan generasi saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka (World Commission on Environment and Development (WCED), 1987). Secara global, prinsip ini diwujudkan dalam 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations, 2015). Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan menjadi bagian penting dari agenda nasional melalui program pembangunan rendah karbon, pengelolaan sumber daya berkelanjutan, serta upaya mitigasi perubahan iklim (Kementerian PPN/Bappenas, 2020). Tantangan utama adalah bagaimana menjaga keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan di tengah tekanan industri dan urbanisasi yang cepat.

Salah satu inisiatif yang sejalan dengan semangat pembangunan berkelanjutan adalah UI GreenMetric World University Rankings yang digagas oleh Universitas Indonesia. GreenMetric menilai kinerja keberlanjutan kampus berdasarkan enam indikator utama: infrastruktur, energi dan perubahan iklim, pengelolaan limbah, penggunaan air, transportasi, dan pendidikan serta riset lingkungan (Universitas Indonesia, 2023). Gerakan ini menjadi langkah strategis dalam mendorong institusi pendidikan untuk menginternalisasi nilai-nilai keberlanjutan dalam sistem pengelolaan dan proses pembelajaran. Di Indonesia sendiri, semakin banyak universitas yang aktif berpartisipasi dalam Greenmetric, menunjukkan komitmen dunia pendidikan terhadap pelestarian lingkungan sekaligus menjadi agen perubahan dalam masyarakat.

Dengan semakin berkembangnya gerakan seperti Greenmetric, kesadaran ekologis masyarakat, terutama generasi muda, mulai tumbuh secara lebih sistematis. Melalui pendekatan pendidikan yang berbasis keberlanjutan dan keterlibatan langsung dalam kegiatan ramah lingkungan, siswa dan mahasiswa dapat membentuk sikap kritis dan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Hal ini menunjukkan bahwa pembangunan berkelanjutan tidak bisa hanya bergantung pada kebijakan pemerintah, tetapi juga harus dibangun melalui budaya sadar lingkungan yang ditanamkan sejak dini, baik di lembaga pendidikan maupun di masyarakat luas (Gadotti, 2008). Oleh karena itu, kolaborasi antara kebijakan pembangunan nasional dan gerakan edukatif seperti Greenmetric menjadi sangat penting dalam menciptakan ekosistem sosial yang mendukung keberlanjutan di tingkat lokal maupun global.

Literatur:
Gadotti, M. (2008). Education for sustainability: A critical contribution to the Decade of Education for Sustainable Development. Green Theory and Praxis: The Journal of Ecopedagogy, 4(1), 15–64.
Kementerian PPN/Bappenas. (2020). Peta jalan pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim Indonesia. Jakarta: Bappenas.
United Nations. (2015). Transforming our world: The 2030 agenda for sustainable development. https://sdgs.un.org/2030agenda
Universitas Indonesia. (2023). UI GreenMetric World University Rankings. https://greenmetric.ui.ac.id/
World Commission on Environment and Development (WCED). (1987). Our common future. Oxford University Press.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Aprilia Mutiasari 2423031011 གིས-
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) merupakan paradigma pembangunan yang berupaya menyeimbangkan tiga aspek utama, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep ini menekankan bahwa kemajuan ekonomi tidak boleh mengorbankan kelestarian alam dan kesejahteraan generasi mendatang. Dalam konteks global, pembangunan berkelanjutan menjadi agenda penting melalui Sustainable Development Goals (SDGs) yang dicanangkan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sejak tahun 2015. Salah satu tujuannya, yakni SDG 13 tentang penanganan perubahan iklim, menegaskan pentingnya tindakan kolektif dunia dalam mengurangi dampak eksploitasi alam dan degradasi lingkungan (United Nations, 2015).
Di Indonesia, penerapan pembangunan berkelanjutan diatur dalam berbagai kebijakan nasional, seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) 2025–2045 yang menempatkan aspek lingkungan hidup dan ketahanan sumber daya alam sebagai prioritas pembangunan. Namun, tantangan utama masih terletak pada praktik eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan untuk kepentingan industri dan ekspor. Oleh karena itu, Indonesia mulai mendorong implementasi ekonomi hijau (green economy) dan energi terbarukan guna mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil dan memperkuat daya dukung lingkungan (Kementerian PPN/Bappenas, 2023).
Salah satu inisiatif yang relevan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di bidang pendidikan dan kesadaran lingkungan adalah gerakan Greenmetric. Program ini awalnya digagas oleh Universitas Indonesia (UI) dan kini diikuti oleh banyak perguruan tinggi di seluruh dunia. Greenmetric berfokus pada penilaian dan pemeringkatan kampus berdasarkan komitmen mereka terhadap keberlanjutan lingkungan melalui indikator seperti penggunaan energi, pengelolaan limbah, transportasi hijau, dan pendidikan lingkungan (UI Greenmetric, 2022). Gerakan ini menjadi sarana strategis dalam menanamkan nilai-nilai ekologis dan tanggung jawab lingkungan di kalangan generasi muda, khususnya mahasiswa yang kelak menjadi pengambil kebijakan dan pelaku pembangunan.
Relevansi antara pembangunan berkelanjutan dan gerakan ramah lingkungan seperti Greenmetric terletak pada tujuan bersama untuk membentuk kesadaran ekologis masyarakat. Melalui pendidikan dan partisipasi aktif masyarakat dalam kegiatan ramah lingkungan, seperti penghijauan, daur ulang, dan efisiensi energi, nilai-nilai keberlanjutan dapat diinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari. Dengan demikian, pembangunan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari sejauh mana masyarakat mampu hidup harmonis dengan alam. Kesadaran ekologis inilah yang menjadi fondasi utama agar pembangunan berkelanjutan dapat berjalan konsisten dan berdampak jangka panjang bagi keberlanjutan planet bumi (Sukmana, 2021).

Referensi:
• Kementerian PPN/Bappenas. (2023). Pembangunan Rendah Karbon dan Ekonomi Hijau di Indonesia. Jakarta: Bappenas.
• Sukmana, R. (2021). Kesadaran Ekologis dan Implementasi Pembangunan Berkelanjutan di Indonesia. Jurnal Sosio-Ekologis, 9(2), 101–113.
• UI Greenmetric. (2022). UI Greenmetric World University Rankings: Guideline 2022. Depok: Universitas Indonesia.
• United Nations. (2015). Transforming Our World: The 2030 Agenda for Sustainable Development. New York: United Nations.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Yuni Erdalina 2423031008 གིས-
Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) di Indonesia dan di dunia adalah sebuah paradigma pembangunan yang tidak hanya mengejar pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan manusia, tetapi juga harus menjaga kelestarian lingkungan dan keadilan sosial agar manfaatnya dapat terus dirasakan oleh generasi mendatang. Di dunia internasional, konsep ini sudah lama menjadi agenda melalui kerangka seperti United Nations Sustainable Development Goals (SDGs) yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Di Indonesia, pembangunan berkelanjutan diwujudkan dalam kebijakan-kebijakan seperti Green Economy, Upaya Penanggulangan Perubahan Iklim, konservasi sumber daya alam, dan juga melalui indikator-indikator pengukuran seperti GreenMetric dan Green Campus yang mendorong institusi pendidikan serta pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan dampak lingkungan.
Gerakan ramah lingkungan atau green movement sangat relevan dengan pembangunan berkelanjutan karena gerakan ini membantu menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat, yang merupakan salah satu syarat penting agar pembangunan yang ramah lingkungan bisa berjalan efektif dan berkelanjutan. Misalnya, penelitian tentang Gerakan Ekologi Kewarganegaraan di Kabupaten Garut menemukan bahwa melalui pengelolaan sampah oleh masyarakat dan partisipasi publik, Indeks Kualitas Lingkungan Hidup (IKLH) meningkat dari 56,06 pada tahun 2021 menjadi 62,31 pada tahun 2024, serta penanganan sampah meningkat, yang menunjukkan dampak nyata dari gerakan masyarakat terhadap lingkungan (Kusnadi & Risal, 2024). Selain itu, studi Implementasi Green Economy terhadap Pembangunan Berkelanjutan dengan Green Growth Policy sebagai Mediasi pada Kota Tebing Tinggi juga menunjukkan bahwa kebijakan ekonomi hijau yang diadopsi di tingkat daerah mampu memberikan kontribusi langsung terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan melalui pengembangan kebijakan pertumbuhan hijau (Arifin, 2024).
Dengan demikian, relevansi pembangunan berkelanjutan dengan gerakan ramah lingkungan sangat kuat, gerakan ini bukan hanya sekadar simbol atau kegiatan estetik semata, tetapi dapat menjadi pendorong perubahan struktural apabila didukung oleh kebijakan, partisipasi masyarakat, dan indikator pengukuran yang transparan. Tanpa kesadaran ekologis masyarakat melalui gerakan lingkungan, kebijakan pembangunan berkelanjutan bisa sulit diimplementasikan secara efektif, sebab pembangunan yang tidak didukung kepekaan lingkungan rentan memunculkan degradasi lingkungan, kerusakan ekosistem, dan ketidakadilan sosial.
Daftar Pustaka
• Kusnadi, E., & Risal, M. (2024). Gerakan Ekologi Kewarganegaraan dalam Mengembangkan Pelestarian Lingkungan Hidup. Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, 8(2)
• Arifin, I. W. (2024). Implementasi Green Economy terhadap Pembangunan Berkelanjutan dengan Green Growth Policy sebagai Mediasi pada Kota Tebing Tinggi. Economic Development Progress, 3(1)
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Iskandar 2423031007 གིས-
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
Nama : Iskandar
NPM : 2423031007

Mohon izin menjawab ibu
Pembangunan Berkelanjutan dalam konteks Indonesia dan dunia serta relevansinya dengan gerakan greenmetric dan kesadaran ekologis Menurut Sachs (2021), pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah paradigma global yang mengintegrasikan tiga dimensi utama: ekonomi, sosial, dan lingkungan. Tujuan akhirnya adalah memastikan kesejahteraan manusia tanpa mengorbankan keberlanjutan sumber daya alam bagi generasi mendatang. Konsep ini menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi harus disertai tanggung jawab ekologis dan pemerataan sosial. Dalam konteks dunia, paradigma ini menjadi pilar utama Agenda PBB Sustainable Development Goals (SDGs) 2030 yang menekankan keseimbangan antara kemajuan teknologi, keadilan sosial, dan konservasi alam. Negara-negara maju diarahkan untuk mengurangi jejak karbon industri, sementara negara berkembang didorong memperkuat kebijakan hijau tanpa mengorbankan kebutuhan dasar rakyat. Di Indonesia, konsep pembangunan berkelanjutan menjadi dasar Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan kebijakan ekonomi hijau. Pemerintah mulai mengintegrasikan pendekatan low carbon development dan green growth untuk menjawab tantangan perubahan iklim sekaligus menjaga pertumbuhan ekonomi nasional.
Menurut Leal Filho et al. (2022), pembangunan berkelanjutan tidak dapat berjalan tanpa dukungan ekosistem pendidikan dan budaya ekologis masyarakat. Kesadaran lingkungan harus menjadi nilai yang melekat dalam perilaku individu dan kelembagaan. Dalam hal ini, gerakan seperti Greenmetric World University Ranking menjadi bagian penting dari upaya global membangun budaya keberlanjutan di lingkungan pendidikan. Kampus memiliki peran strategis sebagai pusat inovasi ekologis dan perubahan perilaku sosial. Melalui program Greenmetric, universitas di seluruh dunia, termasuk Indonesia, dievaluasi berdasarkan kebijakan energi, pengelolaan sampah, keanekaragaman hayati, dan pendidikan lingkungan. Gerakan Greenmetric mendorong munculnya green campus movement di Indonesia yang berdampak luas terhadap masyarakat sekitar. Ketika mahasiswa terbiasa dengan budaya hemat energi dan pengelolaan sampah terpilah, perilaku tersebut terbawa dalam kehidupan sosial dan menjadi pola baru kesadaran ekologis di masyarakat.

UNDP (2023) menyoroti bahwa tantangan utama pembangunan berkelanjutan di negara berkembang adalah ketidakseimbangan antara kepentingan ekonomi dan lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam, urbanisasi tidak terkendali, dan ketimpangan sosial sering menghambat implementasi prinsip berkelanjutan. Oleh karena itu, dibutuhkan multi-stakeholder collaboration yang menggabungkan pemerintah, masyarakat, industri, dan pendidikan. Dalam konteks Indonesia, program seperti Green Economy Indonesia dan Gerakan Kampus Merdeka Hijau menjadi contoh nyata integrasi pembangunan berkelanjutan dengan pendidikan lingkungan. Universitas diarahkan menjadi inkubator inovasi hijau yang menghasilkan riset terapan untuk pengelolaan energi terbarukan dan adaptasi perubahan iklim. Keterlibatan sektor swasta dalam program tanggung jawab sosial (CSR) juga memperkuat implementasi pembangunan berkelanjutan. Banyak perusahaan kini bermitra dengan universitas untuk mengembangkan teknologi ramah lingkungan, mendukung agenda Greenmetric, dan menciptakan ekosistem inovasi hijau nasional.
Menurut Ardiansyah dan Setyowati (2024), gerakan Greenmetric di Indonesia bukan sekadar perlombaan peringkat, tetapi juga bagian dari upaya sistemik membangun ekologi pendidikan tinggi yang berwawasan lingkungan. Universitas Indonesia sebagai inisiator Greenmetric telah menjadi pionir dalam mempromosikan efisiensi energi, transportasi hijau, konservasi air, serta kebijakan karbon rendah. Gerakan ini berhasil mengubah paradigma kampus menjadi living laboratory for sustainability, di mana mahasiswa dan dosen tidak hanya belajar teori lingkungan, tetapi juga mempraktikkannya dalam kegiatan nyata. Contohnya, penerapan panel surya, pengelolaan limbah organik, dan hutan kampus sebagai ruang konservasi. Dampaknya meluas hingga masyarakat sekitar melalui kegiatan pengabdian berbasis lingkungan. Ketika universitas menjadi model ekologis, masyarakat akan meniru perilaku hijau tersebut. Inilah bentuk ecological diffusion — penyebaran nilai-nilai keberlanjutan dari kampus ke komunitas lokal yang memperkuat pembangunan berkelanjutan nasional. Sachs dan Reid (2025) menyatakan bahwa kesadaran ekologis masyarakat merupakan fondasi moral dari pembangunan berkelanjutan. Tanpa kesadaran kolektif, kebijakan hijau hanya akan menjadi simbol tanpa perubahan nyata. Pendidikan ekologis dan partisipasi publik harus diperkuat agar transformasi menuju ekonomi hijau berjalan inklusif dan berkeadilan. Analisis ini menegaskan relevansi antara gerakan Greenmetric dan pembentukan kesadaran ekologis masyarakat. Greenmetric tidak hanya membentuk perilaku ramah lingkungan di universitas, tetapi juga menciptakan budaya reflektif di masyarakat bahwa keberlanjutan bukan tanggung jawab individu, melainkan komitmen kolektif Greenmetric mendukung pencapaian SDGs ke-4 (pendidikan berkualitas), ke-11 (kota dan komunitas berkelanjutan), dan ke-13 (aksi terhadap perubahan iklim). Dengan menghubungkan pendidikan, kebijakan, dan teknologi hijau, Indonesia memperkuat posisinya sebagai pelaku penting dalam gerakan global menuju masa depan berkelanjutan.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Pembangunan berkelanjutan di Indonesia dan dunia berakar pada prinsip keseimbangan antara pertumbuhan ekonomi, keadilan sosial, dan kelestarian lingkungan. Gerakan Greenmetric menjadi manifestasi nyata dari upaya tersebut, terutama di sektor pendidikan tinggi. Melalui inovasi hijau, efisiensi energi, dan pembentukan budaya ramah lingkungan, Greenmetric tidak hanya meningkatkan citra kampus, tetapi juga menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat luas. Relevansinya terletak pada kemampuannya membangun generasi yang sadar bumi dan menempatkan keberlanjutan sebagai fondasi peradaban masa depan.

Referensi
Ardiansyah, R., & Setyowati, E. (2024). Greenmetric as a framework for sustainable campus transformation in Indonesia. Environmental Education Review, 18(2), 145–162.
Leal Filho, W., Salvia, A. L., & Pretorius, R. (2022). Sustainability education and institutional transformation. Springer Nature.
Sachs, J. D. (2021). The age of sustainable development. Columbia University Press.
Sachs, J. D., & Reid, W. V. (2025). Building ecological consciousness for equitable sustainability. Global Environmental Policy Journal, 31(1), 55–78.
United Nations Development Programme (UNDP). (2023). Human development and sustainability report 2023. New York: UNDP.
In reply to First post

Re: Forum Diskusi

Erma Oktaviani 2423031004 གིས-
Pembangunan berkelanjutan pada dasarnya merupakan upaya terpadu untuk memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhannya sendiri. Dalam konteks Indonesia dan dunia, konsep ini menjadi fondasi utama dalam mencapai keseimbangan antara aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan. Menurut United Nations Environment Programme (UNEP, 2021) dalam laporan Making Peace with Nature, pembangunan berkelanjutan menuntut transformasi sistem ekonomi dan sosial menuju arah yang lebih hijau serta berbasis pada konservasi sumber daya alam dan pengurangan polusi.

Di Indonesia, implementasi pembangunan berkelanjutan tercermin melalui berbagai kebijakan seperti Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) serta partisipasi dalam Agenda 2030 untuk Sustainable Development Goals (SDGs). Salah satu wujud konkret di bidang pendidikan tinggi adalah UI GreenMetric World University Rankings, sebuah inisiatif global yang mengukur komitmen universitas terhadap lingkungan melalui aspek pengelolaan energi, limbah, air, transportasi, dan pendidikan berkelanjutan. Gerakan GreenMetric ini secara langsung relevan dengan pembangunan berkelanjutan karena menumbuhkan budaya ramah lingkungan di lingkungan akademik dan masyarakat luas, serta mendorong partisipasi aktif dalam mitigasi perubahan iklim dan pelestarian ekosistem.

Upaya GreenMetric juga berfungsi sebagai katalis dalam menumbuhkan kesadaran ekologis masyarakat. Melalui pendidikan lingkungan, kegiatan riset hijau, serta penerapan prinsip green campus, masyarakat akademik diharapkan mampu menjadi agen perubahan yang menerapkan gaya hidup berkelanjutan. Sejalan dengan UNEP (2021), kesadaran ekologis ini merupakan komponen penting dalam “membuat perdamaian dengan alam” — di mana manusia tidak lagi memposisikan diri sebagai penakluk alam, melainkan sebagai bagian yang harus hidup harmonis dengannya.

Semangat GreenMetric dan pembangunan berkelanjutan dalam konteks lokal dapat diperkuat dengan menggali nilai-nilai kearifan lokal, seperti adat dan budaya Lampung di Kotabumi yang menekankan prinsip piil pesenggiri (harga diri dan tanggung jawab sosial) dan nemui nyimah (sikap terbuka dan saling menghargai). Nilai-nilai ini dapat diterjemahkan dalam bentuk perilaku menjaga lingkungan, seperti pengelolaan sumber air secara gotong royong, pelestarian hutan adat, dan penghormatan terhadap tanah leluhur sebagai bagian dari identitas budaya. Integrasi nilai-nilai lokal ini selaras dengan prinsip pembangunan berkelanjutan yang menempatkan masyarakat sebagai pelaku utama pelestarian lingkungan dan penguatan ketahanan ekologi daerah.
Daftar Pustaka:
• United Nations Environment Programme. (2021). Making Peace with Nature: A scientific blueprint to tackle the climate, biodiversity and pollution emergencies. Nairobi: UNEP. https://www.unep.org/resources/making-peace-nature
• Kementerian PPN/Bappenas. (2020). Roadmap SDGs Indonesia 2020–2030. Jakarta: Bappenas.
• UI GreenMetric World University Rankings. (2023). About UI GreenMetric. Universitas Indonesia. https://greenmetric.ui.ac.id
• Suparmini, S., & Rahayu, S. (2020). Kearifan Lokal dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup di Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.