Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by Novia Fitri Istiawati -
Number of replies: 27

Mahasiswa silakan diskusikan sesuai tema permasalahan yang saya sampaikan di forum diskusi online ini. Aktivitas diskusi online selalu saya pantau dan saya nilai. Jika diperlukan saya juga akan ikut berdiskusi untuk memberikan penguatan dan koreksi.

Bagaimana anda memandang interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial? Berikan alasan anda disertai sumber referensi!


In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034016 Ariel Hadi Pradana -
Izin memberikan pendapat bu,
Nama: Ariel Hadi Pradana
NPM: 2313034016
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Ruang sosial, menurut Lefebvre (1991) merupakan salah satu bentuk ruang di samping ruang fisik dan ruang mental. Ruang mental berupa mindset dan pola pikir. Sedangkan ruang sosial adalah ruang fisik atau non fisik (virtual) yang merupakan media interaksi sosial dan dibentuk oleh tindakan sosial baik bersifat individual maupun kolektif. Kondisi ini sangat dipengaruhi berbagai faktor seperti tingkat pendidikan, kondisi perekonomian masyarakat, referensi informasi yang digunakan. Interaksi manusia dalam ruang social menurut saya sangat penting, karena manusia meruapakan makhluk social, dan tidak bisa hidup tanpa manusia lainnya. Interaksi manusia sudah berlangsung sejak masa pra-aksara hingga memasuki era modernisasi saat ini.
Umumnya, interaksi manusia dilakukan secara langsung atau tatap muka. Namun, seiring berjalannya waktu, ditemukannya teknologi berupa ponsel yang memudahkan komunikasi jarak jauh. Dalam perkembangannya, interaksi manusia dengan ruang social juga mengalami hambatan Ketika terjadi wabah maupun pandemic. Interaksi social secara langsung antar masyarakat mulai dibatasi dengan kebijakan PSBB atau physical distancing, kemudian beralih ke interaksi social secara virtual. Interaksi social secara virtual waktu pandemic juga terhambat karena rentannya berita hoaks yang mengganggu situasi kehidupan secari-hari. Sekarang ini, interaksi social dapat dilakukan dimanapun dan kapanmun secara mudah melalui beragam aplikasi komunikasi dalam jaringan.
Dalam geografi, terdapat posibilisme dan determinisme. Paham posibilisme adalah pengaruh manusia yang mendominasi lingkungan. Manusia dengan akal dan pengetahuan mengubah, mengolah, atau mendaptasi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya atau bertahan hidup.
Sedangkan paham determinisme sebaliknya, manusia yang dipengaruhi oleh lingkungan. Atau dalam arti lain, lingkungan alam menentukan perilaku manusia. Interaksi manusia dan lingkungan dipengaruhi oleh kondisi alam. Manusia memiliki keterbatasan dalam mengubah lingkungan.
Interaksi manusia dengan lingkungan sosial atau sesame manusia dapat berwujud membangun atau memperkuat hubungan, atau interaksi yang mengarah pada konflik atau perpecahan. Interaksi yang berwujud membangun tersebut adalah kerjasama, akulturasi, asimilasi, dan sebagainya. Sedangkan, interaksi yang mengarah pada konflik dapat berupa persaingan, kompetisi, dan sebagainya. Dengan demikian, ruang sosial dan interaksi manusia di dalamnya terus berkembang seiring dengan perubahan teknologi dan kondisi sosial, sementara interaksi manusia dengan lingkungan dipengaruhi oleh paham posibilisme dan determinisme.
Sumber Referensi:
Setiawan, A. (2017). Produksi ruang sosial sebagai konsep pengembangan ruang perkotaan (kajian atas teori ruang henry lefebvre). Haluan Sastra Budaya, 33(11), 10-20961.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034015 Ida Harisyotul Mungawanah -
NAMA : IDA HARISYOTUL MUNGAWANAH
NPM : 2313034015
KELAS/PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI 2023 B
MATA KULIAH : GEOGRAFI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Dr. Novia Fitri Istiawati, M. Pd.


Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan fenomena kompleks yang melibatkan hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungan alamnya, antar sesama manusia dalam konteks sosial, serta dengan aspek budaya dan ekonomi. Pemahaman tentang dinamika interaksi ini penting untuk menganalisis bagaimana manusia membentuk dan dibentuk oleh lingkungannya, serta bagaimana ruang sosial menjadi wadah bagi berbagai interaksi tersebut. Analisis menunjukkan bahwa interaksi manusia-lingkungan dalam ruang sosial tidak hanya sekadar hubungan fisik, tetapi juga mencakup dimensi psikologis, sosiologis, dan ekologis yang saling terkait dan membentuk pola kehidupan sosial yang dinamis.
Konseptualisasi Interaksi Manusia-Lingkungan dalam Perspektif Sosio-Spasial
Interaksi manusia dengan lingkungan dalam ruang sosial pada hakikatnya terjadi karena sifat dasar manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam konteks ini, manusia membutuhkan bantuan dari pihak lain, baik sesama manusia, makhluk hidup lainnya, maupun komponen abiotik di alam. Interaksi ini membentuk apa yang disebut sebagai interaksi sosial, yaitu hubungan sosial yang dinamis, yang mencakup hubungan antar individu, antara kelompok, dan antara individu dengan kelompok.
Proses interaksi sosial dapat berlangsung setelah didorong oleh beberapa faktor psikologis, di antaranya adalah identifikasi, imitasi, sugesti, dan simpati. Faktor-faktor ini berperan penting dalam membentuk bagaimana manusia berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan bagaimana interaksi tersebut dimanifestasikan dalam ruang.
Dimensi Ruang dalam Interaksi Sosial
Ruang interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai area yang digunakan untuk melakukan interaksi sosial. Setiap manusia, sebagai makhluk sosial, tidak akan lepas dari aktivitas interaksi sosial karena merupakan salah satu kebutuhan dasar. Interaksi sosial dapat dilakukan dalam lingkup terkecil seperti keluarga di rumah, hingga lingkup yang lebih luas seperti interaksi dengan tetangga dalam bentuk perbincangan sederhana atau kegiatan kemasyarakatan seperti arisan RT/RW.
Terdapat dua jenis ruang interaksi sosial berdasarkan perancangannya:
1. Ruang yang khusus dirancang sebagai tempat interaksi sosial, seperti taman publik, balai warga, dan lapangan bermain.
2. Ruang yang tidak khusus dirancang sebagai tempat interaksi sosial, namun pada praktiknya digunakan untuk aktivitas sosial.
Karakteristik ruang interaksi sosial juga dipengaruhi oleh latar belakang budaya yang berlaku pada lingkungan tertentu, sehingga setiap wilayah dapat memiliki karakter ruang yang berbeda-beda.
Sosiologi Ruang Kerangka Teoretis untuk Memahami Interaksi Manusia-Lingkungan
Dalam memandang interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial, perspektif sosiologi ruang menawarkan kerangka teoretis yang komprehensif. Sosiologi ruang merupakan cabang sosiologi yang menggunakan teori-teori geografi, khususnya geografi manusia dan ekonomi dalam kajiannya. Pendekatan ini menyasar berbagai praktik sosial, dinamika kekuatan institusi sosial, dan dialektika keruangan sebagai manifestasi interaksi manusia dengan ruang.
Sosiologi ruang memiliki sifat interdisipliner, dalam perkembangannya sangat dipengaruhi oleh teori Marxisme dan Poskolonialisme, serta memiliki irisan dengan ilmu geografi dan arsitektur. Pendekatan ini mengakui bahwa ruang bukan hanya entitas fisik, tetapi juga produk sosial yang dibentuk melalui interaksi manusia dengan lingkungannya.
Tipologi Interaksi Manusia dengan Lingkungan dalam Ruang Sosial
Interaksi Manusia dengan Lingkungan Alam
Interaksi antara manusia dan alam merupakan hubungan timbal balik yang fundamental. Manusia sangat memerlukan alam dan sumber dayanya untuk bertahan hidup, sementara alam menuntut manusia untuk melestarikannya agar dapat terus eksis dan berkelanjutan.
Interaksi manusia dengan alam dapat dikelompokkan menjadi dua jenis:
1. Interaksi yang menyesuaikan diri dengan alam, contohnya adalah manusia yang hidup dekat dengan sumber makanannya, menyesuaikan waktu tanam dengan musim penghujan, dan menghindari tinggal di daerah rawan bencana alam.
2. Interaksi yang mendominasi alam, yaitu kecenderungan manusia untuk mengambil sumber daya alam, seperti mengembangkan teknologi hujan buatan demi mempercepat panen.
Contoh konkret interaksi manusia dengan lingkungan alam meliputi pemanfaatan sumber daya alam (penggunaan kayu untuk konstruksi, pemanfaatan air sungai untuk irigasi), perubahan penggunaan lahan (konversi hutan menjadi lahan pertanian), dan pengelolaan limbah.
Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sosial
Interaksi sosial merupakan bagian penting dari kehidupan manusia dan dapat dibagi menjadi beberapa bentuk:
1. Interaksi antar individu: hubungan yang terjadi antara dua atau lebih individu.
2. Interaksi antara individu dengan kelompok: hubungan yang terjalin antara satu orang dengan sekelompok orang.
3. Interaksi antar kelompok: hubungan yang terjadi antara satu kelompok dengan kelompok lainnya.
Di era digital saat ini, interaksi sosial juga dapat dilakukan secara online, memperluas jangkauan dan bentuk interaksi manusia dengan lingkungan sosialnya.
Interaksi dengan Lingkungan Budaya dan Ekonomi
Selain lingkungan alam dan sosial, manusia juga berinteraksi dengan lingkungan budaya dan ekonomi. Lingkungan-lingkungan ini saling terkait dan membentuk kompleksitas dalam ruang interaksi sosial. Interaksi dengan lingkungan budaya mencakup bagaimana manusia berinteraksi dengan nilai, norma, dan praktik budaya dalam suatu masyarakat, sementara interaksi dengan lingkungan ekonomi melibatkan bagaimana manusia berpartisipasi dalam kegiatan ekonomi.
Dinamika Ruang dalam Interaksi Sosial
Ruang sosial merupakan entitas yang terbentuk karena adanya realitas sosial dalam masyarakat. Dalam konteks ini, ruang tidak hanya berfungsi sebagai wadah fisik, tetapi juga sebagai konstruksi sosial yang dibentuk melalui interaksi manusia. Kampung kota, misalnya, menjadi salah satu bentuk ruang sosial yang memiliki karakteristik unik dalam interaksi manusia dengan lingkungannya.
Dinamika ruang dalam interaksi sosial juga mencerminkan bagaimana manusia memaknai dan memanfaatkan lingkungan sekitarnya. Setiap bentuk ruang, baik yang dirancang khusus untuk interaksi sosial maupun tidak, memiliki potensi untuk menjadi tempat berlangsungnya interaksi manusia dengan lingkungan dalam berbagai bentuk.
Dampak Interaksi Manusia-Lingkungan dalam Ruang Sosial
Interaksi manusia dengan lingkungan sosial dapat menimbulkan dampak positif atau negatif, tergantung pada situasi, kondisi, dan individu yang terlibat di dalamnya. Dampak positif dapat berupa terbentuknya kohesi sosial, saling pengertian, dan kolaborasi dalam mengatasi tantangan bersama. Sementara dampak negatif dapat meliputi konflik sosial, eksploitasi sumber daya, dan degradasi lingkungan.
Dalam konteks ruang sosial, dampak dari interaksi manusia-lingkungan juga tercermin dalam perubahan fisik ruang, pergeseran fungsi ruang, dan transformasi makna sosial dari ruang tersebut.
Referensi:
Characteristics, S., Residents, O. F., Interaction, S., In, S., Residential, T. H. E., Of, E., & Urban, T. (2024). KARAKTERISTIK SPASIAL RUANG INTERAKSI SOSIAL PENGHUNI di LINGKUNGAN HUNIAN. 11(1). https://doi.org/10.26418/lantang.v11i1.69948
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034059 Mutiara Marta W -
Nama : Mutiara Marta Widihartini
NPM: 2313034059
Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B
Mata Kuliah : Geografi Sosial
Dosen Pengampu : Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam konteks ruang sosial merupakan fenomena yang sangat menarik untuk dibahas. Sebagai makhluk sosial, kita tidak bisa lepas dari lingkungan yang kita huni. Kehidupan sehari-hari kita sangat bergantung pada sumber daya alam, seperti air, tanah, dan udara. Misalnya, untuk bertani atau membangun rumah, kita memanfaatkan berbagai sumber daya yang ada di sekitar kita. Tanpa ketersediaan sumber daya ini, keberlangsungan hidup kita akan terancam.
Tapi, interaksi sosial yang kita lakukan sering kali berdampak negatif terhadap lingkungan. Aktivitas industri dan urbanisasi yang masif dapat menyebabkan pencemaran dan kerusakan ekosistem. Saya rasa, banyak dari kita yang mungkin tidak menyadari bahwa limbah yang dihasilkan dari kegiatan sehari-hari, seperti sampah plastik dan polusi udara, dapat merusak lingkungan kita. Hal ini menunjukkan pentingnya kesadaran kita terhadap dampak dari setiap tindakan yang kita lakukan.
Lebih jauh lagi, adaptasi terhadap lingkungan sangat penting untuk menciptakan interaksi yang berkelanjutan. Kita perlu berpikir kritis tentang bagaimana cara kita bertani, membangun, dan menggunakan sumber daya alam. Sering kali, fokus kita pada pemanfaatan sumber daya tanpa mempertimbangkan aspek keberlanjutan dapat menyebabkan kerusakan jangka panjang. Di sinilah peran edukasi dan kesadaran masyarakat sangat diperlukan untuk mendorong perilaku yang lebih ramah lingkungan.
Di sisi positif, banyak upaya yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki hubungan ini. Misalnya, program penghijauan, daur ulang, dan penggunaan energi terbarukan dapat membantu mengurangi dampak negatif yang telah terjadi. Dengan meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian alam, kita bisa menciptakan ruang sosial yang lebih harmonis. Interaksi antara manusia dan lingkungan adalah suatu proses dinamis, dan sudah saatnya kita mengambil langkah nyata menuju keberlanjutan.

Referensi
Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034063 Jihan Dzakhiya Faadhilla -
Nama: Jihan Dzakhiya Faadhilla
NPM: 2313034063
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang kompleks dan dinamis. Manusia sebagai makhluk sosial bergantung pada alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, seperti makanan, tempat tinggal, dan sumber daya lainnya. Namun, manusia juga memiliki kemampuan untuk mengubah dan memodifikasi lingkungan sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi. Dalam perspektif geografi sosial, hubungan ini tidak hanya bersifat deterministik, di mana lingkungan menentukan pola kehidupan manusia, tetapi juga bersifat konstruktif, di mana manusia mampu membentuk dan mengelola lingkungannya secara aktif.
Meskipun manusia memiliki kemampuan untuk mengubah lingkungan, eksploitasi yang tidak terkendali sering kali menimbulkan dampak negatif, seperti polusi, deforestasi, dan perubahan iklim. Kerusakan lingkungan ini tidak hanya memengaruhi kondisi alam, tetapi juga kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya manusia. Perubahan lingkungan dapat menyebabkan migrasi penduduk, hilangnya mata pencaharian, serta ketimpangan sosial yang semakin tajam. Oleh karena itu, penting bagi manusia untuk menyadari bahwa setiap tindakan terhadap lingkungan memiliki konsekuensi jangka panjang yang dapat memengaruhi keberlangsungan hidup mereka sendiri.
Dalam filsafat lingkungan, manusia tidak dipandang sebagai penguasa alam, melainkan sebagai bagian dari ekosistem yang harus bertanggung jawab dalam menjaga keseimbangannya. Konsep Land Ethic yang dikemukakan oleh Aldo Leopold menekankan bahwa manusia harus memperlakukan alam sebagai komunitas yang membutuhkan keharmonisan dan keberlanjutan. Kesadaran akan pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem menjadi landasan etis dalam mengelola lingkungan agar tetap lestari bagi generasi mendatang.
Untuk mencapai keseimbangan antara pemanfaatan lingkungan dan keberlanjutannya, diperlukan kebijakan pengelolaan lingkungan yang bijaksana. Prinsip kehati-hatian dalam pemanfaatan sumber daya alam, penerapan konsep polluter pays di mana pihak yang merusak lingkungan bertanggung jawab atas pemulihannya, serta pendekatan pembangunan berkelanjutan menjadi langkah penting dalam menjaga harmoni antara manusia dan alam. Selain itu, kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, sektor swasta, dan organisasi internasional sangat dibutuhkan dalam menciptakan kebijakan yang efektif dan berkelanjutan.
Dengan memahami interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial sebagai hubungan yang saling memengaruhi, manusia diharapkan dapat mengambil langkah yang lebih bijak dalam memanfaatkan dan melestarikan alam. Keberlanjutan kehidupan tidak hanya bergantung pada eksploitasi sumber daya, tetapi juga pada bagaimana manusia mampu menjaga keseimbangan ekosistem dan bertanggung jawab atas dampak yang ditimbulkan. Dengan demikian, kesadaran kolektif dan tindakan nyata dalam mengelola lingkungan menjadi kunci utama dalam menciptakan kehidupan yang lebih harmonis antara manusia dan alam.

Referensi:
Tue, F., Lasulika, C. T., Hasim, H., & Nurfaika, N. (2024). Dialektika Alam dan Manusia dalam Perspektif Geografi Sosial (Sebuah Kajian tentang Interaksi Timbal Balik Lingkungan dan Manusia). Innovative: Journal Of Social Science Research, 4(6), 4844-4853.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034061 MERLY LUCYANA -
Nama : Merly Lucyana
NPM :2313034061
Kelas /Prodi : Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan fenomena kompleks yang mencerminkan hubungan timbal balik antara individu, kelompok, dan tempat di mana mereka beraktivitas. Dalam perspektif ekologi manusia, seperti yang dikemukakan oleh Amos H. Hawley (1986), manusia terus beradaptasi dengan lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup, baik secara sosial maupun ekonomi. Adaptasi ini dapat berupa perubahan dalam struktur permukiman, pola kerja, atau bahkan dalam kebijakan tata ruang yang mengatur penggunaan lahan. Sebagai contoh, urbanisasi yang pesat telah mengubah lanskap sosial dan fisik kota-kota besar, menyebabkan munculnya kawasan hunian padat, pusat bisnis, serta ruang publik yang menjadi arena interaksi sosial. Lebih jauh, perspektif interaksi simbolik, sebagaimana dijelaskan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer, menunjukkan bahwa manusia tidak hanya beradaptasi secara fisik terhadap ruang sosial, tetapi juga memberikan makna terhadapnya. Ruang sosial, seperti taman kota, kafe, atau trotoar, bukan sekadar tempat fisik, tetapi juga simbol dari interaksi sosial yang mencerminkan budaya dan nilai masyarakat. Misalnya, ruang terbuka hijau di perkotaan tidak hanya berfungsi sebagai area rekreasi, tetapi juga sebagai wadah bagi ekspresi budaya, aktivitas ekonomi informal, dan interaksi antarwarga. Pendekatan struktural fungsionalisme yang diperkenalkan oleh Talcott Parsons (1951) juga menegaskan bahwa ruang sosial memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan masyarakat. Setiap elemen dalam ruang sosial memiliki fungsi tertentu, seperti perumahan yang menyediakan tempat tinggal, sekolah yang menjadi pusat pendidikan, dan pasar yang menjadi pusat ekonomi. Dengan demikian, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial tidak hanya mencerminkan adaptasi ekologis, tetapi juga merupakan cerminan dari struktur sosial yang mengatur kehidupan masyarakat. Oleh karena itu, pemahaman terhadap dinamika ini sangat penting dalam perencanaan kota, pembangunan berkelanjutan, serta dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif dan ramah bagi semua individu.

Sumber :
Hawley, A. H. (1986). Human Ecology: A Theoretical Essay. University of Chicago Press.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034060 Selly Adelia -
Nama: Selly Adelia
NPM: 2313034060
Kelas: 2023 B
Prodi: Pendidikan Geografi
Mata kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merujuk pada hubungan timbal balik yang dinamis antara individu atau kelompok dengan lingkungan fisik dan sosial yang mereka tempati. Menurut Ratnasari dan Dwisusanto (2024), interaksi ini melibatkan bagaimana manusia memahami, merasakan, dan bertindak terhadap lingkungannya, serta bagaimana lingkungan tersebut memengaruhi perilaku dan kesejahteraan manusia.

Dalam Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial, manusia, baik sebagai individu maupun anggota kelompok sosial, mempengaruhi pembentukan lingkungan melalui norma, nilai, dan keputusan yang diambil. Sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi perilaku, persepsi, dan kesejahteraan manusia.

Interaksi manusia dalam ruang sosial mencakup tiga aspek utama: lingkungan fisik, psikologis, dan sosial.
Lingkungan fisik mencakup elemen nyata seperti bangunan, tata ruang kota, dan infrastruktur yang mempengaruhi aktivitas serta pola interaksi manusia. Lingkungan psikologis berkaitan dengan persepsi, emosi, dan pengalaman individu terhadap ruang, yang memengaruhi rasa nyaman, keamanan, dan keterikatan seseorang terhadap suatu tempat. Sementara itu, lingkungan sosial melibatkan hubungan antarindividu, norma, dan budaya yang membentuk dinamika sosial dalam suatu ruang. Kombinasi ketiga aspek ini menentukan bagaimana manusia memahami, merasakan, dan berinteraksi dalam ruang sosial yang mereka tempati.

Terdapat perdebatan filosofis mengenai sejauh mana lingkungan menentukan perilaku manusia. Aliran determinisme lingkungan berpendapat bahwa faktor lingkungan secara dominan membentuk perilaku manusia, sementara aliran posibilisme menekankan kemampuan manusia untuk beradaptasi dan membuat pilihan meskipun ada batasan lingkungan.
Penting juga untuk mempertimbangkan tanggung jawab etis manusia terhadap lingkungan. Pendekatan antroposentris menempatkan manusia sebagai pusat dan pemegang kendali atas alam, sedangkan pendekatan ekosentris menekankan bahwa alam memiliki nilai intrinsik dan hak untuk dihormati. Memahami dan menyeimbangkan kedua pendekatan ini penting dalam menciptakan ruang sosial yang berkelanjutan dan harmonis.

Jadi, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial adalah proses yang saling mempengaruhi, di mana manusia membentuk dan dibentuk oleh lingkungan mereka. Memahami kompleksitas interaksi ini penting untuk merancang ruang sosial yang mendukung kesejahteraan individu dan keberlanjutan lingkungan.

Referensi:
• Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2023). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. Jurnal Ilmiah Penelitian: Media Arsitektur dan Kota, 7(2), 195-208.
• Marianus, E. S., Keban, Y. B., & Riyanto, A. (2024). Meninjau Kembali Hubungan Manusia dengan Alam dari Sudut Pandang Filosofis. Jurnal Ilmiah Sains dan Teknologi, 3(2), 642–648.
• Sukarna, R. M. (2022). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Perspektif Antroposentrisme, Antropogeografi dan Ekosentrisme. Jurnal Hutan Tropika, 16(1), 84-100.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034065 CINDY VIANA SARI -
Izin memberikan pendapat ibu,
Nama : Cindy Viana Sari
NPM : 2313034065
Kelas : 2023 B

Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan suatu fenomena yang kompleks dan dinamis, di mana manusia berinteraksi dengan sesama dan dengan lingkungan sekitar mereka. Menurut Abdillah (2018), interaksi sosial adalah hubungan antara individu yang dapat memengaruhi satu sama lain, dan ini terjadi di berbagai ruang, baik yang direncanakan maupun tidak. Ruang interaksi sosial dapat ditemukan di tempat-tempat seperti rumah, sekolah, dan ruang publik, di mana aktivitas interaksi berlangsung dalam berbagai bentuk, mulai dari percakapan sehari-hari hingga kegiatan komunitas yang lebih terstruktur seperti arisan atau pertemuan warga.

Dalam perspektif antroposentrisme, interaksi ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya berfungsi sebagai individu yang terpisah dari lingkungan, tetapi juga sebagai bagian integral dari sistem sosial dan biogeofisik yang lebih luas. Hal ini menuntut manusia untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan mereka untuk memenuhi kebutuhan hidup sambil tetap menjaga keseimbangan ekologis. Keterikatan antara manusia dan lingkungan ini juga menciptakan apa yang disebut sebagai "happiness geography", di mana interaksi sosial yang positif dapat meningkatkan kualitas hidup individu dan komunitas.

Selain itu, interaksi sosial juga dipengaruhi oleh budaya dan norma yang berlaku dalam masyarakat tertentu. Rapoport (1976) menyatakan bahwa karakter ruang interaksi sosial sangat dipengaruhi oleh konteks budaya, sehingga setiap wilayah memiliki keunikan tersendiri dalam cara orang berinteraksi.  Oleh karena itu, memahami interaksi manusia dengan lingkungan sosial sangat penting untuk menciptakan masyarakat yang harmonis dan saling mendukung. Interaksi ini bukan hanya sekadar hubungan timbal balik, tetapi juga mencerminkan kebutuhan manusia akan koneksi sosial dan dukungan dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


Sumber referensi:
Anggiani, M., & Ayudya, R. D. Karakteristik spasial ruang interaksi sosial penghuni di lingkungan hunian kampung tematik tangerang. LANGKAU BETANG, _JURNAL ARSITEKTUR_, 11(1):16-27.

Sukarna, R. M. 2021. Interaksi manusia dan lingkungan dalam perspektif antroposentrisme, antropogeografi dan ekosentrisme: Human and environment interactive in the perspective of antroposentrism, antropogeography and ecocentrism. Hutan Tropika, 16(1): 84-100.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034011 AISYAH ANANDA PUTRI -
Izin menjawab, ibu,
Nama : Aisyah Ananda Putri
NPM : 2313034011
Prodi/Kelas : Pendidikan Geografi 2023 B
Mata Kuliah : Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial berkaitan dengan bagaimana individu atau kelompok menyesuaikan diri, memanfaatkan, serta mengubah lingkungan tempat mereka tinggal. Proses ini tidak hanya melibatkan hubungan manusia dengan alam, tetapi juga dengan sesama manusia dalam membentuk pola sosial, ekonomi, dan budaya. Masyarakat yang hidup di daerah dengan kondisi alam dan sumber daya yang berbeda akan mengembangkan pola adaptasi yang berbeda pula. Adaptasi ini tidak hanya berkaitan dengan cara manusia bertahan hidup dan memanfaatkan lingkungan, tetapi juga bagaimana lingkungan berubah sebagai akibat dari perkembangan pola hidup masyarakat. Berhubungan dengan interaksi sosial, di wilayah yang berbeda masyarakat tentunya memiliki pola interaksi yang berbeda pula,  misalnya, masyarakat yang tinggal di daerah pedesaan akan berbeda adaptasi sosialnya dengan masyarakat yang tinggal di daerah perkotaan, selain faktor kondisi lingkungan yang berbeda, masyarakat desa cenderung memiliki hubungan sosial yang erat dengan nilai dan norma yang masih dijunjung tinggi, serta kesibukan bersama seperti gotong royong. Sedangkan, masyarakat kota cenderung memiliki individualitas yang tinggi dengan kesibukan masing-masing.

Amin, S. (2022). Modul Geografi Sosial. Malang: Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim.
Meitasari, I. (2017). Bahan Ajar Geografi Sosial. Jakarta: Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Ratnasari, N. & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur dan Kota) : Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208. DOI: 10.33510/marka.2024.7.2.195-208
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034053 Desta Anantasya -
Nama : Desta Anantasya
Npm : 2313034053


Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan yang dinamis dan saling mempengaruhi. Manusia tidak hanya beradaptasi terhadap lingkungan sosialnya, tetapi juga memiliki kemampuan untuk membentuk dan mengubahnya. Perspektif ekologi sosial, seperti yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner dalam Ecological Systems Theory (1979), menjelaskan bahwa individu berkembang dalam berbagai sistem lingkungan, mulai dari mikrosistem (keluarga, teman sebaya), mesosistem (hubungan antar-mikrosistem), eksosistem (kebijakan sosial, media), hingga makrosistem (nilai budaya dan norma sosial). Setiap lapisan lingkungan ini berkontribusi terhadap pembentukan identitas dan perilaku individu. Misalnya, seorang anak yang tumbuh dalam lingkungan keluarga yang suportif cenderung lebih mudah beradaptasi dalam masyarakat dibandingkan dengan anak yang mengalami tekanan sosial sejak kecil. Hal ini menunjukkan bahwa ruang sosial bukan hanya wadah yang statis, tetapi juga arena yang terus berkembang seiring dengan perubahan individu dan komunitas.

Selain itu, pendekatan interaksionisme simbolik, seperti yang dijelaskan oleh George Herbert Mead dan Herbert Blumer, menekankan bahwa ruang sosial adalah tempat di mana individu membangun makna melalui interaksi simbolik. Setiap individu memahami dan bertindak berdasarkan interpretasi subjektifnya terhadap lingkungan sosial. Sebagai contoh, simbol-simbol seperti bahasa, gestur, dan norma sosial menjadi alat komunikasi yang memungkinkan manusia berinteraksi dan membentuk identitas mereka dalam ruang sosial tertentu. Misalnya, seseorang yang berpindah ke lingkungan dengan budaya yang berbeda akan menyesuaikan perilakunya sesuai dengan norma yang berlaku di tempat tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan sosial tidak hanya membentuk individu, tetapi juga sebaliknya, individu dapat memengaruhi dan mengubah lingkungannya melalui interaksi sosial.

Di sisi lain, teori determinisme lingkungan yang dikembangkan oleh Robert Park dan Ernest Burgess dalam kajian ekologi kota menyoroti bagaimana lingkungan fisik dan tata ruang memengaruhi pola interaksi sosial. Contohnya, dalam konteks urbanisasi, tata letak kota dapat menciptakan segregasi sosial di mana kelompok-kelompok masyarakat tertentu hanya berinteraksi dalam lingkup tertentu akibat faktor ekonomi dan sosial. Namun, teori ini juga dikritik oleh pendekatan agensi sosial, yang menekankan bahwa manusia tidak sepenuhnya dikendalikan oleh lingkungan, tetapi memiliki kapasitas untuk mengubah dan membentuk ruang sosial mereka. Misalnya, gerakan sosial seperti komunitas berbasis lingkungan menunjukkan bahwa masyarakat dapat berkolaborasi untuk menciptakan ruang sosial yang lebih inklusif dan berkelanjutan.

Dari berbagai perspektif ini, dapat disimpulkan bahwa interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial adalah proses yang saling mempengaruhi dan bersifat dinamis. Manusia membentuk lingkungan sosial melalui interaksi dan simbol, sementara lingkungan sosial juga membentuk pola perilaku individu melalui norma dan struktur sosial yang ada. Oleh karena itu, memahami hubungan ini tidak hanya penting untuk mengembangkan strategi kebijakan sosial yang lebih inklusif, tetapi juga untuk menciptakan ruang sosial yang lebih harmonis dan adaptif terhadap perubahan zaman.

Referensi:

Bronfenbrenner, U. (1979). The Ecology of Human Development: Experiments by Nature and Design. Harvard University Press.

Blumer, H. (1969). Symbolic Interactionism: Perspective and Method. University of California Press.

Park, R. E., & Burgess, E. W. (1925). The City: Suggestions for Investigation of Human Behavior in the Urban Environment. University of Chicago Press.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034017 TRI FEBRIYANTI -
Nama: Tri Febriyanti
NPM: 2313034017
Kelas: 2023 B

Izin menjawab ibu jadi menurut pandangan saya interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial sangat penting karena menciptakan hubungan timbal balik yang mempengaruhi kehidupan individu dan masyarakat. Manusia bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, air, dan tempat tinggal, sementara aktivitas manusia dapat mempengaruhi kondisi lingkungan. Misalnya, petani harus memahami musim dan kondisi tanah untuk bercocok tanam yang efektif, menunjukkan bagaimana manusia perlu beradaptasi dengan lingkungan untuk bertahan hidup. Selain itu, interaksi ini juga mencakup upaya perlindungan lingkungan, seperti kegiatan penghijauan, daur ulang, dan penggunaan energi terbarukan, yang merupakan contoh bagaimana manusia dapat berkontribusi pada keberlanjutan lingkungan. Dalam konteks sosial, interaksi dapat dilihat melalui kegiatan gotong royong, di mana masyarakat bekerja sama untuk menjaga kebersihan lingkungan, yang menunjukkan bagaimana interaksi sosial dapat memperkuat hubungan antar individu dan kelompok. Masyarakat yang tinggal di daerah dengan sumber daya alam yang kaya, seperti di Ubud, Bali, juga menunjukkan bagaimana mereka mengelola dan melestarikan lingkungan mereka, menciptakan kebudayaan yang harmonis dengan alam. Dengan demikian, interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial tidak hanya penting untuk keberlangsungan hidup, tetapi juga untuk membangun kesadaran kolektif dalam menjaga dan melestarikan lingkungan.

Referensi:
Tata, M. K. A. (2022). Menguatkan Konsep Fikih Sosial dalam Dinamika Interaksi Manusia Perspektif KH Muhammad Ali Yafie. Hakamain: Journal of Sharia and Law Studies, 1(1), 25-35.

Hantono, D., & Pramitasari, D. (2018). Aspek perilaku manusia sebagai makhluk individu dan sosial pada ruang terbuka publik. Nature: National Academic Journal of Architecture, 5(2), 85-93.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034062 AGENG DYAH BRAMANI -
Nama: Ageng Dyah Bramani
NPM: 2313034062
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B
Mata Kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.


Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan fenomena kompleks yang melibatkan hubungan timbal balik antara individu atau kelompok dengan lingkungan fisik, sosial, dan budaya di sekitarnya. Ruang sosial, seperti taman kota, pasar tradisional, atau lingkungan perumahan, menjadi tempat di mana interaksi ini terjadi, membentuk dinamika kehidupan masyarakat. Manusia, melalui norma, nilai, dan keputusan mereka, mempengaruhi pembentukan dan perubahan lingkungan. Sebaliknya, lingkungan juga mempengaruhi perilaku, kesejahteraan, dan perkembangan sosial manusia. Salah satu perspektif yang membahas interaksi ini adalah antropogeografi, yang menekankan bahwa manusia dan lingkungan saling berinteraksi melalui proses interdependensi dan adaptasi, menciptakan lanskap budaya yang mencerminkan karakteristik wilayah tertentu. Pendekatan ini menyoroti bagaimana manusia memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, yang pada gilirannya membentuk struktur sosial dan budaya masyarakat tersebut. Namun, pendekatan antropogeografi sering kali dikritik karena cenderung menempatkan manusia sebagai pusat perhatian, yang dikenal sebagai antropo-sentrisme. Pendekatan ini dapat menyebabkan eksploitasi lingkungan tanpa mempertimbangkan keseimbangan ekosistem. Sebagai alternatif, ekosentrisme menawarkan pandangan bahwa manusia adalah bagian integral dari sistem ekologi yang lebih luas, sehingga interaksi dengan lingkungan harus mempertimbangkan keseimbangan dan keberlanjutan ekosistem secara keseluruhan.
Dalam konteks ini, terdapat dua perspektif utama yang menjelaskan hubungan antara manusia dan lingkungan. Pertama, determinisme lingkungan yang menyatakan bahwa perilaku dan perkembangan manusia sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan. Kedua, posibilisme yang menekankan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk memilih tindakan berdasarkan berbagai peluang yang ditawarkan oleh lingkungan. Kedua pandangan ini menunjukkan bahwa manusia tidak hanya merupakan produk dari lingkungan, tetapi juga memiliki peran aktif dalam mempengaruhi dan membentuk lingkungan mereka.

Dalam ruang sosial, manusia tidak hanya berinteraksi satu sama lain tetapi juga dengan lingkungan fisik di sekitarnya. Lingkungan yang dirancang dengan baik dapat mendukung interaksi sosial yang harmonis, meningkatkan kualitas hidup, dan memperkuat rasa kebersamaan di antara individu. Sebaliknya, lingkungan yang kurang terkelola dapat menyebabkan alienasi sosial, ketidaknyamanan, bahkan konflik antarindividu atau kelompok. Dari perspektif ekologi sosial, interaksi manusia dan lingkungan bersifat timbal balik. Manusia membentuk dan mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya, seperti membangun permukiman, menciptakan ruang hijau, dan mengembangkan infrastruktur. Namun, lingkungan juga memberikan dampak terhadap perilaku dan kesejahteraan manusia. Sebagai contoh, keberadaan taman kota yang asri dapat mendorong interaksi sosial yang lebih aktif, meningkatkan kesehatan mental, dan menciptakan rasa nyaman. Sebaliknya, kawasan dengan tingkat polusi tinggi atau kepadatan penduduk yang tidak terkendali dapat menimbulkan stres, memicu perilaku agresif, dan mengurangi kualitas hidup secara keseluruhan.

Sukarna, RM (2021). Interaksi manusia dan lingkungan dalam perspektif antroposentrisme, antropogeografi dan ekosentrisme: Interaksi manusia dan lingkungan dalam perspektif antroposentrisme, antropogeografi dan ekosentrisme. Hutan Tropika , 16 (1), 84-100.
Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034013 AULIA RAMANDA -
Nama : Aulia Ramanda
NPM : 2313034013
Prodi/Kelas : Pendidikan Geografi 2023 B
Mata Kuliah : Geografi Sosial
Dosen Pengampu : Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Menurut saya, Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang saling mempengaruhi. Manusia memiliki kemampuan untuk mengubah lingkungan sesuai dengan kebutuhan sosial dan ekonominya, seperti melalui urbanisasi, eksploitasi sumber daya, dan perkembangan teknologi. Perubahan ini dapat membawa manfaat dalam meningkatkan kesejahteraan, tetapi juga menimbulkan dampak negatif seperti degradasi lingkungan dan perubahan ekosistem. 

Di sisi lain, lingkungan juga membentuk kehidupan sosial manusia dengan menentukan pola adaptasi, budaya, dan interaksi mereka. Iklim, kondisi geografis, serta sumber daya alam di suatu wilayah berperan dalam membentuk pola kehidupan masyarakat, baik dalam aspek ekonomi, sosial, maupun budaya. Misalnya, masyarakat pesisir cenderung memiliki budaya maritim, sementara mereka yang tinggal di pegunungan mengembangkan sistem pertanian berbasis terasering. Selain itu, lingkungan juga dapat menjadi pemicu solidaritas sosial, terutama dalam menghadapi bencana alam seperti banjir dan gempa bumi, yang mendorong masyarakat untuk bekerja sama dalam mitigasi dan pemulihan. Dengan demikian, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan proses dinamis yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan teknologi.

1. Karakteristik Manusia dalam
a. Membentuk Lingkungan
Manusia tidak hanya dipengaruhi oleh lingkungan, tetapi juga berperan aktif dalam membentuknya.
b. Mereka menggunakan norma, nilai, dan keputusan sosial untuk menyesuaikan ruang hidup mereka​
c. Konsep determinisme lingkungan menyatakan bahwa manusia dikendalikan oleh kondisi lingkungannya, sedangkan posibilisme mengakui bahwa manusia dapat menyesuaikan lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya​

2. Mekanisme Keterhubungan
a. Manusia dan Lingkungan
Interaksi manusia dan lingkungan bersifat dua arah: manusia mengubah lingkungan dan lingkungan juga memengaruhi manusia​
b. Perubahan teknologi dan perkembangan sosial mempengaruhi bagaimana manusia beradaptasi dengan lingkungan​
c. Lingkungan juga memiliki makna simbolis yang bisa dipahami oleh masyarakat, membentuk pola perilaku sosial tertentu​

3. Pengaruh Lingkungan terhadap Manusia
a. Lingkungan dapat memfasilitasi atau menghambat perilaku manusia, tergantung pada harapan, motivasi, dan persepsi mereka​
b. Teknologi memainkan peran penting dalam interaksi ini, tetapi juga membawa risiko besar terhadap keseimbangan sosial dan lingkungan​
c. Manusia cenderung merespon lingkungan melalui proses kognitif, menciptakan skema mental dan peta konsep yang mempengaruhi tindakan mereka

Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan: dalam Kajian Filosofis. Vol. 7, No. 2, Januari 2024, hlm. 198-203.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034064 ELFIANISYA ZAHARANI WIBOWO -
Nama : Elfianisya Zaharani Wibowo
NPM : 2313034064
Prodi/kelas : Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial dapat berhubungan erat dan saling mempengaruhi seperti, lingkungan fisik, sosial, dan budaya membentuk perilaku manusia, sementara manusia juga berperan dalam mengubah lingkungan tersebut. Lingkungan yang dapat dikelola dengan baik, seperti contoh sebuah kota yang banyak pejalan kaki dan orang bersepeda dapat meningkatkan interaksi sosial, sedangkan lingkungan yang kurang mendukung dapat menghambat komunikasi antarindividu (Gehl, 2010). Manusia memiliki kemampuan membentuk dan mengubah lingkungan melalui teknologi, kebijakan, serta budaya yang berkembang dalam masyarakat (Madanipour, 2003). Ruang sosial saat ini merupakan hasil proses adaptasi terhadap lingkungan dengan meningktkan berbagai factor memengaruhinya, termasuk aspek sosial, ekonomi, dan politik. Konsep ruang yang dikemukakan oleh Habermas (1991) menunjukkan bahwa ruang bukan sekadar tempat fisik, tetapi juga arena diskusi, interaksi, dan partisipasi publik yang mencerminkan dinamika sosial. Dengan memahami hubungan antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial itu sangat penting dalam perencanaan kota, pembangunan berkelanjutan, serta kebijakan publik yang berorientasi pada kesejahteraan sosial.

sumber referensi
Gehl, J. (2010). Cities for People. Island Press.
Madanipour, A. (2003). Public and Private Spaces of the City. Routledge.
Habermas, J. (1991). The Structural Transformation of the Public Sphere. MIT Press.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034067 INDRI INDAH SARI -
Nama : Indri Indah Sari
NPM : 2313034067
Prodi/Kelas : Pendidikan Geografi 2023 B
Mata kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial dapat dipahami melalui pendekatan psikologi sosial dan ekologi manusia. Ruang sosial merupakan arena tempat manusia berinteraksi dengan lingkungan fisik dan sosialnya. Dalam konteks ini, manusia tidak hanya sebagai individu yang beradaptasi terhadap lingkungannya, tetapi juga sebagai agen yang aktif mengubah dan memengaruhi lingkungan sekitarnya.

Salah satu aspek utama dalam interaksi ini adalah bagaimana manusia menyesuaikan diri dengan lingkungannya melalui proses penyesuaian diri autoplastis (mengubah diri sesuai dengan lingkungan) dan alloplastis (mengubah lingkungan sesuai dengan keinginan pribadi). Studi menunjukkan bahwa lingkungan sosial, seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat, memainkan peran penting dalam membentuk sikap dan perilaku manusia terhadap lingkungan. Misalnya, lingkungan keluarga dapat berperan dalam menanamkan sikap peduli lingkungan pada anak-anak, yang kemudian diperkuat melalui interaksi di sekolah dan masyarakat. Selain itu, dalam ruang sosial, individu juga dipengaruhi oleh norma sosial dan pengaruh kelompok. Psikologi sosial menjelaskan bahwa manusia cenderung menyesuaikan perilaku mereka dengan norma sosial melalui proses konformitas. Faktor-faktor seperti tekanan sosial, kepemimpinan, dan persuasi dapat memengaruhi bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan fisiknya. Penelitian juga menunjukkan bahwa aspek perilaku manusia sebagai makhluk individu dan sosial sangat memengaruhi pemanfaatan ruang terbuka publik, di mana pola interaksi sosial yang terjadi dipengaruhi oleh faktor psikologis dan sosial.

Dalam perspektif ekologi manusia, interaksi manusia dengan lingkungan juga berkaitan dengan bagaimana mereka memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam di sekitarnya. Studi di Jurnal Manusia dan Lingkungan menyoroti bagaimana kepadatan penduduk memengaruhi keanekaragaman tanaman di pekarangan rumah, menunjukkan bahwa interaksi manusia dengan lingkungan fisik juga dipengaruhi oleh aspek sosial-ekonomi dan budaya.

Dengan demikian, pemahaman mengenai interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial dapat membantu dalam merancang kebijakan dan strategi yang lebih baik untuk menciptakan lingkungan yang berkelanjutan dan harmonis. Referensi dari penelitian di atas menunjukkan bahwa faktor psikologi sosial dan ekologi manusia perlu diperhitungkan dalam analisis interaksi manusia dengan lingkungannya.

Muslim, M., Almegi, A., Alfiah, A., Akmal, A., & Amelia, H. R. (2021). Peranan Lingkungan Sosial Terhadap Pembentukan Sikap Peduli Lingkungan Peserta Didik Di MAS Al-Islam Petala Bumi. El-Jughrafiyah, 1(1), 53-61.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034058 RENA AULIYA -
Nama: Rena Auliya
NPM: 2313034058
Kelas: 2023B

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang kompleks, di mana manusia memanfaatkan dan mengubah lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara lingkungan memberikan batasan dan peluang bagi aktivitas manusia. Sebagai contoh, pembangunan infrastruktur seperti jalan raya dan waduk merupakan bentuk interaksi yang mendominasi lingkungan, di mana manusia mengubah kondisi alam untuk kepentingan tertentu. Di sisi lain, adaptasi terhadap lingkungan terlihat ketika petani menyesuaikan waktu tanam berdasarkan kondisi cuaca atau nelayan yang memanfaatkan angin darat dan angin laut untuk melaut. Interaksi ini mencerminkan bagaimana manusia berusaha menyesuaikan diri dan memanfaatkan lingkungan sekitarnya dalam kehidupan sehari-hari.

Namun, interaksi ini tidak selalu berjalan harmonis. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat menyebabkan degradasi lingkungan, seperti deforestasi dan pencemaran, yang pada akhirnya merugikan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk memahami dan menerapkan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan yang mempertimbangkan keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan. Pendidikan dan kesadaran lingkungan menjadi kunci dalam membangun interaksi yang positif antara manusia dan lingkungannya, sehingga dapat menciptakan ruang sosial yang sehat dan berkelanjutan bagi generasi sekarang dan mendatang.

Referensi:
- Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. (2021). Modul Bahan Belajar PGSD-IPS: Interaksi Manusia dan Lingkungan.
- Wirabuana, R. (2023). Sosiologi Lingkungan: Menggali Hubungan antara Alam dan Masyarakat.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034010 Yamafaza Aulia Syukri -
Izin memberikan pendapat bu
Nama: Yamafaza Aulia Syukri
NPM: 2313034010
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Menurut saya, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang sangat kompleks. Manusia tidak hanya bergantung pada lingkungan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi juga memiliki peran dalam membentuk dan mengelola lingkungan tersebut. Hal ini sejalan dengan kajian Prasetyo (2022), yang menyatakan bahwa manusia tidak hanya beradaptasi dengan lingkungan, tetapi juga menciptakan lanskap budaya berdasarkan karakteristik wilayahnya.

Saya setuju dengan pandangan ini karena dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bagaimana masyarakat memanfaatkan lingkungan untuk berbagai keperluan, seperti pertanian, pemukiman, dan industri. Namun, pola pemanfaatan ini juga dipengaruhi oleh faktor sosial dan budaya. Misalnya, masyarakat agraris akan lebih cenderung menjaga ekosistem sawah dan irigasi, sementara masyarakat perkotaan lebih fokus pada pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, saya berpendapat bahwa pemahaman mengenai lingkungan dalam ruang sosial tidak hanya harus bersifat ekologis, tetapi juga harus mempertimbangkan aspek sosial dan budaya masyarakat yang ada.

Selain itu, saya juga sepakat dengan Siregar dan Puspita (2021), yang menjelaskan bahwa pendekatan ekosentrisme lebih ideal dibandingkan antroposentrisme dalam menjaga keseimbangan antara manusia dan lingkungan. Saya berpendapat bahwa manusia tidak boleh hanya berpikir tentang eksploitasi lingkungan demi keuntungan jangka pendek, tetapi harus mempertimbangkan keberlanjutan lingkungan untuk generasi mendatang. Misalnya, dalam pembangunan perkotaan, penting untuk memperhatikan ruang hijau dan tata kota yang ramah lingkungan agar keseimbangan ekosistem tetap terjaga.

Di sisi lain, saya juga melihat bahwa ruang sosial yang baik akan mendorong interaksi positif antarwarga. Hal ini diperkuat oleh penelitian Hutabarat dan Suryani (2023), yang menyatakan bahwa desain ruang interaksi sosial dalam lingkungan perumahan berperan penting dalam meningkatkan keamanan dan keharmonisan sosial. Saya setuju dengan temuan ini karena dalam pengalaman pribadi, lingkungan yang menyediakan taman, ruang publik, atau fasilitas bersama cenderung memiliki komunitas yang lebih erat dan saling peduli. Ini menunjukkan bahwa lingkungan fisik berpengaruh terhadap pola interaksi sosial masyarakat.

Terakhir, saya sependapat dengan Rahmawati (2023), yang menyoroti pentingnya perspektif religius dalam membangun hubungan sosial yang harmonis. Dalam Islam, hubungan antarindividu ditekankan sebagai aspek penting dalam kehidupan sosial, sebagaimana disebutkan dalam QS. Ar-Ra’d ayat 11 dan Al-Hujurat ayat 13. Saya meyakini bahwa nilai-nilai agama dapat menjadi pedoman dalam menjaga keseimbangan antara interaksi sosial dan lingkungan. Misalnya, konsep keseimbangan (mizan) dalam Islam mengajarkan manusia untuk tidak berlebihan dalam memanfaatkan sumber daya alam dan selalu menjaga keharmonisan dengan sesama.

Berdasarkan analisis ini, saya menyimpulkan bahwa interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial tidak hanya ditentukan oleh kebutuhan ekonomi atau geografis, tetapi juga oleh nilai-nilai budaya, sosial, dan bahkan religius. Oleh karena itu, pendekatan holistik yang mempertimbangkan aspek ekologis, sosial, dan spiritual sangat dibutuhkan dalam memahami dan mengelola ruang sosial agar tetap berkelanjutan dan harmonis.

Referensi
Prasetyo, A. (2022). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. Jurnal Filsafat dan Humaniora, 10(2), 45-60.

Hutabarat, R., & Suryani, T. (2023).Penyediaan Ruang Interaksi Sosial dalam Lingkungan Perumahan.Jurnal Bakti Masyarakat, (1), 112-124.

Siregar, D., & Puspita, M. (2021). Hubungan Manusia dan Lingkungan dalam Perspektif Ekologi Sosial. Jurnal Humaniora dan Teknologi, 9(3), 78-90.

Rahmawati, I. (2023). Tafsir Relasi Sosial dalam Al-Qur’an: Studi pada QS. Ar-Ra’d Ayat 11 dan Al-Hujurat Ayat 13. Jurnal Ushuly, 7(2), 30-41.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034047 Septian Kirana Wardani -
Nama: Septian Kirana Wardani
NPM: 2313034047
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi manusia dengan lingkungan dalam ruang sosial merupakan proses yang kompleks dan dinamis, di mana manusia tidak hanya beradaptasi terhadap kondisi lingkungan, tetapi juga secara aktif membentuk dan mengubah ruang sosial sesuai dengan kebutuhan, kepentingan, serta dinamika sosial yang terjadi. Ruang sosial dalam konteks ini tidak hanya dipahami sebagai suatu entitas fisik yang dapat diakses dan ditempati, tetapi juga sebagai arena interaksi sosial yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti budaya, ekonomi, politik, dan ekologi. Manusia, sebagai aktor utama dalam ruang sosial, sering kali memanfaatkan lingkungan untuk kepentingan ekonomi dan sosial, seperti dalam proses urbanisasi, industrialisasi, serta pengembangan infrastruktur yang mengubah struktur dan fungsi lingkungan sekitar. Namun, interaksi ini tidak selalu bersifat harmonis, karena dalam banyak kasus, terdapat ketimpangan dalam akses dan pemanfaatan ruang, di mana kelompok dengan kekuatan ekonomi dan politik yang lebih besar cenderung memiliki kontrol lebih besar terhadap ruang dan sumber daya, sementara kelompok yang lebih rentan sering kali mengalami marginalisasi dalam pemanfaatan ruang sosial. Selain itu, dengan semakin meningkatnya kesadaran akan pentingnya keberlanjutan lingkungan, muncul tantangan baru dalam menjaga keseimbangan antara eksploitasi sumber daya untuk kepentingan sosial dan ekonomi dengan upaya konservasi lingkungan, sehingga interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial harus dikelola secara bijaksana agar tidak menimbulkan dampak negatif yang lebih luas, baik bagi masyarakat maupun ekosistem secara keseluruhan.

Interaksi manusia dengan lingkungan sosial merupakan hubungan yang melibatkan individu dengan individu lain, individu dengan kelompok, maupun antar kelompok. Hubungan ini ditandai dengan adanya respons timbal balik yang bertujuan mencapai pemahaman atau tujuan bersama. Proses interaksi sosial dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti identifikasi, imitasi, sugesti, dan simpati. Contoh interaksi sosial ini meliputi percakapan antara dua individu, pengajaran seorang guru kepada murid-muridnya, hingga kerja sama antara dua kelompok dalam suatu proyek komunitas. Interaksi sosial dapat memberikan dampak positif maupun negatif, tergantung pada situasi, kondisi, dan individu yang terlibat. Oleh karena itu, penting bagi setiap orang untuk memahami dan mengelola interaksi sosial dengan bijak. Dengan cara ini, masyarakat dapat menciptakan lingkungan sosial yang harmonis, produktif, serta mendukung perkembangan individu dan kelompok secara optimal.
REFERENSI:
Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208.

Kumparan. (2025). Pengertian interaksi manusia dengan lingkungan sosial di sekitarnya. Diakses pada 27 Maret 2025, dari https://kumparan.com/berita-update/pengertian-interaksi-manusia-dengan-lingkungan-sosial-di-sekitarnya-1wIh75dc39X.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034068 NAZWA AULIA WAHYUDI -
NAMA : Nazwa Aulia Wahyudi
NPM : 2313034068
KELAS/PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI 2023 B
MATA KULIAH : GEOGRAFI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Dr. Novia Fitri Istiawati, M. Pd.


Menurut saya sendiri ruang sosial dapat artikan sebagai tempat bagi individu atau kelompok berinteraksi satu sama lain serta dengan lingkungan sekitarnya, yang memungkinkan terjadinya pertukaran sosial dan juga pemanfaatan sumber daya lingkungan, Dalam konteks geografi sosial, ruang dibagi menjadi tiga kategori: ruang fisik, ruang regional, dan ruang sosial. Ruang sosial berfungsi sebagai wadah bagi manusia dan makhluk hidup lainnya untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar, dalam teori Fisher dan Gifford menjelaskan bahwa hubungan manusia-lingkungan dipengaruhi oleh karakteristik sosial seperti kebiasaan, aturan, dan aktivitas. Jarak interpersonal juga memainkan peran penting dalam kualitas hubungan sosial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup terpisah dari lingkungannya. Lingkungan menyediakan sumber daya yang dibutuhkan manusia untuk bertahan hidup, seperti air, udara, dan bahan pangan. Sebaliknya, manusia juga memengaruhi lingkungan melalui aktivitas sosial dan ekonomi. Lingkungan juga berpengaruh terhadap kehidupan sosial dimana pada kondisi lingkungan (alam dan buatan) membentuk pola interaksi sosial. Misalnya, masyarakat di daerah pegunungan memiliki pola hidup yang berbeda dengan masyarakat di daerah pesisir. Lingkungan fisik menentukan cara masyarakat mengatur kehidupannya, mulai dari mata pencaharian hingga kebiasaan sosial, 

Lingkungan juga tidak hanya dipahami sebagai ruang fisik, tetapi juga sebagai ruang sosial yang membentuk pola perilaku, norma, dan nilai masyarakat. Cara manusia berinteraksi dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh budaya, tradisi, dan kebijakan sosial. Masyarakat yang memiliki budaya konservasi cenderung lebih menjaga kelestarian lingkungan dibandingkan dengan masyarakat yang memprioritaskan eksploitasi sumber daya, Sehingga secara keseluruhan hubungan interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial itu bersifat dinamis dan saling memengaruhi 
Interaksi ini menghasilkan dampak ganda baik positif maupun negatif. Misalnya, eksploitasi sumber daya alam dapat meningkatkan perekonomian, tetapi juga dapat menimbulkan degradasi lingkungan. Sebaliknya, konservasi lingkungan dapat melindungi ekosistem, tetapi memerlukan pengorbanan ekonomi.

Sukarna, R. M. (2021). Interaksi manusia dan lingkungan dalam perspektif antroposentrisme, antropogeografi dan ekosentrisme: Human and environment interactive in the perspective of antroposentrism, antropogeography and ecocentrism. Hutan Tropika, 16(1), 84-100.
Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034048 Khairumni Yasmin -
Nama :Khairumni Yasmin
NPM : 2313034048
Prodi/ Kelas: Pendidikan Geografi, 2023 B

Menurut saya, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan yang sangat erat dan saling mempengaruhi, di mana manusia memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, sementara lingkungan juga memberikan batasan serta tantangan bagi manusia. Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial adalah suatu proses dinamis yang melibatkan hubungan timbal balik antara individu, kelompok, dan lingkungan fisik serta sosial di sekitarnya.

Proses ini mencakup berbagai aspek, mulai dari pemanfaatan sumber daya alam hingga dampak sosial dan budaya yang ditimbulkan oleh perubahan lingkungan. Dalam konteks ini, manusia berperan aktif dalam membentuk dan mengubah ruang sosial, sementara lingkungan memberikan batasan dan tantangan yang harus dihadapi.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat bagaimana manusia mengubah ruang sosial seperti membangun permukiman, pusat perbelanjaan, fasilitas transportasi, dan lain-lain untuk menunjang aktivitas sosial dan ekonomi. Di sisi lain, lingkungan memiliki peran penting dalam menentukan pola sebaran penduduk, jenis pekerjaan, hingga budaya masyarakat di suatu wilayah.

Namun, interaksi ini tidak selalu positif. Pembangunan infrastruktur, seperti permukiman, pusat perbelanjaan, dan fasilitas transportasi, sering kali dilakukan tanpa mempertimbangkan dampak lingkungan. Eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan dapat menyebabkan kerusakan lingkungan, seperti deforestasi, pencemaran, dan penurunan kualitas tanah. Pembangunan yang tidak ramah lingkungan dapat mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati dan mengganggu ekosistem yang ada.

Contohnya, masyarakat pesisir banyak yang bekerja sebagai nelayan karena kondisi alamnya yang mendukung, sedangkan masyarakat di pegunungan lebih banyak bergantung pada sektor pertanian. Akan tetapi, sering kali interaksi ini justru menimbulkan dampak negatif, seperti kerusakan lingkungan akibat eksploitasi sumber daya yang berlebihan dan pembangunan yang tidak ramah lingkungan.

Oleh karena itu, penting bagi kita sebagai generasi muda, khususnya mahasiswa geografi, untuk memahami interaksi ini agar mampu merencanakan dan mengelola ruang secara berkelanjutan, sehingga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan dapat terus terjaga.

Referensi:
Martono, N. (2016). Sosiologi Perubahan Sosial: Perspektif Klasik, Modern, Postmodern, dan Poskolonial. Jakarta: Rajawali Pers.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034054 SABRINA NADA NAQIYAH -
NAMA : Sabrina Nada Naqiyah
NPM : 2313034054
KELAS/PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI 2023 B
MATA KULIAH : GEOGRAFI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Dr. Novia Fitri Istiawati, M. Pd.

Interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang kompleks dan dinamis. Manusia memanfaatkan lingkungan untuk memenuhi berbagai kebutuhan sosial, ekonomi, dan budaya, sementara kondisi lingkungan juga mempengaruhi cara manusia berinteraksi satu sama lain. Dalam perspektif ekologi sosial, hubungan ini dapat dijelaskan melalui teori Bronfenbrenner (1979), yang menyatakan bahwa individu dipengaruhi oleh berbagai tingkat lingkungan sosial, mulai dari keluarga dan komunitas hingga kebijakan yang lebih luas. Lingkungan fisik, seperti infrastruktur yang memadai, ruang hijau, dan tata kota yang baik, berperan dalam membentuk pola interaksi masyarakat. Misalnya, keberadaan taman kota dan jalur pejalan kaki dapat mendorong masyarakat untuk lebih aktif berinteraksi dan membangun hubungan sosial yang lebih erat.

Dari perspektif sosiologi perkotaan, Lefebvre (1991) menekankan bahwa ruang sosial bukan hanya sekadar tempat fisik, tetapi juga hasil dari praktik sosial manusia. Setiap ruang memiliki makna sosial yang berkembang sesuai dengan aktivitas manusia di dalamnya. Ruang publik seperti taman, alun-alun, dan pusat kota menjadi tempat yang memungkinkan interaksi sosial terjadi secara alami. Misalnya, di kota-kota besar, ruang-ruang publik berfungsi sebagai titik temu bagi berbagai kelompok masyarakat, menciptakan identitas kolektif, serta mendukung partisipasi sosial. Namun, ketika ruang publik berkurang akibat kebijakan tata kota yang lebih mengutamakan pembangunan ekonomi daripada keberlanjutan sosial, maka pola interaksi sosial masyarakat juga dapat mengalami perubahan signifikan, seperti meningkatnya individualisme dan berkurangnya solidaritas sosial.

Dalam perspektif ekonomi dan lingkungan, aktivitas manusia seperti urbanisasi, industrialisasi, dan ekspansi ekonomi sering kali membawa dampak negatif terhadap lingkungan. Stern (2000) menyoroti bahwa perilaku manusia yang tidak memperhitungkan dampak ekologis dapat menyebabkan degradasi lingkungan, seperti pencemaran udara, hilangnya ruang hijau, serta perubahan iklim yang mempengaruhi kualitas hidup masyarakat. Namun, dengan meningkatnya kesadaran lingkungan dan diterapkannya kebijakan berkelanjutan, ruang sosial dapat dikelola agar tetap inklusif dan ramah lingkungan. Contohnya, konsep kota berkelanjutan yang mengutamakan keseimbangan antara pembangunan ekonomi, kelestarian lingkungan, dan kesejahteraan sosial semakin banyak diterapkan di berbagai negara.

Beberapa penelitian telah menunjukkan bagaimana interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial dapat dikelola untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Siregar dan Wibowo (2020) mengungkap bahwa ruang terbuka hijau di Jakarta berfungsi sebagai tempat interaksi sosial yang mendukung kesehatan mental dan kesejahteraan masyarakat, sekaligus membantu menjaga kualitas lingkungan perkotaan. Sementara itu, penelitian Santoso dan Prasetyo (2019) menunjukkan bahwa urbanisasi yang tidak terkendali dapat mengubah pola interaksi sosial serta menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan, seperti peningkatan suhu kota dan penurunan kualitas udara. Oleh karena itu, diperlukan perencanaan tata kota yang mempertimbangkan keseimbangan antara kepentingan sosial dan lingkungan agar ruang sosial tetap menjadi tempat yang nyaman dan inklusif bagi semua kelompok masyarakat.

sumber referensi:
Siregar, D. R., & Wibowo, R. (2020).Interaksi Sosial dan Lingkungan di Ruang Publik Kota: Studi Kasus Ruang Terbuka Hijau di Jakarta. Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 17(2), 145-158.
Santoso, A., & Prasetyo, H. (2019).Dampak Urbanisasi terhadap Pola Interaksi Sosial dan Lingkungan di Perkotaan.Jurnal Sosial Humaniora, 10(1), 25-40.
Lefebvre, H. (1991).The Production of Space. Oxford: Blackwell.
Stern, P. C. (2000). Toward a Coherent Theory of Environmentally Significant Behavior. Journal of Social Issues,56(3), 407-424.
In reply to 2313034054 SABRINA NADA NAQIYAH

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034018 Fajar Priantoro -
Izin memberikan pendapat bu
Nama: Fajar Priantoro
NPM: 2313034018
Prodi/Kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Menurut saya, Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial adalah topik yang kompleks dan multidimensi, melibatkan berbagai aspek seperti perencanaan kota, etika lingkungan, dan pengalaman sosial.

berikut teori tentang interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial:

Arne Naess (1973) dalam Keraf (2002) menjelaskan tiga teori dasar yang terjadi dalam interaksi manusia dengan lingkungan alam:
(1) adalah teori antroposentrisme yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam, dimana manusia dan kepentingannya dianggap yang paling menentukan dalam tatanan ekosistem dan dalam kebijakan yang diambil dalam kaitannya dengan alam, baik secara langsung atau tidak langsung. Nilai tertinggi adalah manusia, dan hanya manusia yang mempunyai nilai dan mendapat perhatian.
(2) teori biosentrisme yang mendasarkan pada moralitas keluhuran kehidupan, entah pada manusia atau pada makhluk lainnya. Konsekuensinya, alam semesta adalah sebuah komunitas moral, dimana setiap kehidupan dalam alam semesta ini, baik manusia maupun yang bukan manusia sama-sama mempunyai nilai moral. Oleh karena itu kehidupan makhluk apapun pantas dipertimbangkan secara serius dalam setiap keputusan dan tindakan moral, terlepas dari apakah ia bernilai bagi manusia atau tidak.
(3) teori ekosentrisme merupakan kelanjutan dari teori etika lingkungan biosentrisme. Namun pada ekosentrisme cakupannya meliputi komunitas ekologis seluruhnya, baik yang biotik maupun yang abiotik. Ketiga teori tersebut juga dikenal sebagai Shallow Enviromental Ethics, Intermediate Environmental Ethics dan Deep Environmental Ethics.

Henry Lefebvre menyebutkan konsep ruang yang dikatakan Descartes sebagai ruang mutlak, sedangkan yang disampaikan Kant sebagai ruang abstrak. Ketika Lefebvre menyoroti masalah ruang perkotaan, dia menyadari bahwa situasi yang berkembang saat itu sangat dipengaruhi oleh dua aliran filsafat tersebut. Para perancang kota bermain di ranah ruang abstrak, sedangkan masyarakat tentu saja yang mersakan pengalaman ruang mutlak, hal ini yang mendasari kritik Lefebvre dengan menyajikan konsep baru ruang, sebagai ruang sosial.

Teori Lefebvre tentang ruang sosial dapat dihubungkan dengan teori Naess dalam hal bagaimana manusia memandang dan berinteraksi dengan lingkungannya. interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial harus mempertimbangkan aspek sosial, ekologis, dan etika untuk menciptakan ruang yang berkelanjutan dan harmonis.

Sumber referensi:
Setiawan, A. (2017). Produksi ruang sosial sebagai konsep pengembangan ruang perkotaan (kajian atas teori ruang henry lefebvre). Haluan Sastra Budaya, 33(11), 10-20961.
Sukarna, R. M. (2021). Interaksi manusia dan lingkungan dalam perspektif antroposentrisme, antropogeografi dan ekosentrisme: Human and environment interactive in the perspective of antroposentrism, antropogeography and ecocentrism. Hutan Tropika, 16(1), 84-100.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034009 Indri Puspita Ningrum -
izin memberikan pendapat bu
Nama: Indri Puspita Ningrum
NPM: 2313034009
Prodi/kelas: Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi sosial, sebagai proses hubungan timbal balik antara individu atau kelompok, merupakan dasar kehidupan bermasyarakat. Secara sederhana, interaksi sosial dapat didefinisikan sebagai hubungan yang menghubungkan berbagai bentuk relasi, mulai dari pertemanan hingga kolaborasi. Para ahli sosiologi memberikan pandangan yang lebih mendalam mengenai hal ini. Gillin melihatnya sebagai hubungan sosial yang dinamis, menekankan ketergantungan antar manusia. Sementara Bonner menambahkan bahwa tindakan yang dilakukan individu dalam interaksi dapat memengaruhi orang lain. Walgito menyoroti pentingnya efek timbal balik antara individu dan kelompok, sedangkan Soerjono Soekanto menganggap interaksi sosial sebagai proses pembentukan sistem hubungan sosial. Terakhir, Murdiyatmo dan Handayani menjabarkan interaksi sosial sebagai hubungan yang membangun struktur sosial dan saling memengaruhi.

Charles P. Loomis mengidentifikasi beberapa ciri interaksi sosial, yaitu melibatkan lebih dari satu individu, adanya komunikasi melalui simbol, serta mempunyai tujuan tertentu. Agar interaksi sosial dapat terwujud, terdapat dua syarat utama: kontak sosial dan komunikasi. Kontak sosial, dalam perspektif sosiologis, dapat bersifat primer (tatap muka) atau sekunder (melalui media), yang menunjukkan bagaimana perkembangan teknologi telah memperluas cakupan interaksi sosial. Sementara itu, komunikasi sebagai elemen penting mencakup komunikator (pengirim pesan), komunikan (penerima pesan), isi pesan, media, serta efek yang ditimbulkan pada komunikan.

Namun, pemahaman terhadap interaksi sosial tidak hanya berhenti pada definisi dan syarat-syaratnya. Konsep ruang, seperti yang dianalisis oleh Henri Lefebvre, memberikan perspektif yang lebih mendalam. Lefebvre, yang dipengaruhi oleh pemikiran Karl Marx, berargumentasi bahwa ruang sosial terbentuk dan dibentuk ulang oleh kekuatan ekonomi dan sosial. Ia berpendapat bahwa dalam masyarakat kapitalis, ruang konkret yang merefleksikan aktivitas sosial sering kali tergantikan oleh ruang abstrak yang dikuasai oleh kepentingan modal. Contohnya adalah pergeseran ruang publik menjadi ruang privat seperti pusat perbelanjaan, yang berdampak pada jenis dan kualitas interaksi sosial yang berlangsung.

Dengan demikian, interaksi sosial tidak hanya terjadi di ruang, tetapi juga membentuk ruang itu sendiri. Ruang yang dirancang dan diatur secara tertentu akan memengaruhi jenis interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Memahami interaksi sosial harus mempertimbangkan konteks ruang, termasuk bagaimana kekuatan ekonomi dan sosial membentuk serta membatasi interaksi antar manusia. Oleh karena itu, analisis interaksi sosial perlu memperhatikan baik aspek-aspek material maupun simbolik ruang, serta pengalaman hidup individu di dalamnya.

Sumber Referensi:
Setiawan, A. (2017). Produksi ruang sosial sebagai konsep pengembangan ruang perkotaan (kajian atas teori ruang henry lefebvre). Haluan Sastra Budaya, 33(11), 10-20961.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034049 Idha Rahma Amelia -
NAMA : IDHA RAHMA AMELIA
NPM : 2313034049
KELAS/PRODI : PENDIDIKAN GEOGRAFI 2023 B
MATA KULIAH : GEOGRAFI SOSIAL
DOSEN PENGAMPU : Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan timbal balik yang kompleks dan dinamis. Manusia membentuk lingkungan sosial melalui aktivitas mereka, seperti membangun kota, menciptakan infrastruktur, dan membentuk norma sosial. Sebaliknya, lingkungan sosial tersebut mempengaruhi perilaku, nilai, dan kesejahteraan manusia. Ruang sosial, baik fisik maupun virtual, menjadi arena di mana manusia berinteraksi satu sama lain dan dengan lingkungannya, membentuk identitas, membangun hubungan, dan menghasilkan budaya. Kualitas interaksi ini sangat dipengaruhi oleh aksesibilitas, keadilan, dan kebencian lingkungan. Ketidaksetaraan akses terhadap sumber daya dan peluang dapat menciptakan ruang sosial yang eksklusif dan memperparah kesenjangan. Sementara itu, pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan sangat penting untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan manusia dan kelestarian lingkungan, memastikan ruang sosial yang sehat dan inklusif bagi generasi mendatang. Penelitian mengenai dampak lingkungan terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan manusia semakin menunjukkan betapa pentingnya perencanaan ruang sosial yang memperhatikan aspek lingkungan dan keadilan sosial.

Beberapa poin penting mengenai interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial:

1. Lingkungan sebagai Ruang Sosial:
Lingkungan bukan sekadar kumpulan objek fisik, tetapi juga ruang sosial yang penuh makna. Manusia memberikan makna pada lingkungan melalui interaksi dan pengalaman mereka. Misalnya, taman kota bukan hanya ruang hijau, tetapi juga tempat berkumpul, berinteraksi, dan berekreasi.
Ruang sosial ini dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti desain perkotaan, kebijakan publik, dan norma-norma sosial. Misalnya, desain jalan yang ramah pejalan kaki dapat mendorong interaksi sosial dan aktivitas di luar ruangan.

2. Pengaruh Manusia terhadap Lingkungan:
Aktivitas manusia, seperti urbanisasi, industrialisasi, dan konsumsi, memiliki dampak signifikan terhadap lingkungan. Perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati adalah beberapa contohnya.
Namun, manusia juga memiliki potensi untuk berkontribusi pada pelestarian lingkungan melalui praktik-praktik berkelanjutan, seperti pengelolaan sampah yang baik, penggunaan energi terbarukan, dan konservasi alam.

3. Pengaruh Lingkungan terhadap Manusia:
Lingkungan fisik mempengaruhi kesejahteraan fisik dan mental manusia. Akses terhadap ruang hijau, udara bersih, dan air bersih penting untuk kesehatan dan kualitas hidup.
Lingkungan juga mempengaruhi interaksi sosial dan budaya. Misalnya, komunitas yang tinggal di daerah pesisir mungkin memiliki budaya dan tradisi yang terkait dengan laut.

4. Interaksi Timbal Balik:
Interaksi antara manusia dan lingkungan adalah proses timbal balik. Manusia mempengaruhi lingkungan, dan lingkungan mempengaruhi manusia.
Pemahaman tentang interaksi timbal balik ini penting untuk mengembangkan solusi berkelanjutan yang mempertimbangkan kebutuhan manusia dan pelestarian lingkungan.

Referensi:
Iswandi U., M.Si., (2020:23), Pengertian Interaksi Manusia dengan Lingkungan Sosial di Sekitarnya | kumparan.com. 
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034051 Liani Cahyandari -
Izin memberikan pendapat bu,
Nama : Liani Cahyandari
NPM : 2313034051
Kelas : Pendidikan Geografi 2023 B

Interaksi berasal dari kata "inter" dan "aksi" yang berarti tindakan Jadi, Interaksi artinya proses di mana orang-orang berkomunikasi saling mempengaruhi dalam (Binti Maunah, 2012). pikiran dan tindakan. Bentuk umum proses sosial adalah interaksi sosial. Interaksi sosial merupakan syarat utama terjadinya aktivitas-aktivitas sosial. Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis yang menyangkut hubungan antara orang-orang perorangan, antara kelompok-kelompok manusia maupun antara orang perorangan dengan kelompok manusia (Warmiyana, 2023).

Manusia berinteraksi dengan sesamanya dalam kehidupan untuk menghasilkan pergaulan hidup dalam suatu kelompok sosialnya. Apabila dua orang bertemu berarti interaksi sosial dimulai, pada saat itu mereka mulai saling menegur, berjabat tangan atau bahkan berkelahi. Aktivitas-aktivitas seperti ini dinamakan bentuk interaksi sosial. Interaksi sosial dikalangan para sosiolog didefinisikan secara berbeda. Menurut Soerjono Soekanto dalam Baharuddin (2021), interaksi sosial adalah hubungan timbal balik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok dengan. kelompok.

Basrowi (2005) mendefinisikan interaksi sosial dengan hubungan dinamis yang mempertemukan orang dengan orang, kelompok dengan kelompok maupun orang dengan kelompok manusia. Bentuknya tidak hanya bersifat Kerjasama, melainkan juga bisa berbentuk tindakan persaingan, pertikaian dan sejenisnya. H. Booner dalam Elly M. Setiadi dkk (2013) berpendapat bahwa interaksi sosial, yaitu hubungan antara dua orang individua tau lebih, di mana kelakukan individu yang satu mempengaruhi, mengubah, atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebagaliknya. Gillin and Gillin mengemukakan interaksi sosial ialah hubungan-hubungan antar orang-orang secara individual, antar kelompok orang dan orang perorangan dengan kelompok Elly M. Setiadi dkk (2013).
​Dengan demikian, keempat pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa Interaksi sosial pada dasarnya merupakan hubungan timbal balik antar individu dengan individu, antar kelompok dengan kelompok dan antar individu dengan kelompok. Dengan kata lain, bahwa interaksi sosial adalah proses-proses sosial yang menunjuk pada hubungan hubungan sosial yang dinamis.

Interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial mencerminkan hubungan timbal balik antara individu atau kelompok dengan lingkungan sekitar mereka, baik dalam aspek fisik maupun sosial. Ruang sosial mencakup berbagai tempat di mana manusia berinteraksi, seperti rumah, tempat kerja, sekolah, pasar, dan media digital.

Bentuk Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Ruang Sosial:
1. Interaksi Sosial di Lingkungan Fisik
Permukiman: Pola interaksi dipengaruhi oleh tata ruang, seperti perkampungan padat yang mendorong komunikasi intensif dibandingkan perumahan eksklusif yang lebih privat.
Tempat Kerja: Lingkungan kerja yang kondusif meningkatkan kolaborasi, sedangkan lingkungan yang kurang mendukung bisa menurunkan produktivitas.
Ruang Publik: Taman, transportasi umum, dan pusat perbelanjaan menjadi tempat bertemunya berbagai kelompok sosial dengan latar belakang berbeda.

2. Interaksi Sosial dalam Media Digital
Media sosial memungkinkan komunikasi tanpa batas geografis, mempermudah penyebaran informasi dan membentuk komunitas virtual.
Namun, interaksi di ruang digital juga membawa tantangan seperti misinformasi, cyberbullying, dan polarisasi sosial.

3. Pengaruh Lingkungan terhadap Perilaku Sosial
Lingkungan yang bersih dan nyaman cenderung mendorong interaksi positif, sedangkan lingkungan yang kumuh bisa memicu konflik sosial dan masalah kesehatan.
Faktor budaya dan kebijakan lingkungan juga berperan dalam membentuk cara manusia berinteraksi dalam suatu ruang sosial.

4. Dampak Interaksi terhadap Lingkungan
Kegiatan sosial dan ekonomi dapat mempengaruhi lingkungan, seperti urbanisasi yang mengubah lanskap dan pola interaksi sosial.
Kesadaran ekologis di ruang sosial bisa mendorong perilaku ramah lingkungan, seperti penggunaan transportasi umum dan gerakan zero waste.
Kesimpulannya, interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial bersifat dinamis dan saling mempengaruhi. Keseimbangan dalam hubungan ini penting untuk menciptakan lingkungan sosial yang harmonis dan berkelanjutan.

Referensi:
Baindudin, S., Wulandari, K. R., Syafi’i, A. H., Irma, I., Ustianti, S., Irawan, I., Hamzaini, H., Taufik, Y., Prayogi, A., Muhammad, L. O. A., Mattaputty, J. K., & Silubun, H. C. A. (2025). Mosaik peradaban: Interaksi manusia dan kebudayaan. CV. Gita Lentera.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034050 HAWWA ZIKRIANA MEISY -
Dalam perspektif ruang sosial, interaksi manusia dan lingkungan dipandang sebagai hubungan yang saling memengaruhi dan membentuk satu sama lain. Manusia menciptakan ruang sosial melalui aktivitas, norma, dan budaya, sementara lingkungan baik fisik maupun sosial membentuk perilaku, pola pikir, dan cara manusia berinteraksi. Ruang sosial seperti sekolah, rumah, pasar, atau tempat ibadah menjadi wadah terjadinya interaksi ini. Oleh karena itu, ruang sosial bukan hanya tempat fisik, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai dan hubungan sosial di dalamnya. Pandangan ini menunjukkan bahwa keharmonisan antara manusia dan lingkungan sangat penting untuk menciptakan kehidupan sosial yang sehat dan berkelanjutan.

Referensi:
Ratnasari, A., & Dwisusanto, Y. B. (2024). Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Kajian Filosofis. MARKA (Media Arsitektur Dan Kota): Jurnal Ilmiah Penelitian, 7(2), 195-208.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034066 Rika Dwi Agita -
Nama: Rika Dwi Agita
Npm: 2313034066
Kelas: 2023B, Pendidikan Geografi
Mata Kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Interaksi antara manusia dan lingkungannya di dalam ruang sosial adalah proses timbal balik yang saling mempengaruhi. Manusia dan lingkungan tempat tinggal mereka tidak dapat dipisahkan, karena semua aktivitas manusia berlangsung dalam konteks yang melibatkan aspek alam, sosial, budaya, dan ekonomi. Interaksi ini mencakup hubungan antarkelompok individu, antara individu dan kelompok, serta interaksi antar kelompok dalam masyarakat. Di ruang sosial ini, interaksi itu membentuk dinamika yang menciptakan masyarakat saling membutuhkan dan terikat, yang dikenal sebagai konsep "geografi kebahagiaan", di mana manusia menyesuaikan diri kepada lingkungannya untuk memenuhi kebutuhan hidup secara harmonis.

Pentingnya interaksi ini terletak pada kebutuhan manusia akan lingkungan sebagai sumber daya untuk memenuhi kebutuhan, seperti makanan, tempat tinggal, dan sumber penghidupan. Di sisi lain, aktivitas manusia juga memengaruhi lingkungan, baik secara positif maupun negatif. Kemampuan untuk beradaptasi menjadi aspek penting dalam interaksi ini, di mana manusia menyesuaikan diri dengan situasi lingkungan alam dan sosial agar dapat bertahan dan berkembang. Sebagai contoh, masyarakat yang berjualan di sepanjang jalur kereta api menunjukkan kemampuan beradaptasi di lingkungan yang memiliki risiko tinggi dengan saling menjaga keselamatan, sekaligus menciptakan hubungan sosial yang kuat.

Selanjutnya, interaksi manusia dengan lingkungan sosial mencakup komunikasi dan interaksi sosial, yang merupakan syarat untuk menjalin hubungan sosial yang dinamis. Lewat komunikasi, manusia dapat menyampaikan informasi, membangun kerjasama, serta menyelesaikan konflik sehingga interaksi sosial di dalam ruang sosial menjadi lebih teratur dan bermakna. Oleh karena itu, hubungan antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial bersifat tidak hanya fisik, tetapi juga sosial budaya, yang membentuk pola dan norma dalam masyarakat.

Secara keseluruhan, interaksi antara manusia dan lingkungan dalam ruang sosial adalah hubungan kompleks yang saling mempengaruhi yang memungkinkan manusia untuk beradaptasi, memenuhi kebutuhan, dan membangun kehidupan sosial yang harmonis serta berkelanjutan. Ini didukung oleh pemahaman bahwa lingkungan bukan sekadar tempat tinggal, melainkan juga wadah pembelajaran dan sumber kehidupan yang harus dilestarikan agar interaksi sosial dapat berlangsung dengan baik.

Referensi:

Magara, I. (2025). Interaksi manusia dan kebudayaan. Mosaik Peradaban: Interaksi Manusia dan Kebudayaan, 61.
In reply to Novia Fitri Istiawati

Re: Interaksi Manusia dan Lingkungan Dalam Ruang Sosial

by 2313034012 RAHMA IRSYA HULWANA -
Nama: Rahma Irsya Hulwana
NPM: 2313034012
Kelas: 2023 B
Prodi: Pendidikan Geografi
Mata kuliah: Geografi Sosial
Dosen Pengampu: Dr. Novia Fitri Istiawati, M.Pd.

Pendapat Saya tentang Interaksi Manusia dan Lingkungan dalam Ruang Sosial
Saya memandang bahwa interaksi manusia dan lingkungan dalam ruang sosial merupakan hubungan yang saling memengaruhi dan tidak bisa dipisahkan. Dimana manusia bukan hanya pengguna ruang, tetapi juga pencipta makna dari ruang tersebut. Ruang sosial seperti jalan, taman, dan halaman rumah sering kali bukan sekadar ruang fisik, melainkan juga menjadi tempat berlangsungnya aktivitas sosial, budaya, bahkan ekonomi.
Dari yang saya amati, masyarakat Indonesia memiliki keterikatan yang cukup kuat terhadap ruang-ruang di sekitarnya. Misalnya saja di kampung-kampung pedesaan atau kawasan padat penduduk, jalan di depan rumah bisa berfungsi sebagai akses mobilitas dan sekaligus tempat bersosialisasi, anak-anak bermain, bahkan ibu-ibu berkumpul. Ini diperkuat oleh penelitian Yuliastuti dan Tanjung (2011) yang menjelaskan bahwa:
“Ruang jalan menjadi bagian dari struktur komunitas yang memiliki fungsi sosial dan ekonomi. Ia tidak sekadar sebagai sirkulasi, tetapi juga arena berkegiatan dan bersosialisasi”(Yuliastuti & Tanjung, 2011, hlm. 194)
Menurut saya, ini menunjukkan bahwa ruang itu terbentuk dan diberi makna oleh aktivitas masyarakat sehari-hari. Bahkan, di lingkungan padat sekalipun, masyarakat tetap bisa menciptakan ruang yang hidup karena ada interaksi sosial yang aktif.
Saya juga setuju bahwa ruang publik seperti taman atau ruang terbuka hijau (RTH) sangat berperan dalam memperkuat hubungan sosial antarmasyarakat. Misalnya, ruang hijau bisa menjadi satu-satunya tempat warga bisa saling mengenal dan bersantai. Dalam jurnal yang ditulis oleh Histanto dan Kusliansjah (2018), dijelaskan bahwa:
“Fungsi sosial RTH adalah sebagai ruang interaksi antarwarga yang mendukung kohesi sosial serta meningkatkan kualitas hidup penghuni”
(Histanto & Kusliansjah, 2018, hlm. 36)
Dari kutipan ini saya belajar bahwa desain ruang sangat menentukan bagaimana warga bisa saling terhubung. Lingkungan yang menyediakan ruang bersama, seperti taman yang nyaman atau jalan yang aman untuk bermain, akan mendorong terbentuknya komunitas yang lebih akrab dan saling peduli.
Jadi, menurut saya, ketika kita membahas ruang sosial, kita tidak hanya fokus pada bentuk fisiknya sajaa. Tetapi kita juga harus memperhatikan bagaimana ruang itu dipakai, dirasakan, dan dimaknai oleh orang-orang yang tinggal di sekitarnya. Interaksi antara manusia dan lingkungan adalah proses timbal balik manusia membentuk lingkungan, dan lingkungan pun membentuk pola hidup dan hubungan sosial manusia.

Referensi:
Yuliastuti, N., & Tanjung, A. R. (2011). Jalan sebagai ruang interaksi sosial di permukiman padat perkotaan studi kasus Kelurahan Bungur, Jakarta Pusat. TATALOKA, 13(3), 190–196.
DOI: https://doi.org/10.14710/tataloka.13.3.190-196
Histanto, I., & Kusliansjah, W. (2018). Evaluasi Fungsi Sosial Ruang Terbuka Hijau pada Hunian Vertikal Sederhana. ARTEKS: Jurnal Teknik Arsitektur, 2(1), 29–38.
DOI: https://doi.org/10.30822/arteks.v2i1.44