tidak semua motivasi bersifat universal, ada yang cenderung berlaku umum untuk semua manusia, tapi ada juga yang sangat bergantung pada konteks individu atau masyarakat.
Teori Maslow, misalnya, sering dianggap universal karena menyatakan bahwa semua manusia memiliki hierarki kebutuhan dari fisiologis sampai aktualisasi diri. Namun, penelitian menunjukkan bahwa urutan kebutuhan itu bisa berbeda tergantung budaya. Di masyarakat kolektivis (seperti banyak negara Asia), kebutuhan sosial dan kebersamaan bisa jadi lebih penting daripada kebutuhan penghargaan individual. Jadi, walaupun kebutuhan itu ada di semua orang, prioritasnya bisa berbeda.
Herzberg juga membedakan faktor motivator dan faktor higiene, dan ini relatif universal (semua orang akan terganggu jika lingkungan kerja buruk, semua orang senang jika diakui prestasinya). Tapi, jenis penghargaan yang memotivasi seseorang bisa berbeda tergantung nilai yang ia pegang. Misalnya, di masyarakat dengan orientasi materialistis, bonus uang bisa sangat memotivasi, sedangkan di masyarakat yang lebih menghargai keseimbangan hidup, fleksibilitas waktu kerja lebih dihargai.
McClelland malah menekankan bahwa kebutuhan berprestasi (need for achievement), kebutuhan berkuasa (need for power), dan kebutuhan berafiliasi (need for affiliation) sangat dipengaruhi oleh pengalaman hidup, budaya, dan pendidikan. Artinya, tingkat dominasi masing-masing kebutuhan berbeda-beda antara satu orang dengan orang lain.
Kesimpulannya, motivasi memiliki komponen universal (semua manusia butuh makan, rasa aman, dan pengakuan), tetapi cara memenuhinya dan urutan prioritasnya sangat kontekstual tergantung budaya, kepribadian, dan situasi sosial. Itu sebabnya pemasar dan manajer SDM perlu memahami latar belakang audiens atau karyawannya agar strategi motivasi yang digunakan tepat sasaran.