Coba kalian diskusikan secara bersama tentang sejarah seni tari yang ada di Lampung.. Perlu diketahui masyarakat Lampung terdiri dari dua masyarakat adat, yaitu adat Saibatin dan adat Pepadun. Coba kalian jelaskan bentuk seni pertunjukan yang ada pada kedua masyarakat tersebut dan jelaskan sejarah, fungsi, dan makna pertunjukannya bagi masyarakat.
Npm : 2213043041
TARI MULI SINGER
(Dari adat pepadun)
Muli singer Adalah tari kreasi baru karya Dr. I Wayan Mustika,M.Hum., dari hasil penelitian. Tarian ini merupakan tari tradisi Lampung sebuah garapan baru yang pada awalnya mendapat ide dari seni cangget. Seni cangget merupakan tari tradisional pada masyarakat Lampung yang beradat pepadun dipentaskan untuk mengiringi upacara perkawinan dan pemberian gelar adat. Cangget adalah tarian berpasangan dalam kelompok yang mempertemukan gadis ( Muli ) dan bujang ( Mekhanai ) di balai pertemuan adat yang disebut dengan sesat. Hal ini dikarenakan pada masa lalu pergaulan muda-mudi sangat diatur ketat, sehingga dapat dikatakan tidak ada kesempatan bagi mereka bertatapan langsung untuk saling berbincang-bincang. Saat cangget diselenggarakan adalah merupakan satu-satunya kesempatan mereka untuk saling bertemu. Cangget sebagai upacara adat merupakan wujud ungkapan rasa gembira masyarakat dengan menekankan pada pengenalan status sosial seseorang di dalam masyarakat adatnya. Cangget memiliki beberapa jenis, salah satunya adalah cangget turun mandi. Ide tersebut turun dihayalkan sampai ke tahap pembentukan, baik dari segi tema bentuk gerak penyusunan gerak pola lantai dan tata busana. Tari Muli siger bertemakan tentang gadis-gadis cantik Lampung yang sedang berhias dengan menggunakan siger emas sebagai lambang kehormatan. Mulih siger yang berarti Muli artinya gadis cantik dan siger merupakan lambang kehormatan. Dalam tradisi adat pepadun, ketika ada upacara adat perkawinan, para gadis menari yang sering disebut dengan cangget. Salah satu dalam pertunjukannya dikenal dengan canggal turun mandi. Artinya sebelum para gadis menari, mereka membersihkan badan ke sungai dan berhias seindah mungkin. Gadis-gadis tersebut sangat senang dan gembira dengan memakai siger sebagai mahkota di kepalanya yang sudah dihias. Siger saat ini merupakan simbol ada dari masyarakat Lampung. Secara umum simbol ini bukan hanya sekedar simbol sebuah provinsi atau daerah. Siger merupakan cermin sikap Ulun Lampung sejak lama, bahkan secara turun-temurun merupakan bagian dari masyarakat Lampung. Oleh karena itu, tari Muli siger ini adalah menggambarkan gadis-gadis Lampung yang sangat cantik serta memiliki kehormatan.
Kedudukan tari Muli siger hanya sebagai tari kreasi baru yang berfungsi untuk penyajian estetis dan sekaligus hiburan. Penyajian estetis yang dimaksud adalah tari Muli siger dapat dipentaskan di atas panggung baik di gedung tertutup maupun terbuka yang penampilannya secara resmi dan bisa sebagai apresiasi. Yang dimaksud dengan hiburan pada tari Muli siger adalah dapat dinikmati atau ditonton sebagai sarana kemeriahan atau resepsi upacara perkawinan. Tari Muli siger murni menonjolkan keindahan gerak dan komposisinya. Namun di dalam tarian tersebut terdapat unsur-unsur tradisi Lampung yang selalu melekat dalam tarian tersebut. Misalnya unsur tradisi Lampung tersebut dapat dilihat dari sisi gerak busana dan iringan tari Muli siger.
Penari tari mulisigar berjumlah 6 orang gadis. Dipilihnya 6 orang gadis ini karena tarian tersebut memang dibuat untuk menampilkan keindahan dan kecantikan gadis-gadis Lampung yang menggunakan siger sebagai mahkota kehormatan.
TARI HALIBAMBANG
(Dari adat saibatin)
TARI Tradisional Halibambang merupakan warisan nenek moyang suku Lampung Sekala Brak. Apabila ada perayaan perkawinan biasanya diadakan pesta muli mekhanai yang di sebut Nyambai. Keberadaan Tari Halibambang di daerah Liwa di perkirakan pada abad ke VI pada masa keadatan Lampung Sekala Brak.
Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun melalui generasi ke generasi.
Tari Halibambang dapat diartikan sebagai Hali: Seperti, Bagaikan sedangkan Bambang: Kupu-kupu. Jadi Tari Halibambang dapat simpulkan sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang beterbangan dengan mengibas-ibas sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga
Dahulu Tari Halibambang adalah merupakan tarian keluarga Lampung Sekala Brak yang beradat Sai Batin dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan keluarga Sekala Brak di tempat yang tertutup,tidak boleh ditarikan oleh sembarangan orang pementasanya pun hanya terbatas pada saat acara Nyambai adat dalam adat Lampung Sekala Brak saja.Personil penarinya puin hanya terbatas pada putri keluarga Lampung Sekala Brak yang funsinya sebagai tari hiburan keluarga.
Namun sekarang fungsi tari halibambang tidak lagi mutlak sebagai tarian keluarga adat Lampung saja,tetapi sudah diperbolehkan tarian ini dipentaskan di tempat terbuka serta tarian ini berfungsi sebagai tarian hiburan lepas atau sebagai tarian penyambut tari Lampung.
Busana tari:
Kumbang Gijekh (Kumbang Goyang) sebgai lambang keanggunan dan keindahan.
Sanggul (keindahan).
Tali Galah(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan).
Kipas (properti)lambang sayap kupu-kupu.
Gelang Kana (kemakmuran).
Gajah Minung atau kalung selembok (kemakmuran)
Busung /ikat pinggang (kemakmuran).
Kawai/baju beludru (kesucian).
Injang bumpek
Musik pengiring Tari Halibambang menggunakan Talo Balak, nada yang dihasilkan dari bunyi tabuhan Talo balak ini dapat disimpulkan pada kunci nada = G ( Sedikit Sumbang ), Gong besar berbunyi nada = 1( do ), Gong Kecil berbunyi nada = 2/ ( ri ), Talo Balak dan Gendang.
Dengan bermodalkan Seni Tari Halibambang sebagai tari tradisional Daerah Lampung merupakan salah satu langkah menuju cita-cita dan jati diri yang utuh bagi pembentukan manusia Indonesia yang akhirnya citra budaya bangsa Indonesia dapat tercermin melalui pelestarian budaya yang di pelihara Bangsa Indonesia yang mewarnai dan menjaga keutuhan leluhurnya.
|sumber naskah: yulianasenitari.wordpress.com |foto:
Makna tarian HALIBAMBANG dalam pertunjukan dimasyarakat adalah Tarian ini dinamakan Halibambang yang memiliki arti kupu-kupu yang dimana bentuk tariannya dapat diartikan sebagai kupu-kupu yang berterbangan mengibas sayapnya di alam terbuka nan berayun-ayun di alam bebas. Tarian ini menggambarkan kesopanan, keindahan, dan keagungan seorang gadis atau putri saat menyapa tamu.
NPM: 2213043025
SEJARAH TARI NYAMBAI ADAT SAIBATIN
1.1 SEJARAH TARI NYAMBAI
TARI Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatanya.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
Konon tari Nyambai sudah dipertunjukan sebelum Indonesia merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya tari Nyambai bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah pretise dan legitimasi seorang Ketua Adat.
Gerakan tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan yaitu tari Dibingi dan tari Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga ragam yaitu, kekindai, Ngesesayak, dan Mampang kapas. Tiga ragam gerak ini dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang. Ragam gerak memilik keunikan pada gerak yang dilakukan pada level rendah (jongkok).
Musik yang untuk mengiringi tari Nyambai, menggunakan dua alat musik yaitu Rebana dan Kulintang, berbeda dengan kulintang yang dikenal umum, yang bila dilihat secara fisik merupakan instrument yang terbuat dari bilah-bilah bambu. Kulintang Lampung bentuknya hampir sama dengan beberapa instrument yang tersebar di seluruh nusantara, misalnya Totobuang (Maluku), Talempong (Sumatra Barat) atau Bonang dalam karawitan Jawa. Selain kedua alat musik tersebut, tari Nyambai juga diiringi oleh alunan pantun yang disebut nga’ududang.
1.2 FUNGSI TARI NYAMBAI
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
1.3 MAKNA PERTUNJUKAN BAGI MASYARAKAT
Kehadiran tari Nyambai sebagai tari tradisi bagi Masyarakat merupakan salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara muli dan mekhanai. Di samping itu, tari Nyambai juga sebagai sarana untuk mempererat kekerabatan adat saibatin.
SEJARAH TARI SIGEH PENGUNTEN ADAT PEPADUN
1.1 SEJARAH TARI SIGEH PENGUNTEN
Sigeh pengunten (siger penguntin) merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Tari ini merupakan pengembangan dari tari sembah yang merupakan tari tradisi asli masyarakat Lampung. Melalui Peraturan Daerah, tari sigeh pengunten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Koreografi tari ini juga mengambil unsur dari berbagai tari tradisional Lampung untuk merepresentasikan budaya Lampung yang beragam.
Tari sembah telah umum ditampilkan sebagai bagian dari ritual penyambutan tamu dalam acara-acara resmi seperti prosesi pernikahan. Tari ini menggambarkan ekspresi kegembiraan atas kedatangan para tamu undangan. Selain itu, makna esensial dari tari ini merupakan bentuk penghormatan kepada para tamu undangan yang hadir. Dalam tari ini, para penari mengekspresikan hal tersebut dalam rangkaian gerakan yang luwes, ramah, dan penuh kehangatan.
Proses lahirnya tari sigeh pengunten tak lepas dari realitas budaya Lampung yang terdikotomi menjadi Pepadun dan Peminggir. Kedua adat yang memiliki kekhasan tersendiri sama-sama merasa paling layak merepresentasikan Lampung. Tari sigeh pengunten merupakan sintesis dari dua indentitas kebudayaan yang ada di Lampung. Tari ini menyerap gerak tarian baik dari adat Pepadun maupun adat Peminggir menjadi satu kesatuan yang harmonis dan dapat diterima masyarakat luas.
Salah satu ciri dalam tari sigeh pengunten yang merupakan unsur asli dari tari sembah adalah aksesori yang dikenakan para penari. Sesuai namanya, aksesori utama yang digunakan adalah siger – mahkota berwarna emas yang telah menjadi identitas daerah Lampung. Aksesori lain yang digunakan pada jemari tangan penari sigeh pengunten adalah tanggai, yaitu penutup jari berbentuk kerucut berwarna emas. Selain kedua aksesori tadi, penari sigeh pengunten juga mengenakan papan jajar, gelang kano, gelang burung, kalung buah jukum, dan pending.
1.2 FUNGSI TARI SIGEH PENGUNTEN
Melalui Peraturan Daerah, tari Sigeh Penguten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Tarian ini dipentaskan dalam setiap pembukaan acara baik formal maupun non formal.
1.3 MAKNA PERTUNJUKAN BAGI MASYARAKAT
Tari Sigeh Pengunten memiliki makna sebagai penghormatan tamu undangan dan juga atau penghormatan disuatu acara pementasan tersebut jadi makna pertunjukan bagi masyarakat yang melihat pertunjukan tari Sigeh Penguntenpun juga sebagai Penghormatan, Sebagai menghormati tamu yang hadir atau masyarakat yg hadir.
Tari Cangget awalnya dibawakan sebagai ritual
adat seperti panen dan mengantar orang yang akan naik haji. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tarian ini mulai dikenal masyarakat sebagai hiburan. Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarian ini mulai berkembang di wilayah Lampung.
Fungsi
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
Makna pertunjukan tari Cangget untuk masyarakat
Awalnya tari Cangget ditarikan sebagai pertunjukkan adat untuk menyambut masa panen hingga mengantarkan warga masyarakat yang hendak berangkat haji.
Sejarah tari nyambai adat saibatin
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
Fungsi
kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir.
Makna pertunjukan tari nyambai untuk masyarakat
Nyambai sebagai gambaran dari kumpulan simbol-simbol, nilai-nilai adat yang terus ditanamkan kepada generasi muda. Nyambai tidak hanya sekedar acara pertemuan muda mudi saja, nyambai dimaknai sebagai media untuk penyampaian pesan tentang kebesaran adat dan budaya Lampung kepada generasi muda.
Npm : 2213043013
•Masyarakat adat pepadun
- Sejarah Tari Cangget
Tidak ada yang tau pasti di tahun berapa kah Tari Cangget muncul, namun diyakini bahwa tarian ini sudah ada sejak lama.
Pertama kali tarian ini dikenal oleh warga Pepadun sebagai ritual adat, dalam acara mengantar orang yang akan berhaji dan berbagai gawi adat Lampung seperti panen raya dan saat mendirikan rumah.
Bagi masyarakat pepadun, cangget agung menjadi bagian paling penting
dan pelengkap dalam rangkaian acara begawi atau pernikahan adat masyarakat
Lampung. cangget agung merupakan bentuk pertunjukan tari adat pada malam
hari dimana momen ini digunakan sebagai sarana para muda mudi (muli
menghanai) untuk saling bertemu di sesat, dalam pelaksanaannya terdapat
simbol-simbol tertentu yang menunjukkan nilai-nilai budaya pada masyarakat
adat Lampung Pepadun khususnya bagi kalangan generasi muda.
Cangget agung merupakan bagian yang tak terpisahkan dari prosesi adat
begawi terutama bagi masyarakat Lampung Pepadun. Seiring dengan
perkembangan zaman tradisi ini masih melekat dan dijunjung tinggi.
Seiring berjalannya waktu dan perkembangan zaman, tarian tradisional masyarakat Lampung ini pun mulai dikenal sebagai sebuah hiburan, yaitu pada masa pendudukan Jepang tahun 1942.
- Fungsi Tarian cangget
Tarian ini dulunya sebagai ajang penilaian terhadap pemuda pemudi Lampung dalam hal kepiawaian, budi pekerti, dan kedewasaan melalui gerakan yang mereka bawakan.
-Makna pertunjukan tari cangget untuk masyarakat
Menurut filosofi yang ada, tari adat Cangget memiliki makna sebagai harapan di mana seseorang yang diberi gelar diharapkan dapat menjalankan kewajibannya dan menjadi panutan di lingkungannya. Hingga sekarang tarian ini masih banyak dibawakan pada acara resmi keadatan dan juga acara formal.
•Masyarakat adat Lampung Sai batin
-Sejarah Tari Nyambai
diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya dilakukan secara bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatannya.
-Fungsi Tari Nyambai
Sebagai acara pertemuan yang khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Mulei (gadis) berajang silaturahmi, bersua, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di pihak lain, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai digolongkan sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai diikuti dan dikelilingi oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan yang ditarik oleh putra dan putri dari para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya tari Nyambai bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah pretise dan legitimasi seorang Ketua Adat.
Gerakan tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan yaitu tari Dibingi dan tari Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga ragam yaitu, kekindai, ngesesayak, dan mampang kapas. Tiga ragam gerak ini dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang. Ragam gerak memiliki keunikan pada gerak yang dilakukan pada tingkat rendah (jongkok).
-Makna pertunjukan tari nyambai untuk masyarakat
Sementara itu kata Nyambi memiliki makna sebuah pertemuan khusus. sebagai adat tari masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan.
NPM : 2213043015
1. SEJARAH TARI NYAMBAI (SAIBATIN)
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir.
2. FUNGSI TARI NYAMBAI
Sebagai pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, san berkenalan
3. MAKNA PERTUNJUKAN BAGI MASYARAKAT
Kehadiran tari Nyambai sebagai tari tradisi bagi Masyarakat merupakan salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara muli dan mekhanai. Di samping itu, tari Nyambai juga sebagai sarana untuk mempererat kekerabatan adat saibatin.
1. SEJARAH TARI SIGEH PENGUNTEN (PEPADUN)
Tari Sigeh Pengunten merupakan salah satu tari kreasi baru dari daerah Lampung. Awalnya tari ini bernama tari Melinting dan tari Sembah, namun baik tari Melinting maupun tari Sembah telah dikukuhkan namanya menjadi tari Sigeh Penguten. Tari Sigeh Penguten merupakan perpaduan budaya antara kedua suku Lampung yakni Pepadun dan Saibatin. Melalui Peraturan Daerah, tari Sigeh Penguten diresmikan sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Tarian ini dipentaskan dalam setiap pembukaan acara baik formal maupun non formal. Tari Sigeh Penguten memiliki keunikan tersendiri yang terdapat pada gerak, iringan, tata rias dan busana.
Tari Sigeh Penguten memiliki makna yang terkandung didalamnya. Makna tersebut adalah makna gerak yang mengandung falsafah Melayu Piil Pesengiri, iringan sebagai persembahan, tata rias yang memiliki makna keceriaan dan busana yang mewakili kedua suku yakni Pepadun dan Saibatin. Selain itu properti yang digunakan dalam tari Sigeh Penguten yakni tepak memiliki makna tersendiri dalam penggunaannya. Tepak berisi sekapur sirih nantinya akan diberikan kepada salah satu tamu yang dianggap mewakili seluruh tamu. Hal ini sebagai ucapan selamat datang dan terima kasih dari tuan rumah kepada para tamu yang telah hadir dalam acara tersebut.
Proses lahirnya tari Sigeh Pengunten tak lepas dari realitas budaya Lampung yang ter-dikotomi (pembagian atas dua kelompok yang saling bertentangan) menjadi Pepadun dan Peminggir. Kedua adat yang memiliki kekhasan tersendiri sama-sama merasa paling layak merepresentasikan Lampung. Tari Sigeh Penguten merupakan sintesis (perpaduan atau campuran) dari dua identitas kebudayaan yang ada di Lampung. Tari ini menyerap gerak tarian baik dari adat Pepadun maupun adat Peminggir menjadi satu kesatuan yang harmonis dan dapat diterima masyarakat luas.
Salah satu ciri dalam tari Sigeh Penguten yang merupakan unsur asli dari tari sembah adalah aksesori yang dikenakan para penari. Sesuai namanya, aksesori utama yang digunakan adalah siger – mahkota berwarna emas yang telah menjadi identitas daerah Lampung. Aksesori lain yang digunakan pada jemari tangan penari Sigeh Penguten adalah tanggai, yaitu penutup jari berbentuk kerucut berwarna emas. Selain kedua aksesori tadi, penari Sigeh Penguten juga mengenakan papan jajar, gelang kano, gelang burung, kalung buah jukum, dan pending.
2. FUNGSI TARI SIGEH PENGUNTEN
Tari Sigeh Penguten diresmikan atau berfungsi sebagai tarian Lampung dalam penyambutan tamu penting. Tarian ini dipentaskan dalam setiap pembukaan acara baik formal maupun non formal.
3. MAKNA PERTUNJUKAN BAGI MASYARAKAT
Tari Sigeh Pengunten memiliki makna sebagai bentuk penghormatan terhadap tamu undangan serta masyarakat yang hadir dalam acara tersebut.
TARI NYAMBAI
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.[1]
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.[2]
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya. Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan.[3]
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat
makna : tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
fungsi:Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung
SEJARAH TARI CANGGET
Tari cangget adalah tradisi kesenian tari dari masyarakat adati di Provinsi Lampung. Tarian tradisional ini biasanya menggambarkan karakteristik dari penarinya seperti kepiawaian, budi pekerti, maupun kedewasaan. Tarian ini juga biasa dikenal dengan Tari Cangget Pepadun.
Biasanya, para penari Tari Cangget merupakan remaja dari Lampung yang tampil lengkap dengan pakaian adat khas Lampung. Tarian ini biasanya hadir pada acara-acara penting seperti upacara pernikahan, menyambut tamu daerah, maupun pesta adat lain yang diselenggarakan di Lampung.
MAKNA:Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun
fungsi:Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
Tari cangget adalah tradisi kesenian tari dari masyarakat adati di Provinsi Lampung. Tarian tradisional ini biasanya menggambarkan karakteristik dari penarinya seperti kepiawaian, budi pekerti, maupun kedewasaan. Tarian ini juga biasa dikenal dengan Tari Cangget Pepadun.
Biasanya, para penari Tari Cangget merupakan remaja dari Lampung yang tampil lengkap dengan pakaian adat khas Lampung. Tarian ini biasanya hadir pada acara-acara penting seperti upacara pernikahan, menyambut tamu daerah, maupun pesta adat lain yang diselenggarakan di Lampung.
Makna Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
fungsi Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
TARI NYAMBAI
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya. Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan.
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat.
makna tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung.
NPM : 2213043005
TARI NYAMBAI
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.[1]
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.[2]
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya. Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan.[3]
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat
makna : tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
fungsi:Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung
SEJARAH TARI CANGGET
Tari cangget adalah tradisi kesenian tari dari masyarakat adati di Provinsi Lampung. Tarian tradisional ini biasanya menggambarkan karakteristik dari penarinya seperti kepiawaian, budi pekerti, maupun kedewasaan. Tarian ini juga biasa dikenal dengan Tari Cangget Pepadun.
Biasanya, para penari Tari Cangget merupakan remaja dari Lampung yang tampil lengkap dengan pakaian adat khas Lampung. Tarian ini biasanya hadir pada acara-acara penting seperti upacara pernikahan, menyambut tamu daerah, maupun pesta adat lain yang diselenggarakan di Lampung.
MAKNA:Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun
fungsi:Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.[1]
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.[2]
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya. Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan.[3]
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat
makna : tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
fungsi:Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung
SEJARAH TARI CANGGET
Tari cangget adalah tradisi kesenian tari dari masyarakat adati di Provinsi Lampung. Tarian tradisional ini biasanya menggambarkan karakteristik dari penarinya seperti kepiawaian, budi pekerti, maupun kedewasaan. Tarian ini juga biasa dikenal dengan Tari Cangget Pepadun.
Biasanya, para penari Tari Cangget merupakan remaja dari Lampung yang tampil lengkap dengan pakaian adat khas Lampung. Tarian ini biasanya hadir pada acara-acara penting seperti upacara pernikahan, menyambut tamu daerah, maupun pesta adat lain yang diselenggarakan di Lampung.
MAKNA:Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun
fungsi:Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
NPM : 2213043011
Tari Nyambai (adat saibatin)
Gerakan tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan yaitu tari dibingi dan tari Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga ragam yaitu, kekindai, Ngesesayak, dan Mampang kapas. Tiga ragam gerak ini dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang.
sejarah
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
fungsi
fungsi tari nyambai untuk upacara perkawinan adat nayuh pada masyarakat saibatin di pesisir barat lampung
makna
tari ini dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang ( mekhanai ) sebagai ajang pertemuan atau ajang silaturahmi untuk mencari jodoh
Tari cangget (adat pepadun)
bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
sejarah tari cangget
Tari Cangget awalnya dibawakan sebagai ritual adat seperti panen dan mengantar orang yang akan naik haji. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tarian ini mulai dikenal masyarakat sebagai hiburan.
Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarian ini mulai berkembang di wilayah Lampung. Tarian ini bukan hanya dibawakan untuk upacara pernikahan tetapi juga saat kirab budaya dan ajang lainnya.
Sejak saat itu pula Tari Cangget sering kali menjadi seperti ajang pencarian jodoh. Hal ini dikarenakan banyak muda-mudi Lampung yang akhirnya berkenalan dan menikah berawal dari Tari Candet.
fungsi
Tari Cangget merupakan salah satu tari tradisi yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Pada tahun 1942 sebelum kedatangan Jepang ke Indonesia, Tari Cangget ditampilkan untuk acara gawi adat, seperti saat panen raya, upacara mendirikan rumah ataupun untuk mengantar orang yang akan pergi haji.
makna
tari Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
Npm:2213043033
Adat Sai batin” memiliki makna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini sesuai dengan tatanan sosial dalam Suku Saibatin, hanya ada satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan.terutama pertunjukan tari pada masyarakat Lampung yang tinggal di daerah Pesisir Barat, mayoritas masyarakatnya merupakan masyarakat Lampung yang beradat Saibatin. Kelompok masyarakat adat Saibatin menjunjung tinggi nilai dan adat yang berlaku di masyarakatnya yang sudah tertanam sejak dulu, nilai-nilai tersebut hingga kini masih tetap dipertahankan terlihat dari bentuk pertunjukan tari yang masih berkembang di tengah-tengah kehidupan masyarakat. Pertunjukan tari yang hingga kini masih difungsikan oleh masyarakat adat, dari dulu hingga kini terikat dengan sebuah peristiwa adat yang disebut dengan istilah nyambai. Acara nyambai merupakan wadah atau sarana untuk mengekspresikan kemampuan menari muli dan meghanai atau anak-anak remaja putra dan putri.
Sedangkan Budaya Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. Tidak seperti Suku Pepadun, tidak ada upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu).
Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang
1 .salah satu ekspresi seni masyarakat Lampung adat Saibatin yang dipentaskan pada saat upacara adat yaitu tari khakot.
Tarian ini
merupakan tari kolektif milik masyarakat Lampung adat Saibatin di Pesisir. Tari Khakot berasal dari
kata Khakot atau Khapot dalam bahasa Lampung dari dialek A (api) yang berarti
menyatu atau bersatu. Maksud dari istilah menyatu atau bersatu ini yaitu suatu
bentuk kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama yang dipimpin oleh
seorang hulubalang yang diikuti anak mayau (prajurit) berjalan secara beriringan menuju medan pertempuran.Tari Khakot merupakan bentuk seni pertunjukan yang pentaskan pada suatu acara adat, sebagai salah satu bagian dari prosesi arak-arakan atau iringaniringan pengantin untuk menuju pelaminan. Upacara perkawinan bagi
masyarakat Lampung merupakan prosesi acara adat yang diselenggarakan secara
ramai, meriah, dan megah.
Tari Khakot merupakan simbol identitas budaya masyarakat Lampung,
tarian ini erat kaitannya dengan ritual upacara perkawinan adat, selalu
dihadirkan ketika masyarakat mengadakan upacara adat. Masyarakat yang
tergabung dalam satu pekon atau kampung secara bersama-sama
mempertahankan keberadaan tari Khakot dengan cara merawat dan menjaga
eksistensinya
2.Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun.
Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun. Secara sempit Cangget diartikan sebagai suatu tarian yang dilakukan oleh wanita, namun secara luas cangget adalah peristiwa begawi itu sendiri. Begawi dan Cangget adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan
Tarian ini merupakan wujud kegembiraan atas kemenangan betan subing saat mengalahkan raja bajau. Tarian Cangget termasuk ke dalam angkatan tua yang hadir bahkan pada masa Hindu-Buddha di Lampung.
Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarif ini mulai berkembang di wilayah Lampung. Tarian ini bukan hanya dibawakan untuk upacara pernikahan tetapi juga saat kirab budaya dan ajang lainnya
Sejak saat itu pula Tari Canget sering kali menjadi seperti ajang pencarian jodoh. Hal ini dikarenakan banyak muda-mudi Lampung yang akhirnya bermesraan dan menikah berawal dari Tari Candet.
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung.
Npm : 2213043023
Dari lampung pepadun terdapat tari cangget yang sejarahnya dimulai setelah pertarungan dengan raja dilawek dapat dimenangkan dan kembali mengadakan pesta kemenangan. Bersamaan dengan itu apa yang di janjikan nunyai mengenai hal adat yang belum dimiliki oleh 8 saudara abung yang lain kukuhkan. Mereka memantapkan gak dan kedudukan yang mereka sepakati termasuk tata cara dalam pelaksanaan cangget agung digilas itu tari tigel digelarkan sebagai tanda puncak kemenangan. Digilas inilah dimulainya pelaksanaan cangget agung. Tarian ini suatu hal yang penting dan sebagai pelengkap dari acara begawi, dan pada acara begawi ini dimaksudkan sebagai pengambilan gelar kepada muli meghanai. Tarian cangget agung digunakan untuk mengiringi upacara pernikahan lampung yang beradat pepadun, bukan hanya pemberian gelar acara tersebut juga sebagai perantara naik pepadun. Dari pernyataan diatas dapat diketahui bahwa makna dari pertunjukan tersebut adalah sebagai pengikraran atau pengambilan gelar dari keluarga pihak muli maupun meghanai untuk naik pepadunnya.
Dari lampung saibatin terdapat tari bedana, sejarahnya Tari Bedana sejenis tarian yang bernapaskan agama islam. Pasalnya, kesenian ini muncul berbarengan dengan masuknya agama Islam ke provinsi Lampung. Dulunya Tari Bedana dipentaskan untuk anggota keluarga yang khatam Al Quran. Sedangkan para penarinya adalah anggota keluarga itu sendiri, yang semuanya adalah laki-laki dengan konsep tarian berpasangan. Akan tetapi seiring perkembangan zaman, tarian sudah mengalami banyak perubahan. Awalnya yang hanya ditarikan oleh kaum pria, sekarang sudah dipentaskan oleh muda-mudi secara berpasangan dan berkelompok. Bahkan dulunya, tarian yang hanya dipentaskan di depan keluarga, sekarang sudah bisa dilihat oleh khalayak ramai. Bahkan mulai diperkenalkan sebagai sarana untuk menerima tamu-tamu adat dan di acara-acara umum lainnya. Fungsi tarian ini pada jaman dahulu adalah sebagai media penyebaran agama islam, namun sekarang fungsi dari tarian ini sebagai pariwisata. Makna pertunjukan tarian ini bagi masyarakat yaitu menyimbolkan persahabatan dan pergaulan dalam masyarakat.
A.Sejarah Tari Nyambai
tari nyambai adalah tari berpasangan mekhanai (bujang) dan muli (gadis).
Sejarah tari Nyambai sebagai bagian dari upacara perkawinan Nayuh, diyakini masyarakat berawal dari masa penjajahan Belanda atas daerah Sekala Berak. Nama Nyambai diambil dari kata cambai dalam bahasa Lampung yang berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya, dan digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergatung penempatannya. Tarian Nyambai bukan hanya sebuah tarian adat saja namun juga merupakan acara yang dianggap sangat sakral oleh masyarakat saibatin/pesisir khususnya masyarakat saibatin yang ada di Pesisir Barat Lampung. Jadi tari Nyambai dan Penayuhan/Nayuh tidak dapat dipisahkan satu sama lain karena sudah menjadi bagian yang sangat penting dari masyarakat saibatin/pesisir.
B.Fungsi Tari Nyambai
Fungsi tari Nyambai di dalam masyarakat saibatin adalah kebutuhan integratif, dikarenakan masyarakat saibatin menganggap tari Nyambai bukan hanya tarian adat semata, melainkan juga merupakan hiburan untuk seluruh masyarakat saibatin. Selama berlangsungnya acara Penyambaian aturan yang paling terlihat adalah adanya pemisah tempat duduk penari muli dan mekhanai. Dan juga sebagai sarana ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
C.Makna Tari Nyambai
Tari Nyambai memiliki makna pertemuan khusus karna Ini dilakukan oleh para Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
2.Tari Cangget Nyambuk Temui Adat Pepadun
A.Sejarah Tari Cangget Nyambuk Temui
Tari canggot/cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat lampung beradat pepadun. Tari canggot dipertunjukan pada rangkaian upacara adat atau pada masyarakat pepadun biasanya juga disebut dengan begawi, yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan, cakak pepadun , dan lain – lain . Pada dasarnya tari canggot memiliki beberapa jenis yakni tari canggot bagha, canggot Agung,Canggot Pilangan, Canggot penganggik, dan canggot nyambuk temui yang diklasiifikasikan berdasarkan fungsi dan waktu pertunjukan tari canggot dipentaskan . Tari Canggot Nyambuk temui merupakan tarian yang dibawakan oleh para pemuda dan pemudi saat acara manjau tiuh dengan maksut untuk memberikan penghormatan bagi tamu yang datang dalam acara tersebut.
B.Fungsi Tari Cangget Nyambuk Temui
berfungsi sebagai syarat dan pelengkap dari terselenggaranya suatu prosesi keadatan. Ditarikannya tari canggot nyambuk temui sebagai bentuk penyambutan kehadiran tamu agung atau tamu undangan.
C.Makna Tari Cangget Nyambuk Temui
Tari Canggot Nyambuk Temui mengandung makna simbolis dari karakter yang dimiliki muli lampung yakni anggun, sopan, berbudi pekerti yang baik dan berwibawa.
Npm: 2213043027
Pepadun terdapat pada tari cangget raja berdialek dapat memenangkan dan kembali mengadakan pesta kemenangan dengan menarikan tarian tersebut.
Bersamaan dengan janji yang mengenai hal berkaitan dengan adat yang belum memiliki delapan bersaudara Abung yang lain kukuh. Mereka memantapkan kedudukan yang di sepakati dalam tata cara pelaksanaan cangget agung didalam tari tigel ditandai sebagai tanda puncak kemenangan. Gilas merupakan mulainya pelaksaan cangget agung tarian ini sesuatu hal yang sangat penting berbagai perlengkapan dari acara begawi, didalam acara begawi termasuk sebagai gelar kepada muli meghanai . Tarian cangget digunakan sebagai upacara pernikahan Lampung yang beradat pepadun tidak hanya pemberian gelar acara ini juga sebagai kenaikan pepadun.tarian ini juga sebagai pengikraan atau gelar keluarga pihak muli maupun meghanai untuk naik pepadun.
Tari cangget agung merupakan tarian tradisi untuk kebiasaan masyarakat Lampung yang di laksanakan secara turun temurun dalam acara begawi yang dilakukan oleh bujang gadis Lampung. Tari ini merupakan salah satu tarian masyarakat pepadun pada acara ini memasukan sesi pemberian gelar kepada bujang gadis (Pill pesenggiri) pepadun adalah nama yang di ambil dari arti bangku atau singgasana dari seorang sultan atau raja.
Tari saibatin
Tari nyambai yang memiliki sejarah lahir bersama dengan kebiasaan masyarakat dalam meresmikan gelar adat,
Dalam pelaksanaan ini diselenggarakan dengan bersama acara perkawinan. Kata nyambai yang di artikan sebagai sirih dalam bahasa Lampung tarian ini tergolong dalam tarian klasik,dalam penampilan dihadiri kalangan bangsawan dalam sebuah gedung lamban. Gedung lamban suatu tempat tinggal ketua adat dan juga istana yang digunakan untuk musyawarah adat. Tarian nyambai dipertunjukan sebelum Indonesia merdeka namun itu belum di pastikan secara matang awal kemunculannya. Tarian ini termasuk bentuk senu pertunjukan dalam acara perkawinan yang di tarian oleh putra putri dari para ketua adat. Tarian ini ditetapkan sebagai pertahanan kebangsawan adat saibatin. Dalam gerakan tarian nyambai merupakan dua perpaduan yakni tari kipas dan dibingi gerakan tari nyambai terdiri dari 3 ragam yang pertama kekindai kedua ngesesayak dan ketiga Mampang kipas ketiganya di lakukan oleh muli dan juga meghanai secara ber ulang-ulang.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai.Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.
Pepadun
Masyarakat adat pepadun berbeda dengan saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat, pepadun cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Masyarakat adat Lampung pepadun adalah salah satu dari dua kelompok adat besar dalam masyarakat Lampung mengenai titik masyarakat ini mendiami daerah pedalaman atau daerah dataran tinggi Berdasarkan sejarah perkembangannya masyarakat perpaduan awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan way Seputih atau pubian. Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun. Masyarakat pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan ada tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut "penyimbang". Gelar penyimbang ini sangat dihormati dalam adat pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status , kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua penyimbang, dan seperti itu seterusnya. Berbeda dengan saibatin yang memiliki budaya kebangsawanan yang kuat, pepadu cenderung berkembang lebih egaliter dan demokratis. Status sosial dalam masyarakat terpadun tidak semata-mata ditentukan oleh garis keturunan. Setiap orang memiliki peluang untuk memiliki status sosialsosial tertentu, selama orang tersebut dapat menyelenggarakan upacara adat kakak pepadun. Gelar atau status sosial yang dapat diperoleh melalui Saka pepadun diantaranya gelar suttansuttan, Raja,pangeran, dan dalom. Nama pepadun berasal dari perangkat adat yang digunakan dalam prosesi cakap pepadun. "Pepadun" adalah bangku atau Singgasana kayu, yang merupakan simbol status sosial tertentu dalam keluarga. Prosesi pemberian gelar adat("Juluk Adok") dilakukan di atas singgasana ini. Dalam upacara tersebut, anggota masyarakat yang ingin menaikkan statusnya harus membayarkan sejumlah uang ("Dau") dan memotong sejumlah kerbau. Prosesi cakap pepadun ini diselenggarakan di "Rumah Sessat" dan dipimpin oleh seorang penyimbang atau pimpinan adat yang posisinya paling tinggi.
Npm: 2213043045
SEJARAH TARI NYAMBAI ADAT SAIBATIN
Sejarah Tari Nyambai
TARI Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatanya.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
Konon tari Nyambai sudah dipertunjukan sebelum Indonesia merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya tari Nyambai bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah pretise dan legitimasi seorang Ketua Adat.
Gerakan tari Nyambai merupakan perpaduan dari dua bentuk pertunjukan yaitu tari Dibingi dan tari Kipas. Gerak dalam tari Nyambai terdiri dari tiga ragam yaitu, kekindai, Ngesesayak, dan Mampang kapas. Tiga ragam gerak ini dilakukan oleh Muli dan Meghanai secara berulang-ulang. Ragam gerak memilik keunikan pada gerak yang dilakukan pada level rendah (jongkok).
Musik yang untuk mengiringi tari Nyambai, menggunakan dua alat musik yaitu Rebana dan Kulintang, berbeda dengan kulintang yang dikenal umum, yang bila dilihat secara fisik merupakan instrument yang terbuat dari bilah-bilah bambu. Kulintang Lampung bentuknya hampir sama dengan beberapa instrument yang tersebar di seluruh nusantara, misalnya Totobuang (Maluku), Talempong (Sumatra Barat) atau Bonang dalam karawitan Jawa. Selain kedua alat musik tersebut, tari Nyambai juga diiringi oleh alunan pantun yang disebut nga’ududang.
Fungsi Tari Nyambai
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
Makna Pertunjukan Bagi Masyarakat
Kehadiran tari Nyambai sebagai tari tradisi bagi Masyarakat merupakan salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara muli dan mekhanai. Di samping itu, tari Nyambai juga sebagai sarana untuk mempererat kekerabatan adat saibatin.
SEJARAH TARI CANGGET ADAT PEPADUN
Sejarah Tari Cangget
Tari Cangget ditampilkan untuk acara gawi adat, seperti saat panen raya, upacara mendirikan rumah ataupun untuk mengantar orang yang akan pergi haji.
Namun sekarang Tari ini sering digunakan untuk mengiringi upacara perkawinan yang didalamnya terdapat pula pemberian gelar adat atau naik pepadun.
Upacara naik pepadun memiliki makna dan filosifi yang luhur. Dimana seorang yang sudah diberi gelar diharapkan dapat dan mampu menjalankan kewajibannya dan menjadi panutan di lingkungannya.
Fungsi Tari Cangget
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
Makna Pertunjukan Bagi Masyarakat
Awalnya tari Cangget ditarikan sebagai pertunjukkan adat untuk menyambut masa panen hingga mengantarkan warga masyarakat yang hendak berangkat haji.
NPM : 2213043037
TARI NYAMBAI (adat saibatin)
1.Sejarah Tari Nyambai
Tari nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai diambil dari kata Cambai dalam bahasa Lampung berarti sirih. Sirih menjadi simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya. Oleh karena itu, sirih digunakan dalam kehidupan sehari-hari dan upacara adat, yang memiliki makna berbeda-beda tergantung penempatanya.
Nyambai adalah acara pertemuan khusus diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silaturahmi, berkenalan, dengan menunjukan kemampuannya dalam menari. Di lain pihak, kehadiran tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin
Tari Nyambai tergolong sebagai tari klasik, penampilan tari Nyambai diikuti dan dihadiri oleh kalangan bangsawan, yang diselenggarakandi Lamban Gedung. Lamban Gedung merupakan tempat tinggal Ketua Adat sekaligus istana yang digunakan untuk musyawarah adat.
Menurut Suntan Sarif seorang tokoh adat dan Ketua Marga Way Napal mengungkapkan bahwa, tari Nyambai sudah dipertunjukan sebelum Indonesia merdeka namun tidak diketahui secara pasti awal kemunculannya. Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwasanya tari Nyambai bagi adat Saibatin menunjukan adanya sebuah pretise dan legitimasi seorang Ketua Adat. Lebih lanjut Suntan Sarif mengungkapkan bahwa, tari Nyambai pada masa Hulubalang pada masa kerajaan Paksi Pak Skla Brak diajarkan oleh Hulubalang Raja dari generasi ke generasi secara turun temurun. Tari Nyambai adalah adat yang erat kaitannya dengan pertemuan bujang dan gadis yang diselenggarakan pada malam sebelum upacara perkawinan.
Pada perkembangannya, tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun dibalai Adat. tidak tergantung pada waktu dalam arti dapat dipentaskan siang ataupun malam hari. Perubahan itu, menjadikan tari Nyambai tetap eksis di tengah-tengah masyarakat pendukungnya.
Sebagai sebuah pertunjukan dalam konteks pertunjukan, tari Nyambai dikategorikan sebagai tarian khas dalam upacara perkawinaan adat (Nayuh Balak). Upacara perkawinaan adat ini juga merupakan acara pemberian gelar adat kepada pengantin, untuk menggantikan kepemimpinan berikutnya.
Tari Nyambai juga memiliki persyaratan-pesyaratan khusus yang harus dipenuhi sebelum mengadakan tari Nyambai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi antara lain: pertama, pesta perkawinaan diadakan secara besar (Nayuh Balak) yaitu pelaksaannya dilaksanakan selama tujuh hari. Pada perkembanganya, waktu pelaksaannya dipersingkat menjadi tiga hari tiga malam untuk menghemat biaya. Kedua, memotong kerbau, dengan maksud daging kerbau akan digunakan untuk mejamu para tamu undangan. Ketiga, membuat kue adat oleh saudara perempuan yang sudah menikah (nakbay) di antaranya: juwadah, wajik, cucor Mandan, dan buak keras, salimpok. Semua bahan kue terbuat dari beras ketan. Makna beras ketan bagi masyarakat Lampung adalah untuk menjalin kerekatan hubungan kekerabatan, untuk itu kue tersebut merupakan kue adat yang harus ada di setiap pelaksaan upacara adat. Pelaksaan tari Nyambai belum dapat dimulai, jika kue ini belum diserahkan oleh nakbay.
2.Fungsi Tari Nyambai
Fungsi Tari Nyambai adalah salah satu bentuk seni pertunjukan dalam konteks upacara perkawinan yang ditarikan oleh putra dan putri dari para para ketua adat. Tari ini dijadikan salah satu sarana untuk tetap mempertahankan daerah kebangsawan adat Saibatin. Tari Nyambai tidak hanya berfungsi sebagai sarana upacara saja akan tetapi juga cermin tantanan nilai budaya masyarakat, hal ini tercermin diantaranya pada tradisi upacara perkawinan sebagai sistem kepercayaan yang melibatkan seni pertunjukan.
3. Makna pertunjukan bagi masyarakat
Kehadiran tari Nyambai sebagai tradisi tari bagi Masyarakat merupakan salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara muli dan mekhanai. Di samping itu, tari Nyambai juga sebagai sarana untuk mempererat kekerabatan adat saibatin.
Tari Cangget (adat pepadun)
1. Sejarah tari cangget
Tari Cangget awalnya dibawakan sebagai ritual adat seperti panen dan mengantar orang yang akan naik haji. Namun seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tarian ini mulai dikenal masyarakat sebagai hiburan. Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarif ini mulai berkembang di wilayah Lampung.
2. Fungsi tari cangget
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
3. Makna pertunjukan tari Cangget untuk masyarakat
Awalnya tari Cangget ditarikan sebagai pertunjukkan adat untuk menyambut masa panen hingga mengantarkan warga masyarakat yang hendak berangkat haji.
Npm: 2213043059
Kelas: A
Budaya Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. Tidak seperti Suku Pepadun, tidak ada upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat.
Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu).
Berdasarkan sejarah perkembangannya, masyarakat Pepadun awalnya berkembang di daerah Abung, Way Kanan, dan Way Seputih (Pubian). Kelompok adat ini memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi yang berlangsung dalam masyarakat secara turun temurun.
Masyarakat Pepadun menganut sistem kekerabatan patrilineal yang mengikuti garis keturunan bapak. Dalam suatu keluarga, kedudukan adat tertinggi berada pada anak laki-laki tertua dari keturunan tertua, yang disebut “Penyimbang”. Gelar Penyimbang ini sangat dihormati dalam adat Pepadun karena menjadi penentu dalam proses pengambilan keputusan. Status kepemimpinan adat ini akan diturunkan kepada anak laki-laki tertua dari Penyimbang
1 .salah satu ekspresi seni masyarakat Lampung adat Saibatin yang dipentaskan pada saat upacara adat yaitu tari khakot.
Tarian ini
merupakan tari kolektif milik masyarakat Lampung adat Saibatin di Pesisir. Tari Khakot berasal dari
kata Khakot atau Khapot dalam bahasa Lampung dari dialek A (api) yang berarti
menyatu atau bersatu. Maksud dari istilah menyatu atau bersatu ini yaitu suatu
bentuk kegiatan yang dilakukan secara bersama-sama yang dipimpin oleh
seorang hulubalang yang diikuti anak mayau (prajurit) berjalan secara beriringan menuju medan pertempuran.Tari Khakot merupakan bentuk seni pertunjukan yang pentaskan pada suatu acara adat, sebagai salah satu bagian dari prosesi arak-arakan atau iringaniringan pengantin untuk menuju pelaminan. Upacara perkawinan bagi
masyarakat Lampung merupakan prosesi acara adat yang diselenggarakan secara
ramai, meriah, dan megah.
Tari Khakot merupakan simbol identitas budaya masyarakat Lampung,
tarian ini erat kaitannya dengan ritual upacara perkawinan adat, selalu
dihadirkan ketika masyarakat mengadakan upacara adat. Masyarakat yang
tergabung dalam satu pekon atau kampung secara bersama-sama
mempertahankan keberadaan tari Khakot dengan cara merawat dan menjaga
eksistensinya
2.Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun.
Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun. Secara sempit Cangget diartikan sebagai suatu tarian yang dilakukan oleh wanita, namun secara luas cangget adalah peristiwa begawi itu sendiri. Begawi dan Cangget adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan
Tarian ini merupakan wujud kegembiraan atas kemenangan betan subing saat mengalahkan raja bajau. Tarian Cangget termasuk ke dalam angkatan tua yang hadir bahkan pada masa Hindu-Buddha di Lampung.
Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarif ini mulai berkembang di wilayah Lampung. Tarian ini bukan hanya dibawakan untuk upacara pernikahan tetapi juga saat kirab budaya dan ajang lainnya
Sejak saat itu pula Tari Canget sering kali menjadi seperti ajang pencarian jodoh. Hal ini dikarenakan banyak muda-mudi Lampung yang akhirnya bermesraan dan menikah berawal dari Tari Candet.
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung.
NPM : 2213043035
Kelas A Semester 1
Prodi Pendidikan Tari
TARI CANGET (PEPADUN)
Sejarah awal acara cangget agung bermula adat dari Sekala Berak dari datuk Nan empat diturunkan sebagai petunjuk kehidupan bermasyarakat, dimulai dari cepala kemudian adat pengakuk, setelah itu menyusul adat kebumian. Setiba di canguk Ratcak yang tadinya lima bersaudara kelak akan menjadi kesembilan marga ( yang akan bergabung kedalam siwo mego) membagi hak adat. Setelah berhasil membawa kemenangan dalam pertarungan melawan raja di lawek. Mereka mengadakan pesta kemenangan Pesta Cangget Agung dengan Tari Tigel digelarkan sebagai puncak kemenangan. Disinilah bermula dilaksanakan Gawi ( mecak Wirang ) dalam pelaksanaan Gawi tersebut digelarlah Cangget Agung ( Tari Malam Gembira/ tari Cangget ) Bagi masyarakat pepadun yang ingin mengambil gelar Sutan arus melaksanakan serangkaian acara begawi. Begawia dalah pesta adat besar naik tahta ke-punyimbangan dengan mendapat gelar nama yang tinggi (Hadikusuma, 1989 : 149). Pesta adat begawi dilaksanakan bersamaan dengan acara pernikahan. Pernikahan untuk masyarakat Lampung adalah untuk mendapatkan pemimpin baru untuk keluarganya dengan gelar baru yang didapatkan melalui proses begawi.Begawi dilakukan dengan segala rangkaian panjang, dimulai dari merwatin atau musyawarah adat hingga mepadun, acara pemberian gelar secara simbolis. Salah satu rangkaian dari begawi adalah acara cangget. Cangget agung dalah acara puncak yang dilaksanakan pada malam hari sebelum dilaksanakan mepadun. Secara sempit, cangget diartikan sebagai tari yang dilakukan oleh wanita, namun secara luas Cangget adalah begawi cakak pepadun itu sendiri (Martiara, 2012: 176). cangget merupakan bentuk pertunjukan tari adat yang menjadi sarana bertemunya muli mekhanai (bujang gadis) di sesat (rumah adat masyarakat Lampung).Cangget dilakukan bersamaan dengan acara pernikahan, maka dapat dikatakan bahwa Cangget jugamerupakan malam bujang gadis sesaat sebelum calon mempelai pria dan wanita melepas masa lajangnya. Menurut masyarakat Lampung,cangget adalah identitas atau jati diri. Cangget dan perkawinan adalah wujud dari penegasan akan identitas kultural orang Lampung sekaligus merupakan simbolisasi proses pelestarian, penguatan, dan penegasan kembali identitas tersebut. Dipentaskannya cangget merupakan proses simbolisasi dari kembalinya nilai ke-Lampung-an (Sayuti, 1982: 12). Sebagai sebuah kebutuhan, cangget sangat penting dilestarikan oleh masyarakat Pepadun. Cangget adalah bagian dari tradisi budaya masyarakat yang senantiasa hidup, baik sebagai ekspresi pribadi maupun ekspresi bersama kelompok masyarakat. Cangget Agung merupakan sebuah Upacara Lampung Pepadun yang di anggap sakral atau di Sakralkan dapat juga di artikan sebagai upacara agung, dalam penyelenggaraan tari agung atau tari kemuliaan. Sebagai dimaksudkan sebuah penyelenggaraan panggug tari yang memiliki syarat syarat, yang menggambarkan keagungan suku persyaratan yang harus dipenuhi dalam Cangget Agung ini adalah sebuah keniscayaan yang harus terselenggara secara pas, kelebihan dan kekurangan baik kualitas maupun kuantitas di sepakati untuk di pahami akan mengurangi, bahkan merusak keagungan acara ini, sehingga upacara ini disebut agung atau cangget agung atau pula tari agung, dikarnakan dalam upacara ini terdapat dalam tari tari yang dilakukan oleh peserta upacara.
Upacara ini oleh masyarakat Lampung Pepadun biasa nya digunakan pada saatt acara begawi adat Lampung atau pengambilan gelar raja diman acara tersebut biasanya berdampingan denga peristiwa perkawinan dengan kata lain secara luas cangget agung adalah Begawi Cakak Pepadun atau pengambilan gelar raja. Keagungan dalam upacara ini nampak lebih mengkristal ketika di tinjau dari persyaratan status peserta upacara, peralatan harus dilengkapi, kaidah kaidah dan tata krama dalam upacra agung ini. Adapun pelanggaran terhadap persyaratan serta keniscayaan lainnya akan menjadi aib bagi pelaku maupun keluarganya, sebab itu setiap peserta sangat menghindari pelanggaran atas kaidah kaidah dalam penyelanggaraan upacara agung ini. Keagungan upacara ini terdapat dalam tari tari yang di laukan oleh peserta upacara.
Beberapa hal yang perlu di perhatikan dalam menyelenggarakan dan mengikuti acara ini, dia antara nya adanya sebuah pancaran : kejujuran, ketaatan, ketekunan, ketepatan dan kerapihan Hal tersebut adalah merupakan layak tidaknya seseorang untuk berpartisipasi dalam pergaulan di masyarakat, itu pula lah inti dari penyelenggaraan Cangget Agung. Upacara ini memiliki fungsi sebagai upaya aktualisasi nilai nilai budaya daerah Lampung sebagai proses terjadinya pernyataan dan perwujudan yang semula nilai nilai tersebut yang masih dalam bentuk abstrak agar terjadi kongkritasi nilai dalam kehidupan sehari hari, yang semula hanya filosofis konsepsional menjadi definitif operasional. Melalui upacra Cangget Agung maka Nilai nilai yang terkandung dalam Piil Pesenggiri serta menguat sikap dasar seperti kejujuran, ketaatan, ketekunan, ketepatan dan kerapihan dan di pahami nya maksud dari penyelenggaraan acara tersebut di atas maka perwujudan Piil Pesenggiri yang Berisikan tentang : Nemui Nyimah, Nengah Nyappur, Sakai Sambaian,Juluk Adek. terdapat dalam tari tari yang di laukan oleh peserta upacara.
Makna :
Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun
Fungsi :
Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
TARI NYAMBAI (SAI BATIN)
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya.
Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
1. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
2. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
3. Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
1. Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
2. Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
3. Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan.
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat
Makna :
tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
Fungsi :
Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung
NPM: 2213043057
TARI HALIBAMBANG
(Dari adat saibatin)
TARI Tradisional Halibambang merupakan warisan nenek moyang suku Lampung Sekala Brak. Apabila ada perayaan perkawinan biasanya diadakan pesta muli mekhanai yang di sebut Nyambai. Keberadaan Tari Halibambang di daerah Liwa di perkirakan pada abad ke VI pada masa keadatan Lampung Sekala Brak.
Tari Tradisional adalah tari yang telah baku oleh aturan-aturan tertentu. Dalam kurun waktu yang telah disepakati, aturan baku diwariskan secara turun menurun melalui generasi ke generasi.
Tari Halibambang dapat diartikan sebagai Hali: Seperti, Bagaikan sedangkan Bambang: Kupu-kupu. Jadi Tari Halibambang dapat simpulkan sebagai tarian yang menggambarkan kupu-kupu yang sedang beterbangan dengan mengibas-ibas sayapnya di alam yang bebas dan berayun-ayun di bunga
Dahulu Tari Halibambang adalah merupakan tarian keluarga Lampung Sekala Brak yang beradat Sai Batin dan hanya dapat dipentaskan oleh lingkungan keluarga Sekala Brak di tempat yang tertutup,tidak boleh ditarikan oleh sembarangan orang pementasanya pun hanya terbatas pada saat acara Nyambai adat dalam adat Lampung Sekala Brak saja.Personil penarinya puin hanya terbatas pada putri keluarga Lampung Sekala Brak yang funsinya sebagai tari hiburan keluarga.
Namun sekarang fungsi tari halibambang tidak lagi mutlak sebagai tarian keluarga adat Lampung saja,tetapi sudah diperbolehkan tarian ini dipentaskan di tempat terbuka serta tarian ini berfungsi sebagai tarian hiburan lepas atau sebagai tarian penyambut tari Lampung.
Busana tari:
Kumbang Gijekh (Kumbang Goyang) sebgai lambang keanggunan dan keindahan.
Sanggul (keindahan).
Tali Galah(tali leher) yang diberi kumbang tabokh (keindahan).
Kipas (properti)lambang sayap kupu-kupu.
Gelang Kana (kemakmuran).
Gajah Minung atau kalung selembok (kemakmuran)
Busung /ikat pinggang (kemakmuran).
Kawai/baju beludru (kesucian).
Injang bumpek
Musik pengiring Tari Halibambang menggunakan Talo Balak, nada yang dihasilkan dari bunyi tabuhan Talo balak ini dapat disimpulkan pada kunci nada = G ( Sedikit Sumbang ), Gong besar berbunyi nada = 1( do ), Gong Kecil berbunyi nada = 2/ ( ri ), Talo Balak dan Gendang.
Dengan bermodalkan Seni Tari Halibambang sebagai tari tradisional Daerah Lampung merupakan salah satu langkah menuju cita-cita dan jati diri yang utuh bagi pembentukan manusia Indonesia yang akhirnya citra budaya bangsa Indonesia dapat tercermin melalui pelestarian budaya yang di pelihara Bangsa Indonesia yang mewarnai dan menjaga keutuhan leluhurnya.
|sumber naskah: yulianasenitari.wordpress.com |foto:
Makna tarian HALIBAMBANG dalam pertunjukan dimasyarakat adalah Tarian ini dinamakan Halibambang yang memiliki arti kupu-kupu yang dimana bentuk tariannya dapat diartikan sebagai kupu-kupu yang berterbangan mengibas sayapnya di alam terbuka nan berayun-ayun di alam bebas. Tarian ini menggambarkan kesopanan, keindahan, dan keagungan seorang gadis atau putri saat menyapa tamu.
TARI CANGGET
(Dari adat pepadun)
Tari Cangget awalnya dibawakan sebagai ritual
adat seperti panen dan mengantar orang yang akan naik haji. Namun, seiring berjalannya waktu dan berkembangnya zaman, tarian ini mulai dikenal masyarakat sebagai hiburan. Pada tahun 1942 tepatnya pada masa pendudukan Jepang, tarian ini mulai berkembang di wilayah Lampung.
Fungsi
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
Makna pertunjukan tari Cangget untuk masyarakat
Awalnya tari Cangget ditarikan sebagai pertunjukkan adat untuk menyambut masa panen hingga mengantarkan warga masyarakat yang hendak berangkat haji.
Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun.[1] Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun. Secara sempit Cangget diartikan sebagai suatu tarian yang dilakukan oleh wanita, namun secara luas cangget adalah peristiwa begawi itu sendiri. Begawi dan Cangget adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penyelenggaraan tarian ini semakin berkurang. Tarian cangget tidak lagi ditarikan oleh para pemuda dan pemudi untuk saling berkenalan, melainkan telah menjadi suatu tarian khusus yang dimainkan oleh penari-penari tertentu (tidak sembarang orang) dan pada saat-saat tertentu saja (upacara adat saja).
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
saibatin
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.[1]
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai.
NPM: 2213043051
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai. Selain itu, Tari Nyambai juga merupakan sarana untuk mempererat kekerabatan adat Saibatin.Upacara Nayuh/Penayuhan adalah upacara perkawinan adat besar-besaran yang diadakan oleh masyarakat Lampung yang beradat Saibatin/pesisir. Metode analisisis bersifat deskriptif analisis dengan pendekatan teori fungsi dan teori sosio-budaya. Ada tiga kategori fungsi dalam kebudayaan yakni:
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan biologis, seperti kebutuhan akan pangan dan prokreasi.
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan instrumental, seperti kebutuhan akan hukum dan pendidikan, dan
Kebudayaan harus memenuhi kebutuhan integratif, seperti agama dan kesenian.
Dalam sosiologi budaya ada tiga komponen pokok, yaitu:
Institution atau lembaga budaya yang menanyakan: siapa yang mengontrol, dan bagaimana kontrol itu dilakukan.
Isi budaya menanyakan produk atau simbol apa yang dihasilkan, dan
Efek budaya menanyakan apa yang diusahakan
Tari Nyambai dan upacara Nayuh pada masyarakat Saibatin di Pesisir Barat Lampung mencerminkan adanya keharmoinisan komunikasi masyarakat dan bentuk peneguhan upacara pernikahan sebagai kebijakan adat yang harus dipatuhi seluruh warga pesisir Barat, Lampung sebagai basis sosialnya. Namun pada perkembangannya, Tari Nyambai ditarikan oleh semua anggota masyarakat, baik yang sudah menikah maupun yang belum menikah. Adapun tempat pertunjukannya dapat diselenggarakan di ruang-ruang publik maupun balai adat. Perubahan ini menjadikan Tari Nyambai tetap eksis ditengah-tengah masyarakat
makna : tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh.
fungsi:Fungsi Tari Nyambai Pada Upacara Perkawinan Adat Nayuh Pada Masyarakat Saibatin Di Pesisir Barat Lampung
SEJARAH TARI CANGGET
Tari cangget adalah tradisi kesenian tari dari masyarakat adati di Provinsi Lampung. Tarian tradisional ini biasanya menggambarkan karakteristik dari penarinya seperti kepiawaian, budi pekerti, maupun kedewasaan. Tarian ini juga biasa dikenal dengan Tari Cangget Pepadun.
Biasanya, para penari Tari Cangget merupakan remaja dari Lampung yang tampil lengkap dengan pakaian adat khas Lampung. Tarian ini biasanya hadir pada acara-acara penting seperti upacara pernikahan, menyambut tamu daerah, maupun pesta adat lain yang diselenggarakan di Lampung.
MAKNA:Tari ini juga dikenal sebagai tari Cangget Pepaduan. Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun
fungsi:Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun. Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun.
Nama : diva arum kinanti
npm : 2213043050
Tari Cangget merupakan suatu bentuk pertunjukan tari yang dimiliki oleh masyarakat Lampung beradat pepadun.[1] Tari Cangget biasanya hadir dan menjadi bagian daripada rangkaian upacara adat atau begawi yang diselenggarakan untuk merayakan pesta daur hidup seperti perkawinan dalam masyarakat Lampung Pepadun. Secara sempit Cangget diartikan sebagai suatu tarian yang dilakukan oleh wanita, namun secara luas cangget adalah peristiwa begawi itu sendiri. Begawi dan Cangget adalah satu-kesatuan yang tak dapat dipisahkan.[2]
Namun, seiring dengan perkembangan zaman, penyelenggaraan tarian ini semakin berkurang. Tarian cangget tidak lagi ditarikan oleh para pamuda dan pemudi untuk saling berkenalan, melainkan telah menjadi suatu tarian khusus yang dimainkan oleh penari-penari tertentu (tidak sembarang orang) dan pada saat-saat tertentu saja (upacara adat saja).
Tari Cangget biasanya dipertunjukan saat menyambut tamu agung, upacara pernikahan, dan pesta adat di Provinsi Lampung. Tarian ini mencerminkan kewibawaan gadis Lampung yang anggun.
Pepadun
Tari Nyambai adalah tari kelompok berpasangan yang dilakukan oleh gadis (muli) dan bujang (mekhanai) sebagai ajang pertemuan atau ajang silahturahmi untuk mencari jodoh. Sebagai tarian adat pada masyarakat saibatin (pesisir), kehadirannya menjadi bagian dari rangkaian upacara perkawinan yang disebut dengan upacara Nayuh/Penayuhan. Nyambai adalah acara pertemuan khusus yang diselenggarakan untuk Meghanai (bujang) dan Muli (gadis) sebagai ajang silathmi, berkenalan, dengan menunjukkan kemampuan dalam menari.[1]
Tari Nyambai diperkirakan lahir bersamaan dengan kebiasaan masyarakat untuk meresmikan gelar adat, pelaksanaanya diselenggarakan bersamaan dengan upacara perkawinan. Nama Nyambai sendiri diambil dari kata Cambai dalam Bahasa Lampung berarti Sirih. Sirih merupakan simbol keakraban bagi masyarakat Lampung pada umumnya.[2]
Dilain pihak, kehadiran Tari Nyambai digunakan sebagai salah satu sarana komunikasi dan media untuk mencari jodoh antara Muli dan Meghanai.