2421011004 - Roy Saga
1.Jelaskan pengaruh kepemimpinan terhadap Keputusan strategis SDM !
Jawab:
* Arah Kebijakan SDM – Pemimpin menentukan prioritas (rekrutmen, pelatihan, retensi) sesuai visi perusahaan.
* Budaya Kerja – Gaya kepemimpinan (otoriter/demokratis) memengaruhi kebijakan SDM (fleksibilitas, reward, engagement).
* Seleksi & Pengembangan – Kriteria rekrutmen dan program pelatihan disesuaikan dengan strategi bisnis yang dipimpin.
* Perubahan & Adaptasi – Pemimpin mengambil keputusan cepat saat restrukturisasi, digitalisasi, atau krisis SDM.
* Retensi & Motivasi – Kebijakan kompensasi dan career path dirancang berdasarkan nilai yang dianut pemimpin.
2.Jelaskan tentang penerapan dan revisi Critical Success Factors (CSFs) !
Jawab:
Penerapan CSFs
Critical Success Factors (CSF) adalah elemen kunci yang harus dipenuhi agar organisasi mencapai tujuannya. Penerapannya meliputi:
* Identifikasi CSF: Menentukan faktor-faktor kritis (misalnya: kepuasan pelanggan, inovasi produk, efisiensi operasional) berdasarkan visi, misi, dan strategi bisnis.
* Penjabaran ke Indikator Kinerja (KPI): CSF harus diukur, misalnya melalui kepuasan pelanggan (survey NPS) atau waktu produksi.
* Integrasi ke Proses Bisnis: Memastikan setiap departemen (SDM, operasi, pemasaran) bekerja sesuai CSF.
* Alokasi Sumber Daya: Mengarahkan anggaran, teknologi, dan SDM untuk mendukung CSF.
Revisi CSFs
CSF harus dievaluasi secara berkala karena perubahan lingkungan bisnis. Proses revisinya meliputi:
* Analisis Kinerja: Apakah CSF saat ini masih relevan? (Contoh: Jika pasar berubah, CSF "harga kompetitif" mungkin perlu diganti dengan "inovasi produk").
* Benchmarking & Tren Industri: Membandingkan dengan pesaing dan tren terbaru (misalnya digitalisasi).
* Umpan Balik Stakeholder: Mendengarkan masukan dari pelanggan, karyawan, dan manajemen.
* Penyesuaian Strategi: Memperbarui CSF dan KPI yang sesuai dengan kondisi baru.
3. Bagaimana pemimpin puncak membentuk budaya
manajemen talenta?
Jawab:
1. Menetapkan Visi & Strategi Talenta yang Jelas
* Menyusun blueprint talent management yang selaras dengan tujuan bisnis.
* Contoh: Jika perusahaan fokus pada inovasi, pemimpin menetapkan kebijakan rekrutmen & pengembangan untuk talenta berbakat di R&D.
2. Menjadi Role Model dalam Pengembangan SDM
* Aktif terlibat dalam mentorship, leadership training, atau program talent review.
* Menunjukkan komitmen terhadap learning culture (misalnya: ikut pelatihan bersama karyawan).
3. Membangun Sistem yang Berorientasi pada Talenta
* Mendorong kebijakan SDM seperti:
* Succession planning (persiapan pemimpin masa depan).
* Performance management berbasis kompetensi.
* Reward system untuk talenta kritis.
4. Menciptakan Lingkungan yang Mendukung Pertumbuhan
* Memastikan iklim kerja yang inklusif, kolaboratif, dan berfokus pada pengembangan.
* Memberikan kesempatan proyek strategis bagi high-potential employees.
5. Menggunakan Data & Analisis untuk Keputusan Talenta
* Menerapkan people analytics untuk mengidentifikasi:
* Keterampilan kritis yang dibutuhkan.
* Talenta dengan potensi tinggi.
* Risiko turnover.
6. Evaluasi & Penyesuaian Berkala
* Melakukan review rutin terhadap program talent management.
* Menyesuaikan strategi berdasarkan perubahan pasar, teknologi, atau kebutuhan bisnis.
4. Jelaskan cara membangun sistem sukses dan kepemimpinan berkelanjutan!
Jawab:
1. Identifikasi Kebutuhan & Kesiapan Organisasi
* Analisis strategi bisnis jangka panjang untuk menentukan kompetensi pemimpin yang dibutuhkan.
* Evaluasi risiko kesenjangan kepemimpinan (misalnya: pensiunnya direktur kunci).
2. Talent Mapping & Identifikasi Calon Pemimpin
* Gunakan assessment tools (tes psikometri, 360° feedback) untuk mengidentifikasi high-potential employees (HiPo).
* Buat kriteria suksesi (leadership competency, pengalaman, budaya perusahaan).
3. Program Pengembangan Kepemimpinan (Leadership Pipeline)
* Rotasi pekerjaan – Memberikan pengalaman lintas divisi.
* Mentorship & Coaching – Dipandu oleh eksekutif senior.
* Pelatihan khusus (executive education, project-based learning).
4. Sistem Monitoring & Evaluasi
* Kinerja & Potensi Tracking – Pantau progres kandidat melalui KPI kepemimpinan.
* Review Rutin oleh Dewan Direksi – Pastikan kesiapan kandidat untuk peran strategis.
5. Transisi Kepemimpinan yang Mulus
* Masa percobaan (transition period)– Calon pemimpin bekerja di bawah bimbingan pendahulunya.
* Knowledge transfer – Dokumentasi best practices dan pembelajaran kritis.
6. Budaya Pembelajaran & Adaptasi
* Dorong growth mindset di semua level.
* Siapkan cadangan pemimpin (bench strength) untuk antisipasi perubahan mendadak.
5. Bagaimana peran pemimpin sebagai pengajar dalam proses perubahan?
Jawab:
Pemimpin tidak hanya memberi perintah, tetapi juga berperan sebagai pengajar (teacher) yang membimbing tim melalui perubahan. Berikut peran kuncinya:
1. Menjelaskan Visi Perubahan dengan Jelas
* Menerjemahkan tujuan perubahan ke dalam bahasa yang mudah dipahami.
* Menyelaraskan setiap anggota tim dengan alasan (why), manfaat (what), dan cara (how) perubahan.
* Contoh: Memakai cerita (storytelling) atau analogi untuk ilustrasi.
2. Memberikan Pengetahuan & Keterampilan Baru
* Mengadakan pelatihan, workshop, atau mentoring untuk membekali tim dengan kompetensi baru.
* Memastikan tim paham tools, proses, atau teknologi yang diterapkan.
3. Membuka Ruang Diskusi & Umpan Balik
* Menjadi pendengar aktif untuk memahami tantangan yang dihadapi tim.
* Mendorong dialog dua arah agar perubahan tidak terasa dipaksakan.
4. Memodelkan Perilaku yang Diinginkan (Leading by Example)
* Demonstrasi langsung praktik baru (misalnya: pemimpin pertama yang pakai sistem digital).
* Konsisten dalam tindakan agar tim percaya dan mengikuti.
5. Memberikan Dukungan Emosional
* Mengakui ketidaknyamanan selama transisi.
* Memberikan motivasi melalui apresiasi dan penguatan positif.
6. Evaluasi & Penyesuaian Proses Belajar
* Memantau progres pembelajaran tim.
* Menyesuaikan pendekatan jika ada hambatan (misalnya: tambah sesi pelatihan).
6.Jelaskan peran strategis CHRO dalam talent management!
Jawab:
Sebagai Chief Human Resources Officer (CHRO), perannya dalam
manajemen talenta tidak hanya administratif, tetapi strategis dan berdampak langsung pada pertumbuhan bisnis. Berikut kontribusi utamanya:
1. Penyusunan Strategi Talenta yang Selaras dengan Bisnis
* Mengintegrasikan rencana SDM dengan tujuan perusahaan (misal: ekspansi pasar, digitalisasi).
* Memastikan kebijakan rekrutmen, pengembangan, dan retensi mendukung kebutuhan bisnis jangka panjang.
2. Membangun Leadership Pipeline & Suksesi
* Mengidentifikasi high-potential employees (HiPo) untuk posisi kritis.
* Merancang program succession planning agar tidak ada leadership gap saat terjadi pergantian.
3. Pengembangan Kompetensi & Learning Culture
* Mendesain program pelatihanberbasis kompetensi (contoh: upskilling digital, kepemimpinan).
* Mendorong budaya belajar(continuous learning) melalui platformdan insentif.
4. Data-Driven Talent Decision
* Memanfaatkan people analyticsuntuk:
* Memetakan keterampilan (skills gap analysis).
* Memprediksi turnover risk.
* Mengukur efektivitas program pengembangan.
5. Memperkuat Employer Branding & Daya Tarik Talenta
* Menciptakan nilai tambah (contoh: flexible work, career path jelas) untuk menarik dan mempertahankan talenta terbaik.
* Mengelola reputasi perusahaan di pasar tenaga kerja (misal: lewat penghargaan Great Place to Work).
6. Mengelola Transformasi & Perubahan Budaya
* Memimpin perubahan budaya(contoh: dari hierarkis ke kolaboratif) melalui change management.
* Memastikan kesiapan SDM dalam menghadapi disrupsi (contoh: otomatisasi, AI).
7. Kolaborasi dengan C-Level Lainnya
* Bekerja sama dengan CEO, CFO, dan CIO untuk memastikan:
* Anggaran SDM tepat sasaran.
* Teknologi mendukung talent management (contoh: HRIS, AI recruitment tools).
7. Bagaimana mengidentifikasi tantangan dan praktik terbaik dari tiga CHRO?
Jawab:
Untuk memahami bagaimana CHRO (Chief Human Resources Officer) menghadapi tantangan dan menerapkan solusi inovatif, kita dapat menganalisis 3 contoh nyatadari perusahaan global.
1. CHRO Google (Firuzeh “Firoz” Sikander)
Tantangan Utama:
* Mempertahankan budaya inovasi di tengah pertumbuhan karyawan yang masif.
* Meningkatkan keragaman (diversity) dan inklusi di semua level.
Praktik Terbaik:
✅ People Analytics & AI dalam Rekrutmen
* Menggunakan algoritma untuk mengurangi bias dalam seleksi.
* Contoh: Tool "Google Hire" (sebelum dihentikan) untuk efisiensi rekrutmen.
✅ Program "Googler-to-Googler" (G2G)
* Karyawan saling mengajar (peer learning) untuk memperkuat learning culture.
✅ Kebijakan Fleksibel & Kesejahteraan
* Hybrid work, 20% time (proyek sampingan), dan wellness program.
Hasil:
* Tingkat retensi tinggi (rata-rata 3+ tahun) dan reputasi employer brandingterbaik.
2. CHRO Microsoft (Kathleen Hogan)
Tantangan Utama:
* Mengubah budaya perusahaan dari "know-it-all" ke "learn-it-all" pasca-era Steve Ballmer.
* Meningkatkan kolaborasi antar-divisi.
Praktik Terbaik:
✅ Growth Mindset Initiative
* Pelatihan kepemimpinan berbasis continuous learning.
* Contoh: Program "One Week"(hackathon global untuk inovasi).
✅ Skills-Based Hiring (bukan hanya gelar)
* Fokus pada kompetensi teknis & soft skills, bukan latar belakang tradisional.
✅ Transparansi Karyawan via "Employee Listening Tools"
* Survei real-time (e.g., Glint) untuk mengukur employee engagement.
Hasil:
* Microsoft menjadi #1 dalam "Best Places to Work" (Glassdoor, 2023).
3. CHRO Unilever (Leena Nair, kini CEO Chanel)
Tantangan Utama:
* Menyiapkan pemimpin global di 190+ negara.
* Meningkatkan keberlanjutan (sustainability) dalam SDM.
Praktik Terbaik:
✅ "Future Leaders Programme"
* Rotasi internasional untuk calon pemimpin (*18-24 bulan di berbagai negara*).
✅ Diversity & Sustainability Goals
* 50% posisi manajemen diisi perempuan (tercapai 2020).
* Pelatihan green skills untuk mendukung bisnis ramah lingkungan.
✅ Digitalisasi HR dengan AI
* Chatbot HR untuk efisiensi layanan karyawan.
Hasil:
* 90% posisi eksekutif diisi dari program internal.