Weekly outline
General
Pertemuan 1 (Pengantar dan Kontrak Kuliah Dasar Konsep Pendidikan Moral)
Pada pertemuan pertama, mahasiswa diperkenalkan pada gambaran umum mata kuliah Dasar Konsep Pendidikan Moral (DKPM) sebagai fondasi dalam memahami pendidikan nilai dan moral di dunia pendidikan. Dosen dan mahasiswa bersama-sama menyepakati kontrak perkuliahan, mencakup tujuan pembelajaran, metode, evaluasi, serta etika akademik. Kegiatan ini bertujuan membangun kesepahaman tentang arah dan makna pembelajaran moral sebagai bagian dari pembentukan karakter calon pendidik.
Selain itu, mahasiswa diajak merefleksikan pentingnya pendidikan moral dalam membangun generasi berkarakter, berintegritas, dan bertanggung jawab. Melalui diskusi ringan, mahasiswa mengaitkan relevansi pendidikan moral dengan tantangan kehidupan sosial modern seperti krisis etika, individualisme, dan dekadensi moral. Pembelajaran ini menjadi pondasi awal untuk menumbuhkan kesadaran akan pentingnya moralitas dalam dunia pendidikan dan kehidupan sehari-hari.
Pertemuan 2 (Nilai dan Moral (Bagian I)
Pada pertemuan ini, mahasiswa mulai memasuki inti kajian tentang nilai dan moral sebagai konsep dasar dalam pendidikan. Nilai dibahas sebagai ukuran kebaikan, pedoman perilaku, serta penentu arah tindakan manusia. Sedangkan moral dipahami sebagai manifestasi nyata dari nilai yang dihayati individu dalam kehidupan sosial. Mahasiswa mengkaji bagaimana nilai-nilai universal seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab terbentuk dan dipraktikkan dalam masyarakat.
Proses pembelajaran diarahkan pada analisis literatur dan refleksi pribadi tentang nilai-nilai yang mendasari perilaku sehari-hari. Melalui diskusi, mahasiswa belajar membedakan antara nilai moral, nilai sosial, dan nilai budaya. Tujuannya agar mereka mampu mengenali akar moralitas dalam konteks pendidikan dan memahami bagaimana nilai menjadi landasan dalam pembentukan karakter peserta didik
Pertemuan 3 (Nilai dan Moral (Bagian II))
Pembahasan berlanjut dengan penekanan pada hubungan antara nilai dan moral dalam membentuk kesadaran etis individu. Mahasiswa diajak menelaah teori-teori nilai dari berbagai tokoh pendidikan dan filsafat moral, seperti Aristoteles, Kant, dan Durkheim. Kajian ini memberikan perspektif tentang bagaimana moral tidak hanya lahir dari peraturan, tetapi juga dari refleksi rasional dan pengalaman sosial.
Melalui tugas mandiri, mahasiswa menelusuri sumber literatur untuk menemukan relevansi konsep nilai dengan praktik pendidikan masa kini. Diskusi kelas difokuskan pada bagaimana pendidik dapat menanamkan nilai secara efektif kepada peserta didik tanpa bersifat indoktrinatif. Diharapkan mahasiswa mampu mengembangkan kepekaan moral dan berpikir kritis terhadap persoalan nilai di lingkungan pendidikan
Pertemuan 4 (Kawasan Moral)
Pertemuan ini membahas konsep kawasan moral sebagaimana dikembangkan oleh berbagai ahli pendidikan moral. Kawasan moral mencakup ranah pengetahuan moral (moral knowing), perasaan moral (moral feeling), dan tindakan moral (moral action). Mahasiswa memahami bahwa pendidikan moral tidak berhenti pada pengetahuan, tetapi harus mengarah pada tindakan nyata yang bermoral.
Melalui kajian literatur dan diskusi, mahasiswa menganalisis contoh penerapan kawasan moral dalam pendidikan di sekolah. Mereka diajak menilai bagaimana keseimbangan antara berpikir, merasakan, dan bertindak menjadi inti dari pembentukan karakter. Proses ini membantu mahasiswa memahami pentingnya integrasi antara dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor dalam pendidikan moral.
- Membaca literatur tentang konsep moral knowing, moral feeling, dan moral action.
- Menyusun mind map tentang keterkaitan ketiga kawasan moral tersebut.
- Menulis contoh penerapan kawasan moral dalam kegiatan sekolah.
- Berdiskusi dalam kelompok untuk menilai keseimbangan ketiga aspek moral.
- Menyusun laporan singkat (maksimal 2 halaman) hasil diskusi kelompok.
Pertemuan 5 (Pengumpulan Materi Kawasan Moral)
- Pada pertemuan ini, mahasiswa difokuskan untuk mengumpulkan berbagai sumber ilmiah yang relevan dengan kajian kawasan moral. Kegiatan ini melatih kemampuan literasi akademik, terutama dalam menelusuri teori dan penelitian yang berkaitan dengan pengembangan moral knowing, moral feeling, dan moral action. Mahasiswa diminta menyusun ringkasan materi dari minimal tiga referensi terpercaya. Melalui kegiatan ini, mahasiswa tidak hanya mengumpulkan informasi, tetapi juga belajar mengidentifikasi relevansi konsep kawasan moral dengan realitas pendidikan di Indonesia. Aktivitas ini bertujuan agar mahasiswa mampu mengaitkan teori dengan praktik pendidikan moral yang kontekstual dan berorientasi pada pembentukan karakter.
- Mencari minimal tiga referensi jurnal atau buku tentang kawasan moral.
- Membuat ringkasan tiap sumber (judul, penulis, tahun, isi pokok).
- Mengidentifikasi relevansi teori kawasan moral dengan pendidikan karakter.
- Menyusun bibliografi sederhana dengan format APA Style.
- Mengumpulkan hasil kompilasi materi dalam format PDF.
Pertemuan 6 (Pengumpulan Materi Teori Perkembangan Moral Piaget)
Mahasiswa mempelajari teori perkembangan moral yang dikemukakan oleh Jean Piaget, yang menekankan proses perkembangan moral anak sebagai bagian dari perkembangan kognitifnya. Dalam teori ini, moralitas berkembang dari tahap heteronom, di mana anak bergantung pada aturan eksternal, menuju tahap otonom yang didasarkan pada kesadaran dan penalaran pribadi.
Pada pertemuan ini, mahasiswa mengumpulkan bahan bacaan dan jurnal terkait teori Piaget, menganalisis relevansinya dengan pendidikan moral di sekolah. Mereka belajar memahami bagaimana tahapan berpikir moral anak dapat dijadikan dasar dalam penyusunan strategi pembelajaran moral yang sesuai dengan usia dan karakter peserta didik.- Mencari tiga referensi akademik tentang teori perkembangan moral Piaget.
- Menuliskan tahapan perkembangan moral anak menurut Piaget.
- Memberikan contoh perilaku siswa SD–SMA sesuai tahapannya.
- Membuat refleksi singkat tentang relevansi teori Piaget dalam pembelajaran.
- Mengunggah hasil tugas ke LMS dan siap dipresentasikan.
Pertemuan 7 (Analisis Video Teori Perkembangan Moral Kohlberg)
Pertemuan ini mengarahkan mahasiswa untuk memahami teori perkembangan moral Lawrence Kohlberg melalui analisis video pembelajaran. Mahasiswa mengamati tahapan perkembangan moral yang terdiri dari tingkat prakonvensional, konvensional, dan pascakonvensional. Mereka diminta mengidentifikasi perilaku dan pola berpikir moral yang ditunjukkan dalam tayangan tersebut.
Melalui diskusi, mahasiswa membandingkan teori Kohlberg dengan teori Piaget untuk menemukan kesamaan dan perbedaannya. Analisis ini membantu mereka memahami bahwa perkembangan moral tidak sekadar mengikuti usia, tetapi juga dipengaruhi oleh lingkungan sosial, budaya, dan pendidikan. Kegiatan ini juga melatih kemampuan berpikir kritis dan reflektif terhadap fenomena moral di sekitarhttps://drive.google.com/file/d/1j8Lm3vyDdAKIMZf_u1miL7pqgUR1TyQY/view?usp=drive_link
- Menonton video perkembangan moral Kohlberg yang diberikan dosen.
- Mengidentifikasi perilaku yang menunjukkan setiap tahap moral.
- Menuliskan analisis singkat (400–500 kata) tentang tahapan moral dalam video.
- Membandingkan teori Kohlberg dengan Piaget (dalam tabel atau paragraf).
- Diskusikan hasil analisis dalam kelompok kecil di kelas.
Pertemuan 8 (Ujian Tengah Semester (UTS))
UTS berfungsi sebagai evaluasi terhadap pemahaman mahasiswa mengenai konsep nilai, moral, kawasan moral, dan teori perkembangan moral Piaget serta Kohlberg. Mahasiswa diharapkan mampu mengintegrasikan konsep-konsep tersebut dalam bentuk analisis maupun refleksi pribadi terhadap fenomena moral yang ada di masyarakat.
Selain sebagai alat ukur, UTS juga menjadi momen reflektif bagi mahasiswa untuk menilai sejauh mana mereka memahami esensi pendidikan moral. Proses ini memperkuat kesadaran bahwa pendidikan moral adalah proses pembentukan manusia seutuhnya, bukan sekadar pengetahuan tentang benar dan salah
- This week
Pertemuan 9 Identifikasi Dilema Moral (Pribadi))
Mahasiswa diajak untuk mengenali dan menganalisis dilema moral yang pernah mereka alami dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini bertujuan mengembangkan kesadaran diri (self-awareness) terhadap nilai dan prinsip moral yang mereka pegang. Dengan menggunakan teori kawasan moral dan teori perkembangan moral, mahasiswa belajar mengevaluasi keputusan moral mereka secara reflektif.
Diskusi kelas difokuskan pada bagaimana proses berpikir moral muncul saat menghadapi konflik nilai. Mahasiswa diharapkan memahami bahwa dilema moral adalah bagian dari pembelajaran moral yang nyata dan dapat dijadikan sarana pembentukan karakter yang lebih matang.
- Menceritakan satu pengalaman pribadi yang mengandung dilema moral.
- Menganalisis pengalaman tersebut menggunakan teori Piaget dan Kohlberg.
- Mengidentifikasi nilai moral yang terlibat dalam dilema itu.
- Menulis refleksi diri: keputusan moral apa yang diambil dan mengapa.
- Mengumpulkan tugas dalam bentuk esai 2 halaman.
Pertemuan 10 (Identifikasi Dilema Moral (Konteks Film “Keluarga Cemara”))
Melalui analisis film “Keluarga Cemara”, mahasiswa mengamati bagaimana nilai dan moral terimplementasi dalam kehidupan keluarga. Film ini menjadi studi kasus untuk memahami konflik moral, pengambilan keputusan, dan penanaman nilai dalam konteks sosial budaya Indonesia.
Mahasiswa kemudian menautkan temuan mereka dengan teori kawasan moral dan teori perkembangan moral. Kegiatan ini memperkaya pemahaman tentang bagaimana media dapat digunakan sebagai alat edukatif dalam menanamkan nilai-nilai moral kepada peserta didik.
- Menonton film “Keluarga Cemara” secara utuh.
- Mengidentifikasi minimal dua dilema moral yang muncul dalam film.
- Menganalisis karakter utama berdasarkan teori perkembangan moral.
- Menyusun ulasan tertulis (500 kata) tentang pesan moral film.
- Diskusi: perbandingan nilai keluarga dalam film dan kehidupan nyata.
Pertemuan 11 (Pendidikan Moral dan Pendidikan Nilai)
Pada pertemuan ini, mahasiswa membedakan konsep pendidikan moral dengan pendidikan nilai. Keduanya sama-sama menanamkan kebaikan, namun berbeda dalam pendekatan dan orientasi. Pendidikan moral menekankan pembentukan karakter dan perilaku, sementara pendidikan nilai menyoroti internalisasi nilai sebagai pedoman hidup.
Mahasiswa menganalisis bagaimana sinergi antara keduanya diperlukan dalam sistem pendidikan nasional. Melalui kajian literatur dan refleksi, mereka memahami bahwa pendidikan moral dan nilai saling melengkapi dalam membentuk manusia yang beretika dan berkepribadian- Membuat tabel perbandingan antara pendidikan moral dan pendidikan nilai.
- Menganalisis penerapan keduanya di sekolah dasar dan menengah.
- Menulis refleksi (300 kata) tentang pentingnya integrasi keduanya.
- Menemukan satu studi kasus sekolah yang menerapkan pendidikan karakter.
- Presentasi hasil analisis dalam kelompok.
Pertemuan 12 (Pendekatan-Pendekatan Pendidikan Moral (Bagian I)
Pertemuan ini memperkenalkan berbagai pendekatan dalam pendidikan moral, seperti pendekatan kognitif, afektif, dan sosial. Mahasiswa mempelajari landasan teoretis dari masing-masing pendekatan dan konteks penerapannya di dunia pendidikan.
Kegiatan diskusi mendorong mahasiswa untuk menilai kelebihan dan keterbatasan tiap pendekatan. Mereka diajak merancang skenario pembelajaran yang mengintegrasikan pendekatan moral sesuai karakter peserta didik. Dengan demikian, mahasiswa mulai memahami pentingnya strategi yang kontekstual dalam menanamkan nilai moral- Membaca bahan ajar tentang berbagai pendekatan pendidikan moral.
- Menentukan pendekatan yang paling relevan untuk konteks Indonesia.
- Menulis alasan pemilihan pendekatan tersebut.
- Mendesain satu contoh kegiatan pembelajaran berbasis pendekatan itu.
- Diskusikan hasil rancangan di kelas.
Pertemuan 13 (Pendekatan Pendidikan Moral: Moral Development)
Mahasiswa mendalami pendekatan pengembangan moral (moral development approach) yang berfokus pada proses berpikir moral peserta didik. Pendekatan ini menekankan pentingnya membangun penalaran moral melalui dialog, diskusi dilema moral, dan refleksi kelompok.
Dalam diskusi, mahasiswa belajar bagaimana guru dapat memfasilitasi peserta didik agar mampu mengambil keputusan moral yang bertanggung jawab. Mereka juga menganalisis relevansi pendekatan ini terhadap kurikulum pendidikan karakter di sekolah.
- Membuat ringkasan teori moral development approach.
- Mendesain diskusi dilema moral untuk siswa SMP/SMA.
- Menuliskan langkah-langkah penerapannya di kelas.
- Menjelaskan manfaat metode ini bagi perkembangan moral siswa.
- Mengumpulkan hasil dalam bentuk laporan kelompok.
Pertemuan 14 (Pendekatan Pendidikan Moral: Analysis dan Klarifikasi Nilai)
Pertemuan ini membahas pendekatan analisis dan klarifikasi nilai sebagai metode pendidikan moral yang menumbuhkan kesadaran dan kemandirian berpikir. Mahasiswa memahami bahwa tujuan utama pendekatan ini adalah membantu peserta didik mengenali, memilih, dan mempertahankan nilai berdasarkan pertimbangan rasional.
Melalui kegiatan simulasi dan studi kasus, mahasiswa berlatih menerapkan pendekatan ini dalam konteks pembelajaran. Mereka belajar memfasilitasi dialog terbuka tanpa menghakimi, agar siswa mampu menemukan nilai yang diyakini dengan kesadaran penuh- Membaca artikel tentang value analysis dan value clarification.
- Menentukan contoh dilema nilai yang bisa digunakan di sekolah.
- Membuat rencana pembelajaran berbasis klarifikasi nilai.
- Menyusun lembar panduan refleksi nilai untuk siswa.
- Presentasikan rancangan pembelajaran tersebut di kelas.
Pertemuan 15 (Pendekatan Pendidikan Moral: Action Learning & Analisis Pendidikan Moral di Sekolah)
- Mahasiswa mempelajari pendekatan pembelajaran moral berbasis tindakan (action learning) yang menekankan keterlibatan langsung dalam praktik sosial. Pendekatan ini menghubungkan antara nilai moral dan tindakan nyata, seperti kegiatan sosial, kerja kelompok, dan proyek kemanusiaan. Melalui refleksi pengalaman, mahasiswa menyadari bahwa moralitas sejati tampak dari tindakan, bukan sekadar pengetahuan. Pembelajaran ini diharapkan menumbuhkan sikap proaktif, empati, dan tanggung jawab sosial dalam diri calon pendidik.
- Mendesain proyek sosial kecil yang mencerminkan tindakan moral.
- Menjelaskan nilai-nilai yang dituju dari proyek tersebut.
- Menentukan indikator keberhasilan proyek moral action.
- Melaksanakan proyek sederhana (individu/kelompok).
- Menulis laporan reflektif hasil pelaksanaan kegiatan.
- Melakukan observasi di sekolah tentang implementasi pendidikan moral.
- Mengisi lembar observasi yang telah disediakan dosen.
- Menganalisis hasil observasi menggunakan teori kawasan moral, Piaget, dan Kohlberg.
- Menyusun laporan observasi (3–4 halaman) dengan struktur ilmiah.
- Menyiapkan presentasi hasil observasi
Pertemuan 16 (Ujian Akhir Semester)