Materi Pertemuan 11

1. Pendahuluan

  • Konflik sosial budaya merupakan bagian dari dinamika masyarakat yang muncul akibat perbedaan kepentingan, nilai, identitas, dan perebutan sumber daya.
  • Dalam konteks geografi sosial budaya, konflik sering berkaitan dengan ruang—siapa yang memiliki, menguasai, dan memanfaatkan ruang tertentu.
  • Di sisi lain, konflik tidak selalu negatif. Ia juga dapat menjadi jalan menuju integrasi sosial, bila dikelola dengan baik.

 

2. Konflik Etnis, Budaya, dan Ruang

a. Konflik Etnis

  • Terjadi akibat perbedaan suku, bahasa, agama, atau identitas kultural.
  • Biasanya muncul karena diskriminasi, stereotip, dan kesenjangan sosial-ekonomi.
  • Contoh: kerusuhan Sampit (2001) antara suku Dayak dan Madura.

b. Konflik Budaya

  • Muncul karena perbedaan nilai, norma, dan cara hidup yang dianggap bertentangan.
  • Contoh: konflik antar generasi terkait budaya modern vs tradisional (misalnya gaya hidup anak muda vs norma adat).

c. Konflik Ruang

  • Terjadi karena perebutan akses, kepemilikan, atau pemanfaatan ruang.
  • Bentuk konflik ruang:
    1. Agraria → perebutan tanah antara masyarakat adat, petani, dan perusahaan.
    2. Perkotaan → penggusuran warga untuk pembangunan infrastruktur (jalan tol, mall, apartemen).
    3. Perbatasan → sengketa wilayah antarnegara atau antardaerah.
  • Contoh: konflik agraria di Kendeng (Jawa Tengah) terkait pembangunan pabrik semen.

 

3. Mekanisme Integrasi Sosial

a. Definisi

  • Integrasi sosial adalah proses penyatuan kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda latar belakang sosial, budaya, atau kepentingan menjadi satu kesatuan yang harmonis.

b. Bentuk Integrasi

  1. Asimilasi → penggabungan dua budaya sehingga melahirkan budaya baru.
    • Contoh: perkawinan campuran etnis di perkotaan.
  2. Akulturasi → masuknya budaya asing tanpa menghilangkan budaya asli.
    • Contoh: masjid dengan arsitektur lokal (Masjid Menara Kudus dengan gaya Hindu-Jawa).
  3. Konsensus sosial → kesepakatan bersama antar kelompok untuk hidup berdampingan.
    • Contoh: perjanjian damai setelah konflik etnis di Poso.

c. Faktor Pendorong Integrasi

  • Adanya toleransi antar kelompok.
  • Kesediaan untuk saling menghargai perbedaan.
  • Adanya interaksi sosial yang intensif.
  • Peran institusi sosial dan pemerintah dalam mediasi.

 

4. Multikulturalisme sebagai Mekanisme Integrasi

a. Pengertian

  • Multikulturalisme adalah pandangan hidup yang menekankan penerimaan dan penghargaan terhadap keragaman budaya dalam satu masyarakat.
  • Bukan sekadar hidup berdampingan, tetapi juga mengakui semua identitas sebagai bagian sah dari bangsa.

b. Prinsip Multikulturalisme

  1. Semua kelompok etnis dan budaya memiliki hak yang sama.
  2. Tidak ada dominasi budaya mayoritas terhadap minoritas.
  3. Budaya dijadikan sumber kekayaan bersama, bukan pemisah.

c. Contoh Praktik Multikulturalisme di Indonesia

  • Perayaan Imlek diakui sebagai hari libur nasional.
  • Sekolah-sekolah multikultural yang mewadahi berbagai agama dan etnis.
  • Festival budaya daerah (Festival Danau Toba, Cap Go Meh, Sekaten) yang dirayakan lintas komunitas.

 

5. Studi Kasus: Konflik Perebutan Ruang

a. Konflik Agraria

  • Kasus Kendeng (Jawa Tengah): masyarakat adat vs perusahaan semen → konflik karena perbedaan pandangan tentang pemanfaatan ruang (ekonomi industri vs kelestarian lingkungan dan budaya).
  • Kasus Mesuji (Lampung-Sumsel): konflik antara masyarakat lokal dan perusahaan perkebunan sawit.

b. Konflik Perkotaan

  • Jakarta dan kota besar lain: penggusuran permukiman padat untuk pembangunan jalan tol, waduk, atau proyek properti.
  • Isu: hak atas ruang vs kepentingan pembangunan.

c. Konflik Perbatasan

  • Sengketa Sipadan dan Ligitan (Indonesia-Malaysia, 2002).
  • Ambalat: perebutan wilayah laut karena potensi sumber daya alam.