Nama: Rahma Irsya Hulwana
NPM: 2313034012
Kelas: 2023 B
Prodi: Pendidikan Geografi
Mata kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.
Pendapat Saya tentang Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Ruang Sosial
Saya memandang bahwa interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan yang saling memengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Dimana manusia bukan hanya pengguna ruang, tetapi juga pencipta makna dari ruang tersebut. Ruang sosial seperti jalan, taman, dan halaman rumah sering kali bukan sekadar ruang fisik, melainkan juga menjadi tempat berlangsungnya aktivitas sosial, budaya, bahkan ekonomi.
Dari yang saya amati, masyarakat Indonesia memiliki keterikatan yang cukup kuat terhadap ruang-ruang di sekitarnya. Misalnya saja di kampung-kampung pedesaan atau kawasan padat penduduk, jalan di depan rumah bisa berfungsi sebagai akses mobilitas dan sekaligus tempat bersosialisasi, anak-anak bermain, bahkan ibu-ibu berkumpul. Ini diperkuat oleh penelitian Yuliastuti dan Tanjung (2011) yang menjelaskan bahwa:
“Ruang jalan menjadi bagian dari struktur komunitas yang memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Ia tidak sekadar sebagai sirkulasi, tetapi juga arena berkegiatan dan bersosialisasi”(Yuliastuti & Tanjung, 2011, hlm. 194)
Menurut saya, ini menunjukkan bahwa ruang itu terbentuk dan diberi makna oleh aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahkan, di lingkungan padat sekalipun, masyarakat tetap bisa menciptakan ruang yang hidup karena ada interaksi sosial yang aktif.
Saya juga setuju bahwa ruang publik seperti taman atau ruang terbuka hijau (RTH) sangat berperan dalam memperkuat hubungan sosial antarmasyarakat. Misalnya, ruang hijau bisa menjadi satu-satunya tempat warga bisa saling mengenal dan bersantai. Dalam jurnal yang ditulis oleh Histanto dan Kusliansjah (2018), dijelaskan bahwa:
“Fungsi sosial RTH adalah sebagai ruang interaksi antarwarga yang mendukung kohesi sosial serta meningkatkan kualitas hidup penghuni”
(Histanto & Kusliansjah, 2018, hlm. 36)
Dari kutipan ini saya belajar bahwa desain ruang sangat menentukan bagaimana warga bisa saling terhubung. Lingkungan yang menyediakan ruang bersama, seperti taman yang nyaman atau jalan yang aman untuk bermain, akan mendorong terbentuknya komunitas yang lebih akrab dan saling peduli.
Jadi, menurut saya, ketika kita membahas ruang sosial, kita tidak hanya fokus pada bentuk fisiknya sajaa. Tetapi kita juga harus memperhatikan bagaimana ruang itu dipakai, dirasakan, dan dimaknai oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Interaksi antara manusia dan lingkungan adalah proses timbal balik manusia membentuk lingkungan, dan lingkungan pun membentuk pola hidup dan hubungan sosial manusia.
Referensi:
Yuliastuti, N., & Tanjung, A. R. (2011). Jalan sebagai ruang interaksi sosial di permukiman padat perkotaan studi kasus Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat. TATALOKA, 13(3), 190–196.
DOI: https://doi.org/10.14710/tataloka.13.3.190-196
Histanto, I., & Kusliansjah, W. (2018). Evaluasi Fungsi Sosial Ruang Terbuka Hijau pada Hunian Vertikal Sederhana. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 2(1), 29–38.
DOI: https://doi.org/10.30822/arteks.v2i1.44
NPM: 2313034012
Kelas: 2023 B
Prodi: Pendidikan Geografi
Mata kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.
Pendapat Saya tentang Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Ruang Sosial
Saya memandang bahwa interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan yang saling memengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Dimana manusia bukan hanya pengguna ruang, tetapi juga pencipta makna dari ruang tersebut. Ruang sosial seperti jalan, taman, dan halaman rumah sering kali bukan sekadar ruang fisik, melainkan juga menjadi tempat berlangsungnya aktivitas sosial, budaya, bahkan ekonomi.
Dari yang saya amati, masyarakat Indonesia memiliki keterikatan yang cukup kuat terhadap ruang-ruang di sekitarnya. Misalnya saja di kampung-kampung pedesaan atau kawasan padat penduduk, jalan di depan rumah bisa berfungsi sebagai akses mobilitas dan sekaligus tempat bersosialisasi, anak-anak bermain, bahkan ibu-ibu berkumpul. Ini diperkuat oleh penelitian Yuliastuti dan Tanjung (2011) yang menjelaskan bahwa:
“Ruang jalan menjadi bagian dari struktur komunitas yang memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Ia tidak sekadar sebagai sirkulasi, tetapi juga arena berkegiatan dan bersosialisasi”(Yuliastuti & Tanjung, 2011, hlm. 194)
Menurut saya, ini menunjukkan bahwa ruang itu terbentuk dan diberi makna oleh aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahkan, di lingkungan padat sekalipun, masyarakat tetap bisa menciptakan ruang yang hidup karena ada interaksi sosial yang aktif.
Saya juga setuju bahwa ruang publik seperti taman atau ruang terbuka hijau (RTH) sangat berperan dalam memperkuat hubungan sosial antarmasyarakat. Misalnya, ruang hijau bisa menjadi satu-satunya tempat warga bisa saling mengenal dan bersantai. Dalam jurnal yang ditulis oleh Histanto dan Kusliansjah (2018), dijelaskan bahwa:
“Fungsi sosial RTH adalah sebagai ruang interaksi antarwarga yang mendukung kohesi sosial serta meningkatkan kualitas hidup penghuni”
(Histanto & Kusliansjah, 2018, hlm. 36)
Dari kutipan ini saya belajar bahwa desain ruang sangat menentukan bagaimana warga bisa saling terhubung. Lingkungan yang menyediakan ruang bersama, seperti taman yang nyaman atau jalan yang aman untuk bermain, akan mendorong terbentuknya komunitas yang lebih akrab dan saling peduli.
Jadi, menurut saya, ketika kita membahas ruang sosial, kita tidak hanya fokus pada bentuk fisiknya sajaa. Tetapi kita juga harus memperhatikan bagaimana ruang itu dipakai, dirasakan, dan dimaknai oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Interaksi antara manusia dan lingkungan adalah proses timbal balik manusia membentuk lingkungan, dan lingkungan pun membentuk pola hidup dan hubungan sosial manusia.
Referensi:
Yuliastuti, N., & Tanjung, A. R. (2011). Jalan sebagai ruang interaksi sosial di permukiman padat perkotaan studi kasus Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat. TATALOKA, 13(3), 190–196.
DOI: https://doi.org/10.14710/tataloka.13.3.190-196
Histanto, I., & Kusliansjah, W. (2018). Evaluasi Fungsi Sosial Ruang Terbuka Hijau pada Hunian Vertikal Sederhana. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 2(1), 29–38.
DOI: https://doi.org/10.30822/arteks.v2i1.44