Nama : A. Zahra Intan Sucia
NPM : 2153053020
Kelas : B3 (3G)
Selama dua tahun pandemi COVID-19 mewabah dan
learning loss menjadi salah satu dampak sosial negatif khusus nya yang muncul dalam dunia pendidikan.
Learning loss adalah hilangnya pengetahuan dan kemampuan siswa, baik secara spesifik atau umum, yang dipengaruhi berbagai faktor.
learning loss disebut sebagai salah satu bentuk penurunan capaian belajar. Oleh karenanya Menteri Pendidikan Nadiem meluncurkan kurikulum baru yaitu kurikulum merdeka. Kurikulum Merdeka sebelumnya bernama kurikulum prototipe. Ia berharap "Sekarang waktunya kita punya kurikulum yang ringkas, sederhana, dan lebih fleksibel untuk bisa mendukung
learning loss recovery dan mengejar ketertinggalan kita dari negara-negara lain," ucap Nadiem saat peluncuran Kurikulum Merdeka, Jumat (11/2/2022) lalu.
Namun, menurut saya penerapan kurikulum baru ini akan membuat pekerjaan siswa dan guru menjadi lebih sulit karena 2 tahun online. Sekarang malah diterapkan kurikulum yang baru yaitu kurikulum merdeka. Menurut saya kurang efektif seharusnya dilakukan dengan cara bertahap, karena dengan kurikulum baru, sekolah, guru dan siswa perlu membutuhkan waktu untuk beradaptasi. Tentu saja hal ini membutuhkan waktu yang cukup lama, belum lagi keterbatasan sumber daya sekolah dan sarana prasarana yang belum memadai dengan permasalahan ini membuat penerapan kurikulum baru menjadi sulit.
Learning loss sebenarnya bisa disebabkan oleh berbagai faktor, melemahnya kemampuan siswa tidak hanya diakibatkan karena pandemi Covid-19 namun,
learning loss juga bisa ditimbulkan dari libur sekolah, siswa seringnya tidak masuk sekolah, inefisiensi dalam mengajar, dan bahkan karena putus sekolah. Dikhawatirkan dari permasalahan
learning loss ini, siswa akan mengalami kesulitan dalam belajar. Kemerosotan kualitas peserta didik kemudian mempengaruhi perkembangan seluruh pendidikan dan kehidupan profesional. Ketika pemerintah memperkenalkan sistem e-learning, hal itu justru memperparah dalam proses belajar mengajar. Selain karena rendahnya tingkat pemahaman guru tentang teknologi, kebingungan para guru mengenai kebijakan pemerintah yang diambil masih belum relevan dengan realitas di Indonesia.
Leaning loss yang dialami hampir seluruh pebelajar (siswa), juga berdampak pada pengajar (guru). Gurupun hampir kehilangan cara untuk membelajarakan siswanya. Menurut saya
learning loss dapat diatasi dengan proses perbaikan, diantaranya: Pertama orang tua maupun siswa harus berkomunikasi dengan guru terkait dengan masalah di sekolah agar bisa di evaluasi dengan baik, Kedua guru diharapkan lebih kreatif dalam mengaplikasikan alat ataupun media pembelajaran, Ketiga guru diharapkan melakukan pembelajaran secara tatap muka, Keempat guru diharapkan dapat membangun suasana belajar yang efektif sehingga siswa akan merasa nyaman dan menyenangkan dalam memahami materi pembelajaran.