Topic outline

  • Sintaksis 2021/2022 Kelas A

    Assalamualaikum wr.wb. Selamat piang semuanya. Salam sejahtera buat kita semua. Tabik puun.

    Semoga kalian selalu sehat dalam lindungan Allah. Aamiin..

    Selamat berjumpa dengan saya, Dr.Sumarti, M.Hum., biasa dipanggil Bu Marti bersama Ibu Khoerotun Nisa Liswati, M.Hum, pengampu mata kuliah Sintaksis Bahasa Indonesia. Sebagai pelengkap pembukaan perkuliahan ini, izinkan kami menyapa kalian melalui foto berikut.

           

    Perkuliahan Sintaksis pada semester ganji 2021/2022 ini dilakukan  secara daring. Hal ini disebabkan kita masih dalam kondisi pandemi covid 19. Materi perkuliahan akan saya share sebagai pemicu melalui vclass, sedangkan pertemuan diskusi kita gunakan vicon zoom dibantu dengan WA grup. Untuk memudahkan komunikasi, kita gunakan WAG.

    Harap sso kalian aktif dan tidak lupa sehingga bisa mengakses vclass. Jika belum punya, disilakan melapor pada UPT TIK. Baiklah, teman-teman, mari kita mulai pebelajaran Sintaksis dengan melafazkan bismillahirrahmaanirrahiim.

  • Kontrak Perkuliahan Sintaksis

    Assalamualaikum wr.wb. Selamat pag, salam sejahtera buat kita semua. Semoga kalian semua selalu sehat dalam lindungan Allah swt. Aamiin. Pada pertemuan kaji ini, saya ingin menyampaikan beberapahal yang harus diperhatikan selama mengikuti mata kuliah Sintaksis ini. Kalian harus memahami apa dan bagaimana deskripsi mata kuliah, manfaat, capaian pembelajaran, materi, strategi pembelajaran, tugas, dan penlaian yang digunakan. Semua itu dipaparkan dalam kontrak perkuliahan.

    Untuk itu, silakan kalian baca dan pahami kontrak perkuliahan berikut kemudian kerjakan tugasnya sesuai dengan perintah dalam tugas tersebut. Terima kasih.

  • Materi Pengantar Sintaksis

    A. Pendahuluan

    Assalamualaikum.wr.wb. Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua. Tabik puun. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan berbahagia. Aamiin

    Semangat pagi Saudara mahasiswa.

    Pada pertemuan kedua ini,kami akan menjelaskan materi sintaksis secara keseluruhan sebagai pentar perkuliahan ini selama satu smester. topik kedua ini, akan dijelaskan terlebih dahulu tentang materi-materi dan topik apa saja yang akan kita pelajari selama satu semester ini. Agar Saudara dapat mencapai tujuan perkuliahan pada pertemuan kedua ini, perlu dipahami capaian pembelajaran berikut.

    Capaian perkuliahan pada pertemuan kedua ini, ialah mahasiswa mampu mengidentifikasi materi sintaksis yang dipelajari selama satu semester. Dimulai dari pemahaman hakikat, sintaksis sampai penyusunan kaimat yang gramatikal dan efektif.

    B. Petunjuk Belajar


    Untuk mecapai tujuan pembeajaran tersebut, perlu diperhatikan petunjuk belajar berikut ini.

    1. Pahami capaian pembelajaran pertemuan kedua.

    2. Bacalah uraian materi dengan saksama, tanyakan jika ada yang

        kurang dipahami

    3. Perhatikan ringkasan materi perkuliahan kemudian bacalah buku

        referensi yang disarankan untuk lebih memagami apa yang telah

        dipaparkan

    4. Kerjakan tugas perlatihan sebagai tolok ukur pemahaman Anda.

    C. Uraian Materi.

    Sintaksis dalam bahasa Belanda syntaxis, dalam bahasa Inggris syntax, dan dalam bahasa Arab nahu adalah ilmu bahasa yang membicarakan hubungan antarunsur bahasa untuk membentuk sebuah kalimat. Dalam bahasa Yunani sintaksis disebut Sintaksis suntattein yang berarti sun ‘dengan’ dan tattein ‘menempatkan’. Secara etomologis istilah tersebut berarti menempatkan bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata (frasa) atau kalimat dan kelompok-kelompok kata (frasa) menjadi kalimat. Oleh karena itu, dalam bahasa Indonesia, sintaksis disebut juga dengan ilmu tata kalimat.

    Sintaksis bersama-sama dengan morfologi merupakan bagian dari tatabahasa atau gramatika. Jika dalam bidang morfologi dibahas tentang morfem, kata, dan pembentukan kata, maka dalam sintaksis dikaji tentang frasa, klausa, dan kalimat sebagai kesatuan-kesatuan sistemisnya. Satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata; satuan klausa terdiri atas unsur-unsur yang berupa frasa; dan satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa. Sebagai bagian dari ilmu bahasa, sintaksis berusaha menjelaskan hubungan antara unsur-unsur satuan tersebut baik berdasarkan hubungan fungsional maupun hubungan makna.

    Ramlan (1987:21) mengemukakan bahwa sintaksis ialah bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa. Satuan wacana terdiri atas unsur-unsur yang berupa kalimat; satuan kalimat terdiri atas unsur-unsur yang berupa klausa; satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata; dan satuan frasa terdiri atas unsur-unsur yang berupa kata.

                            Hubungan antara satuan-satuan itu memperlihatkan adanya semacam hierarki atau tataran tertentu yang tertata dari urutan yang paling besar atau paling tinggi (wacana) ke dalam urutan yang paling kecil atau paling rendah (fonem). Hierarki  tersebut dinamakan hierarki gramatikal yang dapat digambarkan sebagai berikut.

    Wacana   

    Wacana 
     Kalimat  
    Klausa   Sintaksis
    Frasa  
     Kata  Morfologi
    Morfem   
     Fonem      Fonologi
    Fon

     

     Bidang wacana dalam tulisan ini tidak dibahas secara khusus karena perihal wacana tidak hanya berkaitan dengan sintaksis tetapi juga dengan semantik dan pragmatik. Oleh karena itu, tulisan ini hanya membicarakan perihal yang berkaitan dengan masalah kalimat, klausa, dan frasa.

    Sebagaimana yang telah dikemukakan pada bagian 1.3, sintaksis sebagai bagian dari ilmu bahasa membicarakan kata dan satuan-satuan yang lebih besar serta hubungan di antaranya. Pada dasarnya pembicaraan yang lebih mendalam dalam studi sintaksis adalah satuan-satuan sintaksis. Kata merupakan satuan terkecil dalam sintaksis sedangkan satuan terbesar dari kata yang umum dibicarakan dalam sintaksis berturut-turut dalam frasa, klausa, dan kalimat.

    Frasa

    Ramlan (1987:151) mengemukakan bahwa frasa adalah satuan gramatika yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi klausa. Selanjutnya,  Parera (1991:32) mengemukakan pula bahwa pengertian frasa adalah suatu konstruksi yang dapat dibentuk oleh dua kata atau lebih baik dalam sebuah pola dasar kalimat ataupun tidak. Sejalan dengan kedua pengertian tersebut,  penulis berpendapat bahwa frasa adalah suatu konstruksi yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi fungsi sintaksis tertentu dalam kalimat tetapi tidak melampaui batas fungsi klausa atau dapat dikatakan frasa itu nonpredikatif. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh kalimat berikut.

                (1) Ayah dan Ibu membelikan buku cerita untuk adik

                          S                     P                O               K

                          FN                FV              FN             FPrep

    Klausa / Kalimat Dasar

    Klausa merupakan sebuah konstruksi ketatabahasaan yang dapat dikembangkan menjadi kalimat. Dengan demikian, klausa dapat pula dikatakan sebagai kalimat Kalimat dasar merupakan kalimat deklaratif yang memiliki struktur predikasi.  Stocwell dalam Lapoliwa (1989:39) menyatakan kalimat dasar itu adalah kalimat yang memenuhi kondisi sebagai berikut.

    (i) Kalimat itu hanya memunyai satu verba;

    (ii) Kalimat itu tidak mengandung unsur yang dihubungkan oleh konjungsi dengan unsur lain;

    (iii) Subjek, Objek, dan Predikat kalimat dasar mempunyai spesifikasi minimal; dan

    (iv) Kalimat dasar tidak mengandung operator sekunder seperti negasi, perintah, pertanyaan, dan modalitas.

    Perhatikan contoh kalimat berikut.

    (1)   a.  Dani melihat orang itu.

    b.  Dani pergi melihat orang itu.

    (2)  a. Dani makan.

                       b. Dani dan Andi makan.

    (3)  a. Orang itu bekerja di bank.

                       b. Orang gemuk itu bekerja di bank.

     

    Pengertian Kalimat

    Kalimat umumnya berwujud rentetan kata yang disusun sesuai dengan kaidah yang berlaku. Dalam Kamus Linguistik (1993:92) disebutkan pengertian kalimat sebagai berikut.

    1. Satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final, dan secara aktual maupun potensial terdiri dari klausa.
    2. Klausa bebas yang menjadi bagian kognitif percakapan, satuan proposisi yang merupakan gabungan klausa atau merupakan satu klausa yang membentuk satuan yang bebas; jawaban minimal, seruan, salam, dan sebagainya.
    3. Konstruksi gramatikal yang terdiri atas satu atau lebih klausa yang ditata menurut pola tertentu dan dapat berdiri sendiri sebagai satu satuan.

    Samsuri (1982:54) dalam bukunya yang berjudul Tata Kalimat Bahasa Indonesia mengemukakan bahwa kalimat ialah untai berstruktur dari kata-kata. Keterangan untai berstruktur itu diperlukan karena ada untai kata yang tidak berstruktur dan untai kata semacam itu bukanlah kalimat. Perhatikan untai kata berstruktur berikut ini.

    1. a. Petani itu menanam cengkeh pada tanahnya di lereng bukit.
    2. b. Petani/ itu/ menanam/ cengkeh/ pada/ tanahnya/ di lereng bukit/.
    3. c. Petani itu/ menanam cengkeh/ pada tanahnya/ di lereng bukit/.

    Kalimat dapat dibagi menurut bentuk dan maknanya atau nilai komunikasinya. Menurut bentuknya, kalimat ada yang tunggal dan ada yang majemuk.  Menurut maknanya, kalimat dapat dibagi menjadi (i) kalimat berita atau kalimat deklaratif, (ii) kalimat perintah atau kalimat imperatif, (iii) kalimat Tanya atau kalimat interogatif, (iv) kalimat seru atau kalimat emfatik. 

    D, Ringkasan

    Sintaksis ialah cabang ilmu bahasa atau linguistik yang mengkaji selk beluk pembentukan kata dan atau hubungan antarkata di dalam kalimat. Satuan-satuan gramatikal dalam sintaksis ialah kata, frasa, klausa, dan kalimat. Frasa dan klausa merupakan kelompok kata yangberbeda. Jika frasa tidak melampaui batas fungsi, klausa sudah melampaui batas fungsi sehingga minimal fungsi subjek dan predikat. Sementara itu, kalimat merupakan satuan sintaktis terbesar yang merupaka satu kesatuan makna yang utuh, jika dituliskan diawali huruf kapital dan diakhiri tanda baca titik, tanya, atau seru. Setiap satuan sintaktis memiliki klasifikasinya masing-masing, kata, frasa, klausa, dan kalimat banyak jenis dilihat dari berbagai perspektif.

    E. Daftar Referensi

    Lapoliwa, hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa Indonesia.Yogyakarta: Kanisius.

    Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    Ramlan.1987. Sintaksis: Ilmu Bahasa Indonesia. Yogyakarta: CV Karyono

    Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspaswara

    Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

    Kushartanti dkk.2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Sakri, Adjat. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB

    Putrayasa Bagus Ida.2007. Analisis Kalimat Fungsi, Kategori, dan Peran.Bandung: Aditama

    F. Perlatihan/Tugas

    1. Sllakan membentuk kelompok, setiap kelompok maksimal 3 orang,

        buat menjadi 12 kelompok.

    2. Kirimkan daftar kelompok lengkap beserta nama2 mahasiswa dan

        NPM-nya di GWA

    3. Susunlah makalah sesuai dengan topik kajian kelompok. Topik tiap

        kelompok akan saya bagikan setelah terbentuk kelompok.

    4. Silakan mulai minggu depan pertemuan ketiga, Anda menyajikan

        makalah yang  telah disusun melalui vicon google meet. Setiap

        kelompok yang tampil harus membuat link pertemuan dan

        dibagikan kepada dosen dan teman-teman.

    5. Buatlah resume hasil diskusi kelompok kemudian diunggah ke

        vclass.

    6. Makalah dan ppt yang dipresentasikan .harus dikumpul filenya di

        WAG MK Sintaksis kelas B.. 

    .

  • Hakikat Sintaksis

    A. Pendahuluan

    Assalamualaikum. Semangat pagi semua.

    Pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang hakikat sintaksis dan satuan gramatik dalam sintaksis. Apabila tujuan pembelajaran dalam perkuliahan ini sudah dapat dipahami, silakan ikuti rangkaian kegiatan pembelajaran ini dengan fokus pada penyampaian materi dan presentasi kelompok 1. 

    Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt.

    B. Uraian Materi

    Berikut ini uraian singkat tentang materi yang akan kita pelajari pagi ini.

    Hakikat Sintaksis

    Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang linguistik yang memelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, atau antarsatuan yang lebih besar itu di dalam bahasa. Artinya, sintaksis itu ialah cabang ilmu bahasa yang memelajari bagaimana pengaturan dan hubungan kata-kata dalam membentuk frase, klausa, dan kalimat. Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Definisi itu menggambarkan bahwa wacana, kalimat, klausa, dan frase merupakan bentuk atau satuan bahasa yang di dalamnya terdapat seluk-beluk yang perlu dibicarakan atau dikaji. Dengan kata lain, di dalam bentuk atau satuan bahasa itu terdapat unsur dan hubungan antarunsur yang perlu dikaji oleh sintaksis.

    Satuan Gramatik dalam Sintaksis

    Sebagai satuan bahasa, wacana memiliki unsur yang berupa kalimat-kalimat. Berikutnya, kalimat memiliki unsur yang berupa klausa-klausa atau frase-frase. Klausa memiliki unsur yang berupa frase-frase atau kata-kata. Frase memiliki unsur yang berupa kata-kata. Hal itu terjadi apabila satuan-satuan bahasa itu dalam kondisi yang wajar. Apabila kondisinya tidak wajar, sebuah kalimat bisa hanya memiliki unsur yang berupa frase saja atau kata saja dan sebuah klausa memiliki unsur yang hanya berupa kata dan kata. Di sisi lain, sebuah frase bisa memiliki unsur yang berupa klausa dan bahkan sebuah kata bisa memiliki unsur yang berupa frase.

    Apabila dilihat dari unsur terkecilnya, yaitu kata, kata adalah unsur pembentuk frase, frase adalah unsur pembentuk klausa, klausa adalah unsur pembentuk kalimat, dan kalimat adalah unsur pembentuk wacana. Jadi, wacana merupakan satuan bahasa yang tertinggi hierarkinya. Kata merupakan satuan terkecil dalam kajian sintaksis. Oleh karena itu, kata sering disebut sebagai satuan bahasa terkecil yang bebas dan bermakna. 

    Untuk memahami definisi sintaksis secara lengkap perlu dipahami pula pengertian wacana, kalimat, klausa, dan frase karena satuan-satuan itulah yang menjadi objek kajiannya. Di samping itu perlu dipahami pula pengertian kata karena satuan itulah yang menjadi unsur terkecil pembentuk wacana, kalimat, klausa, dan frase. 

    Wacana ialah satuan gramatikal yang berada pada tataran tertinggi dan terlengkap. Wacana biasanya direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh atau paragraf. Dalam kasus tertentu, wacana bisa berupa kalimat atau kata, tetapi kalimat atau kata itu telah membawa amanat secara lengkap (Kridalaksana, 2001:231). Wacana biasanya tidak dibicarakan di dalam buku-buku sintaksis karena sebagian ahli menyatakan bahwa wacana bukan merupakan bagian sintaksis.

    Wacana kemudian dibicarakan dalam buku tersendiri yang sering disebut dengan istilah analisis wacana atau kajian wacana. Dengan demikian, sintaksis hanya mengkaji satuan-satuan yang berupa frase, klausa, dan kalimat. Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1982:6). Menurut batasan itu kalimat dipahami sebagai satuan gramatik yang didahului dan diakhiri oleh jeda panjang dan ditandai oleh intonasi akhir turun atau naik. Naik turunnya intonasi akhir itu ditentukan oleh jenis kalimat. Kalimat berita memiliki intonasi akhir turun, sedangkan kalimat perintah memiliki intonasi akhir naik dan kalimat tanya memiliki intonasi akhir naik-turun. Naik turunnya intonasi akhir itu merupakan tanda bahwa kalimat itu telah berakhir atau lengkap. Kalimat juga dipahami sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa (Kridalaksana, 2001:92).

    Menurut definisi tersebut, kalimat dipahami sebagai (i) satuan bahasa yang secara relatif memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, (ii) memiliki pola intonasi final, yaitu pola intonasi akhir berita, tanya, atau perintah, dan (iii) dalam praktik penggunaannya pada umumnya terdiri atas klausa atau klausa-klausa; setidaknya setiap kalimat memiliki kemungkinan berisi klausa. 

    Klausa ialah satuan gramatik yang terdiri atas P (predikat), baik disertai S (subjek), O (objek), Pel (pelengkap), dan Ket (keterangan) ataupun tidak (Ramlan, 1982:62). Unsur yang selalu ada di dalam klausa ialah P, sedangkan unsur yang lain (S, O, Pel, dan Ket) bersifat manasuka; boleh ada dan boleh tidak ada. Sebenarnya, unsur inti sebuah klausa ialah S dan P. Karena dalam pemakaian bahasa, unsur S sering dihilangkan dan yang ada tinggal unsur P, sebuah klausa juga dapat diidentifikasi sebagai satuan gramatik yang terdiri atas P saja. Oleh karena itu, klausa juga dibatasi sebagai satuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2001:110). Lebih lanjut, klausa memiliki potensi sebagai dan merupakan unsur pembentuk kalimat. Artinya, klausa selalu berada di dalam kalimat sebagai unsur pembentuknya.

    Frase ialah satuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1982:121). Artinya, frase selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Oleh karena itu, frase juga disebut kelompok kata. Di samping itu, frase tidak pernah melampaui batas fungsi. Artinya, frase secara keseluruhan selalu berada di dalam satu fungsi tertentu, yaitu S, P, O, Pel, atau Ket. Kata-kata yang menjadi anggota sebuah frase tidak bisa sebagian berada pada, misalnya, fungsi S dan sebagian berada pada fungsi P. Satuan gramatik itu bukan frase melainkan klausa.

    Frase juga didefinisikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang hubungan di antaranya tidak bersifat predikatif; tidak boleh yang satu sebagai S dan yang lain sebagai P (Kridalaksana, 2001:59). Konstruksi gunung tinggi adalah frase, sedangkan konstruksi gunung itu tinggi adalah klausa karena hubungan antara kata gunung dan kata tinggi bersifat predikatif. 

    Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2001: 98-99). Kata rumah hanya terdiri atas satu morfem, yaitu morfem rumah, kata membeli merupakan kombinasi morfem mem-dan morfem -beli, kata ketidakadilan merupakan kombinasi morfem ke-an, morfem tidak, dan morfem adil. Kata-kata itu, rumah, membeli, dan ketidakadilan, memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri di dalam kalimat. 

    Dengan demikian, di dalam kalimat, kata tidak bergantung pada bentuk lain. Hal itu berbeda dengan imbuhan, misalnya me-, yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa harus melekat pada bentuk lain, misalnya beli, pada kata membeli.Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami kembali bahwa sintaksis itu ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kalimat, klausa, dan frase.

    C. Daftar Pustaka

    Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

    Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: UP Karyono.

    http://repository.ut.ac.id/4742/1/PBIN4107-M1.pdf

  • Analisis Satuan Gramatik dalam Teks Bahasa Indonesia

    A. Pendahuluan

    Assalamualaikum.wr.wb. Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua. Tabik puun. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan berbahagia. Aamiin

    Semangat pagi semuanya, pada pertemuan ketujuh dan delapan ini kami akan menjelaskan satuan sintaktis frasa beserta klasifikasinya berdasarkan tipe dan kategori. Untuk itu, capaian perkuliahan pada pertemuan ketujuh dan delapan ini ialah mahasiswa mampu

    a) mengidentifikasi batasan dan ciri frasa;

    b) menentukan tipe frasa berdasarkan distribusinya dalamkalimat;

    c) mengidentifikasi kategori farasa bahasa Indonesia; dan

    d) menganalisis tipe dan kategori frasa dalam teks bahasa Indonesia.

    B. Petunjuk Belajar

    Untuk mecapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu diperhatikan petunjuk belajar berikut ini.

    1. Pahami capaian pembelajaran pertemuan ketujuh dan delapan

        tersebut..

    2. Baca dan pahami uraian materi pada pembelajaran kali ini.

    3. Kembangkan materi tersebut dari berbagai referensi;

    4. Perhatikan ringkasan materi perkuliahan kemudian bacalah buku

        referensi yang disarankan untuk lebih memagami apa yang telah

        dipaparkan

    4. Kerjakan tugas perlatihan sebagai tolok ukur pemahaman Anda.

    C. Uraian Materi

    Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003: 222). Ramlan (2001: 138) berpendapat bahwa frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa adalah satuan gramatik yang teliterrdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu fungsi unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki satu fungsi sintaksis.

    Kategori frasa berdasar pada TBBBI, terdiri atas frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa numeralia, dan frasa preposisional. Selanjutnya berdasar pada distribusinya, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan eksosentris.  frasa berdasarkan kelompok kata, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Penjelasan tentang tipe dan kategori frasa ini, disilakan Anda membacanya di buku-buku referensi di bawah ini.

    D. Ringkasan

    Frasa adalah suatau kontruksi  yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi salah satu fungsi tertentu dalam kalimat, tetapi tidak melampaui batas fungsi klausa. Berdasarkan distribusinya dalam kalimat, frasa dapat dibedakan menjadi frasa endosentris dan eksosentris; berdasarkan distribusinya dengan kelas kata atau kategori kata, frasa dapat dibedakan menjadi frasa nominal (FN), frasa verbal (FV), frasa adjektival (FA), frasa numeral (FNum), dan frasa preposisional (FPrep). Penentuan frasa berdasarkan dsitribusinya dengan kelas kata dapat dilakukan dengan cara melihat unsur pusat yang ada dalam frasa tersebut. Dikatakannya FN apabila unsur FN tersebut berdistribusi dengan kelas kata nominal, demikian juga halnya untuk FV, FA,  FNum,  FAdv, dan FPrep.

    E. Referensi

    Alwi, Hasa, dkk. 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

    Lapoliwa, hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

    Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspaswara

    Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

    Kushartanti dkk.2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Sakri, Adjat. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB

    Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA

  • Satuan Gramatik dalam Sintaksis

    A. Pendahuluan

    Assalamualaikum. Semangat pagi semua.

    Pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang hakikat sintaksis dan satuan gramatik dalam sintaksis. Apabila tujuan pembelajaran dalam perkuliahan ini sudah dapat dipahami, silakan ikuti rangkaian kegiatan pembelajaran ini dengan fokus pada penyampaian materi dan presentasi kelompok 1. 

    Semoga kita semua selalu dalam lindungan Allah swt.

    B. Uraian Materi

    Berikut ini uraian singkat tentang materi yang akan kita pelajari pagi ini.

    Hakikat Sintaksis

    Kridalaksana (2001:199) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang linguistik yang memelajari pengaturan dan hubungan antara kata dan kata, atau antara kata dan satuan-satuan yang lebih besar, atau antarsatuan yang lebih besar itu di dalam bahasa. Artinya, sintaksis itu ialah cabang ilmu bahasa yang memelajari bagaimana pengaturan dan hubungan kata-kata dalam membentuk frase, klausa, dan kalimat. Ramlan (1981) menyatakan bahwa sintaksis ialah cabang ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, dan frase. Definisi itu menggambarkan bahwa wacana, kalimat, klausa, dan frase merupakan bentuk atau satuan bahasa yang di dalamnya terdapat seluk-beluk yang perlu dibicarakan atau dikaji. Dengan kata lain, di dalam bentuk atau satuan bahasa itu terdapat unsur dan hubungan antarunsur yang perlu dikaji oleh sintaksis.

    Satuan Gramatik dalam Sintaksis

    Sebagai satuan bahasa, wacana memiliki unsur yang berupa kalimat-kalimat. Berikutnya, kalimat memiliki unsur yang berupa klausa-klausa atau frase-frase. Klausa memiliki unsur yang berupa frase-frase atau kata-kata. Frase memiliki unsur yang berupa kata-kata. Hal itu terjadi apabila satuan-satuan bahasa itu dalam kondisi yang wajar. Apabila kondisinya tidak wajar, sebuah kalimat bisa hanya memiliki unsur yang berupa frase saja atau kata saja dan sebuah klausa memiliki unsur yang hanya berupa kata dan kata. Di sisi lain, sebuah frase bisa memiliki unsur yang berupa klausa dan bahkan sebuah kata bisa memiliki unsur yang berupa frase.

    Apabila dilihat dari unsur terkecilnya, yaitu kata, kata adalah unsur pembentuk frase, frase adalah unsur pembentuk klausa, klausa adalah unsur pembentuk kalimat, dan kalimat adalah unsur pembentuk wacana. Jadi, wacana merupakan satuan bahasa yang tertinggi hierarkinya. Kata merupakan satuan terkecil dalam kajian sintaksis. Oleh karena itu, kata sering disebut sebagai satuan bahasa terkecil yang bebas dan bermakna. 

    Untuk memahami definisi sintaksis secara lengkap perlu dipahami pula pengertian wacana, kalimat, klausa, dan frase karena satuan-satuan itulah yang menjadi objek kajiannya. Di samping itu perlu dipahami pula pengertian kata karena satuan itulah yang menjadi unsur terkecil pembentuk wacana, kalimat, klausa, dan frase. 

    Wacana ialah satuan gramatikal yang berada pada tataran tertinggi dan terlengkap. Wacana biasanya direalisasikan dalam bentuk karangan yang utuh atau paragraf. Dalam kasus tertentu, wacana bisa berupa kalimat atau kata, tetapi kalimat atau kata itu telah membawa amanat secara lengkap (Kridalaksana, 2001:231). Wacana biasanya tidak dibicarakan di dalam buku-buku sintaksis karena sebagian ahli menyatakan bahwa wacana bukan merupakan bagian sintaksis.

    Wacana kemudian dibicarakan dalam buku tersendiri yang sering disebut dengan istilah analisis wacana atau kajian wacana. Dengan demikian, sintaksis hanya mengkaji satuan-satuan yang berupa frase, klausa, dan kalimat. Kalimat ialah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik (Ramlan, 1982:6). Menurut batasan itu kalimat dipahami sebagai satuan gramatik yang didahului dan diakhiri oleh jeda panjang dan ditandai oleh intonasi akhir turun atau naik. Naik turunnya intonasi akhir itu ditentukan oleh jenis kalimat. Kalimat berita memiliki intonasi akhir turun, sedangkan kalimat perintah memiliki intonasi akhir naik dan kalimat tanya memiliki intonasi akhir naik-turun. Naik turunnya intonasi akhir itu merupakan tanda bahwa kalimat itu telah berakhir atau lengkap. Kalimat juga dipahami sebagai satuan bahasa yang secara relatif berdiri sendiri, mempunyai pola intonasi final dan secara aktual maupun potensial terdiri atas klausa (Kridalaksana, 2001:92).

    Menurut definisi tersebut, kalimat dipahami sebagai (i) satuan bahasa yang secara relatif memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri, (ii) memiliki pola intonasi final, yaitu pola intonasi akhir berita, tanya, atau perintah, dan (iii) dalam praktik penggunaannya pada umumnya terdiri atas klausa atau klausa-klausa; setidaknya setiap kalimat memiliki kemungkinan berisi klausa. 

    Klausa ialah satuan gramatik yang terdiri atas P (predikat), baik disertai S (subjek), O (objek), Pel (pelengkap), dan Ket (keterangan) ataupun tidak (Ramlan, 1982:62). Unsur yang selalu ada di dalam klausa ialah P, sedangkan unsur yang lain (S, O, Pel, dan Ket) bersifat manasuka; boleh ada dan boleh tidak ada. Sebenarnya, unsur inti sebuah klausa ialah S dan P. Karena dalam pemakaian bahasa, unsur S sering dihilangkan dan yang ada tinggal unsur P, sebuah klausa juga dapat diidentifikasi sebagai satuan gramatik yang terdiri atas P saja. Oleh karena itu, klausa juga dibatasi sebagai satuan gramatikal yang berupa kelompok kata yang sekurang-kurangnya terdiri atas subjek dan predikat yang memiliki potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 2001:110). Lebih lanjut, klausa memiliki potensi sebagai dan merupakan unsur pembentuk kalimat. Artinya, klausa selalu berada di dalam kalimat sebagai unsur pembentuknya.

    Frase ialah satuan bahasa yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (Ramlan, 1982:121). Artinya, frase selalu terdiri atas dua kata atau lebih. Oleh karena itu, frase juga disebut kelompok kata. Di samping itu, frase tidak pernah melampaui batas fungsi. Artinya, frase secara keseluruhan selalu berada di dalam satu fungsi tertentu, yaitu S, P, O, Pel, atau Ket. Kata-kata yang menjadi anggota sebuah frase tidak bisa sebagian berada pada, misalnya, fungsi S dan sebagian berada pada fungsi P. Satuan gramatik itu bukan frase melainkan klausa.

    Frase juga didefinisikan sebagai gabungan dua kata atau lebih yang hubungan di antaranya tidak bersifat predikatif; tidak boleh yang satu sebagai S dan yang lain sebagai P (Kridalaksana, 2001:59). Konstruksi gunung tinggi adalah frase, sedangkan konstruksi gunung itu tinggi adalah klausa karena hubungan antara kata gunung dan kata tinggi bersifat predikatif. 

    Kata ialah morfem atau kombinasi morfem yang oleh bahasawan dianggap sebagai satuan terkecil yang dapat diujarkan sebagai bentuk yang bebas (Kridalaksana, 2001: 98-99). Kata rumah hanya terdiri atas satu morfem, yaitu morfem rumah, kata membeli merupakan kombinasi morfem mem-dan morfem -beli, kata ketidakadilan merupakan kombinasi morfem ke-an, morfem tidak, dan morfem adil. Kata-kata itu, rumah, membeli, dan ketidakadilan, memiliki kemampuan untuk berdiri sendiri di dalam kalimat. 

    Dengan demikian, di dalam kalimat, kata tidak bergantung pada bentuk lain. Hal itu berbeda dengan imbuhan, misalnya me-, yang tidak dapat berdiri sendiri dalam kalimat tanpa harus melekat pada bentuk lain, misalnya beli, pada kata membeli.Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami kembali bahwa sintaksis itu ilmu bahasa yang membicarakan seluk-beluk kalimat, klausa, dan frase.

    C. Daftar Pustaka

    Kridalaksana, Harimurti. (2001). Kamus Linguistik. Edisi Ketiga. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.

    Ramlan, M. (2005). Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: UP Karyono.

    http://repository.ut.ac.id/4742/1/PBIN4107-M1.pdf

  • Kajian Batasan dan Tipe Frasa Bahasa Indonesia

    A. Pendahuluan

    Assalamualaikum.wr.wb. Selamat pagi, salam sejahtera buat kita semua. Tabik puun. Semoga semuanya dalam keadaan sehat dan berbahagia. Aamiin

    Semangat pagi semuanya, pada pertemuan ketujuh dan delapan ini kami akan menjelaskan satuan sintaktis frasa beserta klasifikasinya berdasarkan tipe dan kategori. Untuk itu, capaian perkuliahan pada pertemuan ketujuh dan delapan ini ialah mahasiswa mampu

    a) mengidentifikasi batasan dan ciri frasa;

    b) menentukan tipe frasa berdasarkan distribusinya dalamkalimat;

    c) mengidentifikasi kategori farasa bahasa Indonesia; dan

    d) menganalisis tipe dan kategori frasa dalam teks bahasa Indonesia.

    B. Petunjuk Belajar

    Untuk mecapai tujuan pembelajaran tersebut, perlu diperhatikan petunjuk belajar berikut ini.

    1. Pahami capaian pembelajaran pertemuan ketujuh dan delapan

        tersebut..

    2. Baca dan pahami uraian materi pada pembelajaran kali ini.

    3. Kembangkan materi tersebut dari berbagai referensi;

    4. Perhatikan ringkasan materi perkuliahan kemudian bacalah buku

        referensi yang disarankan untuk lebih memagami apa yang telah

        dipaparkan

    4. Kerjakan tugas perlatihan sebagai tolok ukur pemahaman Anda.

    C. Uraian Materi

    Frasa adalah gabungan dua kata atau lebih yang bersifat nonpredikatif atau lazim juga disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi sintaksis di dalam kalimat (Chaer, 2003: 222). Ramlan (2001: 138) berpendapat bahwa frasa ialah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi unsur klausa, maksudnya frasa adalah satuan gramatik yang teliterrdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki salah satu fungsi unsur klausa yaitu subjek (S), predikat (P), objek (O), pelengkap (Pel), dan keterangan (Ket). Jadi, secara ringkas dapat dikatakan bahwa frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih dan hanya menduduki satu fungsi sintaksis.

    Kategori frasa berdasar pada TBBBI, terdiri atas frasa nomina, frasa verba, frasa adjektiva, frasa numeralia, dan frasa preposisional. Selanjutnya berdasar pada distribusinya, frasa dibedakan atas frasa endosentris dan eksosentris.  frasa berdasarkan kelompok kata, yaitu frasa endosentris dan frasa eksosentris. Penjelasan tentang tipe dan kategori frasa ini, disilakan Anda membacanya di buku-buku referensi di bawah ini.

    D. Ringkasan

    Frasa adalah suatau kontruksi  yang terdiri atas dua konstituen atau lebih yang dapat mengisi salah satu fungsi tertentu dalam kalimat, tetapi tidak melampaui batas fungsi klausa. Berdasarkan distribusinya dalam kalimat, frasa dapat dibedakan menjadi frasa endosentris dan eksosentris; berdasarkan distribusinya dengan kelas kata atau kategori kata, frasa dapat dibedakan menjadi frasa nominal (FN), frasa verbal (FV), frasa adjektival (FA), frasa numeral (FNum), dan frasa preposisional (FPrep). Penentuan frasa berdasarkan dsitribusinya dengan kelas kata dapat dilakukan dengan cara melihat unsur pusat yang ada dalam frasa tersebut. Dikatakannya FN apabila unsur FN tersebut berdistribusi dengan kelas kata nominal, demikian juga halnya untuk FV, FA,  FNum,  FAdv, dan FPrep.

    E. Referensi

    Alwi, Hasa, dkk. 2004. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

    Lapoliwa, hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

    Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

    Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar. Jakarta: Puspaswara

    Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

    Kushartanti dkk.2005. Pesona Bahasa Langkah Awal Memahami Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

    Sakri, Adjat. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB

    Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia. Jakarta: UHAMKA

    • Analisis Tipe Frasa dalam Teks Bahasa Indonesia

      • Kajian Kategori Frasa Bahasa Indonesia

        A. Pendahuluan

        Assalamualaiku. Semangat Pagi rekan mahasiswa.

        Topik pagi ini adalah kategori frasa. silakan mengikuti perkuliahan tatap muka secara virtual terlebih dahulu melalui zoom dan menyimak presentasi kelompok 3 ya. Setelah itu kita akan lanjutkan diskusi pada forum chat dan forum diskusi.

        B. Petunjuk Belajar

        Untuk mecapai tujuan pembeajaran tersebut, perlu diperhatikan petunjuk belajar berikut ini.

        1. Pahami capaian pembelajaran pertemuan kesembilan ini.

        2. Bacalah uraian materi dengan saksama, tanyakan jika ada yang

            kurang dipahami

        3. Perhatikan ringkasan materi perkuliahan kemudian bacalah buku

            referensi yang disarankan untuk lebih memagami apa yang telah

            dipaparkan

        4. Kerjakan tugas perlatihan sebagai tolok ukur pemahaman Anda.

        C. Uraian Materi

        Frase ditinjau dari segi persamaan distribusi dengan golongan atau kategori kata, frase terdiri atas: frase nominal, frase verbal, frase ajektival,frase, pronomina, frase numeralia (Depdikbud, 1988). (1) Frase verba adalah frasa yang unsur pusatnya (UP) berupa kata yang termasuk kategori verba. Secara morfologis, UP frasa verba biasanya ditandai adanya afiks verba. Secara sintaktis, frasa verba terdapat (dapat diberi) kata ‘sedang’ untuk verba aktif, dan kata ‘sudah’ untuk verba keadaan. Frasa verba tidak dapat diberi kata’ sangat’, dan biasanya menduduki fungsi predikat.Contoh: Dia berlariSecara morfologis, kata berlari terdapat afiks ber-, dan secara sintaktis dapat diberi kata ‘sedang’ yang menunjukkan verba aktif. Contoh frasa verba yang merupakan satuan bahasa yang terbentuk dari dua kata atau lebih dengan verba sebagai intinya dan tidak merupakan klausa adalah sebagai berikut.  Kapal laut itu sudah belabuh  Bapak saya belum pergi.  Ibu saya sedang mencuci

        (2) Frasa nomina, yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori nomina. UP frasa nomina itu berupa: 1. nomina sebenarnya contoh: pasir ini digunakan utnuk mengaspal jalan 2. pronomina contoh: dia itu musuh saya 3. nama contoh: Dian itu manis 4. kata-kata selain nomina, tetapi strukturnya berubah menjadi nomina contoh: dia rajinrajin itu menguntungkan anaknya dua ekordua itu sedikit dia berlariberlari itu menyehatkan kata rajin pada kaliat pertama awalnya adalah frasa ajektiva, begitupula dengan dua ekor awalnya frasa numeralia, dan kata berlari yang awalnya adalah frasa verba. Contoh kalimat lainnya yang mengandung frasa nomina, misalnya:  Kakek membeli tiga buah layang-layang Amiruddin makan beberapa butir telur itik.  Syarifuddin menjual tigapuluh kodi kayu besi

        (3) Frase ajektiva adalah satuan gramatik yang terdiri atas dua kata atau lebih sedang intinya adalah ajektival (sifat) dan satuan itu tidak membentuk klausa, misalnya:  Ibu bapakku sangat gembira  Baju itu sangat indah  Mobil ferozamu baru sekali Frasa ajektiva UP-nya berupa kata yang termasuk kategori ajektifa. UP-nya dapat diberi afiks ter- (paling), sangat, paling agak, alangkah-nya, se-nya. Frasa ajektiva biasanya menduduki fungsi predikat. Contoh: Rumahnya besar.Ada pertindian kelas antara verba dan ajektifa untuk beberapa kata tertentu yang mempunyai ciri verba sekaligus memiliki ciri ajektifa. Jika hal ini yang terjadi, maka yang digunakan sebagai dasar pengelolaan adalah ciri dominan. Contoh: menakutkan (memiliki afiks verba, tidak bisa diberi kata ‘sedang’ atau ‘sudah’, tetapi bisa diberi kata ‘sangat’).

        (4) Frase pronomina adalah dua kata atau lebih yang intinya pronomina dan hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat. Misalnya : Saya sendiri akan pergi ke pasar Kami sekalian akan bekunjung ke Tator Kamu semua akan pergi studi wisata di Tator

        (5) Frase numeralia yaitu frasa yang UP-nya berupa kata yang termasuk kategori numeralia, yaitu kata-kata yang secara semantis menyatakan bilangan atau jumlah tertentu. Dalam frasa numeralia terdapat (dapat diberi) kata bantu bilangan: ekor, buah, dan lain-lain. Contoh:  dua buah  tiga ekor  lima biji  dua puluh lima orang. Contoh lain frasa numeralia, yaitu dua kata atau lebih yang hanya menduduki satu fungsi dalam kalimat, tetapi satuan gramatik itu intinya pada numeralia. Misalnya: Tiga buah rumah sedang terbakar Lima ekor ayam sedang terbang Sepuluh bungkus kue akan dibeli.

        D. Tugas/Perlatihan

        Kerjakan soal berikut secara berkelompok dan unggah jawaban Anda dalam kolom tugan di bawah ini.

        1. Jelaskan dengan contoh  kategori frasa bahasa Indonesia!

        2. Tentukan kategori faras apa saja yang digunakan dalam teks

            berikut.

        Sejumlah massa buruh yang berbendera SKPEP Fajar Surya menerobos barrier plastik yang dipasang di dekat Jakarta Convention Center (JCC), Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta Pusat (Jakpus). Mereka yang hendak melanjutkan perjalanan menuju gedung DPR dihalau aparat kepolisian. Massa buruh tiba-tiba datang dari arah Semanggi menuju gedung DPR RI. Massa menggunakan sepeda motor. Mereka merangsek jajaran barrier oranye yang dipasang untuk menutup Jalan Gatot Subroto menuju Bundaran Slipi.

        Mereka kemudian dihadang Brimob bersenjata lengkap. Polisi meminta mereka berbelok dari JCC ke arah Jalan Gerbang Pemuda. Setelah melewati perdebatan cukup panjang, massa buruh berbelok ke arah Jalan Pemuda. Akibatnya, situasi lalu lintas macet di Jalan Gatot Subroto menuju Jalan Gerbang Pemuda. Massa hingga kini masih menutup Jalan Gerbang Pemuda.Mereka memainkan gas sepeda motornya hingga menimbulkan suasana riuh. Polisi tampak tetap bersiaga di sekitar lokasi.

        • Analisis Kategori Frasa dalam Teks Bahasa Indonesia

          • Konsep dan Jenis Klausa Bahasa Indonesia

            A. Pendahuluan

            Assalamualaikum wr. wb., Selamat pagi semuanya. Semoga Anda semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Aamiin.Pada pertemuan kesebelas ini kita akan bahas topik tentang klausa dan jenis-jenisnya. Silakan dibahas dalam vicon google meet untuk disajikan oleh kelompok dan didiskusikan di forum vlass. Untuk itu capaian pembelajaran pada pertemuan kesebelas ini ialah mahasiswa dapat memahami batasan klausa beserta jenisnya secara teoretis. Selanjutnya pada pertemuan kedua belas, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi jenis-jenis klausa dalam teks bahasa Indonesia.

            B. Petunjuka Belajar

            Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut perhatikan petunjuk belajar berikut ini.

            1. Bacalah uraian materi dalam pertemuan kesebelas ini sebagai

                pemicu untuk mencari materi pada referensi yang disarankan.

            2. Simak dan diskusikan materi batasan klausa beserta jenisnya

                dalam forum diskusi secara virtual maupun vclass.

            3. Kerjakan tugas dengan baik dan benar.

            C. Uraian Materi

            Klausa merupakan satuan gramatik yang bersifat predikatif dan tanpa ada intonasi final. Konstruksi sebuah klausa memiliki minimal dua komponen, yaitu subjek dan predikat. Berdasarkan distribusi satuannya, klausa terbagi atas klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah kalimat, sedangkan klausa terikat ialah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat. Dalam hal ini klausa terikat membuntuhkan konjungsi,, seperti ketika,, sehingga, dan sedangkan. Contoh.

            Jenia pindah ke Suoh  setelah suaminya bekerja di Suoh

                   klausa bebas                               klausa terikat

            Klausa dapat dianalisis berdasarkan fungsi dan kategori. Fungsi berhubungan dengan subjek predikat objek, pelengkap, dan keterangan, sedangkan kategori berkaitan dengan verba, nomina, adjekyiva, adverbia, numeralia, dan kata tugas.Berikut ini contoh analisis klausa berdasarkan kategori yang di dalamnya juga meliputi analisis fungsi dan frasanya.

            Saya   akan bertemu dengan Intan  
                  S              P              Pel    →    Fungsi
                  N            FV              FN    →    Kategori

            Klausa dapat digolongkan berdasarkan tiga hal berikut.

            1. Penggolongan berdasarkan unsur internnya.
            2. Penggolongan berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P.
            3. Penggolongan berdasarkan kategori kata atau frasa yang menduduki fungsi P.

            Klausa yang terdiri atas S dan P disebut klausa lengkap sedangkan klausa yang tidak ber-S disebut klausa tak lengkap. Klausa lengkap berdasarkan struktur internnya, dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu klausa lengkap yang S nya terletak dibelakang P. Perhatikan contoh kalimat berikut. Kalimat 1 dan 2 berikut  disebut klausa lengkap susun biasa.

            (1)   badan orang itu sangat besar

                                S                   P

            (2)   para tamu masuklah ke ruang tamu

                               S             P                  K

            Berdasarkan ada tidaknya kata negatif yang secara gramatik menegatifkan atau mengingkarkan P,  klausa dapat digolongkan  menjadi dua golongan, yaitu klausa positif  dan klausa negatif. Klausa positif ialah klausa yang tidak memiliki kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Kata-kata negatif ialah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan. Klausa negatif ialah klausa yang memiliki kata-kata negatif yang secara gramatik menegatifkan P. Seperti telah disebutkan di atas kata-kata negatif ialah tidak, tak, tiada, bukan, belum, dan jangan.

            Berdasarkan karegori yang enduduki fungsi predikat klausa dapat digolongkan menjadi empat golongan, yaitu klausa nominal, klausa verbal, klausa numeral, dan klausa preposisional. Selanjutnya kajian struktur klausa secara lengkap dan mendetail, silakan Anda membaca buku-buku referensi sintaksi yang kami tuliskan di bawah ini.

            D. Ringkasan

            Klausa merupakan satuan gramatik yang bersifat predikatif dan tanpa ada intonasi final. Konstruksi sebuah klausa memiliki minimal dua komponen, yaitu subjek dan predikat. Berdasarkan distribusi satuannya, klausa terbagi atas klausa bebas dan klausa terikat. Klausa bebas ialah klausa yang dapat berdiri sendiri menjadi sebuah kalimat, sedangkan klausa terikat ialah klausa yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kalimat.

            E. Daftar Referensi

            1. Asas-Asas Linguistik Umum. J.W.M. Verhaar. 2004.

            2. Analisis Bahasa. Samsuri. 1988.

            3. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Sakri, Adjat. 1995..

            4. Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia.

                Jakarta: Uhamka

            5. Lapoliwa , hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa

                Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

            6. Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka      Utama.

            7. Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar.

                Jakarta: Puspaswara

            8. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam

               Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

            Tugas/Perlatihan 

            1.  Salah satu ciri struktur klausa bahasa Indonesia bersifat predikatif.     . Jelaskan dengan contoh maksud pernyatan tersebut.

            2   Sailakan analisis klausa dalam teks berikut berdasarkan

                 distribusinya, struktur  intern, dan kategori

               Virus  corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,dan infeksi paru-paru. Virus ini bisa menyerang golongan usia lanjut, orang dewasa, anak-anak, dan bayi. Corona  menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke semua negara. Indonesia memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

            • Analisis Jenis Klausa dalam Teks Bahasa Indonesia

              • Konsep Kalimat dan Pola Kalimat Dasar

                A. Pendahuluan

                Assalamualaikum wr. wb., Selamat pagi semuanya. Semoga Anda semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Aamiin.Pada pertemuan kesebelas ini kita akan bahas topik tentang klausa dan jenis-jenisnya. Silakan dibahas dalam vicon google meet untuk disajikan oleh kelompok dan didiskusikan di forum vlass. Untuk itu capaian pembelajaran pada pertemuan kesebelas ini ialah mahasiswa dapat memahami batasan klausa beserta jenisnya secara teoretis. Selanjutnya pada pertemuan kedua belas, Anda diharapkan dapat mengidentifikasi kalimat beserta pola dasarny dalam teks bahasa Indonesia.

                B. Petunjuk Belajar

                Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut perhatikan petunjuk belajar berikut ini.

                1. Bacalah uraian materi dalam pertemuan kesebelas ini sebagai

                    pemicu untuk mencari materi pada referensi yang disarankan.

                2. Simak dan diskusikan materi batasan klausa beserta jenisnya

                    dalam forum diskusi secara virtual maupun vclass.

                3. Kerjakan tugas dengan baik dan benar.

                Selanjutnya, untuk penyajian dan diskusi materi pada pertemuan ketiga belas ini, silakan Anda masuk vicon google meet dengan link berikut 

                https://meet.google.com/bfq-trvn-hdc

                C. Uraian Materi

                Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa, dilengkapi dengan konjungsi bila diperlukan, serta disertai dengan intonasi final. (Chaer, 1994: 240).

                Kalimat adalah satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. (Ramlan, 1996: 27).Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulisan, yang mengungkapkan pikiran yang utuh. Dalam wujud lisan, kalimat diucapkan dengan suara naik turun dan keras lembut, disela jeda, dan diakhiri dengan intonasi akhir yang diikuti oleh kesenyapan yang mencegah terjadinya perpaduan ataupun asimilasi bunyi ataupun proses fonologis lainnya. Dalam wujud tulisan berhuruf Latin, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). 

                Pola-pola kalimat dasar dalam bahasa Indonesia dapat dilihat dalam tabel berikut. 

                Kalimat Dasar Berpola S P

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek dan predikat. Predikat kalimat untuk tipe ini dapat berupa kata kerja, kata benda, kata sifat, atau kata bilangan. Misalnya:

                1. Mereka / sedang berenang. = S / P (Kata Kerja)
                2. Ayahnya / guru SMA. = S / P (Kata Benda)
                3. Gambar itu / bagus.= S / P (Kata Sifat)
                4. Peserta penataran ini / empat puluh orang. = S / P (Kata Bilangan)

                Kalimat Dasar Berpola S P O

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan objek. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, dan objek berupa nomina atau frasa nominal.

                Misalnya: Mereka / sedang menyusun / karangan ilmiah. = S / P / O

                Kalimat Dasar Berpola S-P-Pel.

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan pelengkap. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif atau kata sifat, dan pelengkap berupa nomina atau adjektiva.

                Misalnya: Anaknya / beternak / ayam. = S / P / Pel.

                Kalimat Dasar Berpola S-P-O-Pel.

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan pelengkap. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan pelengkap berupa nomina atau frasa nominal.

                Misalnya: Dia / mengirimi / saya / surat. = S / P / O / Pel.

                Kalimat Dasar Berpola S-P-K

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, dan harus memiliki unsur keterangan karena diperlukan oleh predikat. Subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

                Misalnya: Mereka / berasal / dari Surabaya = S / P / K

                Kalimat Dasar Berpola S-P-O-K

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nomina, predikat berupa verba transitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

                Misalnya: Kami / memasukkan / pakaian / ke dalam lemari. 

                Kalimat Dasar Berpola S-P-Pe-K

                Kalimat dasar tipe nomina atau adjektiva, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

                Misalnya: Ungu / bermain / musik / di atas panggung

                Kalimat Dasar Berpola S-P-O-Pel-K

                Kalimat dasar tipe ini memiliki unsur subjek, predikat, objek, pelengkap, dan keterangan. subjek berupa nomina atau frasa nominal, predikat berupa verba intransitif, objek berupa nomina atau frasa nominal, pelengkap berupa nomina atau frasa nominal, dan keterangan berupa frasa berpreposisi.

                Misalnya: Dia / mengirimi / ibunya / uang / setiap bulan

                silakan Anda membaca buku-buku referensi sintaksi yang kami tuliskan di bawah ini.

                D. Ringkasan

                Kalimat adalah satuan sintaksis yang disusun dari konstituen dasar, yang biasanya berupa klausa atau satuan gramatik yang dibatasi oleh adanya jeda panjang yang disertai nada akhir turun atau naik. Dalam wujud tulisan, kalimat dimulai dengan huruf kapital dan diakhiri dengan tanda titik (.), tanda tanya (?), atau tanda seru (!). 

                E. Daftar Referensi

                1. Asas-Asas Linguistik Umum. J.W.M. Verhaar. 2004.

                2. Analisis Bahasa. Samsuri. 1988.

                3. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Sakri, Adjat. 1995..

                4. Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia.

                    Jakarta: Uhamka

                5. Lapoliwa , hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa

                    Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

                6. Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka      Utama.

                7. Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar.

                    Jakarta: Puspaswara

                8. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam

                   Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

                Tugas/Perlatihan 

                1.  Jelaskan disertai dengan contoh pengertian kalimat lisan! 

                2   Tentukan kalimat tunggal dalam teks berikut, kemudian analisis

                     pola dasar kalimat tersebut!.

                    Virus  corona bisa menyebabkan gangguan pada sistem pernapasan,dan infeksi paru-paru. Virus ini bisa menyerang golongan usia lanjut, orang dewasa, anak-anak, dan bayi. Corona  menular dengan sangat cepat dan telah menyebar ke semua negara. Indonesia memberlakukan kebijakan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk menekan penyebaran virus ini.

              • Klasifikasi Kalimat Berdasar pada Jumlah Klausa

                A. Pendahuluan

                Assalamualaikum wr. wb., Selamat pagi semuanya. Semoga Anda semua selalu sehat dan dalam lindungan Allah. Aamiin.Pada pertemuan ketujuh belas ini kita akan bahas topik tentang jenis  kalimat dilihat dari jumlah klausa. Silakan dibahas dalam vicon google meet untuk disajikan oleh kelompok dan didiskusikan di forum vclass. Untuk itu capaian pembelajaran pada pertemuan ketujuh belas ini ialah mahasiswa dapat mengidentifikasi jenis kalimat dilihat dari jumlah klausanya sehingga dapat diterapkan dalam pembelajaran dan penelitian.

                B. Petunjuk Belajar

                Untuk dapat mencapai tujuan pembelajaran tersebut perhatikan petunjuk belajar berikut ini.

                1. Bacalah uraian materi dalam pertemuan ketujuh belas ini sebagai

                    pemicu untuk mencari materi pada referensi yang disarankan.

                2. Simak dan diskusikan materi batasan kalimat tunggal dan majemuk

                    beserta jenis-jenisnya dalam forum diskusi secara virtual maupun

                    vclass.

                3. Kerjakan tugas dengan baik dan benar.

                C. Uraian Materi

                       Berdasarkan jumlah klausanya kalimat dibedakan atas kalimat tunggal dan kalimat majemuk. Berikut diuraikan kedu ajenis kalimat tersebut secara representatif. Pemahaman dapat dikembangkan melalui diskusi kelompok dan membaca buku-buku sintaksis yang saya sarangkan di bawah ini.

                      Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat saja. Namun kalimat tunggal dapat juga diikuti dengan objek atau keterangan. Berdasarkan predikatnya, kalimat tunggal dapat dibagi menjadi beberapa jenis, seperti kalimat nominal,dan kalimat verbal.Kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya berupa nomina, contohnya 

                a) Kakaknya penari balet.

                b) Ayahnya pegawai bank.

                c) Dia guru di sekolah negeri.       

                       Kalimat verbal adalah kalimat yang predikatnya berupa verba.

                Contoh 

                a) Beni menulis buku.

                b) Hendra tidur di kelas..

                Adapun pola kalimat tunggal seperti yang telah diungkapkan terdahulu. 

                Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat ini merupakan sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat majemuk disebut juga kalimat luas atau kompleks.

                Ciri-ciri kalimat majemuk adalah a) terdapat perluasan atau penggabungan dari kalimat inti, b) perluasan dari kalimat inti tersebut menghasilkan pola kalimat baru; dan c) memiliki subjek atau predikat lebih dari satu. Contoh : Shinta rajin, tetapi kakaknya pemalas.

                Jenis Kalimat Majemuk 

                Kalimat majemuk setara adalah suatu kalimat luas di mana antara pola kalimatnya mempunyai kedudukan yang sama. Kalimat majemuk setara dibentuk dengan menggabungkan kalimat tunggal.

                Kalimat ini biasanya ditandai dengan kata penghubung dan, lagi, atau, tetapi, melainkan, sedangkan, bahkan, dan malahan.

                Contoh kalimat majemuk setara:

                a) Ibu pergi ke pasar dan bapak bekerja di kantor.

                b) Indah mengerjakan tugas kelompok dengan sangat

                    rajin sedangkan teman-temannya ngobrol.,

                Kalimat majemuk bertingkat adalah kalimat yang salah satu unsurnya diperluas sehingga membentuk pola baru. Salah satu klausa atau anak kalimat tidak dapat berdiri sendiri atau jika dipisahkan tidak memiliki makna.

                Kalimat ini biasanya ditandai dengan kata penghubung jika, ketika, walaupun, bagaikan, bahwa, sebab, dan sehingga.

                Contoh kalimat majemuk bertingkat:

                a) Adik sedang tidur ketika bapak pulang kerja.

                b) Jika saya lulus ujian, ibu akan memberikan hadiah.

                Kalimat majemuk campuran merupakan gabungan dari kalimat majemuk setara dan kalimat majemuk bertingkat. Pada umumnya kalimat majemuk campuran terdapat paling sedikit tiga kalimat tunggal. Kalimat ini mempunyai dua buah konjungsi atau lebih yang menghubungkan antara klausa yang satu dengan yang lain.

                Contoh kalimat majemuk campuran:

                a) Adik sedang tidur ketika bapak pulang kerja sedangkan saya

                    mengerjakan PR

                b) .Walaupun saya tidak tinggal di Jakarta, saya tahu bahwa orang-

                      orang di sana menghabiskan banyak waktu di jalanan.

                D. Ringkasan

                Kalimat tunggal adalah kalimat yang hanya terdiri atas satu subjek dan satu predikat saja. Namun kalimat tunggal dapat juga diikuti dengan objek atau keterangan.Adapun pola kalimat tunggal sama seperti pola kalimat dasar seperti yang telah dibahas terdahulu. Kalimat majemuk adalah kalimat yang mengandung dua pola kalimat atau lebih. Kalimat ini merupakan sebuah kalimat yang memiliki lebih dari satu subjek, predikat, objek, ataupun pelengkap. Kalimat majemuk disebut juga kalimat luas atau kompleks. Ciri-ciri kalimat majemuk adalah a) terdapat perluasan atau penggabungan dari kalimat inti, b) perluasan dari kalimat inti tersebut menghasilkan pola kalimat baru; dan c) memiliki subjek atau predikat lebih dari satu. 

                E. Daftar Referensi

                1. Asas-Asas Linguistik Umum. J.W.M. Verhaar. 2004.

                2. Analisis Bahasa. Samsuri. 1988.

                3. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Sakri, Adjat. 1995..

                4. Tarmini, Wini dan Sulistyawati. 2019. Sintaksis Bahasa Indonesia.

                    Jakarta: Uhamka

                5. Lapoliwa , hans.1990. Klausa Pemelengkapan dalam Bahasa

                    Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

                6. Parera, Jos Daniel. 1991. Sintaksis. Jakarta: PT Gramedia Pustaka      Utama.

                7. Sugono, Dendy. 1997. Berbahasa Indonesia dengan Benar.

                    Jakarta: Puspaswara

                8. Kridalaksana, Harimurti. 2002. Struktur, Kategori, dan Fungsi dalam

                   Teori Sintaksis. Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya.

                Tugas/Perlatihan 

                Silakan dikerjakan dalam slot tugas pertemuan analisis kalimat tunggal dan majemuk.

              • Analisis Kalimat Tunggal dan Majemuk dalam Teks Bahasa Indonesia

                Assalamualaikum...selamat siang semuanya. Setelah mempelajari klasifikasi kalimat pada pertemuan pagi tadi pukul 07.30--09.10, Saudara diminta menerapkan teori yang sudah dipelajari tersebut pada tugas berikut. Penerapan teori kalimat dari segi jumlah klausa menunjukkan adanya klasifikasi kalimat tunggal dan majemuk. Untuk itu, silakan Saudara menentukan kalimat tunggal dan majemuk dalam teks yang ada dalam tugas. Selanjutnya, analisis kalimat-kalimat tersebut menurut fungsi, kategori, dan peran semantisnya. Tugas dikerjakan secara berkelompok dan jawaban satu saja mewakili kelompok Saudara.. Baiklah, selamat belajar.

              • Klasifikasi Kalimat Berdasar pada Pengisi Kategori Predikat dan Urutan Fungsi Kalimat

                A. Pendahuluan

                Assalamualaikum wr.wb. Semangat pagi semua.

                Pada pertemuan ini, mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan tentang klasifikasi kalimat berdasarkan pengisi kategori predikat dan urutan fungsinya. Dengan demikian capaiak pembelajaran pada pertemuan ini ialah mahasiswa dapat mengidentifikasi klasifikasi kalimat bahasa Indonesia berdasar pada pengisi kategori predikat dan urutan fungsi kalimat. 

                B. Petunjuk Belajar

                Untuk mencapaian tujuan pembelajaran tersebut, Anda sebaiknya memperhatikan petunuk bejalar berikut: 1) pahami uraian materi dan tayangan salindia kelompok yang presentasi; 2) diskusikan materi tersebut terkait dengan hal-hal yang belum dipahami, 3) kembangkan pengetahuan Anda tentang topik ini dengan membaca referensi yang disarankan di vclass ini.

                C. Uraian Materi

                Berdasarkan kategori pengisi predikat, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan nonverbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.

                Berkenaan dengan banyaknya jenis atau tipe verbal, biasanya dibedakan: (1) kalimat transitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba transitif, yaitu verba yang biasanya diikuti oleh sebuah objek kalau verba tersebut bersifat monotrasitif, dan diikuti oleh dua buah objek kalau verba tersebut bersifat bitransitif. (2) kalimat intransitif adalah kalimat yang predikatnya berupa verba intransitif, yaitu verba yang tidak memiliki objek. (3) kalimat aktif adalah kalimat yang predikatnya kata kerja aktif. Verba aktif biasanya ditandai dengan prefiks me- atau memper- biasanya dipertentangkan degan kalimat pasif yang ditandai dengan prefiks di- atau diper- .

                Ada juga istilah kalimat aktif anti pasif dan kalimat pasif anti aktif sehubungan dengan adanya sejumlah verba aktif yang tidak dapat dipasifkan dan verba pasif yang tidak dapat dijadikan verba aktif (4) kalimat dinamis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis menyatakan tindakan atau gerakan. (5) kalimat statis adalah kalimat yang predikatnya berupa verba yang secara semantis tidak menyatakan tindakan atau kegiatan. (6) kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan verba.

                Brdasarkan kategori pengisi fungsi predikat, kalimat dibedakan atas kalimat verbal, nominal, adjektiva, dan numeralia.

                Dilihat dari urutan fungsi kalimat, dalam bahasa Indonesia dikenal dengan kalimat versi dan kalimat inversi. Kalimat versi adalah kalimat yang memiliki unsur atau pola kalimat yang membentuk pola berurutan, yakni S-P-O-K. Sedangkan kalimat inversi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah kalimat yang predikatnya mendahului subjeknya. Dengan kata lain kalimat inversi merupakan kebalikan dari susunan kalimat versi. Biasanya penulisan kalimat inversi selalu beriringan dengan kalimat versi, dan merupakan penekanan terhadap makna dari sebuah kalimat.

                Contoh Kalimat Versi

                1. Ibu menghentikan pengairan di sawah setiap sore.
                2. Mitha memotong buah mangga itu sekecil dadu.
                3. Dia meminjamkan mobilku pada orang yang tidak kusuka.

                Contoh Kalimat Inversi

                1. Dihentikannya pengairan di sawah oleh ibu setiap sore.
                2. Dipotongnya mangga itu sekecil dadu oleh Mitha.
                3. Dipinjamkannya mobilku kepada orang yang tidak kusuka.
                4. Dibiarkannya anak anjing itu kehujanan oleh ayah

                C. Ringkasan

                Berdasarkan kategori pengisi predikat, kalimat dibedakan atas kalimat verbal dan nonverbal. Kalimat verbal adalah kalimat yang dibentuk dari klausa verbal, atau kalimat yang predikatnya berupa kata atau frase berkategori verba. Sedangkan kalimat nonverbal adalah kalimat yang predikatnya bukan kata atau frase verbal; bisa nominal, ajektifal, adverbial, atau juga numeralia.. Selanjutnya, dilihat dari urutan fungsi, kalimat dibedakan atas kalimat versi dan inversi. Kalimat versi ialah kalimat yang subjeknya di awal kalimat kemudian diikuti predikat, sedangkan kalimat inversi ialah kalimat yang predikat mendahului subjek.

                D. Referensi

                Alwi, H. et, al. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
                Kridalaksana, H. 2002. Struktur, kategori, dan Fungsi Dalam Teori Sintaksis. Jakarta: Unika Atma Jaya.
                Finoza Lamuddin. 1993. Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta: Diksi Intan Mulia.
                2001. Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan dan Pedoman Umum Pembentukan Istilah. Bandung: Yrama Widya.
                Novia, Windi dkk. 2006. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Surabaya: Kashiko.
                Ramlan, M. 1991. Pengelolaan Kata. Yogyakarta: CV Karyono.
                Ramlan, M. 1996. Sintaksi. Yogyakarta: CV Karyono.
                Sakri, A. 1995. Bangun Kalimat Bahasa Indonesia. Bandung: ITB.
                Rusyana dan Samsuri. 1976. Pedoman Penulisan Tata Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pengembangan dan Pembinaan Bahasa.
                Verhaar, J.W.M. 1996. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada Universitas Press.
              • Analisis Pengisi Kategori Predikat dan Urutan Fungsi Kalimat dalam Teks Bahasa Indonesia

                Setelah Anda menyimak penyajian materi dan diskusi topik klasifikasi kalimat dilihat dari  kategori pengisi predikat dan urutan fungsi dalam kalimat, Anda diminta menerapkan teori tersebut dengan menganalisis kalimat dalam teks berikut. Adapun tugasnya ialah sebagai berikut.

                1. Tentukan kalimat apa saja yang ada dalam teks berikut, dilihat dari pengisi kategori predikatnya.

                2. Tentukan kalimat apa saja yang ada daam teks berikut dilihat dari urutan fungsinya.

                3. Analisis atau uraikan setiap fungsi dan kategori kalimat dalam teks tersebut.

                4.Jawaban tugas ini dikumpulkan secara kelompok. Artinya, satu kelompok satu jawaban. Silakan diunggah dalam vclass. Terima kasih.

                       Perkembangan dunia abad 21 ditandai dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam proses pembelajaran. Dunia kerja menuntut perubahan kompetensi. Kemampuan berpikir kritis, memecahkan masalah, dan berkolaborasi menjadi kompetensi penting dalam memasuki kehidupan abad 21. Sekolah dituntut mampu menyiapkan siswa memasuki abad 21. Dimensi pengetahuan dan proses kognitif menjadi landasan dalam merencanakan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran sehingga tersusun strategi pembelajaran abad 21.

                       Perkembangan teknologi menjadikan perubahan kualifikasi dan kompetensi tenaga kerja. Perubahan standar menuntut penyesuaian dunia pendidikan dalam menyiapkan peserta didik. Siswa abad 21 perlu dibekali dengan kemampuan TIK. Proses pembelajaran harus mengakomodasi hal tersebut. Kesuksesan seorang siswa bergantung pada kecakapan abad 21 yang dimilikinya. Kecakapan abad 21 meliputi berpikir kritis, pemecahan masalah, komunikasi dan kolaborasi. Untuk mencapai sukses dan mampu bersaing di masyarakat global, siswa harus memiliki kecakapan sebagai komunikator, kreator, pemikir kritis, dan kolaborator. Menyikapi fenomena perubahan kebutuhan tenaga kerja dan kemajuan, sekolah perlu menyiapkan diri dalam menghadapi tantangan abad 21.

              • Analisis Kalimat dari Segi Makna dalam Teks Bahasa Indonesia

              • Analisis Kalimat Efektif dalam Berbagai Teks Bahasa Indonesia

              • Teori Sintaksis Aliran Tradisional dan Struktural

              • Teori Sintaksis Aliran Transformasional

              • Analisis Kalimat Berdasarkan Teori Aliran Transformasional

              • Teori Sintaksis Aliran Fungsional

              • Analisis Kalimat Berdasarkan Teori Sintaksis Fungsional

              • Ujian Akhir Semester (UAS) Teori Sintaksis

              • Ujian Akhir Semester (UAS) Aplikasi Teori Sintaksis