Assalamualaikum wr.wb
Nama : Shefy Dhanesya
NPM : 2113054039
A. Faktor-Faktor penyebab kelainan dan dampak terjadinya kelainan.
1. Perspektif Biologis
Perspektif biologis menjelaskan sebab munculnya hambatan perkembangan karena faktor genetik dan neurobiologis. Gen yang berisi informasi genetik dengan benang-benang DNA-nya akan memproduksi protein yang mempengaruhi salah satunya fungsi kerja otak. Fungsi kerja otak sangat
bergantung pada berbagai senyawa protein yang disebut dengan biochemical & neurohormones, yang berinteraksi dalam mempengaruhi pengalaman psikologis seseorang. Pengalaman psikologis ini akan membawa individu dalam merespon
lingkungannya dengan cara-cara yang unik. Pengaruh gen dalam menjelaskan sebab munculnya hambatan perkembangan juga dapat dipelajari dari susunan kromosom dalam benang DNA. Kromosom yang mengalami kegagalan membelah atau bertautan dapat menyebabkan munculnya gangguan atau hambatan perkembangan misalnya : down sindrom.
2. Perspektif Psikologis
Perspektif psikologis memandang bahwa reaksi dan regulasi emosi merupakan aspek utama dari perkembangan yang mempengaruhi kualitas interaksi sosial seseorang. Jika seseorang tidak memiliki kemampuan dalam mengelola dan meregulasi emosi maka ia akan kesulitan dalam berinteraksi
sosial secara berkualitas. Hal ini menjadi penyebab munculnya perilaku maladpatif (abnormal). Selain itu, perspektif psikologis menyediakan
pendekatan belajar (Skinner, Pavlov, dan Bandura) untuk memahami sebab munculnya hambatan perkembangan (abnormalitas) yaitu bahwa abnormalitas atau hambatan perkembangan dapat muncul karena dipelajari. Perspektif psikologis dengan pendekatan teori belajar Skinner misalnya memandang bahwa abnormalitas atau hambatan perkembangan dapat muncul karena adanya penguatan terhadap perilaku anak (reward dan atau punishment). Contohnya jika anak menginginkan sesuatu dengan cara marah (berteriak) dan lingkungan mendukung/ memberikan apa yang dia inginkan maka ia akan belajar bahwa untuk mendapatkan apa yang diinginkan ia harus marah (dari intensitas kecil sampai besar).
3. Perspektif keluarga, sosial, dan budaya
Perkembangan normal atau abnormal (hambatan perkembangan) pada
anak tergantung pada kondisi sosial dan lingkungannya termasuk keluarga, teman-teman, dan konteks sosial budaya yang lebih luas.
B.Jelaskan apa saja yang menyebabkan adanya kelainan
•PENYEBAB KELAINAN
1. Pre-Natal
Terjadinya kelainan anak semasa dalam kandungan atau sebelum proses kelahiran. Berikut adalah hal-hal sebelum kelahiran bayi yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada bayi (Desiningrum, 2016):
a. Infeksi Kehamilan.
Infeksi kehamilan ini bisa terjadi akibat virus Liptospirosis yang berasal dari air kencing tikus, lalu virus maternal rubella/morbili/campak Jerman dan virus retrolanta Fibroplasia- RLF.
b. Gangguan Genetika.
Gangguan genetika ini dapat terjadi akibat kelainan kromosom, transformasi yang mengakibatkan keracunan darah (Toxaenia) atau faktor keturunan.
c. Usia Ibu Hamil (high risk group).
Usia ibu hamil yang beresiko menyebabkan kelainan pada bayi adalah usia yang terlalu muda, yaitu 12-15 tahun dan terlalu tua, yaitu di atas 40 tahun.
d. Keracunan Saat Hamil.
Keracunan dapat terjadi saat hamil, yaitu bisa diakibatkan janin yang kekurangan vitamin atau bahkan kelebihan zat besi, penggunaan obat-obatan, dan percobaan abortus yang gagal.
e. Penyakit menahun seperti TBC (tuberculosis).
Pada ibu hamil yang mengidap TBC, maka dapat mengganggu metabolisme tubuh ibu dan janin sehingga bayi bisa tumbuh tidak sempurna.
f. Infeksi karena penyakit kotor.
Penyakit kotor yang dimaksud adalah penyakit kelamin/sipilis yang bisa terjangkit pada ibu.
g. Toxoplasmosis (yang berasal dari virus binatang seperti bulu kucing), trachoma dan tumor.
Ibu yang sudah diketahui tubuhnya mengandung virus toxoplasma, maka sebelum kehamilan dapat diimunisasi agar virus tersebut tidak membahayakan janin kelak.
h. Faktor rhesus (Rh) anoxia prenatal, kekurangan oksigen pada calon bayi.
Jenis rhesus darah ibu cukup menentukan kondisi bayi, terutama jika berbeda dengan bapak. Kelainan lainnya adalah ibu yang terjangkit virus yang bisa menyebabkan janin kekurangan oksigen sehingga pertumbuhan otak janin terganggu.
i. Pengalaman traumatic yang menimpa pada ibu.
Pengalaman traumatic ini bisa berupa shock akibat ketegangan saat melahirkan pada kehamilan sebelumnya, syndrome baby blue, yaitu depresi yang pernah dialami ibu akibat kelahiran bayi.
j. Penggunaan sinar X.
Radiasi sinar X dari USG yang berlebihan, atau rontgent, atau terkena sinar alat-alat pabrik, dapat menyebabkan kecacatan pada bayi karena merusak sel kromosom janin.
2. Peri-Natal
Sering juga disebut natal, waktu terjadinya kelainan pada saat proses kelahiran dan menjelang serta sesaat setelah proses kelahiran. Berikut adalah hal- hal yang dapat mengakibatkan kecacatan bayi saat kelahiran (Desiningrum, 2016):
a. Proses kelahiran lama, prematur, kekurangan oksigen (Aranatal noxia).
b. Kelahiran dengan alat bantu, dapat menyebabkan kecacatan otak bayi (brain injury), misalnya menggunakan vacum, tang verlossing.
c.Pendarahan pada ibu bisa terjadi akibat placenta previa, yaitu jalan keluar bayi yang tertutup oleh plasenta.
d. Kelahiran sungsang. Bayi dikatakan sungsang apabila kaki atau bokong bahkan tangan yang keluar dulu.
e. Tulang ibu yang tidak proporsional (Disproporsi sefalopelvik). Ibu yang memiliki kelainan bentuk tulang pinggul atau tulang pelvik, dapat menekan kepala bayi saat proses kelahiran.
3. Pasca-natal
Terjadinya kelainan setelah anak dilahirkan sampai dengan sebelum usia perkembangan selesai (kurang lebih usia 18 tahun). Berikut adalah hal-hal yang dapat menyebabkan kecacatan pada anak di masa bayi (Desiningrum, 2016):
a. Penyakit infeksi bakteri (TBC), virus (meningitis, enchepalitis), diabetes melitus, penyakit panas tinggi dan kejang-kejang (stuip), radang telinga (otitis media), malaria tropicana.
b. Kekurangan zat makanan (gizi, nutrisi).
c. Kecelakaan.
d. Keracunan
•DAMPAK KELAINAN
Gangguan ataupun hambatan yang dimiliki oleh anak berkebutuhan khusus sedikit banyak berpengaruh terhadap permasalahan akademik anak disekolah. Menurut Suharsiwi (2017) ada beberapa dampak pada anak berkebutuhan khusus, sebagai berikut.
A. Dampak Gangguan Penglihatan
Gangguan penglihatan memberikan dampak pads perilaku, seperti: sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan, Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, membaca terlalu dekat, membaca banyak terlewati, cepat lelah ketika membaca/menulis, sering menggerakkan kepala ketika membaca, mengernyitkan mata ketika melihat pagan tulis, sering mengusap mata, mendongakkan kepala saat melihat benda jarak jauh, cenderung melihat dengan memiringkan kepala, berjalan sering menabrak benda di depannya, salah menyalin dalam jarak dekat, dsb (Suharsiwi, 2017).
B. Dampak Gangguan Pendengaran
Gangguan pendengaran pada seseorang akan menimbulkan dampak sebagai berikut (Suharsiwi, 2017) :
1. Secara nyata tidak mampu mendengar
2. Terlambat perkembangan bahasa
3. Sering menggunakan isyarat dalam berkomunikasi
4. Kurang/tidak tanggap bila diajak bicara secara lisan
5. Ucapan kata tidak jelas, kualitas suara aneh/ monoton
6. Sering memiringkan kepala dalam usaha mendengar
7. Banyak perhatian terhadap getaran
8. Keluar cairan “nanah” dari kedua telinga
C. Dampak Keterbatasan Intelektual
a. Ciri-ciri Fisik dan Penampilan anak gangguan intelektual
•Penampilan fisik tidak seimbang, misalnya kepala terlalu kecil /besar
•Tidak dapat mengurus diri sendiri sesuai usia Perkembangan bicara/bahasa terlambat
•Tidak ada/kurang sekali perhatiannya terhadap lingkungan (pandangan kosong)
•Koordinasi gerak kurang (gerakan sering tidak terkendali)
•Sering keluar ludah (cairan) dari mulut.
b. Dampak keterbatasan intelektual dalam belajar: keterampilan membaca, keterampilan motorik, dan keterampilan lainnya.
D. Dampak Gangguan Fungsi Otot & Alat Gerak
Dampak gangguan fungsi otot & alat gerak dapat dilukiskan oleh Asjhari (1996:33) sebagai berikut :
1. Anggota gerak tubuh kaku/lemah/lumpuh.
2. Kesulitan dalam gerakan (tidak sempurna, tidak lentur/ tidak terkendali).
3. Tardapat bagian anggota gerak yang tidak lengkap/ tidak sempuma/lebih kecil dari biasa.
4. Terdapat cacat pada alat gerak.
5. Jari tangan kaku dan tidak dapat menggenggam.
6. Kesulitan pada saat berdiri.
7. Hiperaktif/tidak dapat tenang.
E. Dampak Gangguan Emosi & Perilaku
Dampak gangguan emosi dan perilaku pada seseorang anak digambarkan sebagai berikut.
1. Anak yang mengalami gangguan perilaku, sering berkelahi, memukul, menyerang, bersifat pemarah, tidak penurut/ melawan peraturan, suka merusak baik milik diri sendiri, maupun orang lain, kasar, tidak sopan, tidak mau kerja sama, penentang, kurang perhatian pada orang lain, suka mengganggu, dan lain sebagainya.
2. Anak yang mengalami kecemasan dan menyendiri, sering merasa tegang, rasa takut bersalah, cemas, pemalu, menyendiri, mengasingkan diri, tidak punya teman, perasaan tertekan, sedih, sensitif, mudah merasa disakiti hatinya, merasa rendah diri, merasa tidak berharga, mudah frustasi, kurang keyakinan, pendiam.
3. Anak yang agresif sosial sering memiliki perkumpulan yang tidak baik, berani mencuri, loyal terhadap teman \yang suka melanggar hukum, suka begadang sampai larut malam, melarikan diri dari sekolah, melarikan dari rumah.
4. Individu yang tidak pernah dewasa, seperti; perhatiannya terbatas, kurang konsentrasi, melamun, kaku, canggung, pasif, kurang inisiatif, mudah digerakkan, lamban, ceroboh, mudah bosan, kurang tabah, tidak rapi.
F. Dampak Keberbakatan
Anak berbakat atau anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa adalah anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas diatas anak-anak seusianya (anak normal), sehingga untuk mewujudkan potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
G. Anak Berkesulitan Belajar Spesifik
Anak yang berkesulitan belajar spesifik (spesifik learning disability) adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalan tugas-tugas akademik khusus (terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika, diduga disebabkan karena faktor disfungsi neorologis, bukan disebabkan karena factor inteligensi (intelegensinya normal bahkan ada yang diatas normal), sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
H. Dampak Gangguan Autisme
Dampak dari segi interaksi sosial anak autisme dapat dikenal dengan mengamati interaksi sosialnya yang ganjil dibandingkan anak pada umurnya seperti :
1) Menolak bila ada yang hendak memeluk.
2) Tidak mengangkat kedua lengannya bila diajak untuk digendong.
3) Ada gerakan pandangan mata yang abnormal.
4) Gagal menunjukkan suatu objek kepada orang lain.
5) Sebagian anak autisme acuh dan tidak bereaksi terhadap pendekatan orangtuanya, sebagian lainnya malahan merasa terlalu cemas bila berpisah dan melekat pada orangtuanya.
6) Gagal dalam mengembangkan permainan bersama teman-teman sebayanya, mereka lebih suka menyendiri.
7) Keinginan untuk menyendiri sering tampak pada masa kanak-kanak dan akan makin berkurang sejalan dengan bertambah usianya.
8) Tidak mampu memahami aturan-aturan yang berlaku dalam interaksi sosial.
9) Tidak mampu untuk memahami ekspresi wajah orang, atau pun untuk mengekspresikan perasaanya baik dalam bentuk vokal ataupun dalam ekspresi wajah.
I. Dampak Gangguan Pemusatan Perhatian
Sutardi (dalam Suharsiwi, 2017) mengemukakan Gangguan Pemusatan Perhatian memberikan dampak sebagai berikut:
a. Kurang perhatian
1) Sering gagal menyelesaikan pekerjaan yang sudah dimulai
2) Sering tampak seperti tidak mendengarkan atau tidak memperhatikan
3) Mudah bingung atau mudah terkecoh
b. Impulsif
1) Kesulitan untuk mengikuti suatu aktivitas permainan
2) Sering bertindak sebelum berpikir
3) Mengubah-ubah aktivitas dari yang satu ke yang lain
c. Hiperaktivitas
1) Berlari-lari dan memanjat-manjat secara berlebihan
2) Gelisah secara berlebihan
3) Sering mengembara tanpa tujuan