Diskusi

Diskusi 1

Diskusi 1

by Anisa Utami Sutarsyah -
Number of replies: 25

Dari apa yg sudah disampaikan pada perkuliahan dan video diatas, apakah tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik? Sertakan pendapat Anda dengan contoh/alasan logis dan teori pendukung!

In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Reggina Agustina -
Nama : Reggina Agustina
NPM : 2356041020
Kelas : Man A


Reformasi administrasi publik di Indonesia telah diupayakan sejak lama, namun masih banyak hambatan yang dihadapi. Tantangan ini menghambat terciptanya birokrasi yang ideal, yaitu yang profesional, akuntabel, transparan, dan berorientasi pada pelayanan publik.

Salah satu tantangan terbesarnya adalah, mentalitas birokrasi yang masih kental dengan budaya feodal, patriarki, dan nepotisme. Hal ini menyebabkan budaya kerja yang tidak profesional, lamban, dan tidak berorientasi pada pelayanan publik. Contohnya, masih banyak pejabat yang lebih mementingkan kepentingan pribadi dan golongan daripada kepentingan publik.

Hal tersebut terjadi karena Penagawasan terhadap ASN masih lemah dan belum efektif, dan ini menyebabkan banyak pelanggaran yang tidak terungkap dan tidak ditindaklanjuti. Selain itu beberapa pejabat termotivasi untuk menduduki jabatan publik bukan untuk melayani rakyat, tetapi untuk mendapatkan kekuasaan, status, dan kekayaan sehingga terjadinya hal seperti itu.

Teori Pendukung untuk contoh permasalahan diatas yaitu:
Teori "Good Governance" yang menekankan pentingnya transparansi, partisipasi, dan responsivitas dalam pemerintahan.
Dalam teori manajemen reformasi organisasi, Robbins menjelaskan bahwa perubahan mindset merupakan faktor penting untuk keberhasilan reformasi. Namun, seringkali perubahan mindset merupakan hal yang paling sulit dicapai. Di Indonesia, masih banyak ASN yang memandang organisasi birokrasi sebagai wadah kepentingan kelompok mereka bukan layanan publik. Padahal dalam teori good governance, birokrasi harus berorientasi pada layanan dan kepentingan masyarakat.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by YUFFA RONA MAULY -
NAMA : YUFFA RONA MAULY
NPM : 2356041013
KELAS : MANDIRI A

- Tantangan terbesar dalam melakukan reformasi administrasi publik di Indonesia adalah perubahan yang terencana dilakukan secara cermat terhadap birokrasi publik, perkembangan teknologi yang mempengaruhi birokrasi, pemberantasan korupsi yang merusak birokrasi, dan resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan.

- Pendapat saya tentang reformasi administrasi publik di Indonesia adalah bahwa perlu dilakukan. Berikut contoh dan alasan logis mengenai reformasi administrasi publik di Indonesia:
1. Korupsi dan nepotisme: Indonesia memiliki masalah yang sangat besar dengan korupsi dan nepotisme, yang membuat banyak instansi dan lembaga publik tidak efektif dan terdekat dari masyarakat. Reformasi administrasi publik dapat membantu mengurangi korupsi dan nepotisme, yang akan memperbaiki efisiensi dan transparansi dalam instansi publik.
2. Pengembangan instansi publik: Reformasi administrasi publik dapat membantu memperbaiki instansi publik, seperti pemerintah, pengelolaan keuangan, dan pengelolaan keamanan, yang akan membantu Indonesia meningkatkan kinerja dan pengembangan ekonomi.
3. Peningkatan transparansi: Reformasi administrasi publik dapat membantu memperbaiki transparansi dalam instansi publik, yang akan membantu masyarakat lebih tahu dan bertindak dengan instansi publik.
4. Peningkatan kewajiban dan tanggung jawab: Reformasi administrasi publik dapat membantu memperbaiki sistem kewajiban dan tanggung jawab dalam instansi publik, yang akan membantu meningkatkan kinerja dan efisiensi.
5. Peningkatan kinerja pemerintah: Reformasi administrasi publik dapat membantu memperbaiki sistem kinerja pemerintah, yang akan membantu Indonesia meningkatkan kinerja dan pengembangan ekonomi.
6. Peningkatan pengelolaan keuangan: Reformasi administrasi publik dapat membantu memperbaiki sistem pengelolaan keuangan, yang akan membantu Indonesia memperbaiki sistem pengelolaan keuangan dan memperbaiki kinerja ekonomi.

-Teori pendukung reformasi administrasi publik :
1. Teori Max Weber: Teori Max Weber menunjukkan bahwa administrasi publik harus bertanggung jawab terhadap rakyat dan harus menggunakan prinsip meritokrasi dan kembar hierarki. Reformasi administrasi publik dapat memperbaiki sistem pemerintahan yang seringkali dikenal dengan sistem proporsional tertutup.
2. Teori Good Governance: Teori Good Governance mengingatkan bahwa administrasi publik harus transparan, efisien, efektif, dan berwajiban. Reformasi administrasi publik dapat memperbaiki sistem pemerintahan yang seringkali dikenal dengan sistem birokrasi yang tidak efektif dan efisien.
3. Teori Pengaruh Budaya: Teori Pengaruh Budaya mengingatkan bahwa unsur lingkungan sosial dapat mempengaruhi perilaku dan efektivitas administrasi publik. Reformasi administrasi publik dapat memperbaiki pelayanan publik, yang kemudian dapat membantu mengatasi masalah yang disebabkan oleh pengaruh budaya feodal di Indonesia.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Arif Maulana -
Nama: Arif Maulana
Npm: 2356041018
Kelas: Mandiri A


Menurut sumber yang saya baca tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah menghadapi perubahan budaya birokrasi yang sudah ada di instansi pemerintahan. Budaya birokrasi yang terkesan statis dan tidak terbuka terhadap perubahan merupakan hambatan utama bagi terwujudnya reformasi.

Perubahan budaya merupakan tantangan yang kompleks karena melibatkan perubahan pola pikir, sikap, dan perilaku para aparatur pemerintah yang telah melekat sekian lama. Teori perilaku organisasi dari Kurt Lewin menyatakan bahwa perubahan budaya membutuhkan proses "pencairan" (unfreezing) terhadap status quo yang ada, diikuti dengan penanaman budaya baru (changing), kemudian proses "membeku kembali" (refreezing) agar perubahan dimaknai dan dilestarikan secara menyeluruh.

Contoh nyatanya banyak birokrat yang masih menganggap reformasi sebagai ancaman terhadap kepentingan kelompok mereka. Padahal reformasi bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas, transparansi, dan keterbukaan informasi demi terciptanya pelayanan prima bagi masyarakat. Oleh karena itu, perlu adanya kampanye sosialisasi yang intensif dan inklusif untuk merubah mindset birokrasi dan mendukung terbentuknya budaya baru yang mendukung terwujudnya tujuan reformasi. Desakan dari masyarakat sipil juga diperlukan untuk mempercepat proses transformasi budaya di lingkungan birokrasi.

Referensi :
- Lewin, K. (1947). "Frontiers in group dynamics: Concept, method and reality in social science; social equilibria and social change." Human Relations 1(1): 5-41.
- Schein, E. H. (2010). Organizational culture and leadership. John Wiley & Sons.
- Hadiz, V. R. (2010). Localising power in post-authoritarian Indonesia: A Southeast Asia perspective. Stanford University Press.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by amelia elidia candaw -
Nama : Amelia Elidia Candaw
Npm : 2356041008
Kelas : Mandiri A

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan efisiensi dalam pemerintahan. Reformasi ini akan memperkuat kemampuan pemerintah dalam melakukan pengelolaan yang efektif, memperbaiki kualitas layanan publik, dan membangun kemampuan dan keterampilan masyarakat.

Menurut pendapat saya, reformasi administrasi publik harus dilakukan dengan bertanggung jawab dan transparansi. Pemerintah harus memperbaiki sistem informasi dan komunikasi, mengatur sistem kepemilikan dan pengelolaan data, serta mengatur sistem pengawasan dan penilaian.
Contoh dari reformasi administrasi publik yang berhasil adalah reformasi pemerintah Indonesia yang memperbaiki sistem pengelolaan keuangan dan mengurangi korupsi. Reformasi ini telah membantu memperbaiki kualitas pengelolaan keuangan, memperbaiki sistem pengawasan dan pengawasan, dan memperkuat kemampuan pemerintah dalam melakukan pengelolaan yang efektif.
Selain itu, reformasi administrasi publik juga harus dilakukan dengan bertanggung jawab terhadap masyarakat. Pemerintah harus memperbaiki sistem pengaduan masyarakat, mengatur sistem pengawasan dan penilaian, serta memperbaiki kualitas layanan publik.
Reformasi administrasi publik juga harus dilakukan dengan bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pemerintah harus memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan, mengatur sistem pengawasan dan pengawasan, serta memperbaiki kualitas layanan publik yang berhubungan dengan lingkungan.
Tanggapan kita sebagai mahasiswa dalam menghadapi kasus ini adalah untuk mendukung reformasi administrasi publik yang efektif, transparan, dan akuntabel. Kami mendukung pemerintah dalam melakukan reformasi administrasi publik yang dapat memperbaiki kualitas pengelolaan yang efektif, memperbaiki kualitas layanan publik, dan membangun kemampuan dan keterampilan masyarakat.

teori pendukung yaitu
Teori Good Governance: Teori Good Governance mengingatkan bahwa administrasi publik harus transparan, efisien, efektif, dan berwajiban. Reformasi administrasi publik dapat memperbaiki sistem pemerintahan yang seringkali dikenal dengan sistem birokrasi yang tidak efektif dan efisien.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Juwita Apriyana -
Nama : Juwita Apriyana
Npm : 2356041012
Kelas : Mandiri A

Dari informasi yang disampaikan, tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah penanganan korupsi yang masih menyebar di tingkat nasional dan sub-nasional meskipun telah dilakukan decentralisasi. Meski tujuan utama dari program decentralisasi adalah untuk mengurangi korupsi, korupsi tetap menjadi masalah yang perpasif. Korupsi yang sebelumnya terkonsentrasi di tingkat pemerintahan pusat sekarang telah menyebar ke tingkat regional, melibatkan sebagian besar pejabat publik lokal.

Pendapat saya berdasarkan analisis tersebut adalah bahwa tantangan utama dalam reformasi administrasi publik di Indonesia adalah menangani korupsi yang tetap menyebar meskipun telah dilakukan decentralisasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dan memperkuat tata kelola publik, korupsi masih menjadi masalah yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
- Perubahan Struktur Organisasi: Decentralisasi telah mengubah struktur organisasi dan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini menciptakan kesempatan baru bagi korupsi untuk menyebar dan menjadi lebih sulit untuk dikelola.
- Peningkatan Opportunitas Korupsi: Dengan pergeseran kekuasaan dari lembaga legislatif lokal ke eksekutif lokal, terjadi perubahan dalam struktur kesempatan untuk menjalankan korupsi. Ini menyebabkan peningkatan kesempatan untuk abusif, termasuk korupsi oleh pejabat publik lokal.
- Perubahan dalam Jaringan Sosial dan Hubungan: Decentralisasi juga mempengaruhi jaringan sosial dan hubungan antara pejabat publik, pelaku bisnis, dan masyarakat. Ini dapat memperkuat atau menciptakan jaringan korupsi yang lebih kompleks dan sulit untuk diatasi.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang mencakup peningkatan akuntabilitas, pengawasan yang lebih ketat, dan pendidikan publik tentang pentingnya integritas dan tata kelola yang baik. Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang bagaimana korupsi berinteraksi dengan struktur organisasi dan jaringan sosial setelah decentralisasi dapat memberikan wawasan yang berharga untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi korupsi di Indonesia.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Imelda Artamevia -
Nama : Imelda Artamevia
Npm : 2356041022
Kelas : Mandiri A

•Berikut beberapa cara untuk menghadapi tantangan dalam reformasi birokrasi di Indonesia:

1. Komitmen dan kepemimpinan yang kuat
- Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan pemerintah untuk mendorong perubahan dan reformasi birokrasi.
- Pimpinan harus memberikan teladan dan menjadi agen perubahan.

2. Perubahan budaya organisasi
- Mengubah mindset, nilai, dan perilaku pegawai agar lebih berorientasi pada pelayanan publik.
- Menanamkan integritas, profesionalisme, dan akuntabilitas.

3. Peningkatan kapasitas SDM
- Meningkatkan kompetensi dan keterampilan pegawai melalui pelatihan dan pengembangan.
- Menerapkan sistem rekrutmen, promosi, dan penghargaan yang transparan dan berbasis kinerja.

4. Penyederhanaan proses bisnis
- Mengidentifikasi dan menghilangkan prosedur yang berbelit-belit.
- Memanfaatkan teknologi informasi untuk mempercepat dan mempermudah layanan.

5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
- Membuka akses informasi publik dan melibatkan masyarakat dalam pengawasan.
- Menerapkan sistem pengaduan dan penanganan keluhan yang efektif.

6. Koordinasi dan kolaborasi antar instansi
- Membangun sinergi dan kerjasama antar kementerian/lembaga.
- Menghilangkan ego sektoral dan membangun budaya kolaboratif.

7. Monitoring, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan
- Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memantau kemajuan reformasi birokrasi.
- Menggunakan data dan informasi untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian kebijakan.

8. Pemberantasan korupsi dan penyalahgunaan wewenang
- Memperkuat lembaga pengawasan dan penegakan hukum untuk memberantas korupsi di lingkungan birokrasi.
- Menerapkan sistem pengawasan internal yang ketat dan memberikan insentif bagi perilaku yang etis.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat menghadapi tantangan dalam reformasi birokrasi dan mencapai perubahan yang signifikan dalam pelayanan publik, transparansi, dan efisiensi birokrasi. Reformasi birokrasi yang berhasil akan membawa dampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.

•Berikut beberapa cara untuk menghadapi tantangan dalam reformasi birokrasi di Indonesia:

1. Komitmen dan kepemimpinan yang kuat
- Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pimpinan pemerintah untuk mendorong perubahan dan reformasi birokrasi.
- Pimpinan harus memberikan teladan dan menjadi agen perubahan.

2. Perubahan budaya organisasi
- Mengubah mindset, nilai, dan perilaku pegawai agar lebih berorientasi pada pelayanan publik.
- Menanamkan integritas, profesionalisme, dan akuntabilitas.

3. Peningkatan kapasitas SDM
- Meningkatkan kompetensi dan keterampilan pegawai melalui pelatihan dan pengembangan.
- Menerapkan sistem rekrutmen, promosi, dan penghargaan yang transparan dan berbasis kinerja.

4. Penyederhanaan proses bisnis
- Mengidentifikasi dan menghilangkan prosedur yang berbelit-belit.
- Memanfaatkan teknologi informasi untuk mempercepat dan mempermudah layanan.

5. Peningkatan transparansi dan akuntabilitas
- Membuka akses informasi publik dan melibatkan masyarakat dalam pengawasan.
- Menerapkan sistem pengaduan dan penanganan keluhan yang efektif.

6. Koordinasi dan kolaborasi antar instansi
- Membangun sinergi dan kerjasama antar kementerian/lembaga.
- Menghilangkan ego sektoral dan membangun budaya kolaboratif.

7. Monitoring, evaluasi, dan perbaikan berkelanjutan
- Menerapkan sistem monitoring dan evaluasi yang berkelanjutan untuk memantau kemajuan reformasi birokrasi.
- Menggunakan data dan informasi untuk melakukan perbaikan dan penyesuaian kebijakan.

8. Pemberantasan korupsi dan penyalahgunaan wewenang
- Memperkuat lembaga pengawasan dan penegakan hukum untuk memberantas korupsi di lingkungan birokrasi.
- Menerapkan sistem pengawasan internal yang ketat dan memberikan insentif bagi perilaku yang etis.

Dengan menerapkan langkah-langkah tersebut, diharapkan Indonesia dapat menghadapi tantangan dalam reformasi birokrasi dan mencapai perubahan yang signifikan dalam pelayanan publik, transparansi, dan efisiensi birokrasi. Reformasi birokrasi yang berhasil akan membawa dampak positif bagi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Muhammad fauzi Mufti -
Nama : Muhammad Fauzi Mufti
Npm : 2356041023
Kelas : Mandiri A

Dari informasi yang disampaikan, tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah penanganan korupsi yang masih menyebar di tingkat nasional dan sub-nasional meskipun telah dilakukan decentralisasi. Meski tujuan utama dari program decentralisasi adalah untuk mengurangi korupsi, korupsi tetap menjadi masalah yang perpasif. Korupsi yang sebelumnya terkonsentrasi di tingkat pemerintahan pusat sekarang telah menyebar ke tingkat regional, melibatkan sebagian besar pejabat publik lokal.

Pendapat saya berdasarkan analisis tersebut adalah bahwa tantangan utama dalam reformasi administrasi publik di Indonesia adalah menangani korupsi yang tetap menyebar meskipun telah dilakukan decentralisasi. Ini menunjukkan bahwa meskipun upaya untuk meningkatkan akuntabilitas dan memperkuat tata kelola publik, korupsi masih menjadi masalah yang signifikan. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk:
- Perubahan Struktur Organisasi: Decentralisasi telah mengubah struktur organisasi dan hubungan antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini menciptakan kesempatan baru bagi korupsi untuk menyebar dan menjadi lebih sulit untuk dikelola.
- Peningkatan Opportunitas Korupsi: Dengan pergeseran kekuasaan dari lembaga legislatif lokal ke eksekutif lokal, terjadi perubahan dalam struktur kesempatan untuk menjalankan korupsi. Ini menyebabkan peningkatan kesempatan untuk abusif, termasuk korupsi oleh pejabat publik lokal.
- Perubahan dalam Jaringan Sosial dan Hubungan: Decentralisasi juga mempengaruhi jaringan sosial dan hubungan antara pejabat publik, pelaku bisnis, dan masyarakat. Ini dapat memperkuat atau menciptakan jaringan korupsi yang lebih kompleks dan sulit untuk diatasi.

Untuk mengatasi tantangan ini, diperlukan pendekatan yang komprehensif yang mencakup peningkatan akuntabilitas, pengawasan yang lebih ketat, dan pendidikan publik tentang pentingnya integritas dan tata kelola yang baik. Selain itu, penelitian lebih lanjut tentang bagaimana korupsi berinteraksi dengan struktur organisasi dan jaringan sosial setelah decentralisasi dapat memberikan wawasan yang berharga untuk mengembangkan strategi yang lebih efektif dalam mengatasi korupsi di Indonesia.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by ALPUJA DIANA SARI -
Nama: Alpuja Diana Sari
NPM: 2356041010
Kelas: Mandiri A

Dari informasi yang saya liat, Salah satu tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah perubahan mindset pejabat birokrasi yang belum sepenuhnya mendukung reformasi. Hal ini tampak dari implementasi sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah yang merupakan langkah strategis untuk memastikan Manajemen Kinerja diterapkan dengan baik, namun belum sepenuhnya mencapai tujuan tersebut.

Menurut teori New Public Management, perubahan mindset pejabat sangat penting dilakukan dalam reformasi birokrasi, seperti menanamkan prinsip-prinsip good governance. Namun perubahan mindset membutuhkan waktu yang lama karena terkait nilai dan budaya kerja yang sudah melekat.

Contohnya di Indonesia, budaya birokrasi yang terlalu mengedepankan kepatuhan dan hirarki, kurang mendorong inovasi dan kreativitas. Padahal dalam reformasi diperlukan kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan kinerja secara berkelanjutan menyesuaikan perubahan zaman.

Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi dan penanaman nilai-nilai baru secara terus menerus agar reformasi birokrasi dapat berjalan dengan efektif. Dengan demikian, perubahan mindset pejabat menjadi kunci utama untuk mengatasi tantangan tersebut.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Bima Pamungkas -
Nama : Bima Pamungkas
NPM : 2356041009
Kelas : Mandiri A

Menurut saya tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah mengatasi resistensi terhadap perubahan di dalam birokrasi. Pendapat saya adalah bahwa budaya organisasi yang kaku dan perlawanan terhadap perubahan seringkali menjadi hambatan utama dalam upaya untuk melakukan reformasi administrasi publik.

bahwa birokrasi yang telah lama beroperasi dengan pola kerja yang konvensional cenderung enggan untuk beradaptasi dengan perubahan yang diperlukan untuk meningkatkan efisiensi, responsivitas, dan akuntabilitas. Perubahan seringkali dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan dan keamanan jabatan para pejabat, sehingga mereka cenderung untuk mempertahankan status quo.

Teori pendukungnya adalah teori "Institutional Theory", yang menyoroti peran norma, nilai, dan kebiasaan dalam membentuk perilaku organisasi. Birokrasi yang telah terbentuk selama bertahun-tahun memiliki kebiasaan, norma, dan struktur yang sulit untuk diubah secara cepat. Hal ini dapat menghambat upaya reformasi yang dilakukan oleh pemerintah.

Contoh konkretnya adalah ketika pemerintah mencoba untuk mengimplementasikan sistem baru untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan publik, namun dihadapi dengan resistensi dari para pegawai yang lebih nyaman dengan praktik-praktik lama yang kurang terbuka dan akuntabel.

Untuk mengatasi tantangan ini, pemerintah perlu mengadopsi pendekatan yang holistik yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, termasuk para pejabat birokrasi, dalam proses perencanaan dan implementasi reformasi administrasi publik. Selain itu, membangun komunikasi yang efektif, memberikan insentif yang sesuai, dan memperkuat kepemimpinan yang mendukung perubahan juga penting untuk mengatasi resistensi terhadap perubahan di dalam birokrasi.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by NIZAR FAREZI -
Nama: Nizar Farezi
Kelas: Mandiri A
Npm: 2356041016

Reformasi birokrasi sektor publik adalah suatu serangkaian upaya untuk meningkatkan efektivitas dan transparansi serta akuntabilitas dalam lembaga-lembaga pemerintah.

Dalam melakukan reformasi birokrasi administrasi publik atau melakukan perubahan birokrasi administrasi publik banyak terjadi tantangan-tantangan dalam pelaksanaan nya.

Tantangan yang terjadi seperti:
. Intervensi politik dan kepentingan pribadi.

Contoh nya seperti:
. Penyalahgunaan anggaran untuk kepentingan pribadi.
. Pengaruh kepentingan pribadi dalam pengambilan keputusan.

Teori pendukung nya adalah,
teori "principal-agent theory" yakni teori ini menjelaskan tentang hubungan antara principal (rakyat) dan agen (birokrat) dan potensi terjadinya konflik kepentingan. Serta teori ini relevan dengan reformasi birokrasi karena membantu menjelaskan mengapa reformasi ini terkadang gagal, karena paradigma yang lama seringkali menempatkan birokrat sebagai agen yang kepentingannya tidak selalu selaras dengan kepentingan masyarakat (sebagai prinsipal). Dan hal ini dapat menyebabkan masalah seperti korupsi, kurangnya pelayanan, dan lain-lain.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Rahmat Anggara -
Nama : Rahmat Anggara
Npm : 2356041021
Kelas : Mandiri A

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah meningkatkan kapasitas dan kualitas sumber daya manusia (SDM) dalam birokrasi. Reformasi administrasi publik memerlukan perubahan dalam pola pikir, sikap, dan keterampilan pegawai negeri serta pemimpin yang terlibat dalam pemerintahan. Beberapa alasan logis yang mendukung pernyataan ini adalah sebagai berikut:

1. Keterbatasan Kualifikasi dan Kompetensi: Banyak pegawai negeri di Indonesia yang mungkin tidak memiliki kualifikasi atau kompetensi yang sesuai dengan tuntutan pekerjaan dalam era globalisasi dan kompleksitas masalah yang dihadapi oleh pemerintah. Misalnya, dalam menghadapi isu-isu seperti pengelolaan lingkungan, pengelolaan sumber daya alam, dan teknologi informasi, diperlukan keahlian khusus yang belum tentu dimiliki oleh semua pegawai.

2. Budaya Organisasi yang Tidak Responsif: Birokrasi sering kali terjebak dalam budaya organisasi yang kaku dan tidak responsif terhadap perubahan. Inovasi dan kreativitas terkadang terhambat oleh prosedur yang berbelit dan hierarki yang kuat. Hal ini memerlukan perubahan budaya yang mendasar dalam cara kerja birokrasi, yang tidak selalu mudah dilakukan.

3. Politik dan Nepotisme: Nepotisme dan politik identitas sering kali menjadi faktor dalam penempatan pegawai negeri dan promosi, yang dapat menghasilkan birokrasi yang tidak efisien dan tidak profesional. Penempatan pegawai berdasarkan faktor-faktor non-kinerja dapat menghambat reformasi administrasi publik yang berorientasi pada meritokrasi.

4. Kurangnya Insentif dan Penghargaan: Sistem insentif dan penghargaan yang tidak memadai untuk pegawai yang berkinerja baik dapat mengurangi motivasi untuk meningkatkan kualitas pelayanan publik dan menciptakan inovasi dalam birokrasi.

Teori-teori pendukung dari berbagai ahli administrasi publik, seperti Max Weber dengan konsep birokrasi, dapat memberikan wawasan tambahan tentang tantangan ini. Weber mengidentifikasi birokrasi sebagai sistem yang didasarkan pada aturan dan standar yang diimplementasikan oleh pegawai yang terlatih secara profesional. Namun, dia juga memperingatkan tentang kemungkinan birokrasi menjadi terlalu formalistik dan kaku jika tidak diimbangi dengan keberanian mengambil inisiatif dan keahlian yang sesuai.

Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia perlu melakukan investasi yang serius dalam pelatihan dan pengembangan SDM, memperkuat sistem pengawasan dan akuntabilitas, mempromosikan budaya organisasi yang responsif dan inovatif, serta menerapkan sistem insentif yang memotivasi pegawai untuk berkinerja tinggi. Selain itu, reformasi kebijakan untuk mengurangi praktik politik yang tidak sehat dan nepotisme juga diperlukan untuk memastikan bahwa penempatan dan promosi pegawai didasarkan pada kinerja dan keahlian.

Sebagai seorang mahasiswa, saya percaya bahwa salah satu tantangan terbesar dalam melakukan reformasi administrasi publik di Indonesia adalah kurangnya keterlibatan aktif dari pemuda dan mahasiswa dalam proses tersebut. Mahasiswa memiliki potensi besar sebagai agen perubahan dalam mendorong reformasi administrasi publik, namun seringkali keterlibatan mereka masih terbatas.
Contohnya, banyak mahasiswa memiliki pengetahuan dan keterampilan yang relevan dalam bidang teknologi informasi, manajemen, dan kebijakan publik yang dapat mereka terapkan dalam membantu proses reformasi administrasi publik. Namun, kurangnya kesempatan atau insentif untuk berpartisipasi dalam inisiatif reformasi tersebut dapat mengurangi dampak yang dapat mereka berikan. Selain itu, mahasiswa juga memiliki kekuatan dalam membangkitkan kesadaran publik dan memberikan tekanan kepada pemerintah untuk melakukan perubahan. Melalui gerakan, advokasi, riset, dan diskusi publik, mahasiswa dapat menjadi suara yang kuat dalam menyoroti masalah-masalah administrasi publik yang perlu diperbaiki dan memberikan solusi yang inovatif.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by ALDINO REVALDI -
NAMA: Aldino Revaldi
NPM : 2356041003
KELAS : Mandiri A


menurut saya tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik yaitu di berbagai masalah dan tantangan yang tidak dapat dihindarkan oleh pemerintah. Untuk menjaga agar pemerintah tetap eksis dan dapat melakukan kegiatan/usahanya dalam kompetisi global, pemerintah harus mampu melakukan penataan ulang atau restrukturisasi. Penataan ulang penyelenggaraan pemerintahan memiliki makna perubahan dan pembaharuan atas berbagai kelemahan sebagai langkah antisipatif dalam menghadapi tuntutan perubahan global yang sarat dengan berbagai tantangan. Penataan ulang penyelenggaraan pemerintahan diarahkan untuk menciptakan penyelenggaraan pemerintahan yang antisipatif (berorientasi ke depan), inovatif (berorientasi perubahan dan pembaharuan), dan berkualitas prima/unggul dalam berkompetisi dengan lembaga lain untuk mewujudkan kepemerintahan yang baik .

Pendapat saya adalah bahwa tantangan terbesar dalam reformasi administrasi publik adalah mengatasi resistensi dan keengganan dari pihak-pihak yang tidak menginginkan perubahan. Selain itu, reformasi administrasi juga harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu peningkatan kinerja sektor publik .


Dalam melakukan reformasi administrasi publik, Indonesia juga perlu mengubah paradigma lama administrasi publik menjadi paradigma baru yang lebih sesuai dengan tuntutan zaman. Birokrasi yang berkualitas tinggi, profesional, tangguh, produktif, dan memiliki integritas yang prima juga menjadi faktor penting dalam reformasi administrasi publik. Dalam rangka mencapai reformasi administrasi publik yang berhasil, diperlukan dukungan dan tekanan dari masyarakat, perguruan tinggi, pebisnis dan pengusaha, lembaga swadaya masyarakat (LSM), dan media massa. Selain itu, perubahan pola pikir melalui manajemen perubahan juga menjadi strategi penting dalam reformasi administrasi publik.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Maulia Putri -
Nama : Maulia Putri
NPM : 2356041017
Kelas :Mandiri A

Tantangan utama dalam menerapkan reformasi administrasi publik di Indonesia meliputi perencanaan yang teliti untuk mengubah birokrasi, pengaruh perkembangan teknologi pada birokrasi, upaya pemberantasan korupsi yang merusak birokrasi, dan perlawanan dari pihak yang tidak mendukung perubahan.

Menurut saya, reformasi administrasi publik harus dilaksanakan dengan tanggung jawab dan keterbukaan. Pemerintah harus memperbaiki sistem komunikasi dan informasi, mengatur kepemilikan dan manajemen data, serta memperkuat sistem pengawasan dan evaluasi.

Sebagai contoh, berhasilnya reformasi administrasi publik di Indonesia terlihat dari peningkatan dalam manajemen keuangan dan penurunan tingkat korupsi. Reformasi ini telah memperbaiki kualitas pengelolaan keuangan, memperkuat sistem pengawasan, dan meningkatkan kemampuan pemerintah dalam mengelola secara efisien.

Selain itu, reformasi administrasi publik juga harus bertanggung jawab terhadap kebutuhan masyarakat. Pemerintah perlu meningkatkan sistem pengaduan masyarakat, mengatur sistem pengawasan dan evaluasi, serta meningkatkan kualitas layanan publik.

Tak hanya itu, reformasi administrasi publik juga harus memperhatikan lingkungan. Pemerintah harus memperbaiki sistem pengelolaan lingkungan, mengatur sistem pengawasan, dan meningkatkan kualitas layanan publik yang berkaitan dengan lingkungan.

Sebagai mahasiswa, tanggapan kami terhadap kasus ini adalah mendukung reformasi administrasi publik yang efektif, transparan, dan akuntabel. Kami mendukung pemerintah dalam upaya mereka untuk meningkatkan kualitas pengelolaan, layanan publik, dan memperkuat kemampuan masyarakat.

Teori yang mendukung contoh permasalahan di atas adalah "Good Governance", yang menekankan pentingnya transparansi, partisipasi, dan responsivitas dalam tata kelola pemerintahan.

Dalam teori manajemen reformasi organisasi, Robbins menguraikan bahwa perubahan pola pikir merupakan faktor kunci untuk kesuksesan reformasi. Namun, sering kali perubahan pola pikir menjadi hal yang paling sulit dicapai. Di Indonesia, masih banyak Aparatur Sipil Negara (ASN) yang melihat organisasi birokrasi sebagai tempat untuk memenuhi kepentingan kelompok mereka bukan sebagai penyedia layanan publik. Padahal, dalam teori "Good Governance", birokrasi diharapkan berfokus pada pelayanan dan kepentingan masyarakat.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Yuan Al Malik -
Nama: Yuan Al Malik
NPM: 2356041011
Kelas: mandiri A

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah mengubah budaya birokrasi yang korup, lamban, dan tidak responsif menjadi lebih transparan, akuntabel, dan efisien. Pendapat ini didukung oleh teori perubahan organisasi, yang menekankan pentingnya perubahan budaya di dalam organisasi sebagai langkah kunci dalam mencapai reformasi yang berkelanjutan.

*Pendapat:
Perubahan budaya birokrasi merupakan kunci untuk mencapai reformasi administrasi publik yang sukses. Tanpa perubahan budaya yang mendalam, upaya reformasi hanya akan bersifat permukaan dan tidak akan mencapai hasil yang diinginkan.

*Contoh:
Misalnya, dalam sistem birokrasi Indonesia yang sudah mapan, praktik korupsi, nepotisme, dan kolusi sering kali menjadi bagian dari budaya organisasi. Penempatan pejabat berdasarkan hubungan politik atau personal, bukan berdasarkan kompetensi, adalah contoh nyata dari budaya yang perlu diubah. Selain itu, lambannya proses birokrasi dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat juga menjadi contoh konkret dari budaya birokrasi yang tidak responsif.

*Alasan Logis:
Perubahan budaya birokrasi memerlukan waktu dan komitmen yang kuat dari berbagai pihak terkait. Tanpa adanya perubahan budaya yang mendalam, kebijakan-kebijakan reformasi yang diimplementasikan mungkin akan bertahan hanya sebatas kebijakan formal tanpa menghasilkan perubahan yang nyata dalam praktik sehari-hari. Oleh karena itu, mengubah budaya birokrasi menjadi lebih transparan, akuntabel, dan efisien adalah tantangan terbesar dalam reformasi administrasi publik Indonesia.

*Teori Pendukung:
Teori perubahan organisasi mendukung pendapat ini dengan menyoroti pentingnya perubahan budaya di dalam organisasi sebagai langkah kunci dalam mencapai perubahan yang berkelanjutan. Menurut teori ini, tanpa adanya dukungan kuat dari budaya organisasi yang positif, upaya reformasi hanya akan bersifat permukaan dan tidak akan mencapai tujuan yang diinginkan. Oleh karena itu, perubahan budaya birokrasi merupakan faktor krusial dalam kesuksesan reformasi administrasi publik.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by alya rahma -
Nama : Alya Rahma
NPM : 2356041006
Kelas : Mandiri A

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik mencakup beberapa hal yang kompleks dan memerlukan upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan. Berikut adalah beberapa tantangan utama:

Resistensi dan Kultur Organisasi: Birokrasi yang telah lama terbiasa dengan praktik-praktik konvensional seringkali resisten terhadap perubahan. Kultur organisasi yang kuat dan ketidakmampuan untuk beradaptasi dengan cara kerja baru menjadi tantangan besar dalam reformasi administrasi publik.

Korupsi dan Kepatuhan: Korupsi merupakan masalah kronis dalam administrasi publik Indonesia. Upaya untuk mengubah budaya korupsi menjadi budaya integritas memerlukan pendekatan yang komprehensif dan berkelanjutan. Memastikan kepatuhan terhadap regulasi anti-korupsi serta mendorong integritas dan akuntabilitas dalam pelayanan publik menjadi tantangan yang signifikan.

Salah satu contoh kasus korupsi dalam reformasi birokrasi adalah skandal korupsi yang melibatkan Departemen Pendidikan Nasional Indonesia pada tahun 2014. Kasus ini terjadi dalam konteks upaya reformasi birokrasi di sektor pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan aksesibilitas pendidikan di Indonesia.

Dalam skandal ini, terungkap bahwa sejumlah pejabat tinggi di Departemen Pendidikan Nasional terlibat dalam praktik korupsi terkait dengan pengadaan buku teks sekolah. Mereka diduga menerima suap dari penerbit buku teks untuk memperoleh kontrak pengadaan buku teks tersebut. Hal ini tentu sangat merugikan serta menghambat reformasi birokrasi dalam indonesia sesuai dengan Teori Willingness and Opportunity to Corrupt: Teori ini menjelaskan bahwa korupsi terjadi jika terdapat kesempatan/peluang (kelemahan sistem pengawasan kurang) dan niat/keinginan (didorong karena kebutuhan & keserakahan).

Dampak dari skandal ini sangat merugikan, karena tidak hanya merugikan keuangan negara, tetapi juga menghambat upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan menciptakan lingkungan pendidikan yang adil dan transparan. Kasus ini menjadi peringatan bagi pemerintah untuk memperkuat sistem pengawasan dan pencegahan korupsi dalam reformasi birokrasi, serta meningkatkan kesadaran akan pentingnya integritas dan etika dalam pelayanan publik.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Najwa Paramitha Aulia Maharani -
Nama : Najwa Paramitha Aulia Maharani
NPM : 2356041014
Kelas : Mandiri A

Tantangan terbesar dalam melakukan reformasi administrasi publik di Indonesia adalah korupsi. Korupsi telah menjadi hambatan utama dalam upaya meningkatkan efisiensi, transparansi, dan akuntabilitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik. Fenomena ini telah terbukti merusak tata kelola pemerintahan dan melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap institusi publik.

Contoh nyata yang ada di masyarakat dari dampak terjadinya korupsi adalah praktip suap di berbagai tingkatan yang membuat masyarakat kesusahan untuk bisa mengakses dan mendapat akses pelayanan publik yang seharusnya bisa mereka terima dengan mudah. Misalnya, dalam proses perizinan usaha, praktik suap sering kali menjadi kendala utama bagi pengusaha kecil dan menengah untuk mendapat izin usaha yang seharusnya bisa diberikan secara transparan dan efisien.

Teori pendukung dari sudut pandang ini ada di teori agensi, yang dimana mengatakan bahwa dalam lingkungan birokrasi yang kompleks, agen publik sering kali memiliki kepentingan pribadi atau kelompok yang bertentangan dengan kepentingan umum. Akibatnya, mereka dapat terlibat dalam perilaku koruptif untuk memenuhi kepentingan pribadi mereka.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Decho Pirlian -
Nama: Decho Pirlian
Kelas: Mandiri A
NPM: 2356041004

Assalamualaikum bu saya mohon izin untuk menjawab.

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik yaitu:
Perubahan Budaya Organisasi:

Salah satu tantangan utama adalah mengatasi resistensi terhadap perubahan dan menciptakan budaya kerja yang responsif dan terbuka. Perubahan budaya organisasi membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dan pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan peraturan yang berlaku.

Kompleksitas Kebijakan:

Menghadapi kompleksitas dalam penerapan kebijakan yang sesuai dengan kebutuhan dan peraturan juga menjadi tantangan. Reformasi administrasi publik memerlukan perbaikan proses bisnis, perbaikan kualitas layanan, perbaikan manajemen kinerja, dan perbaikan sistem pengawasan.

Resistensi terhadap Perubahan:

Resistensi terhadap perubahan juga menjadi tantangan dalam reformasi administrasi publik. Mengatasi resistensi ini membutuhkan komunikasi yang efektif, keterlibatan pemangku kepentingan, dan pemahaman yang baik tentang kekhawatiran dan kepentingan mereka .

Pemeliharaan Perubahan Jangka Panjang:

Setelah perubahan diimplementasikan, tantangan selanjutnya adalah mempertahankan perubahan dalam jangka panjang. Pemeliharaan perubahan jangka panjang membutuhkan komitmen yang kuat dari semua pihak terkait dan pemantauan yang terus-menerus.

Penataan Ulang atau Rekstrukturisasi:

Tantangan lainnya adalah melakukan penataan ulang atau rekstrukturisasi penyelenggaraan pemerintahan untuk menghadapi tuntutan perubahan global yang sarat dengan berbagai tantangan. Penataan ulang ini bertujuan untuk melakukan perubahan dan pembaharuan atas berbagai kelemahan yang ada

6. Korupsi:

Selanjutnya yaitu terdapat korupsi yang juga merupakan tantangan terbesar yang sangat berdampak bagi Indonesia. Karena korupsi dapat menyebabkan rusaknya birokrasi dan menghambat pengembangan suatu negara.


Contohnya yaitu dari data hasil survei Transparancy International(TI) mengenai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) Tahun 2016, menunjukan bahwa angka IPK Indonesia adalah 36 atau berada di peringkat 88 dari 168 negara yang disurvei. IPK Indonesia sejajar dengan Mesir, namun apabila dibandingkan dengan negara-negara di kawasan Asia Tenggara, Indonesia masih di bawah Singapura, Malaysia, dan Thailand. Dalam periode tahun 2004 sampai dengan tahun 2012, uang negara yang dikorupsi mencapai 39,3 triliun rupiah. Ironisnya, dari nilai tersebut hanya 20% yang disidangkan ke pengadilan, sedangkan sebesar 20% diketemukan tetapi tidak sampai ke pengadilan dan sebesar 60% korupsi yang tercium belum bisa dibuktikan. Jadi diperlukan adanya pemberantasan korupsi yang wajib dilakukan dalam reformasi birokrasi, karena korupsi dapat merusak birokrasi bagi Indonesia. Selain itu diperlukan cara yang strategis untuk memberantas korupsi, seperti dengan peningkatan transparansi dan akuntabilitas, peningkatan kekuatan pemberantasan korupsi, dan peningkatan ketahanan terhadap korupsi. Operasi tangkap tangan (OTT) yang dilakukan KPK merupakan bagian dari upaya efektivitas pembuktian dalam persidangan. Dan sampai saat ini sudah tidak terhitung berapa jumlah pejabat negara dan penyelenggara negara yang menjadi korban operasi tangkap tangan (OTT) oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) maupun aparat penegak hukum lainnya.
Walau demikian, tindakan tersebut belum juga menyurutkan niat para penyelenggara/pejabat negara untuk melakukan tindakan curang/korupsi. Karena para pejabat publik belum juga jera jadi menurut saya diperlukan hukuman yang lebih tegas lagi yang dapat diterapkan di Indonesia ini yaitu dengan cara memiskinkan para pejabat publik yang melakukan korupsi agar pejabat publik dapat jera dan tidak melakukan korupsi lagi, dan saya juga berharap agar hukuman mati bagi para koruptor diberlakukan di Indonesia seperti negara Tiongkok dan Vietnam yang menerapkan hukuman mati bagi para koruptor, hal tersebut perlu dilakukan karena agar pelaku korupsi dapat jera sejera-jeranya sehingga kasus korupsi dapat berkurang di Indonesia.

Teori pendukung yang dapat digunakan dalam reformasi administrasi publik adalah teori pemberantasan korupsi. Teori ini menganggap bahwa pemberantasan korupsi adalah langkah strategis yang wajib dilakukan dalam reformasi birokrasi. Teori ini menganggap bahwa korupsi merusak birokrasi dan menghambat pengembangan negara. Jadi, pemberantasan korupsi adalah langkah strategis yang wajib dilakukan untuk memperbaiki birokrasi dan membangun negara yang lebih baik
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Vira Eka Novianti -
Nama : Vira Eka Novianti
NPM : 2356041002
Kelas : Mandiri A

Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam mendorong reformasi administrasi adalah masalah korupsi. Korupsi merupakan hambatan utama dalam menciptakan sistem pemerintahan yang efisien, transparan, dan akuntabel. Korupsi merugikan negara secara finansial, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Pendekatan untuk menghadapi tantangan ini dapat dilihat dari berbagai sudut pandang, termasuk teori administrasi publik dan pengalaman negara-negara lain yang telah berhasil mengurangi tingkat korupsi.
Berikut beberapa contoh dan alasan logis terkait tantangan korupsi:
1. Kurangnya Transparansi dan Akuntabilitas: Sistem pemerintahan yang tidak transparan dan akuntabel membuka peluang terjadinya praktik korupsi. Misalnya, proses pengadaan barang dan jasa yang terbuka dapat menimbulkan suap dan nepotisme. Untuk mengatasi hal tersebut, diperlukan langkah nyata untuk meningkatkan transparansi dalam proses pengambilan keputusan dan alokasi anggaran.
2. Budaya Korupsi: Tantangan lainnya adalah budaya korupsi yang merasuki berbagai lapisan masyarakat dan institusi pemerintah. Hal ini berkaitan dengan norma sosial dan budaya yang membolehkan bahkan mendorong praktik korupsi. Mengubah budaya korupsi memerlukan upaya berkelanjutan dalam pendidikan, penyadaran, dan penguatan lembaga antikorupsi.
3. Kurangnya Pengawasan dan Penegakan Hukum: Lemahnya sistem pengawasan dan penegakan hukum juga menjadi faktor yang memperparah korupsi. Tanpa lembaga penegakan hukum yang kuat dan efektif, pelaku korupsi tidak akan mendapatkan hukuman yang setimpal, sehingga tidak dapat memberikan efek jera terhadap calon pelaku korupsi. Lembaga penegak hukum dan sistem peradilan yang independen dan efektif perlu diperkuat.

Menurut pendapat saya korupsi merupakan hambatan utama dalam menciptakan sistem pemerintahan yang efisien, transparan, dan akuntabel, korupsi juga merugikan negara secara finansial, menghambat pertumbuhan ekonomi, dan melemahkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Upaya pemberantasan korupsi perlu dilakukan secara komprehensif dan berkelanjutan, dengan melibatkan berbagai pihak. Saran yang dapat dilakukan untuk pemberantasan masalah korupi adalah meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintahan serta membangun budaya antikorupsi melalui pendidikan, penyadaran, penguatan lembaga antikorupsi dan memperkuat sistem pengawasan dan penegakan hukum.

Teori pendukung dari kasus korupsi adalah Teori Segitiga Korupsi, menurut teori ini, korupsi terjadi ketika terdapat tiga faktor yaitu kesempatan, kebutuhan, dan rasionalisasi. Kesempatan mengacu pada situasi yang memungkinkan terjadinya korupsi, seperti sistem yang lemah dan pengawasan yang tidak efektif. Kebutuhan mengacu pada dorongan individu untuk melakukan korupsi, seperti untuk memenuhi kebutuhan finansial atau gaya hidup. Rasionalisasi mengacu pada pembenaran yang digunakan individu untuk melakukan korupsi, seperti anggapan bahwa semua orang melakukannya atau bahwa korupsi adalah cara untuk mendapatkan keuntungan.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Asyifa Fadillah Yusup -
Nama : Asyifa Fadillah Yusup
NPM : 2356041019
Kelas : Mandiri A

Reformasi administrasi publik merupakan proses yang bertujuan untuk mengubah dan memperbaiki sistem administrasi pemerintah. Namun masih banyak tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik yakni meningkatkan pengembangan sumber daya manusia, memperbaiki sistem birokrasi dan administrasi pemerintahan, mengurangi korupsi, dan membangun infrastruktur digital untuk pelayanan publik berbasis digital.

Menurut pendapat saya reformasi administrasi publik harus dilakukan dengan konsep-konsep pemberdayaan, pengembangan, pengayaan, yang menjadi kunci utama bagi perubahan atau reformasi administrasi. Perubahan yang harus dilakukan dalam reformasi administrasi publik di Indonesia meliputi:
Peningkatan pengembangan sumber daya manusia: Memperbaiki sistem pendidikan, pengembangan, dan pengawasan sumber daya manusia dalam pemerintah, mengurangi kehilangan tenaga kerja, dan mengencangkan sistem pengawasan dan pengendalian.
Memperbaiki sistem birokrasi dan administrasi pemerintahan:
Memperbaiki prosedur-prosedur yang berlaku di Indonesia, mengurangi proses yang terlalu memakan waktu dan biaya, dan memperbaiki sistem pengawasan dan pengendalian.
Mengurangi korupsi:
Memperbaiki sistem pengawasan dan pengendalian, menciptakan ketertiban yang lebih kuat, dan memperkuat sistem pemberantasan korupsi.
Membangun infrastruktur digital untuk pelayanan publik berbasis digital:
Memperbaiki sistem informasi dan komunikasi, mengembangkan pelayanan publik berbasis digital, dan mengurangi kekurangan infrastruktur digital.

Teori Good Governance merujuk pada prinsip-prinsip dan praktik-praktik yang menjamin bahwa pemerintahan yang baik dilakukan secara transparan, akuntabel, efisien, responsif, inklusif, dan berlandaskan pada hukum. Ini melibatkan partisipasi aktif dari masyarakat sipil, pengelolaan yang bijaksana terhadap sumber daya, serta pencegahan terhadap korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Kaisar Kamara Dhiya Ulhaq -
Nama : Kaisar Kamara Dhiya Ulhaq
Kelas : Mandiri A
NPM : 2356041001

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah pengurangan korupsi dan nepotisme, peningkatan transparansi dan efisiensi, dan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ada beberapa pendapat dan teori pendukung yang mendukung hal tersebut.

1.Pengurangan korupsi dan nepotisme: Korupsi dan nepotisme adalah tantangan yang sangat besar dalam reformasi administrasi publik Indonesia. Masyarakat menginginkan sistem yang lebih transparan dan efisien, sedangkan pemerintah menginginkan sistem yang lebih efektif dan efisien. Tetapi, kesalahan yang sering terjadi adalah ketika pemerintah mengambil langkah-langkah yang tidak transparan atau berdasarkan nepotisme.

2.Peningkatan transparansi dan efisiensi: Peningkatan transparansi dan efisiensi adalah salah satu tantangan utama dalam reformasi administrasi publik Indonesia. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi IK), seperti penggunaan sistem informasi publik, e-government, dan e-services.

3.Pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah: Pemerintah Indonesia harus menghadapi tantangan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi korupsi dan nepotisme, meningkatkan transparansi dan efisiensi, dan memperjelas tindakan pemerintah terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

4.Penggunaan teori pendukung: Teori pendukung reformasi administrasi publik Indonesia adalah teori pemerintah yang berbasis pada kebijakan yang transparan, efektif, efisien, dan efektif. Teori ini juga mendorong peningkatan tindakan yang efektif, efisien, dan efektif, serta peningkatan pemahaman masyarakat terhadap pemerintah.

5.Peningkatan kewajiban dan tanggung jawab: Peningkatan kewajiban dan tanggung jawab pemerintah adalah salah satu tantangan dalam reformasi administrasi publik Indonesia. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi korupsi dan nepotisme, meningkatkan transparansi dan efisiensi, dan memperjelas tindakan pemerintah terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

6.Peningkatan kemampuan dan keterampilan: Peningkatan kemampuan dan keterampilan pemerintah adalah salah satu tantangan dalam reformasi administrasi publik Indonesia. Ini dapat dilakukan dengan mengurangi korupsi dan nepotisme, meningkatkan transparansi dan efisiensi, dan memperjelas tindakan pemerintah terhadap masalah yang dihadapi oleh masyarakat.

Kesimpulannya, reformasi administrasi publik Indonesia memiliki tantangan yang sangat besar, yang terkait dengan pengurangan korupsi dan nepotisme, peningkatan transparansi dan efisiensi, dan pemulihan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah. Ini dapat dilakukan dengan menggunakan teori pendukung, peningkatan kewajiban dan tanggung jawab, peningkatan kemampuan dan keterampilan, dan pemahaman masyarakat terhadap pemerintah.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Intan Putri Zahra -
Nama : Intan Putri Zahra
Kelas: Man A
Npm: 2356041007

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik mencakup beberapa hal yang kompleks dan memerlukan upaya bersama antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pemangku kepentingan. Adapun tantangan selanjutnya ialah korupsi, korupsi ini telah menjadi hambatan utama dalam upaya meningkatkan efisiensi, transparansi, akuntabilitas, dan reponsivitas dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Menurut saya dalam reformasi administrasi, intervensi politik dalam penyalahgunaan anggaran untuk kepentingan pribadi banyak dilakukan oleh para pejabat publik.
Contoh nya adalah kondisi birokrasi Indonesia pada era reformasi birokrasi saat ini belum juga memberikan signal kemajuan yang pesat, hal ini disebabkan masih banyaknya birokrat pemerintahan yang terlibat dalam tindakan Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN) yang kian mencoreng wajah birokrasi dimata masyarakat dan merugikan negara. Praktek tindakan korupsi ini bukan hanya terjadi pada level pemerintah pusat Kementerian/Lembaga namun sangat miris pula pada Level Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tak kalah jauh banyaknya dibandingkan dengan pemerintah pusat.

Teori pendukung
Pemerintahan yang bersih dan baik sangat diinginkan oleh setiap warga negara khususnya negara Indonesia, agar masalah dalam urusan tata kelola industri di Indonesia dapat terselesaikan dengan baik. Negara Indonesia sudah menerapkan konsep Good Governance atau tata kelola pemerintahan yang baik. Menurut Undang - Undang No. 30 Tahun 2014 hukum ini menjadi dasar dalam menyelenggarakan suatu kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan pemerintahan yang baik dalam upaya mencegah praktik kolusi, korupsi dan nepotisme, berdasarkan (UU No. 30 Tahun 2014) harus mampu menciptakan pemerintah yang transparan, efisien dan birokrasi yang semakin baik lagi.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by WINA OKTAFEBIANA -
Nama: WINA OKTA FEBIANA
Npm: 2356041024
Kelas: Mandiri A

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah pengurangan kekurangan dan kekurangan yang menyakitkan dalam sistem pemerintah. Kekurangan ini melibatkan ketidakmampuan, kekurangan sumber daya manusia, kekurangan teknologi, dan kekurangan pengelolaan yang berpengaruh pada pelaksanaan program dan proyek.
Mereka yang menyebutkan kekurangan sebagai tantangan terbesar menganggap bahwa kekurangan adalah sumber utama dari kekurangan pemerintah. Kekurangan ini dapat berpengaruh pada kinerja, efisiensi, dan efektivitas dalam pelaksanaan program dan proyek. Misalnya, ketidakmampuan dalam pengurusan sumber daya manusia, teknologi, dan pengelolaan dapat menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan proyek, kekurangan dalam pengelolaan data dan informasi, dan kekurangan dalam pengelolaan sumber daya yang dapat menyebabkan keterlambatan dalam pelaksanaan program dan proyek.


Teori pendukung reformasi administrasi publik yang mendukung pendekatan ini adalah teori pengurangan kekurangan. Teori ini menganggap bahwa pengurangan kekurangan akan meningkatkan kinerja, efisiensi, dan efektivitas dalam pelaksanaan program dan proyek. Misalnya, pengurangan kekurangan dalam pengelolaan sumber daya manusia dapat meningkatkan kinerja dan efektivitas dalam pelaksanaan proyek.


Contoh dari pendekatan ini adalah pengurangan kekurangan dalam pengelolaan data dan informasi. Pada tahun 2019, pemerintah Indonesia membuka portal data publik yang menyediakan informasi publik yang dapat diakses secara online. Ini memungkinkan pengguna untuk mengakses informasi yang sebelumnya hanya dapat diakses melalui dokumen atau surat kabar. Pendekatan ini dapat membantu pengguna mendapatkan informasi yang diperlukan lebih cepat dan efektif.
Pendekatan ini juga dapat digunakan dalam pengelolaan sumber daya. Misalnya, pemerintah Indonesia dapat menggunakan teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi IK) untuk mengurangi kekurangan dalam pengelolaan sumber daya. Misalnya, pemerintah dapat menggunakan teknologi IK untuk mengurangi kekurangan dalam pengelolaan data sumber daya manusia, seperti data gaji, data pendidikan, dan data kesehatan.
Kekurangan dalam pengelolaan sumber daya manusia juga dapat diatasi dengan pendekatan ini. Misalnya, pemerintah Indonesia dapat menggunakan teknologi IK untuk mengurangi kekurangan dalam pengelolaan data sumber daya manusia, seperti data gaji, data pendidikan, dan data kesehatan.
Kekurangan dalam pengelolaan data dan informasi juga dapat diatasi dengan pendekatan ini. Misalnya, pemerintah Indonesia dapat menggunakan teknologi IK untuk mengurangi kekurangan dalam pengelolaan data sumber daya manusia, seperti data gaji, data pendidikan, dan data kesehatan.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Jimmy Alamsyah Pubian -
Nama : Jimmy Alamsyah Pubian
NPM; 2356041005
Kelas: Mandiri A

- Pendapat saya tentang reformasi administrasi publik di Indonesia adalah bahwa perlu dilakukan. Berikut contoh dan alasan logis mengenai reformasi administrasi publik di Indonesia:

Tantangan terbesar dalam melakukan reformasi administrasi publik di Indonesia adalah:

1.Perubahan yang terencana dilakukan secara cermat terhadap birokrasi publik: Pemerintah harus melakukan perubahan yang terencana dalam melakukan reformasi administrasi publik, yang melibatkan perubahan terhadap birokrasi publik. Ini melibatkan perbaikan sistem pengelolaan data, sistem informasi, dan sistem pengelolaan dokumen.

2.Perkembangan teknologi yang mempengaruhi birokrasi: Perkembangan teknologi saat ini mempengaruhi birokrasi, sehingga pemerintah harus mengadaptasi teknologi ini dalam melakukan reformasi administrasi publik. Ini melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi IK) dalam pengelolaan data, pengelolaan dokumen, dan pengelolaan informasi.

3.Resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan: Resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan dalam melakukan reformasi administrasi publik juga merupakan tantangan yang harus dihadapi. Ini melibatkan resistensi dari kader-kader birokrasi, serta dari masyarakat yang tidak menginginkan perubahan.
Pemerintah harus melakukan langkah-langkah strategis pemberantasan korupsi yang selama ini menjangkiti birokrasi, dan memerlukan kader-kader birokrasi yang mampu memberikan terobosan terhadap percepatan reformasi birokrasi.

Pendapat dari para ahli dan pakar tentang tantangan terbesar dalam melakukan reformasi administrasi publik di Indonesia:

1.Dr. Ir. Mochamad Sugiharto, M.Si., Kepala Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: "Reformasi administrasi publik di Indonesia memiliki tantangan yang terbesar yang adalah perbaikan birokrasi publik. Hal ini disebabkan oleh kekurangan pengelolaan data, pengelolaan dokumen, dan pengelolaan informasi yang cukup baik.

2.Dr. Ir. Dwi Sugiyanto, M.T., Kepala Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: "Reformasi administrasi publik di Indonesia memiliki tantangan yang terbesar yang adalah resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan. Hal ini disebabkan oleh resistensi dari kader-kader birokrasi, serta dari masyarakat yang tidak menginginkan perubahan.

3.Dr. Ir. Bambang Wirawan, M.T., Kepala Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: "Reformasi administrasi publik di Indonesia memiliki tantangan yang terbesar yang adalah perkembangan teknologi yang mempengaruhi birokrasi. Hal ini disebabkan oleh perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi IK) yang mempengaruhi pengelolaan data, pengelolaan dokumen, dan pengelolaan informasi.

4.Dr. Ir. Budi Santoso, M.T., Kepala Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Biro Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (Teknologi IK) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan: "Reformasi administrasi publik di Indonesia memiliki tantangan yang terbesar yang adalah pemberantasan korupsi yang selama ini menjangkiti birokrasi. Hal ini disebabkan oleh kekurangan kader-kader birokrasi yang mampu memberikan terobosan terhadap percepatan reformasi birokrasi.

Alasan logis dan teori pendukung:

1.Perubahan yang terencana dilakukan secara cermat terhadap birokrasi publik: Perubahan yang terencana dalam melakukan reformasi administrasi publik, yang melibatkan perubahan terhadap birokrasi publik, adalah tantangan yang harus dihadapi. Ini melibatkan perbaikan sistem pengelolaan data, pengelolaan dokumen, dan pengelolaan informasi yang cukup baik.

2.Perkembangan teknologi yang mempengaruhi birokrasi: Perkembangan teknologi saat ini mempengaruhi birokrasi, sehingga pemerintah harus mengadaptasi teknologi ini dalam melakukan reformasi administrasi publik. Ini melibatkan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (Teknologi IK) dalam pengelolaan data, pengelolaan dokumen, dan pengelolaan informasi.

3.Resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan: Resistensi dari orang yang tidak menginginkan perubahan dalam melakukan reformasi administrasi publik juga merupakan tantangan yang harus dihadapi. Ini melibatkan resistensi dari kader-kader birokrasi, serta dari masyarakat yang tidak menginginkan perubahan.

4.Pemberantasan korupsi yang selama ini menjangkiti birokrasi: Pemberantasan korupsi yang selama ini menjangkiti birokrasi adalah tantangan yang harus dihadapi. Ini melibatkan kekurangan kader-kader birokrasi yang mampu memberikan terobosan terhadap percepatan reformasi birokrasi.
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by Asyifa Maharani -
Nama: Asyifa Maharani
NPM: 2356041025
Kelas: Mandiri A

Tantangan terbesar yang dihadapi Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah sebagai berikut:
1. Resistensi terhadap perubahan: Salah satu tantangan utama adalah resistensi dari pihak-pihak yang tidak menginginkan perubahan (status quo). Mereka mungkin menggalang kekuatan untuk melawan perubahan tersebut. Hal ini dapat terjadi karena beberapa orang tidak ingin berubah, terutama jika mereka merasa nyaman dengan situasi saat ini.
2. Kurangnya kesadaran akan perlunya perubahan paradigma: Birokrasi Indonesia sering kali masih beroperasi dengan paradigma lama administrasi publik. Meskipun telah terjadi perubahan dalam administrasi publik Indonesia, namun kesadaran akan perlunya perubahan cara berpikir dalam mengelola negara dan pemerintahan masih kurang. Dibutuhkan kesadaran akan perlunya perubahan paradigma dalam menghadapi tantangan dan tuntutan zaman yang terus berkembang .
3. kualitas dan profesionalisme birokrasi: Reformasi administrasi publik juga dihadapkan pada tantangan dalam meningkatkan kualitas dan profesionalisme birokrasi. Dibutuhkan birokrasi yang berkualitas tinggi, yang ditunjang oleh profesionalisme, ketangguhan, produktivitas, dan integritas yang prima .
4. Tantangan global dan perubahan masyarakat: Perubahan global dan perkembangan masyarakat yang cepat juga menjadi tantangan dalam reformasi administrasi publik. Globalisasi dan perkembangan teknologi memaksa banyak pihak, terutama birokrasi pemerintah, untuk melakukan revisi, perbaikan, dan mencari alternatif sistem administrasi yang sesuai dengan perkembangan masyarakat dan zaman .
5. Tujuan reformasi yang jelas: Reformasi administrasi publik harus memiliki tujuan yang jelas, yaitu peningkatan kinerja sektor publik. Tujuan ini mencakup efisiensi, efektivitas, pengurangan kelemahan seperti korupsi, dan peningkatan pelayanan publik .
Dalam melakukan reformasi administrasi publik, pemerintah Indonesia perlu mengatasi tantangan-tantangan ini dengan strategi yang tepat. Hal ini meliputi peningkatan kesadaran akan perlunya perubahan, manajemen perubahan yang efektif, peningkatan kualitas dan profesionalisme birokrasi, serta fokus pada tujuan reformasi yang jelas
In reply to Anisa Utami Sutarsyah

Re: Diskusi 1

by MEYTA INDIRA ALTASYA -
Nama : Meyta Indira Altasya
Npm : 2356041015
Kelas : Mandiri A

Tantangan terbesar Indonesia dalam melakukan reformasi administrasi publik adalah pengurangan korupsi dan nepotisme, yang terjadi karena adanya kekurangan transparansi dan akuntabilitas dalam sistem pemerintah. Ini dapat dilihat dari beberapa perspektif, mulai dari pendidikan, pengelolaan keuangan, hingga pengelolaan sumber daya manusia.

• Teori pendukung yaitu Teori Good Governance : 
Teori Good Governance mengingatkan bahwa administrasi publik harus transparan, efisien, efektif, dan berwajiban. Reformasi administrasi publik dapat memperbaiki sistem pemerintahan yang seringkali dikenal dengan sistem birokrasi yang tidak efektif dan efisien.

• Teori pendukung lain yang dapat digunakan dalam reformasi administrasi publik adalah teori pengelolaan yang terdiri dari beberapa bagian, yaitu:
• Pengelolaan Transparansi : Pengelolaan transparansi adalah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa informasi yang diperlukan oleh masyarakat dapat diakses secara mudah dan cepat. Hal ini akan membantu masyarakat untuk mengenal pasti kebijakan yang baik dan benar, mengurangi kekurangan transparansi, dan mengurangi korupsi.
• Pengelolaan Akuntansi : Pengelolaan akuntansi adalah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa pengeluaran dan pendapatan yang ada di dalam sistem pemerintah dapat dijelaskan dengan transparansi dan efisien. Hal ini akan membantu masyarakat untuk mengenal pasti kebijakan yang baik dan benar, mengurangi kekurangan transparansi, dan mengurangi korupsi.
• Pengelolaan Sumber Daya Manusia : Pengelolaan sumber daya manusia adalah proses yang digunakan untuk memastikan bahwa sumber daya manusia yang ada di dalam sistem pemerintah dapat dijelaskan dengan transparansi dan efisien. Hal ini akan membantu masyarakat untuk mengenal pasti kebijakan yang baik dan benar, mengurangi kekurangan transparansi, dan mengurangi korupsi.

Sebagai mahasiswa, saya merasa bahwa reformasi administrasi publik adalah salah satu tantangan yang paling penting yang harus dilakukan Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari beberapa perspektif, mulai dari pendidikan, pengelolaan keuangan, hingga pengelolaan sumber daya manusia.