FORUM DISKUSI

Topik Diskusi

Re: Topik Diskusi

oleh Rahma Amelia -
Jumlah balasan: 0
Nama: Rahma Amelia
NPM: 2213054043

1. TEMPRAMENTAL DALAM PERSPEKTIF BIOLOGIS
Temperamen dalam perspektif biologi Merujuk pada sifat-sifat bawaan individu yang mempengaruhi respon terhadap lingkungan dan perubahan suasana hati. Hal ini seringkali diasosiasikan dengan faktor-faktor genetik dan neurobiologis yang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang merespons berbagai stimulus atau situasi. Temperamen adalah gejala karakteristik dari sifat individu, termasuk juga mudah tidaknya terkena rangsangan emosi, kekuatan serta kecepatannya bereaksi, kualitas kekuatan suasana hatinya, segala cara daripada fluktuasi dan intensitas suasana hati. Gejala ini bergantung pada faktor konstitusional (tubuh)."
Gordon Allport .

2. TEORI PSIKOSEKSUAL DARI FREUD DAN TEORI PSIKOSOSIAL DARI ERIKSON
Freud percaya energi psikoseksual, atau libido, digambarkan sebagai kekuatan pendorong di belakang perilaku. Menurut Freud kepribadian sebagian besar dibentuk pada lima tahun pertama dan akan berpengaruh besar terhadap perkembangan selanjutnya di kemudian hari. Jika tahap-tahap psikoseksual selesai dengan sukses, hasilnya adalah kepribadian yang sehat. Freud membagi menjadi 5 fase
1. Fase Oral
Yaitu antara usia 0-1,5 tahun, dikatakan fase oral karena pada masa ini bagi bayi, mulut merupakan hal yang dapat memicu kesenangannya dengan mencicipi atau menghisap sesuatu, contohnya seperti menghisap tangannya sendiri atau payudara ibu.
2. Fase Anal
Yaitu antara usia 1,5-3 tahun, pada tahap ini fungsi utama libido adalah pada pengendalian kandung kemih dan buang air besar. Contohnya seperti melatih anak untuk buang air kecil atau besar ke toilet dengan baik.
3. Fase Phallic
Yaitu antara usia 3-5 tahun, pada fase ini fokus utama libido adalah pada alat kelamin. Yang terpenting pada fase ini yaitu munculnya oedipus complex, yang diikuti oleh fenomena castration anxiety (Kecemasan terpotongnya penis) pada laki-laki dan penis envy (kecemburuan penis) pada perempuan. oedipus complex yaitu ketika anak laki-laki akan menganggap ayahnya sebagai kompetitornya dalam berebut kasih sayang ibunya, pun pada perempuan sebaliknya.
4. Fase Laten
Yaitu antara usia 5-12 tahun/pubertas, pada fase ini libido seakan “tidur” dan akan bangkit lagi dengan kekuatan penuh kelak di masa pubertas tiba. Di fase ini, anak akan memilingi rasa ingin tahu yang besar tentang berbagai hal.
5. Fase Genital
Yaitu usia 12 tahun (pubertas) sampai seterusnya merupakan tahap akhir dari psikoseksual. Pada fase ini seseorang akan mengalami perubahan yang besar dalam diri maupun dunianya, dan masa ini pula seseorang akan mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis.

Teori psikososial adalah teori yang menjelaskan bahwa perkembangan manusia dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang menjadikan manusia matang secara fisik dan psikologis. Menurut Erikson setiap tahap memiliki kemungkinan pemecahan positif maupun negatif. Kegagalan pada tahap tertentu akan mempengaruhi tahap-tahap berikutnya. Erikson membagi rentang kehidupan dalam delapan tahap dengan nama, dan komponen-komponen dasar sebagai berikut :
1. masa bayi, tahap percaya lawan tidak percaya:
2. masa kanak-kanak, tahap otonomi lawan rasa malu dan ragu-ragu;
3. usia prasekolah, tahap inisiatif lawan rasa bersalah;
4. usia sekolah, tahap industri lawan rasa rendah diri;
5. masa remaja, tahap identitas lawan keraguan akan identitas;
6. masa awal dewasa, tahap keakraban lawan perasaan terasing;
7. masa dewasa, tahap produktif lawan keadaan pasif; dan
8. masa tua, tahap integritas lawan putus asa.

3. PERSPEKTIF PEMBELAJARAN
TEORI SKINNER
Burrhus Frederic Skinner percaya bahwa suatu perubahan tingkah laku seseorang akan ada konsekuensinya. Selain itu, Skinner juga yakin bahwa setiap orang pasti akan belajar demi meningkatkan atau menguatkan tingkah lakuknya agar tidak mendapatkan ganjaran yang buruk. Pada teori pengkondisian operan (operant conditioning), tingkah laku seseorang bisa dilakukan berulang kali atau bahkan bisa saja menghilang semua itu tergantung dari keinginan dari orang tersebut. Burrhus Frederic Skinner mengembangkan teori pengkondisian operan (operant conditioning) melalui penelitian dengan menggunakan seekor tikus. Tikus yang dijadikan bahan penelitian dan percobaan itu diletakkan di dalam sebuah peti yang dinamakan skinner box atau kotak skinner. Kotak skinner ini terdiri dari dua macam komponen utama, yaitu manipulandum dan alat pemberi reinforcement.
TEORI WATSON
Teori belajar behavioristik John Watson adalah salah satu aliran dalam pemahaman tingkah laku manusia yang dikembangkan oleh John B. Watson. Berikut adalah perspektif teori pembelajaran Watson:
1. Psikologi mempelajari stimulus dan respon (SR Psikologi)
2. Psikologi harus menjadi ilmu yang obyektif, karena itu ia tidak mengakui adanya kesadaran yang hanya diteliti melalui metode introspeksi
3. Psikologi harus dipelajari seperti orang mempelajari ilmu pasti atau ilmu alam
4. Perilaku dapat dikontrol dan ada hukum yang mengaturnya. Jadi psikologi adalah ilmu yang bertujuan meramalkan perilaku
5. Perubahan mental terjadi ketika seseorang belajar, namun faktor-faktor ini tidak dapat diamati dan karena itu tidak perlu
6. Belajar adalah proses interaksi antara rangsangan dan tanggapan, tetapi rangsangan dan tanggapan yang dimaksud harus dapat diukur dan diukur
7. Kebiasaan yang merupakan dasar perilaku adalah hasil belajar yang ditentukan oleh dua hukum utama, terkini dan frekuensi
8. Watson mendukung conditioning respon Pavlov dan menolak law of effect dari Thorndike
9. Pandangan Watson tentang ingatan yang dibawa pada pertentangan dengan William James. Menurut Watson, apa yang diingat dan dilupakan ditentukan oleh seringnya sesuatu digunakan/dilakukan.
TEORI BANDURA
Teori pembelajaran sosial yang dikembangkan oleh Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh interaksi timbal balik antara kognitif, perilaku, dan pengaruh lingkungan. Teori ini juga menjelaskan bahwa perilaku baru dapat terbentuk melalui proses peniruan atau pemodelan. Beberapa dampak dari teori pembelajaran sosial Bandura dalam pembelajaran antara lain:
1. Pembelajaran Modeling: Manusia belajar melakukan antisipasi terhadap penguatan yang akan muncul dalam situasi tertentu, dan perilaku antisipasi awal ini menjadi langkah awal dalam banyak tahapan perkembangan
2. Pembelajaran Observasional: Pembelajaran yang dilakukan ketika seseorang mengamati dan meniru perilaku orang lain
3. Pengaruh lingkungan: Kondisi lingkungan individu sangat berpengaruh pada pola belajar sosial sekitar jenis ini.

4. PERSPEKTIF KOGNITIF
TEORI PAIGET
Teori kognitif Piaget adalah teori konstruktivis kognitif yang menjelaskan bahwa anak-anak akan terus berinteraksi dengan lingkungan yang ada di sekitarnya. Hasil dari interaksi tersebut akan menghasilkan sebuah hal yang bernama skema atau skemata. Tahapan teori Piaget dalam perkembangan kognitif anak adalah sebagai berikut:
1. Tahap Sensorimotor (Usia 0 Hingga 2 Tahun): Pada tahap ini, anak-anak belajar melalui pengalaman sensorik dan motorik. Mereka mulai memahami objek dan lingkungan sekitar melalui indera mereka. Anak-anak pada tahap ini juga mulai mengembangkan kemampuan untuk memahami bahwa objek tetap ada meskipun tidak terlihat.
2. Tahap Praoperasional (Usia 2 Hingga 7 Tahun): Pada tahap ini, anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir secara simbolik dan menggunakan bahasa. Mereka juga mulai memahami konsep waktu dan ruang. Namun, anak-anak pada tahap ini masih sulit memahami perspektif orang lain dan cenderung berpikir egosentris.
3. Tahap Operasional Konkret (Usia 7 Hingga 12 Tahun): Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir secara logistik dan sistematis. Mereka juga mulai memahami konsep kausalitas dan dapat memahami perspektif orang lain. Namun anak-anak pada tahap ini masih sulit memahami konsep abstrak.
4. Tahap Operasional Formal (Usia 12 Tahun Ke Atas): Pada tahap ini, anak-anak mulai mengembangkan kemampuan berpikir secara abstrak dan dapat memahami konsep-konsep yang kompleks. Mereka juga mulai mengembangkan kemampuan berpikir tentang kemungkinan dan hipotesis.
TEORI VYGOTSKY
Teori kognitif anak menurut Vygotsky menekankan peran kunci dari interaksi sosial, budaya, dan bantuan orang dewasa dalam membentuk kemampuan kognitif anak. Berikut adalah beberapa asumsi yang diutarakan oleh Vygotsky sebagai inti pandangan darinya:
1. Keahlian kognitif dapat dipahami bila dijelaskan dan dikonversi secara berkaitan dengan asal usulnya dan perubahan dari bentuk awal ke bentuk selanjutnya
2. Perkembangan kognitif seseorang sejalan dengan teori sosiogenesis
3. Zona perkembangan aktual dan potensi anak merupakan konsep penting dalam teori Vygotsky
4. Kemampuan kognitif berasal dari interaksi sosial masing-masing individu dalam konsep budaya
5. Keterampilan-keterampilan dalam keberfungsian mental berkembang melalui interaksi sosial langsung dengan manusia
6. Perkembangan kognitif dan bahasa anak-anak tidak berkembang dalam situasi sosial yang hampa.

5. PERSPEKTIF KONTEKSTUAL TEORI EKOLOGI BRONFRENBRENNER
Teori perkembangan ekologi anak oleh Uri Bronfenbrenner memandang bahwa perkembangan manusia dipengaruhi oleh konteks lingkungan. Teori ini mencoba menguraikan pengembangan pendidikan karakter anak dengan pendekatan ekologi. Teori perkembangan ekologi membagi lingkungan menjadi empat kondisi, yaitu:
1. Mikrosistem : Menunjukkan situasi dimana individu hidup dan saling berhubungan dengan orang lain. Konteks ini meliputi keluarga, teman, sebaya, sekolah, dan lingkungan sosial lainnya. Dalam mikrosistem inilah terjadi interaksi yang paling langsung dengan agen-agen sosial
2. Mesosistem : Menunjukkan hubungan antara dua atau lebih mikrosistem atau hubungan beberapa konteks. Misalnya hubungan antara rumah dan sekolah. Jadi disini terciptalah hubungan antara kondisi lingkungan rumah dan sekolah. Keduanya tentu memiliki peran yang sama. Ketika keduanya memiliki kondisi yang baik maka akan...
3. Eksosistem : Eksosistem dalam teori ekologi Bronfenbrenner dilibatkan ketika pengalaman-pengalaman dalam setting sosial lain, di mana individu tidak memiliki peran yang aktif, mempengaruhi apa yang individu alami dalam konteks yang dekat. Misalnya, pengalaman kerja dapat mempengaruhi hubungan seorang perempuan dengan suami dan anaknya
4. Makrosistem : Menunjukkan kondisi lingkungan yang lebih luas dan abstrak, seperti budaya, norma, dan nilai-nilai sosial.


6. PERSPEKTIF EVOLUSIONARI/ SOSIO-BIOLOGIK TEORI ATTACHMENT DARI BOWLBY DAN AINSWORTH
Mary Ainsworth adalah seorang psikolog perkembangan yang bekerja dengan John Bowlby di Klinik Tavistock di Inggris di mana dia memulai penelitiannya tentang keterikatan ibu-bayi. Dia dikenal karena pengembangan penilaian “Situasi Aneh” yang digunakan untuk mengamati keterikatan anak. Ainsworth mengidentifikasi ada tiga gaya keterikatan utama: aman, tidak aman-menghindar, dan tidak aman-ambivalen. Teori keterikatan pada awalnya dikembangkan oleh John Bowlby, seorang psikoanalis asal Inggris yang mencoba memahami tekanan hebat yang dialami oleh bayi yang terpisah dari orang tuanya. Bowlby mengamati bahwa bayi yang terpisah akan melakukan upaya luar biasa untuk mencegah perpisahan dari orang tuanya atau untuk membangun kembali kedekatan dengan orang tuanya yang hilang. Menurut Bowlby, sistem keterikatan pada dasarnya "mengajukan" pertanyaan mendasar berikut: Apakah sosok keterikatan itu dekat, mudah diakses, dan penuh perhatian?
Teori keterikatan Bowlby dan Ainsworth mencoba menguraikan pola hubungan antara orang tua dan anak yang dimulai sejak lahir. Attachment merupakan suatu perilaku spesifik pada diri manusia, yaitu kecenderungan dan keinginan seseorang untuk mencari kedekatan dengan orang lain serta mencari kepuasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Bowlby mengidentifikasi empat fase keterikatan: (1) fase pra-keterikatan (lahir hingga 3 bulan), (2) fase keterikatan dalam pembuatan (4 hingga 7 bulan), (3) fase keterikatan yang jelas (7 bulan). hingga 2 tahun), dan (4) fase pembentukan hubungan timbal balik (2 tahun ke atas). Singkatnya, kontribusi Mary Ainsworth terhadap teori keterikatan adalah konsep basis yang aman. John Bowlby dan Mary Ainsworth mengidentifikasi bahwa ada tiga gaya keterikatan utama: aman, penghindaran tidak aman, dan ambivalen tidak aman. Bowlby mengidentifikasi empat fase keterikatan: pra-keterikatan, keterikatan dalam pembuatan, keterikatan yang jelas, dan pembentukan hubungan timbal balik.


7. PERSPEKTIF MORAL TEORI KOHLBERG
Teori perkembangan moral Kohlberg adalah teori yang dikemukakan oleh psikolog Lawrence Kohlberg. Teori ini menyatakan bahwa perbuatan moral bukanlah hasil dari sosialisasi atau pelajaran yang diperoleh dari kebiasaan dan hal-hal lain yang berhubungan dengan norma kebudayaan, melainkan penalaran moral yang merupakan dasar dari perilaku yang etis. Terdapat tiga tingkatan atau tahapan perkembangan moral dalam teori Kohlberg, yaitu prakonvensional, konvensional, dan postkonvensional. Tahapan perkembangan moral merupakan ukuran dari tinggi hingga rendahnya teori moral individu berdasarkan perkembangan penalaran moralnya. Berikut adalah penjelasan singkat mengenai level ketiga tersebut:
Level 1 (Prekonvensional) : Pada level ini, individu menilai moralitas dari tingkah laku yang ada dan dibuat berdasarkan konsekuensinya secara langsung. Terdapat dua tahap awal pada level prakonvensional, yaitu tahap awal dan murni melihat diri dalam bentuk egosentris. Tahap pertama individu yang memfokuskan diri pada konsekuensinya langsung dari tingkah laku yang dibuat yang mereka rasakan sendiri. Contohnya seperti suatu tingkah laku yang dijadikan contoh atau dianggap keliru jika dinilai secara moral jika orang yang memperagakannya di tingkat hukum. Sedangkan pada tahap kedua, individu dengan nyata melihat dirinya dalam bentuk egosentris
Level 2 (Konvensional) : Pada level ini, individu menilai moralitas dari sudut pandang norma sosial dan peran yang dimainkan dalam masyarakat. Terdapat dua tahap pada tingkat konvensional, yaitu tahap orientasi pada otoritas dan tahap orientasi pada hukum dan penegakan sosial
Level 3 (Postkonvensional) : Pada level ini, individu menilai moralitas dari sudut pandang prinsip moral yang universal dan abstrak. Terdapat dua tahap pada level postkonvensional, yaitu tahap orientasi pada kontrak sosial dan tahap orientasi pada prinsip moral universal.