Lampirkan analisis anda mengenai jurnal diatas, dengan menyertakan identitas diri seperti nama dan NPM.
Forum Analisis Jurnal-2
Re: Forum Analisis Jurnal-2
3F
2213053191
Moral merupakan nilai-nilai atau norma-norma kebaikan yang menjadi pegangan dalam kehidupan seseorang untuk bertingkah laku, dan budaya merupakan Cipta Rasa Karsa dan karya manusia lebih sederhananya lagi budaya merupakan hasil dari pola pikir manusia baik yang terwujud secara materi maupun tertuang dalam sifat.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Seorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh Islam dan kemudian mau membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan agama dengan melalui bimbingan diawasi didorong dan dikembangkan perilaku Islami dalam hidup positif.
Kelas: 3F
NPM: 2213053160
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Pembentukan nilai-nilai moral sosial budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan nyata saat ini ketiganya nampaknya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga sering muncul penyimpangan nilai moral dan etika di lingkungan pendidikan yang berbeda. Standar yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Lingkungan pendidikan
Perlu adanya penguatan kerjasama, koordinasi yang sistematis dan kerja sama dalam kerangka nilai-nilai. Masyarakat yang menganut nilai-nilai suci agama, adalah anak bangsa yang bercita-cita untuk menemukan kembali jati diri bangsa yang kokoh, menjadi bangsa yang berakal budi, berhati lembut dan tangan-tangan terampil. Sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan nilai-nilai, etika dan budaya keindonesiaan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Pembentukan nilai-nilai moral sosial budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan nyata saat ini ketiganya nampaknya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga sering muncul penyimpangan nilai moral dan etika di lingkungan pendidikan yang berbeda. Standar yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Ada dua macam pendekatan
dalam pembentukan prilaku manusia. Kedua pendekatan ini menekankan faktor-faktor psikologis dan faktor-faktor sosial. Atau dengan istilah lain
faktor-faktor yang timbul dari dalam individu (faktor personal), dan faktorfaktor berpengaruh yang datang dari luar individu (faktor environmental). Lingkungan pendidikan perlu adanya penguatan kerjasama, koordinasi yang sistematis dan kerja sama dalam kerangka nilai-nilai.saudara yang menganut nilai-nilai suci agama, adalah anak bangsa yang bercita-cita untuk menemukan kembali jati diri bangsa yang kokoh, menjadi bangsa yang berakal budi, berhati lembut dan tangan-tangan terampil. Sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan nilai-nilai, etika dan budaya keindonesiaan, serta diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa.
Re: Forum Analisis Jurnal-2
NPM : 2213053092
Kelas : 3F
Pada lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas untuk membangun jati diri generasi muda dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12). Antara penguasaan nilai moral dan keterampilan seseorang dalam membentuk jati diri perlu dijaga keseimbangannya di dalam masyarakat agar tetap menjadi manusia yang bermoral.
Di dalam pertemanan terdapat nilai-nilai moral yang terbangun melalui saling tolong-menolong, saling menasehati dan saling membutuhkan (egalitarianisme). Begitu juga dengan prinsip keadilan dapat membangun nilai moral yang tinggi. Dengan landasan pendidikan agama akan terbangun juga kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila pertama menjadi dasar dari sila-sila yang lain.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia dikalangan remaja dan anak-anak merupakan tanggung jawab oraang tua, masyarakat, dan pemerintah secara sinergis. Dalam realitas kehidupan saat ini, ketiga lingkungan itu belum melakukan sinergitas secara optimal, sehingga seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Kelas : 3f
Npm : 2213053001
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai hubungan antar manusia seyogyanya seperti tersebut pada soal ini, dan untuk menjawabnya, terkait dengan kedudukan manusia sebagai makhluk Sosial, dan sekaligus sebagai makhluk individual seperti yang dinyatakan Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga
dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Di dalam keluarga mulai ditanamkan nilai-nilai keimanan, nilai-nilai, dan etika pergaulan. Sebelum Sekolah Dasar bagi yang tergolong keluarga mampu dan modern anaknya dititipkan ke preschool (play group dan TK). Setelah memasuki usia sekolah yaitu 7,0-18,0, tanggung jawab keluarga tetap ada, namun untuk pengembangan potensi akademik, non akademik mendapat bantuan dari Sekolah. Demikian hal ini berlanjut sampai ke Perguruan Tinggi bagi mereka yang mampu. Dari sinilah sebenarnya hubungan sosial yang saling menghargai, saling percaya, untuk membangun masyarakat bagsa yang sejahtera harus sudah dimulai dengan baik.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan
pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Ke depan ke tiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
NPM : 2213053253
Kelas : 3F
Analisis Jurnal “ MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA”
Pembinaan generasi muda melalui dunia pendidikan saat ini tentunya berbeda dengan zaman dahulu. Sebagai upaya membentuk jati diri remaja tentunya tidak lepas dari yang namanya filsafat hidup seseorang dimana dia menjalani kehidupan. Menciptakan suasana yang kondusif di lingkungan pendidikan diharapkan mampu melahirkan interaksi atau timbal yang baik dari dua pihak. Komunikasi yang didasarkan keadilan dapat menguntungkan antar sesama. Dengan prinsip keadilan dapat diperoleh atau dibangun nilai moral yang tinggi.
Peranan strategis pendidikan agama dalam pembentukan perilaku peserta didik, melalui landasan pendidikan agama, baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maka dapat mencetak peserta didik yang memiliki nilai moral yang baik yang termaktub dalam Pancasila. Acuan utama dalam terwujudnya bangsa Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yakni ideologi yang mengakui adanya perbedaan dalam kesederajatan. Faktor personal yang mempengaruhi tindakan manusia ada dua yaitu (1) faktor biologis; (2) faktor sosiopsikologis ( afektif, kognitif, koaktif).
Pembentukan nilai moral sosial budaya di kalangan anak anak dan remaja, yaitu bersumber pada lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Jika ketiganya mampu bekerjasama dengan baik maka nilai moral anak akan baik pula.
NPM : 2213053171
Kelas : 3F
Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia dikalangan Remaja
Dalam kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Menjadi sesuatu yang langka Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pengungsi dari suasana mental remaja yang bersifat terminal Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasamya telah dikenal kemerdekaan scusia Negara Republik Indonesia. Dalam realita kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci.
Kelas : 3F
NPM: 2213053003
Membangun nilai moral, sosial, dan budaya di kalangan remaja di Indonesia dapat dilakukan melalui beberapa cara, termasuk:
Pendidikan: Sekolah dan lembaga pendidikan dapat memainkan peran penting dalam membentuk nilai-nilai moral dan sosial remaja. Mereka dapat mengintegrasikan pelajaran tentang etika, nilai-nilai sosial, dan budaya Indonesia dalam kurikulum.
Keluarga: Keluarga memiliki peran kunci dalam membentuk nilai-nilai remaja. Orang tua dapat memberikan contoh positif dan berkomunikasi secara terbuka tentang nilai-nilai penting dalam budaya dan masyarakat Indonesia.
Kegiatan Sosial dan Kepemudaan: Organisasi-organisasi pemuda dan kegiatan sosial dapat membantu remaja untuk terlibat dalam aktivitas yang mempromosikan nilai-nilai positif, solidaritas sosial, dan kepedulian terhadap budaya Indonesia.
Media dan Teknologi: Remaja juga terpengaruh oleh media dan teknologi. Penting untuk memonitor konten media yang mereka konsumsi dan memastikan bahwa konten tersebut mendukung nilai-nilai positif.
Pembinaan Karakter: Program pembinaan karakter di sekolah atau organisasi pemuda dapat membantu remaja mengembangkan sikap, nilai, dan keterampilan yang positif.
Diskusi dan Refleksi: Mendorong remaja untuk berdiskusi, merenungkan, dan berpartisipasi dalam kegiatan yang mempertimbangkan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya Indonesia dapat membantu mereka lebih memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai tersebut.
Kesimpulannya, membangun nilai moral, sosial, dan budaya di kalangan remaja di Indonesia adalah upaya kolaboratif yang melibatkan keluarga, pendidikan, masyarakat, dan individu itu sendiri. Dengan pendekatan yang holistik, remaja dapat tumbuh menjadi anggota masyarakat yang bertanggung jawab dan berkomitmen terhadap budaya dan nilai-nilai Indonesia.
Re: Forum Analisis Jurnal-2
NPM : 2213053055
Analisis jurnal
Membina nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan remaja
Dari jurnal tersebut dijelaskan bahwa nilai nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai untuk menciptakan kehidupan yang sejahtera. Pembinaan akan lebih mudah apabila diwujudkan antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia dilandasi dengan nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, di mana sila Pertama adalah Ketuhanan yang Maha esa dan kemanusiaan yang adil dan beradab dapat dipraktekkan dalam interaksi sosial sehari-hari baik terjadi di lingkungan keluarga maupun lingkungan sekolah dan pendidikan masyarakat ketiga lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.
Pembinaan generasi muda melalui pendidikan berbeda dari jaman dalam membina kepribadian upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang masyarakat atau bangsa di mana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis. Dalam hal pendidik dalam arti luas kaitannya dengan pembentukan jati diri yang terlihat pada penampilan kepribadian seseorang. Di lembaga pendidikan formal dan nonformal pendidikan tugas membentuk nilai formal untuk membangun jati diri generasi muda adalah upaya dan tokoh masyarakat dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berkaitan dengan muatan pengetahuan dan nilai nilai moral Pancasila sementara itu dalam kegiatan mengajar tekanannya lebih pada aspek kognitif. Selain itu dengan landasan pendidikan agama yang dapat dilakukan di keluarga sekolah dan masyarakat dengan sebaik baik nya akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai nilai moral dalam Pancasila di mana yang pertama adalah sila Ketuhanan yang Maha esa yang menjadi dasar dari sila sila lain.
Pembentukan nilai moral sosial budaya di Indonesia di kalangan anak anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan tri pusat pendidikan pada dasarnya sudah dikenal sejak usia kemerdekaan negara republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiga lingkungan pendidikan belum melakukan sinergitas yang optimal sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Npm : 2213053230
Kelas : 3F
Analisis Jurnal 2
Pembentukan nilai-nilai moral sosial budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan nyata saat ini ketiganya nampaknya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga sering muncul penyimpangan nilai moral dan etika di lingkungan pendidikan yang berbeda.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Seorang dapat dikatakan bermoral apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh kelompok sosialnya. Sehingga tugas penting yang harus dikuasai remaja adalah mempelajari apa yang diharapkan oleh Islam dan kemudian mau membentuk perilaku agar sesuai dengan harapan agama dengan melalui bimbingan diawasi didorong dan dikembangkan perilaku Islami dalam hidup positif.
NPM : 2213053024
Kelas : 3F
Analisis Jurnal MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA DI KALANGAN REMAJA
Jurnal tersebut membahas mengenai Pembentukan nilai-nilai moral sosial budaya Indonesia pada anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama antara orang tua, masyarakat dan pemerintah. Dalam kehidupan nyata saat ini ketiganya nampaknya belum mencapai sinergi yang optimal, sehingga sering muncul penyimpangan nilai moral dan etika di lingkungan pendidikan yang berbeda. Standar yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Lingkungan pendidikan
Perlu adanya penguatan kerjasama, koordinasi yang sistematis dan kerja sama dalam kerangka nilai-nilai. Masyarakat yang menganut nilai-nilai suci agama, adalah anak bangsa yang bercita-cita untuk menemukan kembali jati diri bangsa yang kokoh, menjadi bangsa yang berakal budi, berhati lembut dan tangan-tangan terampil. Sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju dengan nilai-nilai, etika dan budaya keindonesiaan diberkati oleh Tuhan Yang Maha Esa. Pada lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas untuk membangun jati diri generasi muda dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12). Antara penguasaan nilai moral dan keterampilan seseorang dalam membentuk jati diri perlu dijaga keseimbangannya di dalam masyarakat agar tetap menjadi manusia yang bermoral. Peranan strategis pendidikan agama dalam pembentukan perilaku peserta didik, melalui landasan pendidikan agama, baik yang dilakukan di lingkungan keluarga, sekolah, masyarakat maka dapat mencetak peserta didik yang memiliki nilai moral yang baik yang termaktub dalam Pancasila.
Acuan utama dalam terwujudnya bangsa Indonesia yang multikultural dan pluralistis adalah multikulturalisme, yakni ideologi yang mengakui adanya perbedaan dalam kesederajatan. Faktor personal yang mempengaruhi tindakan manusia ada dua yaitu faktor biologis; faktor sosiopsikologis ( afektif, kognitif, koaktif).
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak- anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasamya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia Ke depan ke tiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai- nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
NPM : 2213053042
Jurnal ini sebenarnya membicarakan gimana caranya ngasih panduan dan bimbingan ke anak muda supaya jadi orang yang terarah dan berkarakter. Ada dua pokok bahasan utamanya. Pertama, tentang cara kita lihat hidup dan keyakinan yang kita anut, dan yang kedua, gimana pengaruh tradisi dan pendidikan dalam hal ini. Gimana kita lihat hidup dan cara kita berpikir itu penting sekali buat untuk karakter kita. Jadi, kita harus punya pandangan hidup yang positif dan juga harus tahu dari mana kita datang, seperti nilai-nilai agama yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945.
Selain itu, kita juga harus melakukan introspeksi diri. Artinya, kita harus lihat dan bandingkan diri kita sama apa yang ada di alam semesta, baik yang hidup maupun yang tak hidup. Dengan begitu, kita bisa jadi lebih kagum sama semuanya itu dan mulai paham banyak hal.
Jadi, intinya jurnal ini menyatakan bahwa pendidikan itu penting untuk membentuk karakter anak muda, tapi kita juga harus punya pandangan hidup yang positif dan melakukan introspeksi diri agar kita bisa jadi manusia yang lebih baik lagi.
NPM : 2213053238
Kelas : 3F
Prof . Dr. H. Nursid S,
dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat.Dari pendapat tersebut kita dapat memahami bahwasanya manusia memiliki kedudukan sosial yang berhubungan erat dengan sekitar.
Upaya-upaya untuk meningkatkan rasa sosial tersebut bisa dimulai dari pendidikan di rumah, pendidikan disekolah dll. Hubungan antar sesama dapat berbentuk sikap saling menghargai, saling percaya, serta sikap saling tolong menolong.
Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi masyarakat ataupun suatu usaha yang terprogram. Namun pada dasarnya apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan.
Seseorang disepanjang kehidupan akan dipengaruhi oleh pendidik yakni tenaga pendidik, orang tua, dan masyarakat. Saat dirumah pendidikan dilakukan oleh orang tua.
Keluarga sebagai primary group yang memiliki peran penting dalam pembentukan kepribadian. Disekolah dilakukan oleh tenaga pendidik atau seorang guru yang mana tugas seorang guru adalah mengembangkan potensi anak secara berkelanjutan.
Dan saat dimasyarakat dilakukan oleh tokoh masyarakat yang ada disekitar.
Dalam pembentukan perilaku peserta didik dalam kondisi masyarakat yang pluralistis juga membutuhkan peranan pendidikan agama. Dengan landasan pendidikan agama menjadikan peserta didik dan warga bangsa yang selalu menjunjung tinggi, dan menerapkan dalam hidup sehari-hari pola perilaku yang sesuai dengan agama yang dianutnya.
Semua upaya-upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal. akan lebih berhasil dan berdaya guna dan optimal apabila semua upaya tersebut dilandasi oleh ajaran agama Islam sebagaimana tercantum dalam sila pertama yakni Ketuhanan Yang Maha Esa.
NPM : 221053219
Kelas : 3F
Pembentukan nilai-nilai moral, sosial, dan budaya di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab bersama dari orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Hal ini merupakan prinsip dasar yang telah dikenal sejak awal kemerdekaan Republik Indonesia dan diidentifikasi sebagai Tri Pusat Pendidikan oleh Ki Hajar Dewantoro pada tahun 1964. Konsep Tri Pusat Pendidikan ini menggarisbawahi pentingnya peran tiga entitas utama ini dalam membentuk karakter generasi muda.Namun, dalam realitas kehidupan sehari-hari, seringkali kita melihat ketidaksinergisan yang optimal antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Dalam berbagai konteks pendidikan, terdapat penyimpangan dari nilai-nilai moral dan norma yang tidak selaras dengan realitas sosial budaya masyarakat Indonesia.
Menghadapi masa depan, penting bagi ketiga lingkungan pendidikan ini untuk meningkatkan kerjasama yang lebih kuat, koordinasi yang lebih sistematis, dan saling mendukung. Semua ini harus dilakukan dengan landasan nilai-nilai agama yang suci. Kita sebagai anak bangsa harus memiliki tekad untuk mengembalikan kokohnya jati diri bangsa ini. Tujuannya adalah agar kita menjadi bangsa yang cerdas secara intelektual, lembut dalam hati nurani, dan terampil dalam tindakan.Dalam perjalanan menuju masa depan yang lebih cemerlang, kita harus berusaha untuk menjadi bangsa yang maju. Kita harus memastikan bahwa pendidikan yang diberikan kepada generasi muda tidak hanya berfokus pada aspek intelektual, tetapi juga pada nilai-nilai moral dan budaya. Kita ingin menjadi bangsa yang memiliki integritas moral yang kuat dan budaya yang kaya, sesuai dengan warisan leluhur kita.Semua upaya ini juga seharusnya dilakukan dengan penuh rasa hormat kepada Tuhan Yang Maha Esa. Keberhasilan dalam membentuk generasi yang berakhlak baik dan berbudaya akan menjadi berkah dan ridho-Nya. Dengan tekad yang kuat, kerjasama yang baik, dan komitmen bersama, kita dapat menjadikan Indonesia sebagai bangsa yang maju, bermoral, dan berbudaya sesuai dengan visi kita yang luhur.
Npm : 2213053220
Kelas : 3F
"Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja"
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Ke depan ke tiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
Membina nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan remaja merupakan tugas penting dalam membentuk generasi masa depan yang berkualitas. Remaja Indonesia perlu diberikan pemahaman tentang nilai-nilai moral, norma sosial, dan kearifan lokal yang kaya dalam budaya Indonesia. Hal ini dapat dilakukan melalui pendidikan, keluarga, dan komunitas. Pendidikan moral di sekolah dan pembelajaran yang menghargai keberagaman budaya dapat membantu remaja memahami nilai-nilai sosial dan budaya yang mengakar dalam masyarakat. Selain itu, peran keluarga sebagai contoh dan pendidikan karakter menjadi faktor kunci dalam membina nilai-nilai moral remaja. Komunitas juga memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan nilai-nilai sosial dan budaya yang positif. Dengan upaya bersama dari berbagai pihak, remaja Indonesia dapat tumbuh menjadi individu yang bertanggung jawab, beretika, dan mencintai kekayaan budaya Indonesia.
NPM : 2213053038
KELAS : 3F
“ MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DIKALANGAN REMAJA”
Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik dan sistematis/modern.
Membina nilai moral sosial budaya di Indonesia harus dilandasi Pancasila yang dimana sila pertama ketuhanan yang maha esa, dan kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat diperaktekkan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi dilingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan tersebut didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera. Selain itu, dengan pertemanan juga akan terjalin kasih sayang dan nilai-nilai moral akan mudah terbangun melaui bahu-membahu, saling menasihati dan saling memerlukan. Kemudian dengan prinsip keadilan akan dapat dibangun peserta didik yang memiliki nilai moral yang tinggi, tidak senang tawuran, berpikir positif, dan potensi yang dimiliki akan berkembang optimal.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia dikalangan anak-anak dan remaja juga merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama, sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan bersosial budaya Indonesia.
Npm:2213053185
Jurnal ini menggambarkan permasalahan yang ada dalam masyarakat dewasa ini, yang penuh dengan tuntutan dan tantangan. Jurnal tersebut menyoroti peran penting orang tua dalam membimbing anak-anak mereka dengan kasih sayang untuk membentuk generasi yang bertanggung jawab dan berakhlak mulia. Namun, jurnal juga mencatat bahwa semakin langka sentuhan kasih sayang orang tua, yang telah mengakibatkan munculnya berbagai masalah remaja seperti kenakalan, tawuran pelajar, dan penyalahgunaan narkoba.
Selain itu, jurnal ini menyoroti pentingnya pendidikan yang fokus pada aspek afektif (emosional) dan perilaku yang luhur sebagai solusi untuk mengatasi masalah ini. Ini menunjukkan bahwa pendidikan tidak hanya seharusnya berfokus pada aspek akademik, tetapi juga harus membantu remaja mengembangkan keterampilan sosial, nilai-nilai moral, dan etika yang kuat. Jurnal ini menyiratkan bahwa perlu adanya perubahan dalam pendekatan pendidikan untuk mengatasi masalah sosial yang dihadapi oleh remaja dewasa ini.
Npm : 2253053024
Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia Dikalangan Remaja.
Nilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan
pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.Ke depan ke tiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
NPM : 2253053009
Kelas : 3F
Analisis jurnal
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia dan perlu untuk di tingkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci.
sedangkan di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jati diri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12), dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral Pancasila.
Kelas : 3F
NPM : 2213053015
Jurnal terlampir membahas tentang pentingnya membentuk nilai-nilai moral, sosial, dan budaya di kalangan anak-anak dan remaja di Indonesia. Jurnal ini juga menekankan bahwa tanggung jawab untuk melakukan hal ini harus dipikul bersama oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah secara sinergis. Ini menggambarkan kesadaran akan pentingnya kolaborasi dalam membentuk karakter generasi muda Indonesia.
Jurnal tersebut juga mencatat bahwa meskipun konsep ini telah dikenal sejak lama, yaitu sejak zaman kemerdekaan Indonesia, dalam kenyataannya, masih ada kekurangan dalam sinergi antara ketiga lingkungan pendidikan tersebut. Kekurangan sinergi ini kadang-kadang mengakibatkan penyimpangan nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan konteks sosial dan budaya masyarakat Indonesia saat ini.
Oleh karena itu, jurnal tersebut menekankan perlunya peningkatan kerjasama yang lebih kuat, koordinasi yang lebih sistematis, dan kolaborasi yang lebih erat antara orang tua, masyarakat, dan pemerintah. Semua ini harus dilakukan dengan mengacu pada nilai-nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang dianggap suci. Tujuannya adalah agar bangsa Indonesia dapat mengukuhkan identitasnya, menjadi bangsa yang cerdas, baik hati, dan terampil, serta berkembang maju sebagai bangsa yang memiliki nilai, moralitas, dan budaya Indonesia yang mendapat ridha dari Tuhan Yang Maha Esa.
NPM:2253053005
Kelas:3F
Analisis jurnal
Membina NilaiMoral Sosial BudayaIndonesia Di Kalangan Remaja
Dalam pembentukan nilai dan moral sosial budaya Indonesia dikalangan anak dan remaja meurpakna tugas dan tanggung jawab orang tua,masyarakat serta pemerintah secara sinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga
lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal sesusai kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan
pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia. Maka dalam hal ini kita perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling
bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-
nilai agama yang suci,bernilai dan bermoral.
Npm :2213053294
Kelas :3F
Nilai dan moral sosial dan budaya merupakan salah satu tanggung jawab bagi bagi orang tua,lingkungan dan masyarakat. Dengan begitu seorang anak yang didik baik oleh orang tuanya lingkungan yang bagus dan masyarakatakan menjadi anak yang memiliki moral yang baik di usia remaja hingga sudah tua. Karja sama Anatar lingkungan dan warga juga dapat berpengaruh besar bagi anak remaja.
Untuk kedepakannya menjadikan anak remaja yang berkualitas dan bermoral. Pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerja sama yang kuat dan saling bahu membahu dan menumbuhkan nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai nilai agama agar menciptakan anak bangsa yang berakhlak dan cerdas.
Nama : Anis Sarlia Putri
Npm : 2213053173
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang ,masyarakat, atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak- anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat, dan pemerintah secara bersinergis.
Di lembaga pendidikan formal dan nоnformal (masyarakat) untuk membentuk nilai moral serta membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat, dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral Pancasila. Bisa dengan melalui interaksi/komunikasi . Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai. Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederajatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Dengan demikian maka dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif, dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana si pembelajar bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudaya nasional Indonesia (Berbudin). Pertemanan, dapat dipahami sebagai suatu interaksi yang bermakna karena adanya persamaan hak, kesetaraan. dan keakraban. Dengan pertemanan akan terjalin kasih sayang dan nilai-nilai moral akan mudah terbangun melalui bahu- membahu, saling menasehati, dan saling memerlukan (egalitarianisme).
Tetapi, kenyataannya dalam realitas kehidupan pembentukan nilai-nilai moral oleh orang tua, masyarakat, dan pemerintah belum terjadi integritas yang optimal, sehingga banyak sekali kasus penyimpangan sosial di kalangan remaja ataupun di lingkungan pendidikan terhadap nilai-nilai dan norma sehingga tersebut sangat tidak sesuai dengan kondisi sosial masyarakat Indonesia.
npm : 2213053126
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Dalam kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.
Atas dasar asumsi itu, muncul persoalan, bahwa dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia.Dalam membina keluarga, baik hubungan antara suami istri maupun antara orang tua dengan anak.Generasi yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia adalah generasi yang kelak mampu mempertanggungjawabkan perbuatan, tindakan dan perilaku sekecil apapun,harus dapat dipertanggungjawabkan baik terhadap Tuhan, dirinya sendiri dan kepada masyarakat luas.
Sisdiknas, 2003,Bab II, pasal 3, hal 6; Zaim Elmubarok, 2008, 159-160).Tanggung jawab dan akhlaq mulia akan dapat diwujudkan manakala, sejak dini kepada generasi muda sudah ditanamkan nilai-nilai keimanan dan disertai kegiatan ibadah dan muamallah yang terus menerus dan konsisten disertai keteladanan orangtua dan para pemimpin/tokoh masyarakat yang ada disekitar kita, masyarakat dan bangsa Indonesia ini, agar kelak tujuan pendidikan yang telah dirumuskan dalam UU Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan baik tanpa upaya tersebut maka pembinanaan generasi muda yang bertanggung jawab dan akhlaq mulia hanya sebagai buah bibir dan isapan jempol belaka.Membangun Hubungan Interpersonal Antar BangsaNilai-nilai hubungan antar manusia warga bangsa perlu dibangun berdasarkan saling menghargai, saling percaya untuk menciptakan kehidupan yang sejahterah.
Hal ini akan lebih mudah diwujudkan manakala di antara anggota masyarakat, kelompok masyarakat dan bangsa Indonesia dilandasi nilai moral Pancasila yang sesungguhnya, dimana sila Pertama adalah Ketuhanan Yang maha Esa, dan Sila Kemanusiaan yang adil dan beradab, dapat dipraktekan dalam interaksi sosial sehari-hari, baik terjadi di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal, lingkungan Sekolah (Pendidikan Formal), dan PendidikanKemasyarakatan (Pendidikan non Formal). lingkungan pendidikan tersebut perlu didasari interaksi sosial yang saling menghargai, saling percaya dalam mewujudkan kehidupan berbangsa yang sejahtera.Sementara dalam realitas masyarakat Indonesia saat ini hubungan antar manusi yang yang ada belum berjalan optimal, sangat memprihatinkan.Misalnya, kemiskinan semakin meluas, pemerataan pendidikan belum optimal, pengangguran semakin besar jumlahnya,perampokan, pemerkosaan dan sejenisnya belum mendapat penanganan oleh segenap lapisan masyarakat secara bersinergi (pemerintah, swasta, dan masyarakat luas)....
Pola pembinaan yang sistematis dan terarah dalam membangun interaksi sosial antar warga bangsa yang baik tersebut seyogyanya dibangun melalui lembaga pendidikan formal (SD,SMP, SLA, dan Perguruan Tinggi), dengan tidak mengesampingkan berbagai unsur keluarga, dan masyarakat, perlu bantu membantu dan bahu-membahu membangun bangsa ini.Pendidikan Generasi Muda Yang Memiliki Jati Diri Indonesia Yang Berkadar ModernPembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang,masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan.
NPM : 2213053140
Analisis jurnal “ MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA”
Jurnal tersebut menekankan bahwa pentingnya peran orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam membentuk nilai moral sosial budaya anak-anak dan remaja di Indonesia karena pembentukan karakter anak tidak hanya terjadi disekolah saja, akan tetapi dirumah dan lingkungan masyarakat juga.
Dalam jurnal juga menekankan bahwa untuk membentuk karakter dan identitas bangsa sangat penting diperlukannya nilai kekeluargaan, pendidikan nilai dan moral yang didasari oleh agama, karena Tujuan utama dari pendidikan moral sosial budaya adalah menciptakan bangsa yang maju, bermoral, dan berbudaya sesuai dengan nilai-nilai Indonesia, dan mendapatkan ridha dari Tuhan Yang Maha. Esa.
Pada intinya jurnal tersebut membahas bahwa perlunya peran dari berbagai pihak yaitu orang tua, masyarakat, dan pemerintah pada pendidikan agar membentuk generasi Indonesia yang dibekali dengan nilai-nilai moral dan budaya yang kuat.
Re: Forum Analisis Jurnal-2
Nama : Destia Rahmah Fitriani
NPM : 2213053082
Kelas : 3F
Analisis Jurnal
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Menjadi sesuatu yang langka. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan
munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Pendidikan nilai moral Pancasila pada anak remaja memiliki peran yang sangat penting dalam pembentukan karakter mereka. Pancasila adalah dasar nilai-nilai moral dan ideologi Indonesia, dan mengintegrasikan nilai-nilai ini dalam pendidikan remaja dapat membantu mereka menjadi individu yang lebih baik, bertanggung jawab, dan berkontribusi positif pada masyarakat. Berikut beberapa cara untuk memberikan pendidikan nilai moral Pancasila pada anak remaja :
1. Pembelajaran tentang Pancasila :
- Ajarkan kepada anak remaja mengenai lima sila Pancasila, yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan yang
Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
- Diskusikan arti dan makna masing-masing sila serta bagaimana menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
2. Contoh dari Orang Dewasa :
- Jadilah contoh yang baik bagi anak remaja dalam hal menjalankan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
3. Dialog Terbuka :
- Fasilitasi dialog terbuka dengan anak remaja tentang nilai-nilai moral, etika, dan konsep-konsep Pancasila.
4. Partisipasi Sosial :
- Hal ini akan membantu mereka memahami nilai-nilai solidaritas dan keadilan sosial.
5. Literasi Media :
- Dorong mereka untuk memahami dampak sosial dan moral dari konten yang mereka konsumsi dan bagikan.
6. Peran Sekolah :
- Sekolah dapat memainkan peran penting dalam mendidik nilai moral Pancasila dengan mengintegrasikan materi Pancasila dalam kurikulum.
Pendidikan nilai moral Pancasila pada anak remaja adalah proses yang berkelanjutan dan memerlukan kerjasama antara keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan membantu anak remaja memahami dan menerapkan nilai-nilai Pancasila, kita dapat membangun generasi yang lebih sadar moral dan bertanggung jawab dalam membangun masa depan Indonesia yang lebih baik.Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak- anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis.
NPM : 2213053258
Analisis Jurnal
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia dan perlu untuk di tingkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci.
Di lembaga pendidikan formal dan nоnformal (masyarakat) untuk membentuk nilai moral serta membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat, dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar, dan melatih. Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral Pancasila. Bisa dengan melalui interaksi/komunikasi . Komunikasi menunjukan kebersamaan, pertemanan, dan keadilan, berbagi dengan yang lain. Suasana pendidikan yang kondusif perlu didasari komunikasi yang penuh nilai. Dalam proses memberikan atau meminta bantuan perlu dibangun komunikasi dua arah, komunikasi yang setara, kesederajatan, agar kedua pihak memiliki harga diri yang layak sebagai insan kamil. Dengan demikian maka dalam komunikasi yang penuh nilai, kreatif, dan bertanggung jawab, hal penting yang perlu diperhatikan adalah bagaimana si pembelajar bisa tumbuh self confidence, dan self esterm agar potensi yang ada pada dirinya berkembang secara maksimal dan berbudaya nasional Indonesia (Berbudin). Pertemanan, dapat dipahami sebagai suatu interaksi yang bermakna karena adanya persamaan hak, kesetaraan. dan keakraban. Dengan pertemanan akan terjalin kasih sayang dan nilai-nilai moral akan mudah terbangun melalui bahu- membahu, saling menasehati, dan saling memerlukan (egalitarianisme).
NPM: 2213053069
Kelas: 3F
Analisis Jurnal 2
Pembinaan generasi muda(SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan. Di lembaga pendidikan formal dan non formal (masyarakat), pendidik yang bertugas membentuk nilai moral untuk membangun jatidiri generasi muda adalah guru dan tokoh masyarakat (Uyoh Sadulloh dkk, 6-12), dilakukan dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berisi muatan tidak hanya pengetahuan tetapi juga nilai-nilai moral Pancasila.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu Ke depan di dalam lingkungan pendidikan kita harus meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak qqbangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa
NPM: 2213053222
Kelas: 3F
Analisis jurnal 2
"Membina Nilai Moral Sosial Budaya Indonesia di Kalangan Remaja"
Alasan dilaksanakannya kegiatan ini adalah untuk menitikberatkan aspek afektif dan perilaku luhur di tengan kalangan remaja yang nilai moral bak barang langka di dalamnya. Bagaimanapun, tugas dalam pelaksanaan pemebentukan nilai moral bagi remaja merupakan tanggung jawab semua kalangan masyarakat, terutama orang tua, bukan hanya para tenaga pendidik saja.
NPM : 2213053225
Kelas : 3F
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung
jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjacsama yang baik antara ketiga
lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada
dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik
Indonesia. Dalam realitas kehidupan
saat ini terlihat ketiganya belum
melakukan sinergitas yang optimal,
sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi
penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia. Ke depan ke tiga lingkungan
pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat,
koordinasi yang sistematis, dan saling
bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilai-nilai agama yang suci, sebagai anak
bangsa yang merindukan kembali
kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut
hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
NPM : 2213053133
Kelas : 3F
Dalam jurnal yang berjudul "MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA" dapat disimpulkan bahwa Pembentukan nilai moral dan sosial budaya Indonesia di kalangan remaja, bukan semata-mata tanggung jawab orang tua saja. Melainkan pemerintah juga ikut andil dalam pembentukan karakter bagi remaja. Nursid S. (2008, 31) menyatakan tentang orang tua sebagai pendidik berhadapan dengan kelompok sosial pertama dan terutama yang dikenal oleh anak-anak untuk meletakkan dasar-dasar pendidikan pada diri si bayi. Keluarga sebagai primary group tempat pembentukan kepribadian yang sangat penting. Selain itu, Lingkungan masyarakat juga Berperan sangat penting dalam pembentukan nilai dan moral untuk membentuk jati diri generasi muda. Upaya yang dapat dilakukan untuk pembentukan nilai dan moral ini, dapat berupa didikan, melatih dan juga mengajari.
McDougall menekankan pentingnya faktor personal dalam menentukan interaksi sosial dalam membentuk perilaku individu. Menurutnya, faktor-faktor personallah yang menentukan perilaku manusia. Menurut Edward E. Sampson, terdapat perspektf yang berpusat pada persona dan perspektif yang berpusat pada situasi. Perspektif yang berpusat pada personal mempertanyakan faktor-faktor internal, apakah baik berupa instik, motif, kepribadian, sistem kognitif yang menjelaskan perilaku manusia Aspek personal meliputi 2 hal, yaitu:
1. Aspek Biologis
2. Aspek Sosiopsikologis
Jati diri menurut Prof. Nursid. S., (2005, 151) jatidiri berarti jadilah diri sendiri yang berakhlakul karimah, beretos kerja tinggi dan cerdas menghadapi kehidupan hari ini, mendatang mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat baik lokal, nasional, regional dan dunia. Upaya internalisasi nilai-nilai Pancasila perlu dilakukan sejak usia dini, yang dimulai dari kelompok primer yaitu lingkungan keluarga, sampai dengan lingkungan yang lebih luas/kelompok sekunder yaitu lingkungan tetangga, teman sebaya (peer group), lembaga pendidikan formal dan pendidikan non formal.
Nama: Liza dwi wahyuni
Npm:2253053015
Kelas: 3F
Kasih sayang merupakan sifat
luhur Tuhan YME. Secara ideal, sifat
tersebut seyogyanya melekat pada diri
manusia sebagai ciptaan-Nya. Atas
dasar asumsi itu, muncul persoalan,
bahwa dalam suasana kehidupan
dewasa ini yang banyak tuntutan,
tantangan dan masalah, upaya orang
tua membina anak dalam keluarga
dengan sentuhan kasih sayang untuk
menjadi generasi mendatang yang
bertanggung jawab dan berakhlaq
mulia.
Tanggung jawab dan akhlaq
mulia
akan
dapat
diwujudkan
manakala, sejak dini kepada generasi
muda sudah ditanamkan nilai-nilai
keimanan dan disertai kegiatan ibadah
dan muamallah yang terus menerus
dan konsisten disertai keteladanan
orangtua dan para pemimpin/tokoh
masyarakat yang ada disekitar kita,
masyarakat dan bangsa Indonesia ini,
agar kelak tujuan pendidikan yang
telah
dirumuskan
dalam
UU
Sisdiknas 2003 dapat tercapai dengan
baik tanpa upaya tersebut maka
pembinanaan generasi muda yang
bertanggung jawab dan akhlaq mulia
hanya sebagai buah bibir dan isapan
jempol belaka.
Nilai-nilai hubungan antar
manusia warga bangsa perlu dibangun
berdasarkan saling menghargai, saling
percaya
untuk
menciptakan
kehidupan yang sejahterah. Nilai-nilai
hubungan antar manusia seyogyanya
seperti tersebut pada soal ini, dan
untuk menjawabnya, terkait dengan
kedudukan manusia sebagai makhluk sosial,
dan sekaligus sebagai
makhluk individual seperti yang
dinyatakan Prof . Dr. H. Nursid S,
dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa
manusia
baru
dapat dikatakan
manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat.
Pembentukan nilai moral sosial
budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung
jawab orang tua, masyarakat dan
pemerintah
secara bersinergis.
Kerjasama yang baik antara ketiga
lingkungan pendidikan yang oleh Ki
Hajar Dewantoro (1964) disebut
dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal
seusia kemerdekaan
Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum
melakukan sinergitas yang optimal,
sehingga di berbagai lingkungan
pendidikan
seringkali terjadi
penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan
kondisi sosial budaya masyarakat
Indonesia.
Kelas : 3F
NPM : 2213053208
Analisis Jurnal 2
Dalam suasana kehidupan dewasa ini yang banyak tuntutan, tantangan dan masalah, upaya orang tua membina anak dalam keluarga dengan sentuhan kasih sayang untuk menjadi generasi mendatang yang bertanggung jawab dan berakhlaq mulia. Menjadi sesuatu yang langka. Kelangkaan sentuhan orang tua tersebut kini menggejala dengan munculnya berbagai kenakalan remaja, tawuran pelajar, dan penggunaan obat terlarang narkoba dan semacamnya, merupakan pelarian dari suasana mental remaja yang bersifat terminal. Untuk itu upaya pendidikan perlu perlakuan yang menitik beratkan pada aspek afektif dan perilaku yang luhur.
Pembinaan generasi muda (SDM) melalui pendidikan berbeda dari zaman ke zaman, intinya dalam membina kepribadian, sebagai upaya membentuk jati diri remaja tidak bisa lepas dari filsafat hidup atau pandangan hidup seseorang, masyarakat atau bangsa dimana mereka menjalani kehidupan. Jati diri generasi muda dapat dibentuk oleh tradisi kehidupan masyarakat atau oleh usaha yang terprogram, direncanakan dengan baik, dan sistematis/modern (Jalaluddin, dan Abdullah Idi, 2007, 184-185). Namun demikian sesederhana apapun pembentukan jati diri generasi muda tidak bisa dilepaskan dari peran pendidikan.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan aaat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Re: Forum Analisis Jurnal-2
NPM: 2213053305
Analisis jurnal 2
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anakanak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Kerjasama yang baik antara ketiga lingkungan pendidikan yang oleh Ki Hajar Dewantoro (1964) disebut dengan Tri Pusat Pendidikan pada dasarnya sudah dikenal seusia kemerdekaan Negara Republik Indonesia. Dalam realitas kehidupan saat ini terlihat ketiganya belum melakukan sinergitas yang optimal, sehingga di berbagai lingkungan pendidikan seringkali terjadi penyimpangan terhadap nilai moral dan norma yang tidak sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat Indonesia.
Oleh karena itu Ke depan di dalam lingkungan pendidikan kita harus meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak qqbangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.
NPM :2213053295
Kelas : 3 F
Analisis Jurnal 2
MEMBINA NILAI MORAL SOSIAL BUDAYA INDONESIA DI KALANGAN REMAJA
Dalam jurnal tersebut menekankan tentang pentingnya peran orang tua, masyarakat, dan pemerintah dalam membentuk nilai moral sosial budaya anak-anak dan remaja di Indonesia karena pembentukan karakter anak tidak hanya terjadi disekolah saja, akan tetapi dirumah dan lingkungan masyarakat.
Prof . Dr. H. Nursid S, dalam bukunya (2008, 31-44) bahwa manusia baru dapat dikatakan manusia yang sebenarnya, bila ada di dalam masyarakat. Dari sini muncul pentingnya peran penting keluarga dalam membina manusia yang tidak berdaya dari usia kandungan sampai usia dewasa. Dari sinilah sebenarnya hubungan sosial yang
saling menghargai, saling percaya, untuk membangun masyarakat bangsa yang sejahtera harus sudah dimulai dengan baik.
Seperti yang dikatakan Nursid Sumaatmadja (2005, 117-119) untuk membangun jatidiri perlu diawali dengan upaya perenungan yang sangat mendalam untuk menemukan jatidiri yang didasari oleh Sila Ketuhanan YME, yang tercantum dalam alinea ke 4 Pembukaan UUD 1945, yang berbunyi: ”.... Jati diri seseorang akan terbangun manakala seseorang dapat
membedakan dirinya dengan makhluk lain, khususnya manusia lainnya yang ada diluar dirinya dan menyadari tentang kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya selaku manusia.
Dalam jurnal dijelaskan pentingnya peran pendidik baik formal/nonformal yang bertugas membentuk nilai dan moral seseorang dengan upaya mendidik, mengajar dan melatih. Dijelaskan pula tentang penciptaan Suasana yang Kondusif, Aktif, Efektif, Komunikatif Penuh Nilai Kreatif Dan Bertanggung Jawab. Peranan Strategis Pendidikan Agama dalam Pembentukan Perilaku Peserta Didik dalam Kondisi Masyarakat yang Pluralistis. Dengan landasan pendidikan agama yang dilakukan di keluarga, sekolah dan masyarakat dengan sebaik-baiknya, maka akan terbangun kepribadian peserta didik yang memiliki nilai-nilai moral yang termaktub dalam pancasila, dimana sila yang pertama adalah Sila Ketuhanan YME, yang menjadi dasar sila-sila yang lain.
Faktor-Faktor Personal yang Mempengaruhi Tindakan Manusia. Aspek Biologis, Aspek Sosiopsikologis, Motif Sosiogenesis, Konsepsi Manusia dalam Psikoanalisis, Teori Behaviorisme. Menginternalisasikan Nilai Pancasila, Membina Jatidiri Berwawasan Nasional.
Dengan jatidiri dan berwawasan kebangsaan diharapkan akan terhindar saling bermusuhan antara anggota masyarakat baik secara horizontal maupun vertikal, dan akan dapat dihindari disintegrasi bangsa yang kita cintai ini.
Pembentukan nilai moral sosial budaya Indonesia di kalangan anak-anak dan remaja merupakan tanggung jawab orang tua, masyarakat dan pemerintah secara bersinergis. Ke depan ke tiga lingkungan pendidikan tersebut perlu meningkatkan kerjasama yang kuat, koordinasi yang sistematis, dan saling bahu-membahu dalam bingkai nilai kekeluargaan yang sesuai dengan nilainilai agama yang suci, sebagai anak bangsa yang merindukan kembali kokohnya jati diri bangsa ini, menjadi bangsa yang cerdas otaknya, lembut hatinya, dan terampil tangannya sehingga bangsa ini menjadi bangsa yang maju yang bernilai, bermoral, dan berbudaya Indonesia yang di Ridhai Tuhan Yang Maha Esa.