FORUM JAWABAN ANALISIS JURNAL
NPM : 2115061009
Kelas : PSTI A
Dari jurnal Integritasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia yang bisa saya analisis yaitu integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Sikap otoriterrepresif pemerintahan Orde Baru ini pun menimbulkan perlawanan demi perlawanan, yang memuncak pada peristiwa Mei 1998, yakni tergulingnya rezim pemerintahan Orba yang digantikan dengan Orde Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKLPKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Ia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah. Indonesia juga kaya dengan spesies langka. Baik flora maupun fauna. Ada mamalia, kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke.
Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Sebagai ilustrasi, dalam budaya Jawa misalnya dikenal istilah “nanding sarira” memperbandingkan diri. Inilah pangkal munculnya kesombongan kolektif, etnosentrisme. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktorfaktor etnis dan faktor daerah semata. Pendirian sekolah di masing-masing daerah tidak dalam kapasitasnya untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada di wilayah tersebut, tetapi justru lebih pada semangat menyelamatan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Mengambil Tindakan menerobos identitas dari suatu kelompok adalah upaya agar membentuk integrasi yang lebih luas.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam otomomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Akibatnya adalah konflik antar kepentingan kelompok masing-masing yang bisa merugikan siapapun yang berada dalam satu lingkaran yang sama. Maka dari itu pentingnya integrasi nasional yang menjadikan penyatuan dalam visi misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2115061078
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA Oleh Agus Maladi Irianto diperoleh informasi-informasi penting yang dirangkum dalam paragraf-paragraf berikut.
Bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sehingga menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Selanjut pemerintah Soeharto untuk mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai. Setelah Orba mampu berkuasa selama 32 tahun, akhirnya digantikan Pemerintahan Reformasi. Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini. Era Reformasi yang tidak memiliki platform secara jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience).
Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata. Kondisi tersebut terus belarut-larut hingga hari ini, dan kesimpulannya tak menghasilkan solusi. Untuk itulah diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi kebudayaan.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut.
Di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional.
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. ntegrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut.
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Daerah seakan akan menjadi sapi perahan untuk pusat dan birokrasi daerah menjadi tukang susu bukan untuk daerah tetapi untuk pusat. Sekalipun demikian, kondisi tersebut tidak selayaknya dibalas dengan, seakan akan birokrasi pemerintahan hanyalah melayani kepentingan daerah saja, bahkan tidak lagi menjadi perantara kepentingan masyarakat dan kepentingan negara, atau mesin penghubung kepentingan daerah dan kepentingan nasional.
Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Nama : Ridho Ahmad fauzi
NPM : 2115061001
Kelas : PSTI A
Dari jurnal yang berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA" didapatkan bahwa negara dan bangsa Indonesia, memiliki sejumlah pengalaman yang diantaranya menagalami berbagai perubahan azas, ideologi, paham, dan doktrin. Perubahan itulah yang menyebabkan pada masa orde lama sampai orde baru terjadi disintegrasi dan instabilisasi nasional, karena kekuatan elite yang memiliki pengaruh saling berlomba-lomba meberikan pengaruh untuk kepentingan kelompoknya. Itulah yang menyebabkan Soeharto melakukan peleburan dan perampingan sejumlah ormas dan partai.
Setelah Orba menjabat selama 32 tahun, akhirnya tergantikan ke pemerintahan reformasi. Di ujung pemerintahan orba terdapat perlwanan atas sikap otoriter-represif yang meyebabkan tergulingnya pemerintahan orba. Kesalahan yang terjadi pada pemerintahan orba adalah berjalan secara sentralistik padahal Indonesia sendiri merupakan negara yang plural. Setiap aksi dari daerah ditanggapi secara otoriter – represif dan pluralitas negara tidak dikelola dengan baik karena dianggap musuh bagi kestabilitasan negara. Berbeda dengan era orba pada era reformasi mulai membuka kran dan memberikan peluang daerah untuk desentralisasi. Akan tetapi era reformasi yang masih belom memiliki platform yang jelas justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan, sehingga menimbulkan ketidakpatuhan sosial hingga saat ini.
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah cerminan diri seseorang dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Sehingga indentitas adalah produk yang berlangsung demikian kompleks. Identitas terbentuk berdasarkan kemauan individu itu sendiri dan akan bergantung dari kekuatan objektif yang terjadi di sekitar. Indentitas bersifat selalu diperbaharui, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pluralitas pada zaman ini tidak dibatasi oleh sara akan tetapi lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir dan sikap mental, merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional, namun diperlukan kesadaran nasional yang didorong denga menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional ini nantinya akan menjadi dasar adanya integrasi nasional. Integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan kelompok yang memiliki identitas masing-masing akan merasa dirinya sebagai satu kesatuan. integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional juga terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok oleh isu yang sama, baik bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
B. Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi memiliki korelasi dengan kejadian yang terjadi saat ini di Indonesia yaitu banyaknya konflik antar daerah, antar agama, antar partai, dan konflik dengan kepentingan lainnya. Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Serta pluralitas yang sudah menjadi takdir bagi bangsa Indonesia. Akan tetapi setiap perbedaan tidak selalu menimbulkan pertentangan selama masyarakat menyadari pluralitas itu sendiri. Akan tetapi akhir-akhir ini justru sering kali terjadi pertentangan yang akhirnya menyebabkan munculnya etnosentrisme, religisentrisme, politiksentrisme, dan lain-lain. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijkan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Pada intinya setiap daerah hanya meningkatkan potensi daerahnya, menyelamatkan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah, seharusnya daerah dapat mencari nilai kesamaan dengan daerah lainnya dan dapat meningkatkan potensi bersama dengan bonus integrasi. Begitu pula yang terjadi di demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas budaya dan lintas etnis, sekarang tiap daerah menuntut agar posisi birokratis di tempati oleh putra daerahnya sendiri.
Jadi antara identitas nasional dan integrasi nasional keduanya saling berhubungan yaitu integrasi akan terbentuk saat identitas dijunjung dengan baik, karena dengan pemahaman identitas nasional yang baik akan menimbulkan kesadaran nasional akan pluralisme yang merupakan dasar dalam integrasi nasional. Untuk mencapainya tentunya dibutuhkan uluran tangan seluruh komponen bangsa Indonesia yang di sertai strategi yang baik. Strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Kemudian tiap daerah diharapkan dapat bersama-sama dengan daerah lainnya untuk bergerak maju bersama tidak saling menjatuhkan akan tetapi saling memenuhi atas kekurangan yang dimiliki.
NPM: 2155061011
Kelas: PSTI A
Dari jurnal yang berjudul "Integritasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia", identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Ada beberapa contoh berikut untuk menjelaskan permasalahan tersebut, salah satu contoh adalah tentang keberadaan Bahasa Indonesia di negeri ini. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari kepulauan Riau, dan pada awalnya menjadi suatu atribut dari identitas penduduk kepulauan Riau, bahasa itu kemudian berkembang menjadi Melayu Pasar, yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis yang bertemu di pasar dalam interaksi perdagangan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatudilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Daerah seakanakan menjadi sapi perahan untuk pusat dan birokrasi daerah menjadi tukang susu bukan untuk daerah tetapi untuk pusat. mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya
NPM : 2115061082
Kelas : PSTI A
Berdasarkan uraian jurnal yang berjudul “INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA” Oleh: Agus Maladi Irianto, di dapatkan beberapa point penting yaitu sebagai berikut:
Identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKLPKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks
Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Dengan demikian, identitas yang melekat pada kelompok-kelompok yang lebih besar yang diikat oleh kesamaan-kesamaan, baik fisik maupun budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti budaya, agama, dan bahasa maupun non fisik seperti keinginan, cita-cita, dan tujuan. Himpunan kelompok-kelompok inilah yang kemudian disebut dengan istilah identitas bangsa atau identitas nasional. Secara umum integrasi nasional secara politis adalah penyatuan berbagai kelompok sosial dan budaya dalam kesatuan wilayah nasional yang membentuk suatu identitas nasional.
NPM : 2115061042
KELAS : PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia” yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto dapat dianalisa bahwa pada masa awal kemerdekaan, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pembentukan pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan kesatuan. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Konsep integrasi nasional hingga saat ini masih mendapati adanya gejolak. Ketika terjadi konflik antar-etnik, daerah, agama, partai politik, pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus melanda Indonesia. Begitu banyaknya unsur-unsur yang ada di Indonesia dapat menjadi penyebab timbulnya konflik. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.
Konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Jadi dapat disimpulkan bahwa Indonesia merupakan bangsa yang memiliki berbagai macam unsur baik budaya, agama, ras, etnik, dan lainnya, sehingga harus dapat disadari bahwa adanya pluralitas ini sudah menjadi keniscayaan bagi bangsa Indonesia. Berbagai macam perbedaan unsur tersebut dapat menjadi penyebab konflik di Indonesia akibat timbulnya sikap etnosentrisme yang merasa bahwa budayanya lebih baik dari budaya lainnya, sehingga berakibat pada timbulnya perpecahan antar unsur yang ada. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan, jika masing-masing anggota masyarakat menyadari akan adanya pluralitas dan saling menghormati perbedaan. Selain itu, identitas nasional sebagai jati diri bangsa Indonesia diharapkan dapat menjadi penagkal etnosentrisme dan mampu untuk menciptakan integrasi nasional.
Npm : 2115061125
Kelas : PSTI A
Kesimpulan dan Analisis Bedasarkan jurnal “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia” adalah sebagai berikut:
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Berbagai perubahan azas dan idiologi tersebut, menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Perubahan dari Orde Lama (Orla) ke Orde Baru (Orba) ditandai dengan pemberontakan PKI 30 September 1965 hingga lahirlah Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Selanjutnya pemerintah Soeharto untuk mengendalikan pemerintahan berusaha untuk melakukan peleburan dan perampingan sejumlah oramas dan partai.
Salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Ide dan gagasan dari daerah diusahakan untuk diredam, serta setiap aksi daeri daerah ditanggapi dengan sikap otoriter-represif. Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Dari sinilah tergambar tentang tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata. Kondisi tersebut terus belarut-larut hingga hari ini, dan kesimpulannya tak menghasilkan solusi. Di kala hal ini berkepanjangan dan tidak jelas sampai kapan krisis akan berakhir, para pengamat hanya bisa mengatakan bahwa bangsa kita adalah “bangsa yang sedang sakit”, suatu kesimpulan yang tidak menawarkan solusi. Untuk itulah diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi kebudayaan.
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Untuk menciptakan pergaulan dalam pembentukan integrasi nasional tersebut identitas justru berfungsi secara ganda.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL PKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2115061054
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia”, dijelaskan bahwa negara Indonesia telah mengalami perubahan asas, paham, ideologi, dan doktrin seiring bertambahnya umur negara. Meskipun demikian, perubahan-perubahan tersebut menyebabkan lahirnya disintegrasi dan instabilisasi yang dapat memecah-belah persatuan. Selain itu, terjadi perebutan kekuasaan di antara era Orde Lama dan Orde Baru. Elite-elite politik yang berkuasa saat itu mengendalikan ormas dan partai-partai dengan cara melebur dan menggabungkan beberapa partai menjadi satu. Pengendalian partai tersebut secara otomatis membatasi masyarakat untuk menyampaikan aspirasinya.
Puncak dari keotoriteran elite-elite politik tersebut yaitu saat terjadinya peristiwa Mei 1998. Peristiwa tersebut mampu menggulingkan kekuasaan Orde Baru karena penerapan pemerintahan yang terpusat pada pemegang kekuasaan saja yang bertentangan dengan kodrat dan kondisi bangsa Indonesia. Era reformasi pun berlangsung. Sistem pemerintahan pun berubah. Setiap daerah diberikan kebebasan yang berdasarkan demokrasi untuk mengatur daerahnya masing-masing. Akan tetapi, kebebasan tersebut malah menimbulkan kekacauan, ketidakmenentuan, serta berantakannya acuan dalam kehidupan bernegara dan kerukunan sosial. Maka dari itu, diperlukanlah sebuat strategi kebudayaan untuk memperbaiki masalah-masalah tersebut.
Identitas merupakan cerminan dari diri seseorang yang berlangsung dengan kompleks. Dilihat dari aspek waktu, identitas akan tetap bertahan dalam esensinya yang abadi, sedangkan dari aspek ruang, identitas terdiri atas beberapa lapisan yang bergantung pada peran-peran, keadaan objektif, dan cara menghadapinya. Maka dari itu, pembentukan identitas sangat bergantung pada kemauan diri sendiri ataupun respon diri terhadap hal-hal yang dihadapi. Selain itu, identitas yang kita miliki akan terus berkembang untuk menyesuaikan kondisi, sifat, dan keadaan.
Adanya pluralitas menunjukkan pada persoalan antara kepentingan orang yang satu dengan orang lainnya. Namun, kepentingan masing-masing orang yang sama dapat menyatukan identitas. Penyatuan identitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi mampu membentuk hubungan-hubungan sosial melalui interaksi sosial, politik, ekonomi, dan kultural. Maka dari itu, identitas tidak terkekang oleh ruang dan waktu lagi. Karena perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat, melahirkan kebudayaan-kebudayaan massa yang penuh dengan perubahan.
Pada saat ini, perkembangan identitas lebih condong ke arah kepentingan diri sendiri. Identitas dan karakter bangsa dapat menjadi sarana untuk membentuk pola pikir dan mental untuk memperbaiki adab dalam melakukan pembangunan kebudayaan nasional. Maka dari itu, diperlukanlah kesadaran nasional yang dipupuk dengan cara menanamkan rasa nasionalisme dan pluralisme di dalam diri tiap warga negara. Kesadaran tersebut akan menjadi pendorong terjadinya upaya integrasi nasional yang dapat memelihara serta mengembangkan harga diri, harkat, dan martabat bangsa. Dengan adanya integrasi nasional, maka masyarakat akan menyadari bahwa tiap masing-masing individu adalah satu kesatuan.
Dalam pengembangan sistem otonomi daerah ataupun pemekaran daerah, sangat identik dengan etnosentrisme. Namun, etnosentrisme yang dimaksud yaitu sikap yang ingin mengembangkan daerahnya masing-masing serta meningkatkan pendapatannya. Oleh sebab itu, integrasi nasional cukuplah penting untuk dijadikan sebagai strategi kebudayaan yang mengacu pada kekuatan budaya yang berkaitan dengan kedekatan dan pandangan hidup warga negara serta menghadapi kompleksitas kebudayaan yang diikuti. Hal tersebut dilakukan untuk menyatukan visi dan misi untuk menyatukan masyarakat yang memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.
Dengan demikian, integrasi nasional dapat menjadi solusi untuk menghadapi konflik-konflik yang masih terjadi di Indonesia. Selain itu, sistem otonomi daerah dapat menjadi penghambat dalam penerapan integrasi nasional. Untuk mengatasinya, kita perlu meninggalkan identitas yang telah dipunyai sekaligus hal-hal pengembangannya untuk menyingkap peluang dalam membentuk integrasi yang lebih luas.
NPM : 2115061038
Kelas : PSTI A
Berdasarkan Jurnal “Integrasi Nasional sebagai penangkal Etnosentrisme di Indonesia” oleh Agus Maladi Irianto maka saya dapat menganalisis bahwa :
Identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya. Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi dan terdiri dari berbagai lapisan identitas dan harus selalu disesuaikan Kembali, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Identitas bangsa Indonesia saat ini sangat mencerminkan pluralitas dimana pluralitas pada perkembangannya tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah saja. Pluralitas saat ini justru lebih mengarah kepada persoalan kepentingan-kepentingan yang ada. Adanya teknologi komunikasi seperti media televisi, dan media lainnya seperti media sosial seolah dapat menelusur dari ruang publik ke setiap individu hingga ke ruang privasi, sehingga dapat disebut perkembangan teknologi dan globalisasi membuat setiap hal terasa sangat dekat dan tak terbatas. Maka dari itu, di tengah perkembangan kebudayaan massa yang serba cepat inilah menimbulkan sejumlah ekspresi tentang nilai, pengetahuan, norma, dan simbol yang menandai kebudayaan masyarakat.
Identitas merupakan sarana pembentukan pola pikir masyarakat, maka kesadaran nasional perlu dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional inilah yang menjadi dasar keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa dari berbagai dampak asing. Integrasi nasional juga terbentuknya dari kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda dan lainnya. Dengan artian integrasi menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Indonesia merupakan bangsa yang terbentang dari sabang sampai dengan Merauke dan dengan berbagai keberagaman di berbagai bidang dan unsur kehidupan dalam suatu identitas. Maka dari itu, telah ditakdirkan bahwa bangsa Indonesia merupakan bangsa yang seharusnya memiliki pluralitas yang tinggi. Namun, tak jarang perbedaan keberagaman yang ada ini justru memicu pertentangan, kesombongan secara koletif yang mengarah kepada Etnosentrisme. Etnosentrisme ini sendiri merupakan suatu kecenderungan sikap dimana seseorang/kelompok terlalu menggagungkan dan mengunggulkan budaya/suku sendiri dibanding budaya/suku lainnya yang berbeda.
Disamping itu tanpa disadari kebijakan otonomi daerah dalam wewenang mengatur sendiri pemerintahan daerahnya yang berlaku membuat suatu kecenderungan terjadinya etnosentrisme ini kian berkembang. Hal ini dilihat sebagai contoh adanya para siswa dengan etnik/suku yang sama selalu berdampingan akan selalu mengunggulkan budaya mereka dan para pemimpin di suatu suku tersebut yang membangun daerahnya tak jarang jika kerap membandingkan dengan daerah di suku/etnik lainnya dan akan terus mengunggulkan daerah/suku yang ia pimpin. Hal inilah yang akan memupuk adanya kecenderungan etnosentrisme. Demikian pula politik dalam demokrasi pemerintahan daerah yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya pun lintas-etnis, sekarang menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.
Jadi hal yang dapat saya simpulkan dari pemaparan di atas bahwa dalam menciptakan suatu integrasi nasional ini sangatlah penting sebagai suatu alat/strategi kebudayaan atas keberagaman perbedaan bangsa Indonesia. Kekuatan budaya ini seharusnya menjadi strategi untuk membentuk suatu identitas dan integritas secara nasional. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya akan menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Integrasi nasional dapat terwujud, jika sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya/kelompoknya dan mengutamakan pentingnya identitas nasional untuk menjaga integritas nasional dan menghindari adanya etnosentrisme. Dengan demikian akan membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas. Adapun berbagai kebijakan seperti otonomi daerah yang menjadi faktor kecenderungan munculnya etnosentrisme seharusnya segera disikapi dan tentunya harus kembali lagi kepada makna persatuan/ integritas berdasarkan nilai identitas nasional yaitu Pancasila.
Maka dari itu, sangat diperlukannya kesadaran individu dan juga kelompok tertentu yang harus menjaga identitas nasional sebagai faktor penguatan integrasi nasional bangsa Indonesia, maka dari itu hal ini diharapkan integrasi inilah yang akan mampu menjadi penangkal kecenderungan etnosentrisme di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
Re: FORUM JAWABAN ANALISIS JURNAL
NPM : 2115061066
KELAS : PSTI A
Berdasarkan hasil analisis dari jurnal Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia dapat diketahui bahwa bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Lapis-lapis identitas itu tergantung pada peran-peran yang dijalankan, keadaan objektif yang dihadapi, serta ditentukan pula dari cara menyikapi keadaan dan peran tersebut.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi. Teknologi komunikasi itu seolah menelusup dari ruang publik ke setiap individu hingga ruang-ruang privasi. Kita didorong untuk masuk dalam lorong waktu dan perisitiwa yang nyaris tak terbatas, sejalan juga dengan tanda-tanda yang makin rumit dan tak terbatasi. Pesawat televisi telah menjadi “totem” yang selalu ada di mana-mana. Di rumah-rumah reot tanpa WC dan kamar mandi, di kios-kios rokok, warung-warung kopi, hingga di sejumlah perumahan, pesawat televisi merupakan “berhala” yang selalu menghiasi ruang-ruang tersebut. Dari sinilah lahir kebudayaan massa yang cepat dan penuh perubahan. Di tengah kebudayaan massa yang serba cepat itulah sejumlah ekspresi tentang nilai, pengetahuan, norma, dan simbol, menandai kebudayaan masyarakat kita. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing.
integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan bangsa Indonesia. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Ada beberapa contoh berikut untuk menjelaskan permasalahan tersebut, salah satu contoh adalah tentang keberadaan Bahasa Indonesia di negeri ini. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari kepulauan Riau, dan pada awalnya menjadi suatu atribut dari identitas penduduk kepulauan Riau, bahasa itu kemudian berkembang menjadi Melayu Pasar, yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis yang bertemu di pasar dalam interaksi perdagangan. Akan tetapi dalam perkembangan lebih lanjut muncul dengan komunitas baru dengan jaringan yang jauh lebih luas, yaitu kelompok-kelompok yang menggunakan bahasa Melayu Pasar sebagai sarana komunikasi antara mereka. Akibatnya bahasa Melayu Pasar sebagai lingua franca kemudian menjadi ciri baru bagi suatu komunitas pengguna bahasa tersebut dan kemudian kembali berfungsi sebagai penunjuk identitas dari suatu jaringan kelompok-kelompok yang merasa dan ternyata dihubungkan satu sama lain oleh bahasa tersebut dan menemukan suatu kesatuan baru berupa integrasi yang lebih luas.
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Ia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah. Indonesia juga kaya dengan spesies langka. Baik flora maupun fauna. Ada mamalia, kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke. pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut.
namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Inilah pangkal munculnya kesombongan kolektif, etnosentrisme. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri.
Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata.
Sikap ini pun mungkin bukan tanpa sebab, sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Daerah seakan-akan menjadi sapi perahan untuk pusat dan birokrasi daerah menjadi tukang susu bukan untuk daerah tetapi untuk pusat. konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Jadi pendekatan komunikasi antar budaya dapat menyelesaikan konflik yang terjadi dalam masyarakat Indonesia yang beragam budaya atau etnis. Komunikasi antar budaya dapat meningkatkan integrasi nasional melalui pemahaman, saling pengertian dan toleransi pada masing-masing budaya dan kebhinekaan budaya dalam masyarakat Indonesia.
NPM : 2115061098
KELAS : PSTI A
Berdasarkan pada jurnal yang sudah saya baca diatas, saya dapat menganalisis beberapa hal berikut:
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat.
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks.
Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Dan, respons tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini. Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural.
Staf Ahli Menteri Bidang Multikultural Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI pada tangal 5 Mei 2011 pola pikir dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional selanjutnya menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi terhadap bangsa asing.3 Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan:
Bangsa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari kepulauan Riau, dan pada awalnya menjadi suatu atribut dari identitas penduduk kepulauan Riau, bahasa itu kemudian berkembang menjadi Melayu Pasar, yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis yang bertemu di pasar dalam interaksi perdagangan. Akan tetapi dalam perkembangan lebih lanjut muncul dengan komunitas baru dengan jaringan yang jauh lebih luas, yaitu kelompok-kelompok yang menggunakan bahasa Melayu Pasar sebagai sarana komunikasi antara mereka.
Daerah Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur.
Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor faktor etnis dan faktor daerah semata.
Pendirian sekolah di masing-masing daerah tidak dalam kapasitasnya untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada di wilayah tersebut, tetapi justru lebih pada semangat menyelamatan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
NPM: 2155061007
Kelas: PSTI A
Berdasarkan artikel yang saya baca berjudul "Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" dapat disimpulkan bahwa integrasi nasional memuat makna dalam penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Indonesia merupakan negara pluralisme dimana beragamnya suku, budaya, bahasa, agama, dan sebagainya yang memang sebuah takdir. Namun, pluralitas yang ada, akhir-akhir iini menjadi pemicu pertntangan antar sejumlah anggota masyarakat dan menerbitkan faham sentrisme dan melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, poliksentrisme, dan sebagainya. Etnosentrime itu sendiri merupakan kecenderungan berfikir bahwa budayanya lebih baik daripada budaya lainnya dimana sgala sesuatu dipandang mlalui sudut pandang etniknya sendiri dan juga didukung oleh kebiakan ngara yang mengembangkan otonomi daeran dan pemekaran daerah. Seperti contohnya, setiap daerah memiliki sekolahnya masing-masing dimana murid dan pekerja berasal dari daerah yang sama, dimana maksud tujuannya bukanlah untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada diwilayah tersebut, namun lebih ke arah untuk menyelamatkan aset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
Demokrasi pemerintah seharusnya menjadi tempat untuk pergaulan lintas budaya dan lintas etnis, yang seharusnya menjadikan sebuah gambaran bahwa dalam kehidupan terdapat perbedaan-perbedaan yang harus dihargai.
Oleh karenanya, integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi masalah yang terjadi di Indonesia, terutama konflik antar daerah, antar etnik, antar agama, dan lain sebagainya. Untuk mewujudkan negara yang aman dan damai yang terhindar dari konflik internal tentunya diperlukannya kesadaran diri pada diri masing-masing dengan menumbuhkan rasa rela berkorban untuk tanah air, tempat dimana kita hidup dan lahir. CIta-cita ini pula dapat terwujud tatkala skolompok anggota masyarakat bersedia untuk menerobos identitasnya dan menambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya dan watak kelompoknya yang akan menyebabkan kemungkinan untuk membentuk integrasi yang lebih luas.
NPM : 2115061025
KELAS : PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia” didapatkan informasi-informai penting yaitu penerapan politik pemerintahan yang sentralistik merupakan kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, sehingga Penyikapan yang dilakukan pemerintahan Orba bertentangan dengan kodrat dan kondisi Indonesia yang selama ini dianugerahi sebagai suatu bangsa yang plural.
Ketika Era Reformasi mulai membuka kran demokrasi dan peluang besar daerah mengembangkan sistem desentralisasi, maka sejumlah daerah diberi kebebasan untuk membangun dan mengatur dirinya sendiri. Kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata justru memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa dan menimbulkan kekacauan, tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata.
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas nasional merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural.
contohnya seperti :
penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup, lantaran dikostruksi tayangan televisi.
B. Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Pluralitas menyebabkan munculnya faham sentrisme yang kemudian melahirkan religisentrisme dan politksentrisme yang menyebabkan Etnosentrime. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Pemekaran daerah dan otonomi daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
contohnya seperti :
Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi.
Strategi kebudayaan yang mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM: 2115061062
Kelas: PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia” yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto dapat dianalisis bahwa disintegrasi dan instabilisasi nasional terjadi karena perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat dan perbedaan suku, ras atau agama. Oleh karena itu perlu adanya identitas dan integrasi nasional.
Identitas adalah representasi diri atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai entitas sosial budaya. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah wujud yang telah ada sejak awal dan tetap bertahan dalam esensi yang abadi. Sedangkan dari aspek ruang tidak hanya satu atau tunggal, melainkan terdiri dari berbagai lapisan identitas. Identitas akan terbentuk berdasarkan keinginan kita sendiri. Namun, disisi lan identitas bergantung pada kekuatan objektif yang mengharuskan kita meresponnya. Identitas merupakan kondisi yang selalu disesuaikan kembali, yang selalu diperbarui, dan kondisi yang selalu dirundingkan, sehingga bentuknya akan selalu bergantung pada proses yang membentuknya. Pluralitas tidak hanya pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah tetapi juga pada perbedaan kepentingan setiap orang dan perbedaan itulah yang kemudian menyatukan identitas. Contohnya, penyatuan identitas pada konstruksi media massa. Mereka memiliki kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup. Dan lahirlah kebudayaan massa yang cepat dan penuh perubahan dan menandai kebudayaan masyarakat. Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana pembentuk pola pikir dan sikap mental, memajukan watak dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan budaya bangsa.
Kesadaran nasional tentang nasionalisme dan pluralisme menjadi dasar dari adanya integrasi nasional yang mempu memilihara dan mengembangkan harga diri, harkat dan martabat bangsa. Oleh karena itu integrasi nasional adalah menyatukan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing. Integrasi nasional juga terjadi sebagai akibat dari terbentuknya kelompok-kelompok yang disatukan oleh masalah bersama, baik secara ideologis, ekonomi, maupun sosial. Integrasi nasional memuat penyatuan visi misi dari perbedaan anggota masyarakat. Pluralitas memicu munculnya etnosentrisme yaitu berfikir bahwa budayanya lebih unggul dibandingkan dengan budaya lain.
Maka dapat disimpulkan bahwa Integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas setiap anggota masyarakat dengan latar belakang budaya yang kompleks. Integrasi nasional terwujud apabila masyarakat bersedia menerobos atau meninggalkan identitasnya dan membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
NPM : 2115061070
Kelas : PSTI A
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda.
Kesadaran nasional menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasional yang mampu memelihara dan mengembangkan harga diri bangsa, harkat dan martabat bangsa sebagai upaya melepaskan bangsa dari subordinasi (ketergantungan, ketertundudukan, keterhinaan) terhadap bangsa asing. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia.
Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia.melanda Indonesia Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah.
Integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.4 Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Strategi kebudayaan mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM: 2115061102
Kelas: PSTI A
Dari jurnal berjudul “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia”, Identitas merupakan representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri tetapi juga sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya di mana respons tersebut secara tidak langsung juga memberi bentuk lain terhadap apa yang kita anggap sebagai diri kita saat ini.
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang kemudian menciptakan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Untuk itu diperlukan suatu strategi atau upaya untuk mengintegrasikan dan menyelesaikan konflik yang ada.
Integrasi Nasional merupakan penyesuaian unsur yang berbeda. Integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Sehingga integrasi dapat menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama. Integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat.
Pluralitas bangsa Indonesia dapat memicu pertentangan. Selain itu muncul berbagai masalah lain seperti faham sentrisme yang kemudian melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan lainnya. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain dan segala sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri.
Etnosentrisme kian menguat salah satunya karena otonomi daerah dan pemekaran daerah. Demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.
Jadi, dapat kita tarik kesimpulan bahwa penting untuk mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Hal ini karena integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi berbagai masalah atau konflik yang ada di Indonesia.
NPM : 2115061086
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA , dapat di analisis bahwa Indonesia telah memiliki banyak pengalaman . Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya). Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya. Identitas merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Pada sisi lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKL PKL beretnik lain. Singkatnya, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Integrasi Nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia.
konsep integrasi nasional penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Strategi kebudayaan mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2115061110
Kelas : PSTI A
Dari artikel yang berjudul "INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA" yang ditulis oleh Agus Malidi Irianto, dapat diketahui bahwa Integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL akan bersatu dengan PKLPKL beretnik lain. Integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Di Indonesia Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Pendirian sekolah di masing-masing daerah tidak dalam kapasitasnya untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada di wilayah tersebut, tetapi justru lebih pada semangat menyelamatan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut.
Integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas.
NPM : 21150610990
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal dengan judul Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia yang telah saya baca, maka dapat disimpulkan bahwa perjalanan bangsa Indonesia dengan segala lika-likunya dari orde baru, orde lama, hingga reformasi telah menorehkan banyak peristiwa serta mengalami berbagai perubahan azaz, paham, ideology, dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara yang menimbulkan disintegrasi dan instabilisasi nasional. Keberagaman suku, ras serta budaya di Indonesia ikut mendorong terjadinya peristiwa-peristiwa penting tersebut, dimana keunikan yang saling bersinggungan dapat menyebabkan permasalahan karena sensitivitasnya topic tersebut. Hal ini menimbulkan kesimpulan bahwa strategi kebudayaan nasional sangatlah diperlukan untuk mengakhiri konfik berkepanjangan dikarenakan keberagaman di Indonesia, serta masih adanya paham kedaeraan dan mengutamakan kepentingan pribadi dan golongan.
Pada awal masa kemerdekaan, identitas nasional ditandai dengan kebijakan nasional serta penghormaatan pada bendera, serta lagu kebangsaan. Namun seiring berkembangnya zaman, dinamika identitas nasional tidak hanya menjadi satu atau tunggal maupun abadi, namun terdiri dari berbagai lapisan identitas tergantung pada peran yang dijalankan.
Identitas bukanlah suatu yang abadi atau tetap sama namun akan terus berdinamika sesuai dengan proses yang dilewati. Identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas national bertujuan untuk membentuk pola pikir, dan mental nasionalisme dan pluralism masyarakat Indonesia. Integrasi terbentuk karena adanya kesamaan visi untuk mencapai suatu kebudayaan nasional, dengan mengesampingkan ego dan menyelaraskan tujuan.
Konsep integrani nasional sejalan dengan kondisi Indonesia saat ini yang rentan akan permasalahan atau konflik antar daerah maupun etnik. Namun hal ini sulit untuk diterapkan karena banyak sekali permasalahan akibat dari pluralitas bangsa Indonesia, bahkan muncul faham sentrisme yang kemudian melahirkan, misalnya etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan masih banyak lagi. Etnosentrisme merupakan sifat fanatisme terhadap etniknya sendiri, sehingga terus merassa lebih baik dari segala sisi. Hal ini kian menguat dengan kebijakan pengembangan otonomi daerah, yang menjadikan daerah tersebut memiliki kebijakan sendiri yang bukannya menguatkan integrasi nasional, namun malah seakan mendoktrin untuk penyelamatan asset kedaeraahan. Sejalan dengan demokrasi yang kini menjadi ajang penuntutan posisi agar ditempati oleh putra daerah itu sendiri, hal ini mungkin terjadi karena masih adanya sisa-sisa sentralisme politik yang terjadi pada era orde baru, dimana pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah.
Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, maka konsep integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan yang mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup masyarakat dalam kaitannya dengan kompleksitas budaya yang diantut. Hal ini dilakukan sebagai penyatuan visi dan misi dari identitas masing-masing masyarakat yang berlatar belakang kebudayaan yang sangat kompleks. Hal ini memungkinkan terjadinya penyatuan bangsa dengan mengesampingkan ego keetnisan, sehingga terciptanya identitas nasional dengan jalan integrasi yang baik dan adil.
NPM : 2115061034
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal yang berjudul Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia, dapat dianalisis bahwa Indonesia dianugerahi sebagai suatu bangsa yang plural. Ia terdiri dari beratus-ratus pulau, bahasa, dan suku bangsa. Pluralitas sebagai kekayaan yang tiada tara bagi sebuah bangsa, justru tidak dikelola dengan baik. Untuk itulah diperlukan, suatu strategi kebudayaan nasional senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi kebudayaan.
Pluralitas pada perkembangan saat ini tidak lagi hanya dibatasi pada perbedaan etnis, profesi, latar belakang pendidikan, serta asal usul daerah. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Sebagai contoh, penyatuan identitas yang dikonstruksi media massa – terutama industri penyiaran televisi. Orang bisa berbeda etnis, profesi, latar belakang pendidikan, dan asal asul daerah, namun mereka mempunyai kepentingan yang sama dalam bersikap dengan mengembangkan gaya hidup.
Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM: 2115061118
KELAS: PSTI A
Berdasarkan jurnal yang sudah saya analisis berikut kesimpulan yang saya dapatkan:
Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Sudah terlewati masa orde lama,orde baru,orde reformasi. Situasi perpolitikan nasional menjelang runtuhnya Orla ditandai dengan perebutan pengaruh di antara para elite politik negeri pada waktu itu. Sedangkan salah satu kesalahan Orba selama memegang kendali pemerintahan, adalah penerapan politik pemerintahan yang sentralistik, sebagai bentuk peredaman atas munculnya aksi separatis dari daerah-daerah. Kemudian ketika era reformasi kebebasan yang dimiliki masyarakat Indonesia dengan mengatasnamakan demokrasi ternyata memberi gambaran buram terhadap kondisi bangsa ini dan tidak memiliki platform yang jelas, justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan.
Acuan kehidupan bernegara (gevernance) dan kerukunan sosial (social harmony) menjadi berantakan dan menumbuhkan ketidakpatuhan sosial (social disobedience). Maka timbulah tindakan anarkis, pelanggaran moral, pelanggaran etika, dan meningkatnya kriminalitas secara kasat mata. Karena ini kita harus memiliki strategi penyesuaian kebudayaan yang ada.
B. IDENTITAS DAN INGEGRASI NASIONAL
Identitas adalah representasi diri
seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Pada saat ini identitas kita yaitu plural, pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Teknologi komunikasi saat ini seolah menelusup dari ruang publik ke ruang-ruang privasi. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dengan demikian, integrasi
nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia.
Suatu sisi integrasi terbentuk jika ada identitas yang mendukung seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Contohnya bahasa indonesia yang berasal dari bahasa riau kemudian berkembang menjadi melayu pasar yang digunakan dalam perdagangan. Akibatnya bahasa Melayu Pasar sebagai lingua franca kemudian menjadi ciri baru bagi suatu komunitas pengguna bahasa tersebut dan penunjuk identitas dari suatu jaringan kelompok-kelompok yang merasa dan ternyata dihubungkan satu sama lain.
C. INTEGRASI NASIONAL VERSUS OTONOMI DAERAH
Seperti kita ketahui bahwa Indonesia
dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat
dan tanah yang subur. Ia adalah negara
dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa,
dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah.
Indonesia juga kaya dengan spesies langka. Baik flora maupun fauna. Ada mamalia, kupu-kupu, reptil, burung, unggas, dan amfibi yang berjumlah lebih dari 3.025 spesies. Tumbuhan yang hidup di Indonesia berjumlah sekitar 47.000 spesies atau setara dengan 12 persen dari seluruh spesies tumbuhan di dunia. Bahkan, dalam bidang seni dan budaya terdapat sedikitnya 300 gaya tari tradisional dari Sabang sampai Merauke.
Gambaran pluralitas ini merupakan takdir, yang akhir-akhir ini semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang melahirkan, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Sebagai ilustrasi, dalam budaya Jawa misalnya dikenal istilah “nanding sarira” memperbandingkan diri.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Pendirian sekolah di masing-masing daerah tidak dalam kapasitasnya untuk mencerdaskan anak bangsa yang ada di wilayah tersebut, tetapi justru lebih pada semangat menyelamatan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah tersebut. Dapat dikatakan bahwa integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Contohnya seperti konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Re: FORUM JAWABAN ANALISIS JURNAL
NPM : 2155061003
Kelas : PSTI A
Dari jurnal Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia bahwa identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya juga bagaimana orang lain melihat mereka. Identitas juga merupakan sesuatu yang perlu disesuaikan dengan keadaannya terus menerus. Identitas yang menyertai kita ditandai oleh kepentingan yang dikembangkan sendiri. Identitas dan karakter sebagai sarana bagi pembentukan pola piker dan sikap mental dapat memajukan adap dan kemampuan bangsa oleh pembangunan kebudayaan nasional. Identitas perlu adanya kesadaran nasional yang kemudian dapat menjadi dasar dari keyakinan adanya integrasi nasioanl yang dapat memelihara dan mengembangkan bangsa. Integrasi nasional merupakan kesadaran yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing sebagai satu kesatuan yaitu bangsa Indonesia. Integrasi nasional terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu Bersama, baik yang berdifat ideologis, ekonomi maupun sosial.
Integrasi nasional merupakan penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan masing-masing masyrakat. Perbedaan tidak selalu memisahkan apalagi menimbulkan pertentangan selama masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas. Etnosentrisme merupakan kecendrungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Etnosentrisme menguat karena ditopang oleh kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Demokrasi pemerintahan seharusnya dapat menjadi tempat lintas budaya dan linta etnis, namun karena tiap daerah ingin menuntut posisi birokratis maka sentalisme politik di orde baru telah menjadikan birokrasi sebagai alat pemerintah pusat dan bukan apparat yang menjadi pengatur hubungan diantara masyarakat dan negara. Konsep integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia untuk menyatukan visi dan misi diantara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing masyarakat dengan latar belakang kebudayaan yang kompleks dan berbeda.
Pentingnya integrasi nasional untuk menyatukan kebaragaman masyarakat Indonesia denga latar belakang kebudayaan yang berbeda juga menyatukan visi dam misi bangsa. Sehingga perbedaan yang kompleks dapat teratasi dan disatukan dengan adanya intgerasi nasional.
NPM : 2115061013
Kelas : PSTI A
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut. Identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme.
Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama. Hal ini dalam jangka panjang bukannya tak mungkin akan menyebabkan menyempitnya rasa integrasi nasional, karena integrasi cenderung lebih didasarkan pada faktor-faktor etnis dan faktor daerah semata. Konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia.. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2115061074
Kelas : PSTI A
Berdasarkan jurnal berjudul INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA Terdapat beberapa poin penting sebagai berikut
Identitas diartikan sebagai representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya
Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masingmasing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.
Integrasi merupakan jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
Bahasa Indonesia di negeri ini. Bahasa Indonesia adalah bahasa yang berasal dari kepulauan Riau, dan pada awalnya menjadi suatu atribut dari identitas penduduk kepulauan Riau, bahasa itu kemudian berkembang menjadi Melayu Pasar, yang digunakan oleh berbagai kelompok etnis yang bertemu di pasar dalam interaksi perdagangan.
NPM : 2115061050
Kelas: PSTI A
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Seperti halnya identitas kita pada saat ini, menunjukkan gambaran yang tidak tunggal tetapi sangat plural. Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan. Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masing-masing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat.
Pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Saat ini pluralitas justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Sehingga muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
NPM : 2115061021
Kelas : PSTI A
Dari jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia” oleh Agus Maladi Irianto yang membahas mengenai identitas dan integrasi nasional terdapat poin poin penting untuk dipahami. Poin poin tersebut diantaranya adalah sebagai berikut.
• Identitas
Di masa awal Indonesia merdeka, identitas nasional ditandai oleh bentuk fisik dan kebijakan umum bagi seluruh rakyat Indonesia (di antaranya adalah penghormatan kepada Sang Saka Merah Putih, lagu kebangsaan Indonesia Raya, Bahasa Indonesia, dan seterusnya).
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas
Identitas bukanlah suatu yang selesai dan final, tetapi merupakan suatu kondisi yang selalu disesuaikan kembali, sifat yang selalu diperbaharui, dan keadaan yang dinegosiasi terus-menerus, sehingga wujudnya akan selalu tergantung dari proses yang membentuknya.
• Integrasi
integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP.
integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan.
• Etnosentrime dan Kedaerahan
Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. Demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisiposisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Sikap ini pun mungkin bukan tanpa sebab, sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara.
Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
NPM : 2115061058
Kelas : PSTI A
Negara Indonesia mempunyai banyak pengalaman sebelum mendapatkan kemerdekaannya hingga saat ini dari perubahan azas, paham, ideologi, hingga doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pada masa orde baru terlahir sikap perlawanan karena sikap otoriter dan represif yang memuncak pada mei tahun 1998 yang mengakibatkan tergulingnya rezim pemerintahan orde baru lalu melahirkan orde reformasi. Kesalahan pada masa orde baru adalah ide dan gagasan yang dikemukakan selalu diredam, serta setiap aksi dari daerah ditanggapi dengan sikap otoriter – represif. Kekebasan yang berdasarkan demokrasi ternyata hanyalah formalitas belaka.
Identitas adalah representasi seseorang atau masyarakat melihat dirinya dan bagaimana orang lain melihatnya. Identitas kita pada saat ini menunjukkan gambaran yang plural. Pluralitas saat ini sudah tidak lagi dibatasi dari perbedaan etnis, profesi, latar belakang Pendidikan, dan asal usul daerah, tetapi malah merujuk pada kepentingan-kepentingan. Kepentingan masing masinglah yang menyatukan indentitas tersebut. Identitas sebagai pembentukan integrasi nasional merupakan hal utama yang harus dibangun, identitas sebagai pembentukan integrasi nasional diperlukan adanya kesadaran nasional yang dipupuk dengan gagasan nasionalisme dan pluralisme.
Konsep integrasi nasional Indonesia sebenarnya sejalan dengan koflik – konflik Indonesia yang terjadi. Indonesia yang mempunyai berbagai macam perbedaan yang memunculkan pluralitas. Maka muncullah paham sentrisme yang melahirkan etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Dalam jangka Panjang, ini menyempitkan rasa integrasi nasional yang didasarkan faktor – faktor etnis dan faktor daerah semata. Penyempitan intregasi nasional menyebabkan resiko politik yang didasarkan pada identitas.
NPM : 2115061114
Kelas : PSTI A
Pada jurnal berjudul "Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia" yang ditulis oleh Agus Maladi Irianto ada beberapa analisa yang saya dapatkan. Etnosentrisme merupakan kecendrungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan budaya etnik yang lain. Peikiran seperi ini tidak boleh dilakukan. Sebab dapat mencitpkan perpecah belahan antar budaya. Hal ini lah yang masih sering terjadi di Indonesia dan harus diperbaiki. Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Hal lain yang membuat etnosentrise semakin menguat adalah demokrasi. Demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa banyak daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Hal ini mungkin memang ada penyebabnya, sentralisme politik di Orde Baru untuk waktu yang cukup lama telah menjadikan birokrasi semata-mata sebagai alat pemerintah pusat dan bukan aparat yang menjadi pengatur hubungan di antara masyarakat dan negara. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah. Meskipun begitu hal ini tidak selayaknya dilakukan.
Oleh karena itu, semua hal tersebut harus disangkal dengan Integrasi Nasional. Integrasi nasional merupakan jalan keluar untuk menghadapi masalah yang terjadi di Indonesia, terutama konflik antar daerah,antar budaya, antar etnik, antar agama, dan lain sebagainya. Untuk menciptakan suatu kesatuan dan mewujudkan negara yang aman dan damai yang terhindar dari konflik internal tentunya diperlukannya kesadaran diri pada diri masing-masing dengan menumbuhkan rasa cinta tanah air, tempat dimana kita hidup dan lahir. Kita memang memiliki budaya masing-masing, tetapi bukan berarti kita harus merendahkan budaya lain, belajarlah untuk toleransi antar etnik,budaya, dan lain-lain. Semua budaya di Indonesia merupakan identitas nasional yang telah disatukan dengan Bhinneka Tunggal Ika.
Nama : Ahmad Reza Rafi Ganta
NPM : 2155061015
Kelas : PSTI A
Berikut ini adalah hasil analisis saya terhadap jurnal “Integrasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia” oleh Agus Maladi Irianto yang telah dibagikan untuk Pertemuan ke-3 MK PKN PSTI A:
Berdasarkan jurnal tersebut, dapat kita ketahui bahwa negara-bangsa Indonesia telah melewati berbagai pengalaman perubahan azas maupun ideologi negara yang menyebabkan terjadinya fenomena disintegrasi dan instabilisasi nasional. Hal ini terjadi karena konflik antar partai politik yang terjadi mulai dari zaman Orde Lama menuju Orde baru, hingga akhirnya Indonesia memasuki zaman Reformasi saat ini. Akan tetapi, di era Reformasi saat ini, malah muncul tantangan baru seperti konflik antarsuku, antaragama, dan antargolongan yang kian marak dan hal tersebut dapat memperburuk kondisi tatanan sosial di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya strategi untuk menyatukan antara kelompok satu dengan kelompok lainnya agar terjadi suatu keharmonisan di Indonesia. Strategi yang paling sesuai adalah dengan meningkatkan semangat identitas dan integrasi nasional.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana sebagai pembentuk pola pikir dan sikap mental merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Akan tetapi, hal tersebut memerlukan kesadaran nasional yang didorong dengan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Kesadaran nasional inilah yang akan menjadi modal dasar adanya keyakinan terkait integrasi nasional.
Sebuah integrasi dapat terbentuk jika ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Integrasi juga terjadi akibat terbentuknya kelompok-kelompok oleh isu yang sama, baik bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Dari pemaparan di atas dapat kita ambil makna bahwa penting bagi bangsa Indonesia untuk menciptakan suatu integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan karena integrasi dapat menyebabkan kelompok yang memiliki identitas masing-masing akan merasa dirinya sebagai satu kesatuan.
Konsep integrasi merupakan konsep mutlak yang ada sejak Indonesia merdeka karena pada dasarnya, pluralitas bangsa Indonesia sudah merupakan suatu takdir yang perlu terus direkatkan dengan integrasi. Konsep ini juga memiliki korelasi dengan kejadian yang kian marak terjadi di Indonesia seperti munculnya etnosentrisme, religisentrisme, politiksentrisme, dan lain-lain.
Etnosentrisme di Indonesia kian menguat seiring dengan kebijkan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Hal ini menyebabkan setiap daerah hanya meningkatkan potensi daerahnya, menyelamatkan asset daerah dan meningkatkan pendapatan daerah. Begitu pula yang terjadi di demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas budaya dan lintas etnis, sekarang tiap daerah menuntut agar posisi birokratis di tempati oleh putra daerahnya sendiri.
Kesimpulannya, integrasi dan identitas nasional merupakan kedua hal yang saling berhubungan erat dan perlu untuk dijaga keberadaannya karena itu merupakan takdir yang tidak dapat dielakkan bagi negara-bangsa Indonesia yang majemuk. Kedua hal tersebut merupakan jalan keluar bagi permasalahan disintegrasi yang terus menerus melanda Indonesia mengingat banyaknya trauma masa lalu terkait sentralisme politik telah memperburuk fenomena seperti etnosentrisme.
Re: FORUM JAWABAN ANALISIS JURNAL
NPM : 2115061106
Kelas : Teknik Informatika A
Berdasarkan jurnal yang berjudul “INTEGRASI NASIONAL SEBAGAI PENANGKAL ETNOSENTRISME DI INDONESIA” telah dijelaskan tentang pentingnya integrasi nasional.
Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya.
Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas.
Pluralitas pada perkembangan saat ini justru lebih menunjuk pada persoalan kepentingan-kepentingan.
Seseorang bisa berbeda dengan orang lain, bukan lantaran dia berasal dari etnis yang berbeda, profesi yang berbeda, latar belakang pendidikan yang berbeda, bahkan asal asul daerah yang berbeda. Kepentingan masingmasing oranglah yang kemudian menyatukan identitas tersebut. Bertolak dari sejumlah gambaran tersebut, identitas yang menyertai kita saat ini lebih ditandai oleh kepentingan yang kita kembangkan sendiri. Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan.
Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Seperti kita ketahui bahwa Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur. Ia adalah negara dengan 17.504 pulau, 1.068 suku bangsa, dan memiliki sedikitnya 665 bahasa daerah. Indonesia juga kaya dengan spesies langka.
Bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Akan tetapi, perbedaan tersebut tidak selalu memisahkan, apalagi menimbulkan pertentangan sepanjang masing-masing anggota masyarakat menyadari akan pluralitas tersebut. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat.
Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: «Kami versus kalian, aku versus kamu», dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politksentrisme, dan seterusnya. Sebagai ilustrasi, dalam budaya Jawa misalnya dikenal istilah «nanding sarira» memperbandingkan diri. Inilah pangkal munculnya kesombongan kolektif, etnosentrisme. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Sebagai contoh, Setiap provinsi dan setiap kabupaten ingin mendirikan sekolah sendiri baik pada tingkat dasar, tingkat menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Para siswa dan bahkan para mahasiswa yang belajar praktis berasal dari daerah yang sama dan juga dari latar belakang budaya yang sama.
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional akan terwujud, manakala sekelompok anggota masyarakat bersedia menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala kepentingan yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas. seharusnya, sebagai negara yang memiliki otonomi dan landasan hukum yang baik, Indonesia harus bisa mewujdkan cita-cita tersebut guna terpeliharanya identitas bangsa.
Nama: Yasmin Nurul Salsabilla
NPM: 2115061122
Kelas: PSTI A
Dari Jurnal yang berjudul “Integrasi Nasional Sebagai Penangkal Etnosentrisme Di Indonesia”, dapat dipahami bahwa Negara dan bangsa Indonesia, sejak proklamasi kemerdekaan hingga saat ini telah mempunyai sejumlah pengalaman. Di antara sejumlah pengalaman itulah, bangsa Indonesia mengalami berbagai perubahan azas, paham, ideologi dan doktrin dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kondisi tersebut terus berlarut-larut hingga hari ini, untuk itulah diperlukan suatu strategi kebudayaan nasional senyampang sejak kemerdekaan hingga hari ini negeri ini belum memiliki adanya strategi kebudayaan.
A. Identitas dan Integrasi Nasional
Identitas adalah representasi diri seseorang atau masyarakat melihat dirinya sendiri dan bagaimana orang lain melihat mereka sebagai sebuah entitas sosial-budaya. Dengan demikian, identitas adalah produk kebudayaan yang berlangsung demikian kompleks. Identitas dilihat dari aspek waktu bukanlah suatu wujud yang sudah ada sejak semula dan tetap bertahan dalam suatu esensi yang abadi. Sedangkan dilihat dari aspek ruang juga bukan hanya satu atau tunggal, tetapi terdiri dari berbagai lapisan identitas. Dengan demikian, di satu sisi identitas akan terbentuk berdasarkan kemauan kita sendiri, sedangkan di sisi lain identitas akan sangat tergantung dari kekuatan-kekuatan objektif yang terjadi di sekitar yang mengharuskan kita untuk meresponsnya.
Identitas dan karakter bangsa sebagai sarana bagi pola pikir (mindset) dan sikap mental, memajukan adab dan kemampuan bangsa merupakan tugas utama pembangunan kebudayaan nasional. Identitas sebagai sarana pembentukan pola pikir masyarakat diperlukan adanya suatu kesadaran nasional yang dipupuk dengan menanamkan gagasan nasionalisme dan pluralisme. Dengan demikian, integrasi nasional sebagai suatu kesadaran dan bentuk pergaulan yang menyebabkan berbagai kelompok dengan identitas masing-masing merasa dirinya sebagai satu kesatuan: bangsa Indonesia.
Pada suatu sisi integrasi terbentuk kalau ada identitas yang mendukungnya seperti kesamaan bahasa, kesamaan dalam nilai sistem budaya, kesamaan cita-cita politik, atau kesamaan dalam pandangan hidup atau orientasi keagamaan. Pada pihak lain, integrasi yang lebih luas hanya mungkin terbentuk apabila sekelompok orang menerobos identitasnya dan mengambil jarak dari segala yang selama ini dianggap membentuk watak dirinya atau watak kelompoknya. Dengan demikian ia meninggalkan identitasnya, yang kemudian membuka kemungkinan untuk pembentukan integrasi yang lebih luas. Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial.
B. Integrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Indonesia dikaruniai alam yang elok dengan iklim subtropis yang bersahabat dan tanah yang subur, bertolak dari gambaran tersebut, maka pada dasarnya pluralitas bagi bangsa Indonesia adalah takdir. Gambaran pluralitas ini, kendati sudah merupakan takdir, namun akhir-akhir ini justru semakin memicu pertentangan di antara sejumlah anggota masyarakat. Bahkan, muncul adagium yang memicu konflik: “Kami versus kalian, aku versus kamu”, dan seterusnya. Maka muncullah faham sentrisme yang kemudian melahirkan misalnya, etnosentrisme, religisentrisme, politik sentrisme, dan seterusnya.
Etnosentrisme kian menguat justru ditopang dengan kebijakan negara yang mengembangkan otonomi daerah dan pemekaran daerah. Semangat otonomi daerah dan pemekaran daerah menjadi berjalan seiring dengan menguatnya etnosentrisme. Demikian pula demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi-posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri. Birokrasi pemerintah daerah tidak memperhatikan kepentingan daerah, tetapi menjadi pelaksana kepentingan pusat di daerah.
Berdasarkan sejumlah gambaran tersebut, konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasawarsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks. Kebijakan otonomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional
Jadi dapat disimpulkan bahwa Indonesia adalah negara yang memiliki berbagai macam suku, ras, agama dan budaya. Oleh karena itu integrasi sangatlah penting demi terjaganya kesatuan dan persatuan Indonesia. akan tetapi munculnya Etnosentrisme menghambat terjadinya cita cita tersebut. Adanya oknum oknum yang mementingkan kelompok mereka dibanding yang lain menciptakan perpecahan. Dikembangkannya otonomi daerah memperparah keadaan tersebut. Dengan setiap daerah menginginkan putra daerahnya masing-masing untuk menempati posisi birokratis, memperparah situasi yang telah ada.
Oleh karena itu adanya integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia bisa dijadikan solusi untuk mempersatukan indonesia. Dengan adanya integrasi tersebut, visi-misi dan identitas masing-masing anggota masyarakat dengan latar kebudayaan yang beragam dapat dipersatukan sehingga tidak lagi munculnya konflik. Kita sebagai masyarakat Indonesia harus bisa dan bersedia dalam menjaga persatuan dan kesatuan Indonesia.
NPM: 2115061046
Kelas: PSTI A
Dari jurnal Integritasi Nasional sebagai Penangkal Etnosentrisme di Indonesia yang bisa saya analisis yaitu integrasi nasional adalah jalan keluar untuk menghadapi yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain semestinya tidak perlu terjadi kalau masing-masing pelaku konflik menyadari bahwa pluralitas bangsa Indonesia sudah menjadi sebuah keniscayaan. konsep tentang integrasi nasional menjadi penting untuk dijadikan strategi kebudayaan bagi bangsa Indonesia yang telah berusia lebih dari enam dasa warsa ini. Strategi kebudayaan dalam hal ini mengacu pada kekuatan budaya yang bertolak pada kedekatan dan pandangan hidup pelaku kebudayaan dalam kaitannya dengan kompleksitas kebudayaan yang dianut. Dengan demikian, mengembangkan konsep integrasi nasional sebagai strategi kebudayaan Indonesia pada dasarnya menyatukan visi dan misi di antara sejumlah kepentingan dan identitas masing-masing anggota masyarakat berlatar belakang kebudayaan yang kompleks.
Setelah Orba menjabat selama 32 tahun, akhirnya tergantikan ke pemerintahan reformasi. Di ujung pemerintahan orba terdapat perlwanan atas sikap otoriter-represif yang meyebabkan tergulingnya pemerintahan orba. Kesalahan yang terjadi pada pemerintahan orba adalah berjalan secara sentralistik padahal Indonesia sendiri merupakan negara yang plural. Setiap aksi dari daerah ditanggapi secara otoriter – represif dan pluralitas negara tidak dikelola dengan baik karena dianggap musuh bagi kestabilitasan negara. Berbeda dengan era orba pada era reformasi mulai membuka kran dan memberikan peluang daerah untuk desentralisasi. Akan tetapi era reformasi yang masih belom memiliki platform yang jelas justru menimbulkan ketidakmenentuan dan kekacauan, sehingga menimbulkan ketidakpatuhan sosial hingga saat ini.
Identitas merupakan cerminan dari diri seseorang yang berlangsung dengan kompleks. Dilihat dari aspek waktu, identitas akan tetap bertahan dalam esensinya yang abadi, sedangkan dari aspek ruang, identitas terdiri atas beberapa lapisan yang bergantung pada peran-peran, keadaan objektif, dan cara menghadapinya. Maka dari itu, pembentukan identitas sangat bergantung pada kemauan diri sendiri ataupun respon diri terhadap hal-hal yang dihadapi. Selain itu, identitas yang kita miliki akan terus berkembang untuk menyesuaikan kondisi, sifat, dan keadaan.
Adanya pluralitas menunjukkan pada persoalan antara kepentingan orang yang satu dengan orang lainnya. Namun, kepentingan masing-masing orang yang sama dapat menyatukan identitas. Penyatuan identitas dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya dengan teknologi komunikasi. Teknologi komunikasi mampu membentuk hubungan-hubungan sosial melalui interaksi sosial, politik, ekonomi, dan kultural. Maka dari itu, identitas tidak terkekang oleh ruang dan waktu lagi. Karena perkembangan teknologi komunikasi yang cukup pesat, melahirkan kebudayaan-kebudayaan massa yang penuh dengan perubahan.
Integrasi nasional terjadi juga akibat terbentuknya kelompok-kelompok yang dipersatukan oleh suatu isu bersama, baik yang bersifat ideologis, ekonomis, maupun sosial. Misalnya, kelompok pedangang kaki lima (PKL) membentuk jaringan mereka ketika menghadapi Perda yang dikeluarkan Pemda atau ketika mereka harus menghadapai operasi Satpol PP. Demi kepentingan tersebut, seorang PKL yang beretnik Minang akan bersatu dengan PKLPKL beretnik lain. Singkat kata, integrasi pada dasarnya menyatukan lintas identitas untuk satu kepentingan bersama.
Intergrasi Nasional Versus Otonomi Daerah
integrasi nasional pada dasarnya memuat makna penyatuan visi dan misi suatu bangsa dari perbedaan kepentingan masing-masing anggota masyarakat. Konsep integrasi nasional pada dasarnya sejalan kondisi Indonesia pada saat ini. Ketika terjadi konflik antar-etnik, konflik antar-daerah, konflik antar-agama, konflik antar-partai politik, konflik antar-pelajar, serta sejumlah konflik kepentingan lain yang hingga saat ini masih terus-menerus melanda Indonesia. Etnosentrime merupakan kecenderungan untuk berfikir bahwa budaya etniknya lebih unggul dibandingkan dengan budaya etnik lain. Segala sudut sesuatu dilihat dari sudut pandang etniknya sendiri. demokrasi pemerintahan yang seharusnya dapat menjadi tempat pergaulan lintas-budaya dan lintas-etnis, sekarang menghadapi bahaya bahwa tiap daerah menuntut agar posisi posisi birokratis ditempati oleh putra daerahnya sendiri.
Kesimpulan yang dapat diambil adalah kebijakan-kebijakan yang terdapat dalam otomomi daerah yang kini marak di sejumlah penjuru negeri ini, justru menjadi penghambat cita-cita menerapkan konsep integrasi nasional. Akibatnya adalah konflik antar kepentingan kelompok masing-masing yang bisa merugikan siapapun yang berada dalam satu lingkaran yang sama.