Diskusi

Diskusi

Diskusi

Jumlah balasan: 22

Cobalah anda diskusikan beberapa pertanyaan berikut ini bersama teman-teman disini sebagai bukti anda hadir. Berikan respon anda terhadap pertanyaan berikut dan sertakan argumen dari berbagai sumber.

  1. Bagaimanakah paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
  2. Bagaimanakah proses implementasi ZBB dalam mengatasi kesenjangan anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM!
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Rieke Nindita Sari - -
Nama : Rieke Nindita Sari
NPM : 2313031019

1. Paradigma Anggaran Tradisional bersifat sentralistis dan berorientasi pada input, yaitu pengendalian dan pengawasan terhadap jumlah uang yang dianggarkan. Penganggaran bersifat incremental atau penyesuaian berdasarkan tahun sebelumnya tanpa kajian mendalam, berbasis pada struktur line-item, di mana anggaran diatur menurut jenis pengeluaran tanpa menilai kinerja program. Sehingga kurang mengaitkan anggaran dengan perencanaan jangka panjang, tujuan, dan hasil yang ingin dicapai. Paradigma ini berfokus pada kontrol dan pertanggungjawaban keuangan secara administratif, sehingga cenderung kaku karena batasan departemen yang jelas dan terpisah. Sedangkan Paradigma Anggaran Berbasis NPM berorientasi pada kinerja (performance-based budgeting) dengan fokus pada output dan outcome, bukan hanya input. Hal ini mendorong efisiensi, efektivitas, dan orientasi pada value for money (nilai untuk uang). Mengintegrasikan perencanaan jangka panjang dan sasaran yang jelas dalam penyusunan anggaran serta bersifat desentralisasi dan lintas departemen untuk mencapai hasil dan tujuan bersama. Paradigma ini menggunakan pengukuran kinerja sebagai dasar pengalokasian anggaran dan mendorong transparansi dan akuntabilitas yang lebih tinggi.

2. Proses Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB)
Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penganggaran yang bisa digunakan untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dan memperkuat pendekatan NPM dengan cara:
- Mengawali setiap periode anggaran dari nol (zero base) tanpa menganggap otomatis bahwa anggaran sebelumnya menjadi dasar.
- Mengharuskan setiap unit kerja menjelaskan dan justifikasi anggaran yang diusulkan berdasarkan kebutuhan dan prioritas saat ini.
- Mendorong evaluasi program dan kegiatan secara mendalam untuk menilai efektivitas dan efisiensi pengeluaran.
- Memastikan bahwa setiap pengeluaran direncanakan dan dialokasikan berdasarkan tujuan yang jelas serta diperiksa secara ketat.
- Membantu menghilangkan pemborosan dan pengalokasian anggaran yang tidak efektif, mengoptimalkan penggunaan sumber daya publik.
- Memadukan aspek perencanaan strategis dan manajemen kinerja dalam proses penyusunan anggaran.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Dela Novita -
Nama : Dela Novita
NPm: 2313031023
Kelas : A

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

Anggaran tradisional menekankan kepatuhan pada input dan pos-pos belanja dengan metode inkremental. Kelebihannya stabil dan mudah diaudit, tetapi kelemahannya kurang fleksibel dan tidak menunjukkan apa hasil dari belanja publik.
Sebaliknya, anggaran berbasis NPM (New Public Management) berorientasi pada kinerja. Setiap rupiah dikaitkan dengan output dan outcome, sehingga lebih menuntut efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas. Tantangannya adalah memastikan indikator kinerja benar-benar mencerminkan pelayanan publik, bukan sekadar formalitas.

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) diterapkan untuk menjembatani kelemahan keduanya. Caranya:

a.Menyusun decision package: setiap program dijelaskan tujuan, biaya, alternatif level pembiayaan, serta indikator kinerja.
b.Memeringkat program: paket dinilai berdasarkan prioritas strategis dan hasil yang diharapkan.
C.Menetapkan pendanaan: hanya program dengan relevansi dan dampak jelas yang didanai.
d.Evaluasi hasil: memastikan siklus anggaran berikutnya lebih efisien dan berorientasi hasil.

Dengan langkah ini, ZBB mengatasi sifat inkremental anggaran tradisional dan memperkuat logika kinerja dalam NPM, sehingga anggaran menjadi lebih adaptif, transparan, dan akuntabel.

Jadi respon saya: anggaran tradisional penting untuk kepastian administratif, NPM penting untuk orientasi hasil, sedangkan ZBB berperan sebagai mekanisme korektif yang menyatukan keunggulan keduanya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Annisa Luthfiyyah -
Nama : Annisa Lutthfiyyah
NPM : 2313031010

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan berbasis NPM
Dalam anggaran tradisional, fokusnya pada besarnya uang yang dibelanjakan untuk setiap jenis kegiatan. Anggaran ini biasanya disusun dengan cara menyalin dan menambah dari tahun sebelumnya. Sistem ini membuat pengendalian keuangan lebih mudah, tetapi sering kali tidak menunjukkan apakah belanja tersebut membawa hasil nyata. Sedangkan, anggaran berbasis NPM lebih menekankan pada apa yang dicapai dari penggunaan dana. Setiap pengeluaran dihubungkan dengan target dan hasil yang jelas, sehingga dorongan efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas lebih kuat. Keunggulannya adalah anggaran menjadi lebih transparan dan berorientasi pada manfaat publik, meskipun tantangannya ada pada penentuan indikator kinerja yang tepat.

2. Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB)
ZBB diterapkan dengan prinsip bahwa semua program harus dimulai dari nol, bukan sekadar melanjutkan tahun sebelumnya. Setiap program harus disertai alasan yang jelas, manfaat yang dihasilkan, serta perbandingan dengan pilihan lain. Tahapannya antara lain: menyusun usulan kegiatan lengkap dengan kebutuhan dan tujuannya, menilai efektivitas dan dampaknya, memberi peringkat sesuai prioritas, lalu menetapkan alokasi dana untuk kegiatan yang paling relevan. Setelah itu, dilakukan peninjauan hasil agar penyusunan anggaran berikutnya lebih baik. Dengan mekanisme ini, ZBB menutup kelemahan anggaran tradisional yang hanya melihat input, sekaligus mendukung semangat NPM yang berfokus pada hasil.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Ni Wayan Vara Wulandari -

Nama: Ni Wayan Vara Wulandari

NPM: 2313031017

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM, Paradigma anggaran tradisional fokus pada input atau belanja yang dianggarkan, seperti gaji dan biaya operasional. Paradigma ini bersifat inkremental yang artinya anggaran tahun ini dibuat dengan menambahkan atau mengurangi persentase tertentu dari anggaran tahun sebelumnya tanpa adanya evaluasi sebelumnya. Tujuan utama paradigma ini adalah lebih kepada pengendalian dan tanggung jawab kas bukan pada pengeluaran. Sedangkan paradigma anggaran berbasis NPM (New Public Management) adalah penekanan pada kinerja, hasil dan dampaknya. Paradigma ini mengadopsi prinsip-prinsip manajemen sektor swasta untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas sektor publik. Tujuan utamanya adalah pada pencapaian tujuan strategi organisasi dan penyediaan kebutuhan masyarakat, bukan sekadar menghabiskan anggaran. 

2. Implementasi ZBB dalam mengatasi kesenjangan, Zero-Based Budgeting (ZBB)berperan sebagai alat penting yang menjembatani kesenjangan antara kedua paradigma tersebut. Ada beberapa proses implementasi yang harus dilakukan oleh ZBB adalah: ZBB mengharuskan setiap pengeluaran dapat dibenarkan dari "nol" tanpa mengacu pada anggaran sebelumnya, evaluasi kritis dan prioritas  dan berfokus pada efisiensi dan akuntabilitas. 

Sebagai balasan Ni Wayan Vara Wulandari

Re: Diskusi

oleh Saqila Rahma Andini -
Nama : Saqila Rahma Andini
NPM : 2313031020

Anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM adalah dua jenis pendekatan dalam penganggaran pada sektor publik. Berikut adalah perbedaan antara paradigma anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM:
- Anggaran Tradisional:
Cara penyusunan anggaran didasarkan pada pengawasan dan pertanggungjawaban yang terpusat. Bersifat incrementalism artinya menambah dan mengurangi jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada dengan data tahun sebelumnya. Ciri utamanya adalah bersifat line-item.Tidak didasarkan atas pemikiran dan analisa rangkaian kegiatan yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan yang telah ditentuka
- Anggaran Berbasis NPM:
Berfokus pada tujuan dan aktivitas program mata anggaran untuk mencapai tujuan.Berorientasi masa depan sehingga secara gamblang menunjukkan apa yang akan
dicapai oleh organisasi dalam jangka panjang. Bersifat desentralisasi dan devolved, artinya memberikan kebebasan pada unit-unit organisasi untuk mengelola anggaran mereka sendiri.Berbasis kinerja, artinya anggaran didasarkan pada hasil yang ingin dicapai oleh organisasi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Sela Ayu Irawati -
Nama:Sela Ayu Irawati
Npm:2313031015

1.Anggaran Tradisional
Merupakan jenis anggaran yang biasanya sering digunakan di negara berkembang dan berpusat pada pendekatan atau pemikiran yang mementingkan pertambahan atau kenaikan yang relative sama tanpa memperhatikan kebutuhan yang seharusnya. Pendekatan penganggaran ini menggunakan paradigma sederhana yang berorientasi pada pengendalian setiap jenis biaya serta pendekatan tradisional bertujuan untuk membatasi serta mengendalikan pengeluaran dari belanja suatu organisasi publik.

Anggaran NPM (New Public Management)
Merupakan suatu anggaran sektor publik yang sistemnya berorientasi pada suatu kinerja, bukan berorientasi pada kebijakan, sehingga penggunaan paradigma sistem ini menuntut pihak pemerintah penyusun anggaran untuk dapat mengadakan anggaran yang efisien dalam memangkas biaya serta melaksanakan proses tender yang kompetitif untuk mencapai hal tersebut.

2. Proses implementasi ZBB terdiri dari tiga tahapan, yaitu:

Identifikasi Unit-unit Keputusan.
Struktur organisasi pada dasarnya terdiri dari pusat-pusat pertanggungjawaban. Zero Based Budgeting merupakan sistem anggaran yang berbasis pusat pertanggungjawaban sebagai dasar perencanaan dan pengendalian anggaran.

Penentuan Paket-paket Keputusan.
Proses penentuan paket keputusan dapat menjamin tersedianya informasi yang lebih bermanfaat bagi kepentingan manajemen. Paket keputusan merupakan gambaran komprehensif mengenai bagian dari kreativitas organisasi atau fungsi yang dapat di evaluasi secara individu. Paket keputusan dibuat oleh manajer pusat pertanggungjawaban dan harus menunjukkan secara detail estimasi biaya dan pendapatan yang dinyatakan dalam bentuk pencapaian tugas dan perolehan manfaat.

Mengevaluasi Paket Keputusan dan Membuat Peringkat Paket Keputusan.
Bila paket keputusan telah disiapkan, tahapan berikutnya adalah membuat peringkat semua paket berdasarkan manfaat yang diperoleh bagi organisasi. Tahapan ini merupakan jembatan untuk menuju proses alokasi sumber daya di antara berbagai kegiatan yang beberapa di antaranya sudah ada dan lainnya baru sama sekali.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Khoirun Nisa -
Nama : Khoirun Nisa
NPM : 2313031005

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional merupakan pendekatan lama yang berfokus pada alokasi dana berdasarkan input dan rencana yang sudah ditentukan sebelumnya. Sistem ini cenderung bersifat incremental, yaitu menambah atau mengurangi anggaran dari tahun sebelumnya dengan sedikit perubahan. Fokus utamanya adalah kontrol administratif dan kepatuhan terhadap aturan, sehingga keberhasilan diukur dari seberapa sesuai realisasi pengeluaran dengan rencana yang telah dibuat. Kelemahannya, paradigma ini kurang menekankan pada hasil atau kinerja sehingga sering kali program lama tetap mendapatkan dana meskipun tidak relevan atau tidak efektif. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada hasil (output dan outcome) dengan orientasi kinerja. NPM mengadopsi prinsip-prinsip manajemen dari sektor swasta, seperti efisiensi, akuntabilitas, dan fleksibilitas. Dalam kerangka ini, alokasi dana dinilai berdasarkan capaian yang ingin diraih, bukan hanya jumlah dana yang digunakan. Paradigma NPM juga mendorong desentralisasi, sehingga unit-unit pelaksana diberi keleluasaan mengelola dana, namun tetap harus bertanggung jawab pada pencapaian target yang jelas. Meskipun begitu, penerapan NPM menghadapi tantangan berupa kesulitan dalam mengukur outcome tertentu serta kebutuhan akan sistem evaluasi dan monitoring yang memadai.

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) hadir sebagai metode yang mampu menjembatani kelemahan anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM. Dalam ZBB, penyusunan anggaran dimulai dari nol pada setiap siklus, sehingga setiap program atau kegiatan harus dijustifikasi kembali tanpa mengacu pada alokasi tahun sebelumnya. Proses ZBB dilakukan dengan menetapkan tujuan organisasi, menyusun paket keputusan yang berisi kebutuhan dan analisis biaya-manfaat, kemudian mengevaluasi dan memprioritaskan usulan sesuai relevansi dengan tujuan strategis, hingga akhirnya menetapkan alokasi anggaran. Dengan mekanisme ini, ZBB mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang cenderung otomatis membiayai program lama. Pada saat yang sama, ZBB juga memperkuat kelemahan NPM, karena meskipun NPM menekankan hasil, sering kali outcome sulit diukur secara objektif. Melalui analisis biaya-manfaat dalam setiap paket keputusan, ZBB membuat setiap kegiatan lebih mudah dievaluasi berdasarkan prioritas dan hasil nyata. Dengan demikian, ZBB tidak hanya mendorong efisiensi dan transparansi, tetapi juga memastikan orientasi kinerja NPM dapat diwujudkan lebih terukur. Walaupun demikian, penerapan ZBB membutuhkan waktu, tenaga, serta kesiapan sumber daya manusia yang lebih besar, sehingga keberhasilan implementasinya sangat bergantung pada komitmen pimpinan dan kedisiplinan birokrasi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Diah Arum Sari Nawang Ulan -
Nama : Diah Arum Sari Nawang Ulan
NPM : 2313031021

Paradigma anggaran tradisional menekankan pada kontrol input, yaitu berfokus pada alokasi dana berdasarkan pos-pos belanja (line item) tanpa memperhatikan hasil (output) yang dicapai. Paradigma ini sering dianggap kurang fleksibel dan tidak menekankan efektivitas. Sebaliknya, anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada efisiensi, efektivitas, serta akuntabilitas dengan orientasi pada kinerja (performance based budgeting), sehingga dana publik diharapkan menghasilkan output dan outcome yang jelas bagi masyarakat (Halim, 2012).

Dalam konteks ini, Zero Based Budgeting (ZBB) hadir sebagai solusi untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional maupun keterbatasan anggaran berbasis NPM. ZBB menuntut setiap unit organisasi menyusun anggaran dari nol (zero base) setiap periode, sehingga setiap program harus dijustifikasi kembali kelayakannya. Dengan cara ini, ZBB dapat mencegah pemborosan, mengurangi inkrementalisme anggaran tradisional, dan memastikan setiap rupiah yang dibelanjakan benar-benar selaras dengan tujuan kinerja sebagaimana paradigma NPM (Mardiasmo, 2018).
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh IRFAN A SUKI -
Nama : Irfan A Suki
Npm : 2313011013

Anggaran tradisional berfokus pada input dan kepatuhan administratif, sehingga cenderung hanya mengikuti prosedur tanpa melihat hasil yang dicapai. Pola ini sering menimbulkan pemborosan karena manfaat belanja sulit diukur. Sebaliknya, anggaran berbasis NPM menekankan orientasi hasil dengan prinsip efisiensi, efektivitas, transparansi, dan akuntabilitas. Untuk menjembatani kelemahan keduanya, Zero Based Budgeting (ZBB) diterapkan dengan menyusun anggaran dari nol dan mewajibkan setiap program dijustifikasi secara rasional. Melalui ZBB, program yang tidak relevan dapat dihapus dan program prioritas tetap dijalankan. Dengan demikian, penganggaran menjadi lebih efisien sekaligus selaras dengan prinsip manajemen modern.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Catur Febriyan -
NAMA : CATUR FEBRIYAN
NPM : 2313031018

1. Paradigma anggaran tradisional berfokus pada input, yaitu berapa banyak dana yang dialokasikan tanpa menekankan pada hasil atau kinerja, sedangkan anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan efisiensi, efektivitas, serta orientasi pada output dan outcome yang dihasilkan dari penggunaan anggaran. Perbedaan ini sering menimbulkan kesenjangan karena anggaran tradisional cenderung birokratis sementara NPM lebih fleksibel dan berorientasi hasil.

2. Zero Based Budgeting (ZBB) hadir sebagai solusi dengan cara menuntut setiap unit kerja menyusun anggaran dari nol, bukan sekadar melanjutkan anggaran sebelumnya. Proses ini membuat setiap kegiatan harus dipertanggungjawabkan urgensi dan manfaatnya, sehingga anggaran yang disusun lebih transparan, efisien, dan dapat menjembatani perbedaan antara pola tradisional yang menekankan input dengan pendekatan NPM yang menekankan kinerja.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Muhammad rizqi Alfiah -
Nama: Muhammad Rizqi Alfiah
Npm: 2313031008

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Anggaran tradisional umumnya disusun dengan pola incremental, yaitu hanya menambah atau mengurangi dari tahun sebelumnya. Fokusnya lebih pada input, yakni seberapa besar dana yang dialokasikan, bukan pada hasil yang dicapai. Hal ini membuat anggaran tradisional sering dianggap kurang transparan dan rawan pemborosan (Mardiasmo, 2018).
Berbeda dengan itu, paradigma New Public Management (NPM) menekankan orientasi pada output dan outcome. Pemerintah tidak hanya menghabiskan anggaran, tetapi juga harus menunjukkan kinerja dan manfaat yang dirasakan publik. Paradigma ini mendorong efisiensi, akuntabilitas, dan transparansi dalam pengelolaan keuangan, sebagaimana ditegaskan oleh Hood (1991) dan Osborne & Gaebler (1992).

2. Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB)
Zero-Based Budgeting (ZBB) dikembangkan untuk mengatasi kelemahan kedua pendekatan tersebut. Tidak seperti sistem tradisional yang berpatokan pada angka tahun lalu, ZBB mewajibkan setiap unit kerja menyusun anggaran dari nol. Dengan cara ini, setiap program harus diajukan ulang dengan alasan yang jelas mengenai urgensi dan manfaatnya (Pyhrr, 1970).
Pendekatan ZBB ini membantu memangkas kegiatan yang tidak relevan, sekaligus memastikan setiap rupiah benar-benar digunakan untuk kegiatan yang berdampak. Hal ini membuat ZBB sejalan dengan prinsip NPM yang menekankan efisiensi dan akuntabilitas, namun tetap menghindari kelemahan anggaran tradisional yang cenderung boros (Mardiasmo, 2018).
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Mar'atus Shalihah Mar'atus Shalihah -
Nama : Mar'atus Shalihah
NPM : 2313031025

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Anggaran tradisional bersifat sentralistis dan berorientasi pada input dengan karakteristik hierarkis, incremental budgeting, fokus kepatuhan prosedural, dan cenderung kaku terhadap perubahan. Sebaliknya, anggaran berbasis New Public Management (NPM) bersifat desentralisasi dan devolved management, serta berorientasi pada input, output, dan outcome. NPM mendorong efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas berbasis kinerja melalui penerapan performance-based budgeting, fleksibilitas dalam adaptasi, serta membuka ruang kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta (Dewi & Wiguna, 2023).

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Zero-Based Budgeting (ZBB) merupakan metode penyusunan anggaran yang dimulai dari nol pada setiap periode, di mana setiap biaya harus diusulkan ulang dan dibenarkan untuk periode anggaran baru. ZBB menjembatani kesenjangan dengan mengatasi kelemahan anggaran tradisional melalui eliminasi incremental budgeting dan peningkatan akuntabilitas, sekaligus mendukung prinsip NPM dengan fokus pada outcome dan efisiensi (Ratmono & Suryani, 2021). Implementasi penggunaan metode ZBB memang memakan waktu (time consuming), tetapi jika didukung manajemen dan SDM yang terlatih, maka bisa menjadi langkah efektif menuju anggaran berbasis kinerja (Ghofur, Firdaus, & Rachmawati, 2020).
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Suci Tri Wahyuni 2313031012 -
Nama : Suci Tri Wahyuni
Npm : 2313031012
Kelas : A

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

Anggaran Tradisional (Line-Item Budgeting):
Paradigma ini menekankan pada input atau pos-pos pengeluaran yang rinci. Fokusnya adalah kepatuhan administratif, pengendalian penggunaan dana, serta transparansi terhadap jenis belanja (misalnya: gaji, ATK, perjalanan dinas). Kelemahannya, sistem ini kurang fleksibel dan tidak berorientasi pada kinerja. Hal ini sesuai dengan pendapat Mardiasmo (2009) bahwa anggaran tradisional cenderung hanya menekankan aspek kepatuhan, bukan hasil yang dicapai.

Anggaran Berbasis NPM (New Public Management):
Paradigma ini muncul sebagai kritik atas anggaran tradisional. Fokusnya bukan hanya pada input, tetapi juga output dan outcome. Prinsip NPM menekankan efisiensi, efektivitas, akuntabilitas, serta orientasi hasil (performance-based budgeting). Osborne & Gaebler (1992) menekankan bahwa sektor publik perlu “steering not rowing”, artinya pemerintah mengarahkan, mengontrol, sekaligus memberi ruang inovasi agar anggaran lebih produktif.

 Perbandingan:

Tradisional = fokus pada berapa uang digunakan.
NPM = fokus pada hasil apa yang diperoleh dari penggunaan uang tersebut.

2. Proses Implementasi ZBB (Zero-Based Budgeting) dalam Mengatasi Kesenjangan

Definisi ZBB:
Menurut Pyhrr (1970), ZBB adalah metode penganggaran yang mengharuskan setiap unit kerja memulai penyusunan anggaran dari nol setiap periode, bukan berdasarkan tahun sebelumnya. Setiap program harus dijustifikasi ulang berdasarkan prioritas dan kebutuhan nyata.

Proses Implementasi:

1. Identifikasi program/kegiatan → semua kegiatan disusun kembali dari nol, tidak otomatis didanai karena ada di tahun lalu.
2. Evaluasi & prioritas → setiap program dinilai manfaat, biaya, dan urgensinya.
3. Alokasi sumber daya → dana diberikan hanya pada program yang memiliki justifikasi paling kuat.
4. Monitoring & evaluasi → dilakukan untuk memastikan efisiensi dan efektivitas.

Mengatasi Kesenjangan:

Pada anggaran tradisional, sering ada pemborosan karena alokasi mengikuti pola lama (incremental).

Pada NPM, ada tuntutan akuntabilitas dan kinerja, tetapi sering sulit menghapus program lama yang sudah “terlanjur ada”.

ZBB menjembatani keduanya dengan cara “reset” anggaran, sehingga hanya program yang benar-benar relevan dan produktif yang dibiayai. Ini membuat anggaran lebih transparan, efisien, dan berorientasi hasil.
Dengan ZBB, paradigma tradisional yang kaku dapat diatasi, sementara prinsip akuntabilitas NPM dapat diwujudkan lebih baik karena setiap rupiah harus dipertanggungjawabkan berdasarkan evaluasi rasional.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Yesi Novia Pitriani -
Nama: Yesi Novia Pitriani
NPM: 2313031006

1. Paradigma anggaran tradisional menekankan pada pengawasan yang terpusat dan penyusunan berbasis incrementalism serta line-item, sedangkan paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada desentralisasi, pengelolaan berbasis kinerja (performance-based), serta value for money yang mengedepankan output dan outcome. Proses implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) hadir untuk mengatasi kesenjangan sistem anggaran dengan memulai penyusunan anggaran dari nol, sehingga seluruh program dievaluasi secara kritis atas kebutuhan dan manfaatnya, bukan sekadar berdasarkan penambahan dari tahun lalu

2. Proses implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dimulai dengan memetakan seluruh unit keputusan di organisasi untuk menentukan kegiatan atau program apa saja yang membutuhkan anggaran. Setiap unit kemudian membuat paket keputusan, yaitu uraian dan analisis atas program secara terperinci, meliputi tujuan, kebutuhan, alternatif pelaksanaan, dan manfaatnya bagi organisasi. Semua paket program dievaluasi dari nol tanpa mempertimbangkan anggaran tahun sebelumnya, lalu diprioritaskan menurut tingkat urgensi dan kontribusi terhadap tujuan organisasi. Selanjutnya, alokasi anggaran diberikan hanya kepada paket yang terbukti paling efisien dan mendukung pencapaian target, sehingga ZBB mampu menutup celah antara praktik anggaran tradisional dan berbasis NPM dengan menekan pemborosan serta meningkatkan transparansi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Desmala Az-Zahra -
nama : desmala az zahra
npm : 2313031002

Paradigma anggaran tradisional adalah suatu pendekatan penganggaran yang menitikberatkan pada alokasi dana berdasarkan pola historis, yaitu mengacu pada pengeluaran dan anggaran tahun sebelumnya tanpa penilaian mendalam terhadap kebutuhan baru atau capaian hasil. Dalam praktiknya, anggaran tradisional sering kali lebih fokus pada input dan stabilitas rutin, sehingga cenderung kurang responsif terhadap perubahan kebutuhan masyarakat serta berisiko menimbulkan pemborosan karena tidak adanya evaluasi efektivitas dan efisiensi penggunaan dana. Sebaliknya, paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan pada efisiensi penggunaan dana publik, orientasi pada output dan hasil kinerja, serta transparansi dan akuntabilitas proses anggaran. Sistem ini lebih menuntut adanya pengukuran kinerja yang jelas, fleksibilitas penggunaan anggaran dalam mencapai tujuan yang sudah ditetapkan, serta evaluasi capaian setiap periodenya agar proses penganggaran menjadi lebih dinamis dan adaptif terhadap kebutuhan yang berkembang.

Dalam rangka menjembatani perbedaan kedua paradigma tersebut, implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) menjadi solusi yang efektif. ZBB menuntut setiap unit untuk menyusun anggaran dari nol setiap tahunnya tanpa mengacu pada angka tahun sebelumnya. Proses ini dimulai dengan mengidentifikasi seluruh aktivitas dan kebutuhan aktual, menyusun pembenaran (justifikasi) secara rinci atas setiap program yang diusulkan, dan mengurutkan prioritas program berdasarkan manfaat serta efisiensinya. Setiap rencana anggaran dipertimbangkan secara objektif, sehingga hanya program yang benar-benar penting dan sesuai kebutuhan yang akan mendapatkan pendanaan. Dengan demikian, ZBB mendorong efisiensi, transparansi, serta kemampuan adaptasi birokrasi dalam memenuhi tuntutan perubahan dan meningkatkan kinerja organisasi publik secara keseluruhan, sekaligus mengatasi kelemahan mendasar baik pada paradigma anggaran tradisional maupun tantangan penerapan anggaran berbasis NPM.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Nida Yasmin -
Nama : Nida Yasmin Sofiyah
Kelas : 2313031026

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional berfokus pada pengeluaran atau input. Sistem ini menekankan seberapa besar dana yang digunakan dan apakah penggunaannya sesuai dengan rencana. Anggaran tradisional bersifat rutin, kaku, dan hanya menilai kepatuhan terhadap prosedur, bukan hasil atau manfaat dari kegiatan yang dilakukan.
Sebaliknya, anggaran berbasis NPM (New Public Management) berfokus pada hasil atau output dan outcome. Paradigma ini menekankan efisiensi, efektivitas, dan kinerja pelayanan publik. Anggaran disusun berdasarkan tujuan dan hasil yang ingin dicapai, bukan sekadar jumlah uang yang dikeluarkan. Sistem ini mendorong transparansi, akuntabilitas, dan orientasi pada kepuasan masyarakat.
Perbedaan utamanya: Anggaran tradisional menilai dari berapa banyak uang digunakan, Anggaran berbasis NPM menilai dari apa hasil dan manfaat yang diperoleh masyarakat.

2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan NPM
ZBB (Zero Based Budgeting) merupakan sistem penganggaran yang dimulai dari nol setiap periode anggaran. Setiap kegiatan harus dijelaskan kembali tujuannya, manfaatnya, dan kebutuhan biayanya. Tidak ada kegiatan yang otomatis dibiayai seperti dalam anggaran tradisional.
Proses implementasi ZBB meliputi beberapa langkah:
1. Menetapkan tujuan dan prioritas organisasi.
2. Mengidentifikasi kegiatan dan program yang mendukung tujuan tersebut.
3. Menyusun paket keputusan (decision package) berisi rincian biaya dan hasil kegiatan.
4. Mengevaluasi dan memilih kegiatan yang paling efektif dan efisien.
5. Menetapkan alokasi dana sesuai prioritas.
ZBB dapat mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan berbasis NPM karena menyeimbangkan fokus antara input dan hasil. Sistem ini memastikan setiap dana digunakan untuk kegiatan yang benar-benar penting, produktif, dan bermanfaat. Dengan ZBB, penggunaan anggaran menjadi lebih rasional, efisien, dan akuntabel sesuai dengan prinsip manajemen modern.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh TAZKI ALFIKRI -
Nama: Tazki Alfikri
NPM: 2313031028

1. Paradigma anggaran tradisional bersifat incremental, fokus pada pengendalian pengeluaran dan kurang fleksibel. Sedangkan anggaran berbasis NPM menekankan efisiensi, efektivitas, dan akuntabilitas dengan orientasi pada hasil (output/outcome).

2. ZBB (Zero-Based Budgeting) meminta setiap pengeluaran dibenarkan dari nol setiap periode, sehingga mengatasi kelemahan anggaran tradisional yang kaku dan mendukung prinsip NPM dengan memastikan alokasi anggaran berdasarkan kebutuhan dan hasil yang diinginkan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Dwi Apriyana -
Nama: Dwi Apriyana
NPM: 2313031022

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional berfokus pada input dan kepatuhan terhadap aturan. Anggaran disusun berdasarkan pengeluaran tahun sebelumnya tanpa banyak memperhatikan hasil atau kinerja. Menurut Mardiasmo (2018), sistem ini cenderung birokratis dan tidak fleksibel karena orientasinya pada kontrol keuangan, bukan pada pencapaian tujuan. Sementara itu, anggaran berbasis NPM (New Public Management) menekankan efisiensi, efektivitas, dan hasil (output and outcome). Pendekatan ini mendorong instansi publik bekerja seperti organisasi sektor swasta, dengan fokus pada kinerja, transparansi, dan akuntabilitas (Hood, 1991). Paradigma NPM juga memberi keleluasaan manajerial agar instansi dapat berinovasi dalam penggunaan anggaran untuk mencapai target yang terukur.

2. Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan NPM
Zero Based Budgeting (ZBB) adalah metode penyusunan anggaran yang dimulai dari nol setiap periode, bukan dari data tahun sebelumnya. Menurut Halim (2016), ZBB menilai setiap program berdasarkan kebutuhan dan manfaat aktual, sehingga setiap kegiatan harus memiliki justifikasi yang jelas. Proses implementasi ZBB dapat mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan berbasis NPM karena ZBB menggabungkan efisiensi dan akuntabilitas. Dari sisi tradisional, ZBB tetap menjaga kontrol penggunaan dana; sementara dari sisi NPM, ZBB memastikan setiap program memiliki nilai guna yang nyata bagi masyarakat. Dengan demikian, ZBB menjadi jembatan yang membantu pemerintah menata ulang prioritas belanja publik secara rasional dan berorientasi hasil.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Syifa Hesti Pratiwi -
Nama: Syifa Hesti Pratiwi
NPM: 2313031003

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM
Paradigma anggaran tradisional berorientasi pada input dan kepatuhan terhadap aturan, di mana keberhasilan anggaran diukur dari seberapa besar dana terserap, bukan dari hasil atau kinerja yang dicapai. Sistem ini bersifat birokratis dan kurang fleksibel sehingga sering menimbulkan inefisiensi dalam penggunaan dana publik. Sebaliknya, anggaran berbasis NPM menekankan pada efisiensi, efektivitas, dan hasil. Pendekatan ini mendorong pemerintah untuk bekerja lebih profesional, transparan, serta akuntabel, dengan menilai anggaran berdasarkan kinerja dan dampak yang dihasilkan bagi masyarakat.

2. Implementasi Zero-Based Budgeting (ZBB) dalam Mengatasi Kesenjangan
Zero-Based Budgeting (ZBB) diterapkan untuk mengatasi kelemahan anggaran tradisional dengan cara memulai proses penganggaran dari nol setiap periode. Artinya, setiap program harus dijustifikasi kembali dan dibuktikan manfaatnya sebelum disetujui. Dengan sistem ini, pemerintah dapat menyeleksi program yang benar-benar prioritas dan efisien, sekaligus mendukung prinsip NPM yang menitikberatkan pada kinerja dan hasil. ZBB membantu memastikan bahwa setiap rupiah yang dikeluarkan memberikan manfaat nyata bagi publik serta mendorong pengelolaan keuangan yang lebih efektif dan transparan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Najwa Ayudia Aura Rachim -
Nama: Najwa Ayudia Aura Rachim
NPM: 2313031027
Kelas: A

1. Paradigma Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

Paradigma anggaran tradisional berfokus pada pengendalian pengeluaran dan kepatuhan terhadap peraturan. Ciri-ciri utama anggaran tradisional adalah:
- Sentralisasi: Pengambilan keputusan terkonsentrasi pada tingkat atas
- Berorientasi pada input: Fokus pada jumlah dana yang dialokasikan
- Tidak terkait dengan perencanaan jangka panjang: Anggaran disusun berdasarkan kebutuhan tahunan
- Line-item: Struktur anggaran berdasarkan jenis pengeluaran
- Incrementalism: Anggaran disusun dengan meningkatkan atau mengurangi jumlah anggaran tahun sebelumnya

Kelebihan anggaran tradisional adalah proses penyusunannya relatif mudah dan tidak memerlukan pengetahuan tinggi. Namun, memiliki kelemahan seperti kurangnya fleksibilitas karena Anggaran tidak dapat disesuaikan dengan kebutuhan riil, tidak berorientasi pada hasil lebih berfokus pada pengendalian pengeluaran dan Anggaran tidak dapat mengungkapkan besarnya dana yang dikeluarkan untuk setiap kegiatan

Paradigma anggaran berbasis NPM berfokus pada peningkatan efisiensi, efektivitas, dan kualitas layanan publik. Ciri-ciri utama anggaran berbasis NPM adalah:
- Desentralisasi: Pengambilan keputusan didesentralisasi ke tingkat yang lebih rendah
- Berorientasi pada hasil: Fokus pada hasil dan dampak yang ingin dicapai
- Terintegrasi dan lintas departemen: Anggaran disusun dengan mempertimbangkan kebutuhan antar departemen
- Berbasis kinerja: Anggaran disusun berdasarkan target kinerja yang ingin dicapai


2. Proses Implementasi ZBB dalam Mengatasi Kesenjangan Anggaran Tradisional dan Anggaran Berbasis NPM

Zero-Based Budgeting (ZBB) adalah metode penganggaran yang dimulai dari nol, tanpa mengacu pada anggaran sebelumnya. Proses implementasi ZBB melibatkan:
- Identifikasi unit-unit keputusan: Menentukan unit-unit yang akan terlibat dalam proses penganggaran
- Penentuan paket keputusan: Menentukan paket-paket anggaran yang akan diusulkan
- Evaluasi dan peringkat paket keputusan: Mengevaluasi dan memberi peringkat pada paket-paket anggaran berdasarkan manfaat yang diperoleh
- Alokasi sumber daya: Mengalokasikan sumber daya berdasarkan prioritas dan kebutuhan

ZBB dapat membantu mengatasi kesenjangan antara anggaran tradisional dan anggaran berbasis NPM dengan:
- Meningkatkan efisiensi: ZBB membantu mengidentifikasi dan menghilangkan biaya yang tidak perlu
- Meningkatkan efektivitas: ZBB membantu mengalokasikan sumber daya pada kegiatan yang paling penting
- Meningkatkan transparansi: ZBB membantu meningkatkan transparansi dalam proses penganggaran

Namun, implementasi ZBB juga memiliki beberapa tantangan, seperti ZBB memerlukan waktu dan sumber daya yang cukup untuk implementasi yang efektif, memerlukan keahlian dalam analisis dan evaluasi anggaran dan ZBB rentan terhadap kecurangan jika tidak diimplementasikan dengan baik.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Aulya Syifa Zulkarnaen -
Nama : Aulya Syifa Zulkarnaen
NPM : 2313031009

Paradigma anggaran tradisional ditandai dengan pendekatan incremental, di mana anggaran dibuat dengan menambah atau mengurangi dana dari tahun sebelumnya tanpa evaluasi mendalam, menggunakan struktur line-item, bersifat sentralistik, dan fokus pada input tanpa mempertimbangkan hasil (output/outcome). Kelemahannya adalah kurangnya hubungan anggaran dengan perencanaan jangka panjang dan ketidakmampuan untuk mengevaluasi efektivitas pengeluaran secara menyeluruh. Sedangkan paradigma anggaran berbasis New Public Management (NPM) menekankan orientasi pada kinerja dan hasil, desentralisasi pengambilan keputusan, fokus pada outcome dan efisiensi biaya, serta mendorong kompetisi dan inovasi dalam pelayanan publik. NPM mengubah peran pemerintah menjadi katalisator, hal ini bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan akuntabilitas serta transparansi dalam penggunaan dana publik.

Zero Based Budgeting (ZBB) mengatasi kelemahan kedua paradigma tersebut dengan menuntut setiap unit penganggaran mengembangkan paket keputusan berdasarkan kebutuhan aktual, bukan hanya mengikuti pola pengeluaran lama. ZBB melakukan evaluasi dan peringkat paket berdasarkan manfaat yang diharapkan sehingga alokasi sumber daya menjadi lebih efektif, fleksibel, dan transparan, serta meningkatkan kinerja dan akuntabilitas penggunaan anggaran publik. Dengan demikian, ZBB menjadi jembatan yang memperbaiki kelemahan anggaran tradisional sekaligus meningkatkan efektivitas penganggaran berbasis NPM dalam sektor publik.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Diskusi

oleh Selvidar Armalia -
Nama : Selvidar Armalia
NPM : 2313031014

1. Paradigma anggaran tradisional menekankan pengendalian belanja melalui rincian anggaran yang sangat detail. Pemerintah lebih fokus pada kepatuhan administrasi dan memastikan setiap rupiah digunakan sesuai posnya, sehingga prosesnya cenderung kaku dan tidak terlalu memperhatikan hasil yang dicapai. Berbeda dengan itu, anggaran berbasis NPM menempatkan kinerja sebagai dasar utama. Yang dinilai bukan hanya berapa besar uang yang dipakai, tetapi apa manfaat dan hasil yang diberikan kepada masyarakat. Pendekatan ini memberi fleksibilitas lebih besar agar unit kerja dapat mencari cara paling efektif untuk mencapai target.

2. Zero-Based Budgeting digunakan sebagai cara untuk mengatasi perbedaan pendekatan tersebut dengan meminta setiap program dinilai ulang dari awal setiap tahun. Tidak ada kegiatan yang otomatis menerima anggaran, sehingga pemborosan yang biasa terjadi dalam anggaran tradisional dapat dikurangi. Di sisi lain, proses evaluasi yang ketat membuat setiap program harus menunjukkan manfaat dan hasilnya, sehingga sejalan dengan semangat NPM yang menuntut efektivitas dan akuntabilitas. Dengan demikian, ZBB berperan sebagai jembatan yang membuat anggaran lebih rasional, efisien, dan berorientasi kinerja.