Tugas Individu (25 okt 25)

Tugas Individu

Jumlah balasan: 6
1. Deskripsikan desain pembelajaran J. KEMP., (kekurangan dan kelebihanya)
2. Model pembelajaran apa yang sesuai bila desain pembelajaran menggunakan J. Kemp? jelaskan alasanya.
3. dikumpul maksimal jam 12.00 wib

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Individu

oleh Indri Mutiara -
Nama : Indri Mutiara
NPM : 2523031001

Desain pembelajaran J. Kemp merupakan salah satu model desain instruksional yang dikembangkan oleh Jerrold E. Kemp pada tahun 1977. Model ini menekankan bahwa proses perencanaan pembelajaran bersifat sistematis namun fleksibel, di mana guru atau perancang pembelajaran tidak harus mengikuti urutan langkah yang kaku. Kemp memandang pembelajaran sebagai suatu sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan dapat dimulai dari bagian mana pun sesuai kebutuhan guru dan karakteristik siswa. Oleh karena itu, desain ini sering digambarkan dalam bentuk lingkaran atau spiral, yang menunjukkan bahwa seluruh komponen bersifat terintegrasi dan berkesinambungan. Model pembelajaran Kemp memiliki sembilan komponen utama, yaitu: (1) mengidentifikasi masalah, tujuan, dan kebutuhan belajar siswa, (2) menganalisis karakteristik peserta didik, (3) menentukan tujuan umum pembelajaran, (4) merumuskan tujuan khusus atau indikator hasil belajar, (5) menentukan isi atau materi pembelajaran, (6) merancang strategi dan kegiatan belajar mengajar, (7) memilih media dan sumber belajar, (8) merancang penilaian formatif maupun sumatif, dan (9) menyiapkan layanan pendukung serta fasilitas yang diperlukan. Setiap komponen tersebut dapat diatur secara fleksibel sesuai konteks pembelajaran yang dihadapi.

Kelebihan dari desain pembelajaran J. Kemp terletak pada fleksibilitas dan orientasinya yang berpusat pada peserta didik. Guru tidak terikat pada urutan tertentu, sehingga dapat memulai perencanaan dari aspek yang paling mendesak, misalnya dari analisis kebutuhan siswa atau dari ketersediaan sumber belajar. Selain itu, model Kemp bersifat komprehensif karena mencakup semua unsur penting dalam perencanaan pembelajaran mulai dari analisis hingga evaluasi. Model ini juga adaptif terhadap berbagai konteks, baik pendidikan formal maupun nonformal, serta menekankan pentingnya evaluasi berkelanjutan agar proses belajar dapat diperbaiki secara terus-menerus.

Namun demikian, model Kemp juga memiliki beberapa kelemahan. Karena melibatkan banyak komponen dan tidak memiliki urutan tetap, model ini terkesan kompleks dan membingungkan bagi guru pemula yang belum terbiasa dengan desain non-linier. Selain itu, penerapan model ini membutuhkan waktu, ketelitian, dan sumber daya yang memadai, sehingga bisa sulit diterapkan di sekolah dengan keterbatasan fasilitas. Di samping itu, karena tidak menekankan urutan pembelajaran secara kaku, guru perlu memiliki kemampuan analisis yang baik agar semua komponen tetap terintegrasi dengan efektif.

Model pembelajaran yang paling sesuai diterapkan dengan desain Kemp adalah Problem-Based Learning (PBL) atau Project-Based Learning (PjBL). Kedua model ini memiliki kesamaan prinsip dengan desain Kemp, yaitu berpusat pada peserta didik, mendorong keterlibatan aktif, serta menekankan pembelajaran kontekstual dan reflektif. Dalam PBL, siswa diajak memecahkan masalah nyata yang relevan dengan kehidupan mereka, sedangkan dalam PjBL, siswa mengerjakan proyek yang menuntut penerapan konsep dan kolaborasi. Keduanya sesuai dengan prinsip Kemp yang fleksibel, memungkinkan guru untuk menyesuaikan strategi dan sumber belajar dengan kebutuhan peserta didik. Selain itu, baik PBL maupun PjBL menekankan proses evaluasi berkelanjutan selama kegiatan belajar, yang juga merupakan salah satu karakteristik utama desain Kemp. Dengan demikian, desain pembelajaran J. Kemp menawarkan pendekatan yang menyeluruh, adaptif, dan berpusat pada siswa, namun tetap memerlukan perencanaan yang matang agar semua komponennya dapat berjalan selaras. Penerapan model pembelajaran berbasis masalah atau proyek dapat menjadi pilihan yang tepat untuk mengaktualisasikan prinsip-prinsip desain Kemp dalam praktik pembelajaran yang nyata, aktif, dan bermakna.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Individu

oleh Ahmad Ridwan Syuhada -
Nama: Ahmad Ridwan Syuhada
NPM: 2523031008
1. Desain pembelajaran J. Kemp adalah model perencanaan pembelajaran yang dikembangkan oleh Jerold E. Kemp dari California State University di San Jose. Model ini menggunakan pendekatan sistemik dan berorientasi pada karakteristik siswa serta perencanaan langkah demi langkah yang saling berhubungan secara logis. Model Kemp memiliki delapan elemen utama yang dimulai dari menentukan tujuan pembelajaran secara umum, menganalisis karakteristik siswa, menentukan tujuan instruksional secara spesifik, memilih materi/bahan ajar, melakukan tes awal untuk mengetahui kemampuan siswa, memilih strategi pembelajaran beserta media dan sumber belajar, menentukan sarana dan prasarana, serta melakukan evaluasi hasil belajar dan efektifitas metode pembelajaran. Model ini berbentuk siklus yang menekankan proses revisi di setiap tahap untuk memastikan perbaikan sebelum melanjutkan ke tahap berikutnya, sehingga menjamin program pembelajaran yang lebih efektif dan efisien.
Kelebihan desain pembelajaran J. Kemp antara lain menempatkan siswa sebagai pusat dalam proses pembelajaran dengan memperhatikan latar belakang pendidikan dan sosial budaya mereka, sehingga tujuan pembelajaran dapat lebih tepat sasaran. Model ini juga sangat fleksibel karena bukan hanya berurutan linier tapi berbentuk siklus yang memungkinkan revisi pada setiap langkah. Selain itu, model ini menyediakan panduan lengkap bagi guru dalam menetapkan tujuan, materi, strategi, serta evaluasi, sehingga mendukung ketercapaian hasil belajar yang optimal dalam berbagai jenjang pendidikan. Namun, model Kemp memiliki kekurangan yang cukup signifikan, yaitu cenderung berorientasi pada pembelajaran klasikal dengan peran guru yang sangat dominan. Hal ini menuntut guru untuk menguasai berbagai aspek seperti perancangan program, evaluasi, dan strategi pembelajaran secara menyeluruh, sehingga dapat menjadi beban jika guru kurang kompeten atau kurang didukung fasilitas. Pendekatan ini kurang responsif terhadap pembelajaran yang lebih aktif dan kemandirian siswa secara penuh, serta relatif kaku dalam hal adaptasi cepat saat kondisi pembelajaran berubah secara dinamis.

2. Model pembelajaran yang sesuai bila menggunakan desain pembelajaran J. Kemp adalah model pembelajaran kooperatif, seperti teknik Jigsaw atau pembelajaran kooperatif secara umum. Hal ini karena desain Kemp sangat menekankan pada analisis karakteristik siswa, perencanaan yang komprehensif terhadap tujuan, strategi, materi, dan evaluasi, serta memberikan fleksibilitas dalam penggunaan media dan sumber belajar. Model Kemp juga menyarankan penggunaan metode pembelajaran yang dapat melibatkan interaksi aktif antara guru dan siswa serta pembelajaran mandiri, sehingga model pembelajaran kooperatif sangat tepat karena memadukan kolaborasi antar siswa dengan bimbingan guru secara terstruktur. Alasan lain model kooperatif cocok dengan desain Kemp adalah karena pendekatan Kemp menekankan keseimbangan antara aktivitas belajar mandiri, interaksi, dan bimbingan guru. Teknik seperti Jigsaw yang berbasis pembelajaran kolaboratif sesuai dengan siklus perencanaan dan evaluasi Kemp yang terus berulang untuk memperbaiki proses pembelajaran. Dengan metode kooperatif, guru dapat lebih mudah mengimplementasikan aktivitas belajar yang dirancang dalam model Kemp dan siswa dapat aktif mengkonstruksi pemahaman melalui interaksi sosial, yang mendukung tujuan instruksional yang telah ditetapkan secara spesifik di dalam desain Kemp.
Penggunaan model pembelajaran kooperatif dengan desain model Kemp dapat diterapkan dengan pendekatan yang sistemik dan terstruktur sesuai dengan langkah-langkah desain Kemp. Pertama, guru merumuskan tujuan pembelajaran yang spesifik dan terukur berdasarkan analisis kebutuhan dan karakteristik siswa. Selanjutnya, dalam tahap pemilihan strategi dan metode pembelajaran, model kooperatif dipilih karena dapat meningkatkan interaksi, keterlibatan, dan kolaborasi antar siswa, sesuai dengan prinsip desain Kemp yang menekankan aktivitas belajar yang aktif dan berpusat pada siswa.
Contohnya, guru dapat menerapkan teknik kooperatif seperti Jigsaw atau STAD (Student Teams Achievement Divisions) yang mengelompokkan siswa ke dalam tim-tim kecil untuk saling berbagi pengetahuan dan bertanggung jawab pada hasil belajar kelompok. Guru menyiapkan bahan ajar dan media yang mendukung kerja kelompok, serta menggunakan evaluasi formatif untuk mengukur pencapaian individu maupun kelompok, sekaligus merevisi proses pembelajaran berdasarkan hasil evaluasi tersebut.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Individu

oleh Maria Ulfa Rara Ardhika -
NAMA : MARIA ULFA RARA ARDHIKA
NPM : 2523031009

Desain pembelajaran merupakan salah satu aspek penting dalam dunia pendidikan, sebab melalui desain yang tepat proses pembelajaran dapat berlangsung secara sistematis, terarah, dan efektif. Salah satu model desain pembelajaran yang dikenal luas adalah model yang dikembangkan oleh Jerrold E. Kemp. Model ini memiliki ciri khas yang berbeda dari model desain pembelajaran lainnya karena menempatkan peserta didik sebagai pusat utama dalam proses perancangan pembelajaran.

Menurut Kemp, desain pembelajaran harus disusun secara menyeluruh dengan mempertimbangkan berbagai faktor yang memengaruhi proses belajar. Ia memandang bahwa pembelajaran bukanlah rangkaian langkah yang kaku, melainkan sebuah sistem yang bersifat sirkuler dan fleksibel. Artinya, perancang atau guru dapat memulai dari komponen mana saja sesuai dengan kebutuhan pembelajaran yang dihadapi. Pendekatan ini sangat membantu guru untuk menyesuaikan strategi pembelajaran dengan kondisi nyata di lapangan, baik dari segi karakteristik siswa, materi, maupun konteks sosial-budaya sekolah.

Dalam model Kemp, terdapat sembilan komponen utama yang saling berhubungan dan membentuk satu kesatuan utuh. Komponen tersebut meliputi: (1) identifikasi tujuan pembelajaran umum, (2) analisis karakteristik peserta didik, (3) analisis tugas, (4) perumusan tujuan khusus, (5) pengorganisasian isi dan kegiatan pembelajaran, (6) pemilihan strategi pembelajaran, (7) perencanaan evaluasi, (8) pemilihan media dan sumber belajar, serta (9) evaluasi dan revisi program. Kesembilan komponen ini menunjukkan bahwa desain Kemp berupaya menghadirkan pembelajaran yang terpadu, adaptif, dan berorientasi pada kebutuhan siswa.

Kelebihan dari model Kemp terletak pada sifatnya yang komprehensif dan fleksibel. Guru atau desainer pembelajaran dapat menyesuaikan titik awal pengembangan sesuai dengan permasalahan yang dihadapi. Misalnya, jika dalam praktiknya ditemukan bahwa siswa memiliki kemampuan awal yang rendah, maka guru dapat memulai dari analisis karakteristik peserta didik sebelum menentukan strategi pembelajaran. Selain itu, model ini juga berpusat pada peserta didik (learner-centered), yang berarti setiap perencanaan pembelajaran didasarkan pada kebutuhan, minat, dan gaya belajar siswa. Dengan demikian, proses pembelajaran menjadi lebih bermakna dan sesuai dengan prinsip pendidikan yang humanistik.

Di sisi lain, model Kemp juga memiliki kelemahan. Karena mencakup banyak komponen dan bersifat siklikal, penerapannya membutuhkan waktu, tenaga, dan kemampuan analisis yang mendalam. Guru harus benar-benar memahami setiap unsur dalam model ini agar hasil yang diperoleh sesuai harapan. Model Kemp juga dinilai kurang memberikan petunjuk teknis yang rinci, sehingga bagi guru pemula, penerapannya dapat terasa kompleks. Meski demikian, fleksibilitas model ini justru memberikan ruang kebebasan bagi guru untuk berinovasi sesuai dengan konteks pembelajaran.

Apabila desain pembelajaran menggunakan model J. Kemp, maka model pembelajaran yang paling sesuai untuk diterapkan adalah Project-Based Learning (PjBL) atau Problem-Based Learning (PBL). Kedua model tersebut memiliki kesesuaian filosofi dengan prinsip desain Kemp, yakni berpusat pada peserta didik, kontekstual, dan mendorong keterlibatan aktif dalam proses belajar.

Pada pembelajaran berbasis proyek (PjBL), siswa diberi kesempatan untuk menyelidiki, merancang, dan menghasilkan karya yang relevan dengan kehidupan nyata. Dalam prosesnya, guru perlu merancang tujuan pembelajaran, menganalisis karakteristik siswa, menentukan strategi, memilih media, dan melakukan evaluasi berkelanjutan—semua tahapan yang sejalan dengan komponen desain Kemp. Sedangkan pada pembelajaran berbasis masalah (PBL), siswa didorong untuk memecahkan persoalan nyata melalui proses berpikir kritis dan reflektif. Desain Kemp yang menyediakan ruang untuk analisis kebutuhan dan evaluasi formatif sangat mendukung pelaksanaan model pembelajaran tersebut.

Sebagai contoh penerapan dalam konteks pembelajaran IPS di SMP, guru dapat menggunakan desain Kemp untuk merancang kegiatan berbasis proyek yang melibatkan siswa dalam pembuatan peta sosial ekonomi daerah tempat tinggalnya. Guru terlebih dahulu menganalisis karakteristik peserta didik, menetapkan tujuan pembelajaran, menentukan strategi pembelajaran berbasis proyek, serta menyiapkan instrumen evaluasi yang menilai proses dan hasil belajar siswa. Melalui pendekatan ini, siswa tidak hanya memahami konsep-konsep ekonomi dan sosial secara teoritis, tetapi juga memperoleh pengalaman langsung dalam mengamati kondisi masyarakat sekitarnya.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa desain pembelajaran J. Kemp menawarkan kerangka yang sistematis namun fleksibel, yang memungkinkan guru untuk menyesuaikan setiap tahap pembelajaran dengan kebutuhan peserta didik dan konteks sosialnya. Model ini sangat relevan diterapkan dalam pembelajaran berbasis proyek maupun berbasis masalah karena keduanya menuntut partisipasi aktif, kolaboratif, dan reflektif dari siswa. Dalam konteks pendidikan IPS, penerapan desain Kemp tidak hanya membantu mencapai tujuan kognitif, tetapi juga mengembangkan sikap sosial, tanggung jawab, serta kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap realitas kehidupan masyarakat.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: Tugas Individu

oleh amaradina fatia sari -
Nama : Amaradina Fatia Sari
NPM : 2523031004

1.Deskripsikan desain pembelajaran J. KEMP., (kekurangan dan kelebihanya)
Model desain pembelajaran J. Kemp dikembangkan oleh Jerrold E. Kemp (1977), seorang ahli desain instruksional yang menekankan bahwa perencanaan pembelajaran harus bersifat menyeluruh, fleksibel, dan berpusat pada kebutuhan siswa. Model Kemp dikenal juga dengan nama Kemp Instructional Design Model, dan merupakan salah satu model yang berorientasi sistem (system-oriented model) dalam perencanaan pembelajaran. Model ini menekankan bahwa proses belajar mengajar merupakan sistem yang terdiri dari berbagai komponen yang saling berhubungan dan dapat dimulai dari titik mana pun tidak harus berurutan. Model desain pembelajaran J. Kemp memiliki sejumlah kelebihan yang membuatnya banyak digunakan dalam perencanaan pembelajaran modern, terutama karena bersifat fleksibel, menyeluruh, dan berorientasi pada peserta didik.
1.Fleksibel dan Tidak Linear
Fleksibilitas ini memungkinkan guru untuk menyesuaikan perencanaan pembelajaran secara dinamis, terutama ketika menghadapi perubahan kondisi kelas, waktu, atau karakteristik siswa.
2.Berpusat pada Peserta Didik (Learner-Centered)
Model Kemp menempatkan peserta didik sebagai fokus utama dalam setiap tahap perencanaan. Sebelum menentukan strategi atau materi, guru terlebih dahulu menganalisis karakteristik siswa, seperti kemampuan awal, minat, motivasi, dan gaya belajar.
3.Memandang Pembelajaran sebagai Sistem yang Terpadu
Setiap unsur mulai dari tujuan, isi, strategi, media, hingga evaluasi tidak dapat berdiri sendiri. Semua harus dirancang secara menyeluruh agar menghasilkan pengalaman belajar yang efektif dan bermakna. Pandangan sistemik ini membantu guru membangun keterpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik dalam kegiatan belajar.
4.Adanya Komponen Revisi (Continuous Improvement)
Model Kemp menyediakan ruang bagi guru untuk melakukan evaluasi dan revisi terhadap rencana pembelajaran setelah kegiatan selesai. Hal ini sangat penting agar pembelajaran dapat terus disempurnakan dari waktu ke waktu berdasarkan hasil refleksi, umpan balik siswa, dan hasil evaluasi belajar.
5.Dapat Diterapkan di Berbagai Konteks dan Jenjang Pendidikan
Karena bersifat umum dan tidak terikat pada satu jenis mata pelajaran atau jenjang tertentu, model Kemp dapat diterapkan mulai dari pendidikan dasar hingga perguruan tinggi.

Meskipun memiliki banyak kelebihan, model Kemp juga mempunyai beberapa kelemahan atau keterbatasan antara lain:
1.Tidak Memiliki Urutan Langkah yang Jelas
Karena bersifat non-linear, model Kemp kadang dianggap membingungkan oleh guru pemula. Tidak adanya urutan langkah yang tegas membuat beberapa perancang pembelajaran sulit menentukan dari mana proses harus dimulai.
Kondisi ini bisa menyebabkan perencanaan menjadi tidak terarah jika tidak didukung dengan pemahaman yang kuat terhadap konsep desain instruksional.
2.Membutuhkan Analisis yang Mendalam dan Waktu yang Lama
Model Kemp menuntut guru untuk melakukan analisis mendetail terhadap karakteristik siswa, kebutuhan belajar, dan struktur materi.
3.Kurang Cocok untuk Situasi Pembelajaran Darurat atau Terbatas
Dalam kondisi tertentu misalnya waktu pembelajaran singkat, kelas besar, atau keterbatasan sumber daya model Kemp bisa menjadi sulit diterapkan karena membutuhkan proses refleksi, evaluasi, dan revisi berulang.
4.Tidak Menyertakan Unsur Motivasi Secara Spesifik
Model Kemp tidak memiliki komponen yang secara eksplisit membahas strategi peningkatan motivasi belajar siswa. Guru harus menambahkan sendiri unsur motivasi ini agar pembelajaran tetap menarik dan bermakna.
5.Memerlukan Pemahaman Teori Pembelajaran yang Kuat
Untuk menerapkan model Kemp dengan benar, guru atau perancang pembelajaran perlu memiliki pengetahuan mendalam tentang teori belajar, taksonomi tujuan, dan strategi instruksional.

2.Model pembelajaran apa yang sesuai bila desain pembelajaran menggunakan J. Kemp? jelaskan alasanya.
Desain pembelajaran J. Kemp paling sesuai diterapkan bersama model pembelajaran berbasis proyek (Project-Based Learning) atau berbasis masalah (Problem-Based Learning) karena:
- Sama-sama berorientasi pada peserta didik dan mengutamakan keterlibatan aktif.
- Sama-sama bersifat fleksibel dan adaptif terhadap konteks belajar.
- Sama-sama menekankan hubungan sistemik antara tujuan, strategi, media, dan evaluasi.
- Sama-sama mendukung pengembangan kompetensi abad ke-21 seperti berpikir kritis, kolaborasi, dan kreativitas.
- Sama-sama memungkinkan evaluasi reflektif dan perbaikan berkelanjutan.
Dengan demikian, jika desain pembelajaran menggunakan model J. Kemp, maka model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) adalah pilihan yang paling relevan dan efektif untuk menciptakan pembelajaran yang bermakna, kontekstual, dan berorientasi hasil nyata.