CASE STUDY

CASE STUDY

Number of replies: 24

PT Lestari Mineral adalah perusahaan tambang nikel yang beroperasi di Indonesia. Dalam laporan keuangannya tahun 2024, perusahaan menggunakan pendekatan akuntansi konservatif dalam mengakui biaya lingkungan hidup jangka panjang yang berkaitan dengan reklamasi tambang.

Namun, perusahaan kemudian menghadapi tekanan dari investor luar negeri yang lebih menyukai laporan keuangan yang menunjukkan laba lebih tinggi. Pihak investor menyarankan agar perusahaan menggunakan pendekatan yang lebih agresif dalam pengakuan biaya, sesuai dengan interpretasi IFRS terbaru.

Di sisi lain, pemerintah Indonesia sedang dalam proses merumuskan standar akuntansi nasional yang lebih mencerminkan nilai-nilai keberlanjutan dan transparansi sosial, namun proses tersebut banyak dipengaruhi oleh tekanan politik dari berbagai asosiasi industri.

 

Pertanyaan:

  1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif. Apa motivasi perilaku tersebut? Apa potensi dampaknya terhadap stakeholders?
  2. Jika Anda adalah akuntan perusahaan, bagaimana Anda menyikapi tekanan dari investor luar negeri yang mendorong perubahan kebijakan akuntansi? Apakah mengikuti keinginan investor bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan? Jelaskan.
  3. Jelaskan bagaimana proses penetapan standar akuntansi dapat dipengaruhi oleh ekonomi politik, baik di tingkat nasional maupun global. Berikan contoh dari kasus ini dan dari realitas lain yang Anda ketahui.
  4. Bandingkan pendekatan standard-setting berbasis prinsip (seperti IFRS) dengan pendekatan berbasis aturan (seperti GAAP). Dalam konteks Indonesia, pendekatan mana yang lebih relevan diterapkan? Jelaskan alasannya.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Ni Made Dwi Agustini -
Nama : Ni Made Dwi Agustini
Npm : 2413031086
Kelas : 24 C

1. Menurut saya, keputusan manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif merupakan bentuk kehati-hatian yang rasional dalam menghadapi risiko jangka panjang, khususnya biaya reklamasi tambang yang nilainya bisa sangat besar dan tidak pasti. Pendekatan konservatif ini menggambarkan sikap tanggung jawab sosial serta kesadaran perusahaan terhadap dampak lingkungan dari aktivitas tambangnya. Motivasi perilaku tersebut bisa muncul dari keinginan menjaga reputasi perusahaan di mata publik, regulator, dan kreditur, sekaligus menunjukkan komitmen pada keberlanjutan. Namun, kebijakan ini bisa menimbulkan dampak berbeda bagi para pemangku kepentingan. Di satu sisi, masyarakat dan pemerintah akan menilai positif karena perusahaan dianggap transparan dan peduli lingkungan. Di sisi lain, investor yang berorientasi pada laba jangka pendek mungkin kecewa karena laporan keuangan tampak menunjukkan profit yang lebih kecil dibandingkan pendekatan agresif.

2. Jika saya menjadi akuntan perusahaan, saya akan berpegang pada prinsip profesionalisme dan etika, terutama integritas dan objektivitas. Tekanan dari investor luar negeri untuk mengubah kebijakan akuntansi demi menampilkan laba lebih besar sebaiknya tidak langsung diikuti tanpa pertimbangan mendalam. Mengubah metode pengakuan biaya hanya demi kepentingan pihak tertentu jelas bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan. Saya akan menjelaskan secara terbuka kepada investor bahwa kebijakan konservatif digunakan bukan untuk menekan laba, tetapi untuk mencerminkan tanggung jawab dan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Selain itu, saya akan menyarankan agar jika ada perubahan kebijakan, dilakukan berdasarkan justifikasi standar akuntansi dan disertai pengungkapan yang transparan agar tidak menyesatkan pengguna laporan keuangan. Dengan begitu, kepentingan semua pihak bisa tetap dijaga tanpa melanggar prinsip etika.

3. Proses penetapan standar akuntansi, menurut saya, sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi politik baik di tingkat nasional maupun global. Standar tidak hanya ditentukan oleh pertimbangan teknis, tetapi juga oleh kepentingan kelompok tertentu seperti asosiasi industri, lembaga keuangan, atau investor besar. Dalam kasus PT Lestari Mineral, terlihat bahwa pemerintah Indonesia berusaha menyusun standar yang menekankan aspek keberlanjutan dan transparansi sosial. Namun, tekanan politik dari industri tambang bisa memengaruhi isi standar agar lebih menguntungkan sektor tersebut. Hal serupa juga terjadi secara global ketika negara maju atau korporasi besar memiliki pengaruh besar terhadap arah dan interpretasi IFRS. Oleh karena itu, menurut saya, proses penyusunan standar harus dilakukan secara terbuka, melibatkan banyak pihak, dan menjunjung nilai independensi agar standar yang dihasilkan benar-benar adil dan dapat dipercaya.

4. Jika dibandingkan, pendekatan principle-based seperti IFRS dan rule-based seperti GAAP memiliki perbedaan yang cukup mendasar. IFRS yang berbasis prinsip memberi ruang bagi pertimbangan profesional (judgement) dan fleksibilitas dalam menghadapi situasi ekonomi yang beragam, sedangkan GAAP yang berbasis aturan cenderung lebih ketat dan rinci dalam setiap kasus. Menurut saya, untuk konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena dapat menyesuaikan dengan kondisi sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam, termasuk isu keberlanjutan dan lingkungan. Namun, penerapannya harus dibarengi dengan peningkatan kompetensi akuntan dan pengawasan yang kuat agar fleksibilitas tersebut tidak disalahgunakan untuk manipulasi laporan. Dengan kombinasi antara prinsip yang kuat, panduan teknis yang jelas, dan pengawasan etis, sistem pelaporan keuangan di Indonesia bisa lebih transparan, akuntabel, dan berdaya saing global.
In reply to Ni Made Dwi Agustini

Re: CASE STUDY

by Rizky Abelia Putri -
RIZKY ABELIA P
2413031098

1. Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dalam Memilih Kebijakan Konservatif
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena konservatisme mengharuskan pengakuan biaya atau kerugian lebih cepat dan pengakuan pendapatan lebih lambat, sehingga menghindari overstatement laba. Motivasi utamanya adalah untuk menghindari risiko informasi yang bias atau menyesatkan serta mencegah overoptimisme pada laporan keuangan, terutama terkait biaya lingkungan hidup jangka panjang yang bersifat tidak pasti. Pendekatan ini juga dapat mengurangi risiko tuntutan hukum atau reputasi akibat pengungkapan yang tidak tepat atas kewajiban reklamasi tambang.

2. Jika saya menjadi akuntan perusahaan dan menghadapi tekanan, saya sebagai akuntan perusahaan, tekanan dari investor luar negeri yang mendesak penggunaan pendekatan lebih agresif harus disikapi dengan teguh berpegang pada prinsip etika profesi akuntan seperti kejujuran, integritas, dan objektivitas. Mengikuti keinginan investor yang mendorong manipulasi laba dengan mengubah kebijakan akuntansi demi menampilkan laba lebih tinggi dapat bertentangan dengan prinsip etika akuntan dan dapat merugikan keandalan serta kredibilitas laporan keuangan. Akuntan harus menolak tekanan yang dapat mengarah pada pelanggaran etika dan melaporkan hal ini ke pimpinan perusahaan atau dewan pengawas agar standar akuntansi dan keberlanjutan tetap terjaga.​


3. Proses penetapan standar akuntansi di tingkat nasional maupun global sangat dipengaruhi oleh ekonomi politik karena melibatkan berbagai pemangku kepentingan dengan kepentingan berbeda, termasuk pemerintah, asosiasi industri, investor, dan regulator.

4. Perbandingan antara pendekatan principle IFRS dan rule-based Seoerti GAAP antara lain,
Pendekatan standard-setting berbasis prinsip seperti IFRS menekankan fleksibilitas dan substansi ekonomi transaksi, memungkinkan interpretasi yang lebih luas sesuai konteks bisnis, sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP lebih rinci, spesifik, dan kaku dengan pedoman ketat untuk setiap situasi. Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih relevan karena mendukung transparansi, harmonisasi global, dan penyesuaian dengan kondisi lokal yang dinamis, serta memudahkan perusahaan beroperasi di pasar internasional. Pendekatan ini juga mendorong pelaporan keuangan yang lebih mencerminkan realitas ekonomi dibandingkan aturan baku yang kadang terlalu kaku seperti GAAP.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nadiya Adila -
Nama : Nadiya Adila
NPM : 2413031079

1. perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif didorong oleh motivasi untuk melindungi perusahaan dari risiko finansial dan reputasi, sekaligus memenuhi kepentingan manajemen yang ingin menempatkan perusahaan dalam posisi aman terhadap tekanan eksternal. Tetapi, hal ini bisa menimbulkan dilema antara kepentingan internal dan ekspektasi stakeholders, terutama investor dan regulator, serta berpotensi menimbulkan masalah credibility dan keberlanjutan jangka panjang perusahaan.

2. jika saya menjadi akuntan perusahaan dan menghadapi tekanan dari investor luar negeri, saya harus menegakkan prinsip etika profesi dan standar akuntansi yang berlaku, menjelaskan kepada investor pentingnya pendekatan konservatif dan keberlanjutan dalam pelaporan keuangan. Mengikuti keinginan investor untuk mengubah kebijakan demi laba lebih tinggi tanpa alasan yang tepat akan bertentangan dengan integritas dan objektivitas akuntan, serta dapat merugikan kredibilitas perusahaan dan profesi akuntan.

3. Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh politik dan ekonomi karena melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan berbeda, seperti pemerintah, industri, dan regulator, yang melakukan lobi untuk mengarahkan standar sesuai kepentingannya. Hal ini terjadi baik di tingkat nasional, seperti di Indonesia yang sedang merumuskan standar dengan tekanan dari asosiasi industri, maupun di tingkat global melalui tekanan dari investor besar dan badan standar internasional seperti IFRS. Oleh karena itu, standar akuntansi bukan hanya hasil pertimbangan teknis, tetapi juga kompromi politik yang berdampak pada transparansi dan keberlanjutan laporan keuangan.

4. Pendekatan standard-setting berbasis prinsip seperti IFRS menekankan fleksibilitas dan substansi ekonomi transaksi, memungkinkan interpretasi yang lebih luas sesuai konteks bisnis, sedangkan pendekatan berbasis aturan seperti GAAP lebih rinci, spesifik, dan kaku dengan pedoman ketat untuk setiap situasi. Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih relevan karena mendukung transparansi, harmonisasi global, dan penyesuaian dengan kondisi lokal yang dinamis, serta memudahkan perusahaan beroperasi di pasar internasional. Pendekatan ini juga mendorong pelaporan keuangan yang lebih mencerminkan realitas ekonomi dibandingkan aturan baku yang kadang terlalu kaku seperti GAAP.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Natasya Natasya -
Nama: Natasya
NPM: 2413031081
Kelas: 2024 C

1. Menurut saya kebijakan akutansi konservatif yang dipilih oleh manajemen PT Lestari Mineral mengakui biaya linfkungan hidup jangka Panjang secara lebih dini atau lebih besar dan hal inni menunjukan motivasi perilaku utama yaitu motivasi kehati hatian prinsip konservatisme yaitu inti dari prinsip konservatisme adalah mengakui kerugian segera dan menangguhkan pengakuan laba. Kemudian motiivasi pengendalian risiko regulatori, sebagai perusahaan tambang, biaya rekmalasi diatur ketat oleh pemerintah Indonesia. Manajemen mungkin ingin menunjukan kepada regulator bahwa mereka bertanggung jawab dan telah menyisihkan sumber daya yang mmemadai untuk kewajiban lingkungan. Motivasi kontrak, kebijakan konservatif sering kali digunakan untuk mengelola kontrak utang dan dengan mengakui biaya leih awal, laba asset ini berkurang yang mungkin membantu manajemen menghindaru pelanggaran debt convenant di masa mendatang

Stakeholder disini bisa bermacam macam seperti investor, pemerintah, masyarakat, manajemen, dan potensi dampak terhadap investor adalah merasa terlindungi, mereka menghargai keandalan dan hati hati dalam dalam laporan keuangan, meskipun laba yang dilaporkan lebih rendah pada saat ini. Kepada pemerintah, berdampak positif, pemerintah melihat perusahaan telah bertanggung jawab dan patuh terhadap kewajiban lingkungan serta mengurangi risiko lingkungan di masa depan. Kemudian pada masyarakat berdapak positif karena kebijakan tersebut mengindikasikan komitmen finansila perusahaan terhadap reklamasi yang dapat meningkatkan kepercayaan public. Manajemen, berdampak jangka Panjang positif dimana mengurangi tekanan untuk memenuhi laba yang terlalu tinggi di masa depan.

2. Untuk menyikapi tekanan dari investor adalah dengan prinsip objektivitas, integritas, dan kompetensi profesionnalitas. Analisis dan justifikasi dillakukan dengan analisis mendalam terhadap interprestasi IFRS terbaru yang disarankan investor. Komunikasi berbasis prinsip yaitu dimana menjelaskan kepada investor bahwa kebijakan akutansi adalah keputusan manajemen yang harus di dasarkan pada substannsi ekonomi ekonomi transaksi dan kehati hatian professional. Kemudian prioritas stakeholder, yaitu mengingatkan manajemen bahwa tanggung jawab akuntan adalah kepada seluruh stakeholder dan public, bukan hanya e satu kelompok investor. Menurut saya mengikuti keinginan investor untuk menggunakan kebijakan yang lebih agresif berpotensi akan bertentngan dengan prinsip etika profesi akuntan, khusunya integritas, objektivitas, kompetensi dan kehati hatian professional.

3. Pengaruh ekonomi politik dalam standard setting yaitu pertama ekonomi politik akutansi adalah studi tentang bagaimana kekuatan politik , ekonomi, dan sosial memengaruhi keputusan tentang apa yang harus diakui dan diukur dalam laporan keuangan. Dalam tingkat nasional mekanisme pengarub politik adalah pada lobi asosiasi industry, melobi regulator untuk memastikan standard akutansi tidak terlalu ketat atau membebani industtri dengaan kewajiban yang terlalu besar, sehingga melindungii psifitabilitas anggotanya. Conntoh kasus nya dari PT Lestari Mineral yaitu pemerintah indonsia sedang merumuskan standar keberlanjutan. Tekanan politik dari asosiasi industry bertujuan melunakan standar tersebut agar tidak memaksa perusahaan seperti PT Lestari Mineral mengakui biaya lingkungan secara terlalu konservatif.

Kemudian pada tingkat global IFRS, mekanisme pengaruh politiknya adalah pengaruh negara dan korporasi besar dimana negaraa negara kuat atau korporasi multi nasional besar terutama negara maju yang mengguunakan kekuatan ekonomi dan politik mereka untuk mempengaruhi IASB. Contohnya adalah kasus di PT Lestari Mineral, dimana investor luar negeri yang mereferensikan interprestasi IFRS terbaru mugkiin mewakili pandangan pasr modal global yang di dominasi oleh kepentingan investor untuk mendapatkan innfornasi laba yang lebih tinggi demi tujjuan valuasi. Mereka secara tidak angsung mempengaruhi praktik akutansi melaluii market pressure.

Contoh pada reallitas lain adalah akutansi instrument keuangan dimana prooses penerapannya di doorong oleh kasus krisis keuangan global 2008. Regulator politik menekan pembuat standar untuk mengubah aturan kerugian yang lama dianggap terlalu melambat mengakui kerugian sehingga memicu penetapan IFRS 9 yang lebih agresif. Kemudian pada pajak tangguhan di Indonesia yaitu perubahan PPH badan di Indonsia memaksa perusahaan menyesuaikan akutansi pajakk tengguhannya.

4. Perbandingan pendekatan standard setting berbasis prinsip dan penddekatan berbasis aturan
- Berbasis prinsip, contoh utamanya adalah IFRS, fokusnya kepada tujuan akutansi, memberikan sedikit panduan terperinci dan karakteristiknya yaitu menekankan pertimbangan professional dan substansi ekonomi, risiko nya adalah risiko manipulasi dimana manajemen menggunakan pertimbangan untuk mmembenarkan hasil yang diinginkan
- Berbasis aturan, contoh utamanya pada US GAAP dan fokusnya kepada aturan rinci dan spesifik untuk setiap scenario, karakterusyiknya adalah mengandalkan kepatuhan ketat terhadap daftar aturan, risiko keperilakuannya adalah risiko kepatuhan buta dimana manajer mencari celah hukum untuk mencapai hasil tertentu.

Penddekatan yang lebih relevan diterapkan di Indonesia adalah pendekatan berbasis prinsip karena di adopsi dari PSAK yang lebih relevan dan dominan. Sebagai negara yang terintegrasi dengan pasar modal global, Indonesia pery memastikan laporan keuangannya dapat dibandingkan secara internasional. IFRS melalui PSAK memfasilitasi komparabilitas bagi investor luar negeru sepertu yang di sorot dalam kasus PT Lestari Mineral.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Sofia Dilara -
Nama: Sofia Dilara
NPM: 2413031091
Kelas: 2024 C

1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif. Apa motivasi perilaku tersebut? Apa potensi dampaknya terhadap stakeholders?
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi yang konservatif karena ingin berhati-hati dalam mengakui biaya lingkungan jangka panjang yang masih penuh ketidakpastian. Langkah ini menunjukkan sikap tanggung jawab dan kehati-hatian, terutama karena biaya reklamasi tambang bisa berubah tergantung pada kondisi alam dan peraturan pemerintah. Dengan pendekatan ini, perusahaan ingin menjaga kepercayaan publik dan regulator bahwa mereka serius memperhatikan dampak lingkungan. Dampaknya terhadap para pemangku kepentingan juga beragam. Investor mungkin melihat laba yang lebih kecil dan menjadi kurang tertarik, tetapi bagi kreditor, pemerintah, dan masyarakat, kebijakan ini justru memberi kesan positif karena perusahaan dianggap transparan dan beretika.

2. Jika Anda adalah akuntan perusahaan, bagaimana Anda menyikapi tekanan dari investor luar negeri yang mendorong perubahan kebijakan akuntansi? Apakah mengikuti keinginan investor bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan? Jelaskan.
Jika saya menjadi akuntan perusahaan, saya akan tetap berpegang pada standar akuntansi yang berlaku dan tidak langsung mengikuti permintaan investor hanya demi menampilkan laba yang lebih tinggi. Tekanan seperti itu wajar terjadi, tetapi tidak boleh membuat akuntan mengabaikan prinsip etika profesi. Akuntan memiliki tanggung jawab untuk menjaga integritas, objektivitas, dan kejujuran dalam laporan keuangan. Jika interpretasi IFRS yang baru memang sah dan sesuai dengan aturan, maka bisa dipertimbangkan dengan transparan. Namun jika tujuannya hanya untuk mempercantik angka agar terlihat lebih baik di mata investor, hal itu jelas tidak etis dan bisa merusak kepercayaan publik terhadap perusahaan.

3. Jelaskan bagaimana proses penetapan standar akuntansi dapat dipengaruhi oleh ekonomi politik, baik di tingkat nasional maupun global. Berikan contoh dari kasus ini dan dari realitas lain yang Anda ketahui.
Proses penetapan standar akuntansi sering kali dipengaruhi oleh berbagai kepentingan, bukan hanya pertimbangan teknis. Dalam kasus PT Lestari Mineral, pemerintah sedang menyusun standar yang menekankan nilai keberlanjutan dan transparansi sosial, tetapi mendapat tekanan dari asosiasi industri yang khawatir aturan tersebut akan menambah beban bagi perusahaan tambang. Ini menunjukkan bahwa faktor politik dan ekonomi dapat memengaruhi arah kebijakan akuntansi. Di tingkat global pun hal serupa terjadi, seperti setelah krisis keuangan 2008 ketika banyak negara menekan IASB untuk menyesuaikan aturan penilaian aset keuangan agar laporan laba bank tidak terlihat terlalu buruk. Artinya, standar akuntansi tidak hanya lahir dari pertimbangan profesional, tetapi juga dari dinamika ekonomi dan politik.

4. Bandingkan pendekatan standard-setting berbasis prinsip (seperti IFRS) dengan pendekatan berbasis aturan (seperti GAAP). Dalam konteks Indonesia, pendekatan mana yang lebih relevan diterapkan? Jelaskan alasannya.
IFRS dikenal sebagai pendekatan berbasis prinsip yang lebih menekankan pada substansi ekonomi suatu transaksi dan memberi ruang bagi profesional untuk menilai sesuai konteks. Sementara itu, GAAP bersifat lebih rinci dan kaku karena memiliki banyak aturan yang harus diikuti secara spesifik. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS lebih relevan karena bisa menyesuaikan dengan kondisi bisnis yang beragam dan memudahkan perusahaan untuk beradaptasi dengan pasar global. Namun fleksibilitas ini juga perlu diimbangi dengan integritas, transparansi, dan pengawasan yang kuat agar tidak disalahgunakan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Melinda Dwi Safitri -
Nama: Melinda Dwi Safitri
Npm: 2413031092

1. Analisis perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif serta motivasi dan dampaknya terhadap stakeholders
Dalam kasus PT Lestari Mineral, perilaku manajemen yang memilih kebijakan akuntansi konservatif dapat dilihat sebagai bentuk kehati-hatian dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan dan tanggung jawab terhadap isu keberlanjutan. Berdasarkan teori keperilakuan akuntansi, pilihan ini mencerminkan motivasi untuk menampilkan citra perusahaan yang etis dan bertanggung jawab sosial. Namun di sisi lain, secara ekonomi-politik keputusan ini juga bisa menjadi strategi untuk menghindari tekanan publik dan regulasi yang lebih ketat. Dampaknya bagi stakeholders bersifat ganda: bagi pemerintah dan masyarakat, keputusan ini positif karena meningkatkan transparansi dan akuntabilitas lingkungan, tetapi bagi investor yang mengejar laba jangka pendek, kebijakan ini bisa dianggap merugikan karena menurunkan nilai laba bersih yang dilaporkan. Jadi perilaku ini menunjukkan adanya trade-off antara kepentingan etis dan kepentingan ekonomi.

2. Sikap akuntan terhadap tekanan investor luar negeri yang mendorong perubahan kebijakan dan kaitannya dengan etika profesi
Sebagai akuntan perusahaan, menghadapi tekanan dari investor untuk menggunakan pendekatan yang lebih agresif berarti harus mengedepankan prinsip etika profesi seperti integritas, objektivitas, dan tanggung jawab kepada publik. Mengubah metode akuntansi hanya demi menampilkan laba yang lebih tinggi tanpa dasar substansi ekonomi akan melanggar prinsip kejujuran dan dapat menyesatkan pengguna laporan keuangan. Etika profesi menuntut akuntan untuk tidak tunduk pada kepentingan pihak tertentu, termasuk investor luar negeri. Dengan demikian, mempertahankan pendekatan konservatif justru mencerminkan sikap profesional yang menjunjung keandalan informasi dan kepatuhan terhadap prinsip akuntansi berterima umum.

3. Pengaruh ekonomi politik terhadap proses penetapan standar akuntansi nasional dan global
Proses penetapan standar akuntansi tidak bersifat netral, tetapi sarat dengan pengaruh ekonomi politik. Dalam konteks kasus ini, perumusan standar akuntansi nasional yang diwarnai tekanan dari asosiasi industri menunjukkan bahwa kebijakan akuntansi sering kali menjadi arena perebutan kepentingan antara kelompok bisnis, regulator, dan pemerintah. Di tingkat global, proses penyusunan IFRS juga kerap dipengaruhi oleh negara-negara maju yang memiliki kekuatan ekonomi besar, sehingga suara negara berkembang sering kali kurang terwakili. Ini memperlihatkan bahwa ekonomi politik berperan penting dalam menentukan arah dan isi standar akuntansi, karena setiap kelompok berusaha mengamankan posisi ekonominya melalui pengaruh terhadap aturan pelaporan keuangan.

4. Perbandingan pendekatan standard-setting berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP) serta relevansinya di Indonesia
Pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS menekankan pada substansi ekonomi dan memberikan fleksibilitas bagi perusahaan untuk menyesuaikan pelaporan dengan kondisi nyata. Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan seperti GAAP lebih detail dan kaku, dirancang untuk mengurangi ruang interpretasi. Dalam konteks Indonesia yang memiliki keberagaman industri dan tingkat perkembangan akuntansi yang masih terus meningkat, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena mendorong transparansi, profesionalisme, dan pengakuan terhadap realitas ekonomi yang kompleks. Namun fleksibilitas IFRS juga menuntut integritas tinggi dan pengawasan yang kuat agar tidak disalahgunakan untuk tujuan manipulatif, sehingga keberhasilan penerapannya sangat bergantung pada kualitas sumber daya manusia dan komitmen etika profesi.


In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Gifrika Tutut Pradiyana -
Nama: Gifrika Tutut Pradiyana
NPM: 2453031008

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin menampilkan laporan keuangan yang lebih hati-hati dan realistis. Kebijakan konservatif berarti perusahaan lebih cepat mengakui biaya dan lebih lambat mengakui pendapatan, sehingga hasil laporan keuangan tidak terlalu optimis. Langkah ini biasanya diambil agar perusahaan terlihat lebih stabil di mata publik dan pemerintah, terutama karena mereka bergerak di bidang pertambangan yang rawan isu lingkungan.
Motivasi manajemen menggunakan pendekatan ini salah satunya untuk menjaga reputasi perusahaan serta menghindari risiko jika terjadi kesalahan perkiraan atau penurunan nilai aset di masa depan. Selain itu, kebijakan konservatif dapat meningkatkan kepercayaan kreditur dan otoritas pemerintah karena dianggap lebih berhati-hati. Dampaknya terhadap stakeholders bisa beragam: investor mungkin merasa kurang puas karena laba terlihat kecil, tetapi bagi pihak lain seperti masyarakat dan pemerintah, langkah ini mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan.

2. Jika saya menjadi akuntan perusahaan, saya akan tetap mematuhi kode etik profesi akuntan, seperti integritas, objektivitas, dan tanggung jawab profesional. Tekanan dari investor luar negeri yang ingin laporan laba terlihat lebih tinggi tidak boleh diikuti jika dapat menyesatkan laporan keuangan. Akuntan memiliki kewajiban moral untuk menyajikan laporan yang jujur, relevan, dan dapat dipercaya oleh semua pihak, bukan hanya untuk menyenangkan investor.
Mengikuti tekanan untuk mengubah kebijakan menjadi agresif bisa dianggap melanggar etika profesi karena mengabaikan prinsip kejujuran dan keandalan. Seorang akuntan harus berani menolak intervensi yang dapat merusak kualitas laporan keuangan. Oleh karena itu, keputusan akuntansi sebaiknya tetap berlandaskan prinsip kehati-hatian dan sesuai standar yang berlaku di Indonesia.

3. Proses pembuatan standar akuntansi sering dipengaruhi kepentingan ekonomi dan politik. Dalam kasus ini, pemerintah ingin membuat standar yang menekankan keberlanjutan, tapi ada tekanan dari industri tambang agar aturannya tidak terlalu ketat. Secara global, lembaga seperti IASB juga dipengaruhi negara besar dan perusahaan multinasional yang ingin standar lebih menguntungkan bisnis mereka.

4. IFRS bersifat berbasis prinsip (fleksibel dan menuntut penilaian profesional), sedangkan GAAP berbasis aturan (lebih rinci dan kaku). Untuk Indonesia, IFRS lebih cocok karena selaras dengan praktik internasional dan memberi ruang penyesuaian pada kondisi ekonomi yang beragam. Namun, penerapannya perlu didukung kemampuan profesional akuntan agar tidak disalahgunakan
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Alfiantika Putri -
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Jawaban Pertanyaan :

1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena motivasi utama adalah pengendalian risiko dan menjaga reputasi perusahaan dengan menghindari overstatement laba. Pendekatan konservatif mengutamakan pengakuan biaya lebih cepat dan pendapatan lebih hati-hati sehingga dapat mencegah risiko tuntutan hukum dan litigasi. Dampaknya, stakeholders seperti investor, pemerintah, dan masyarakat mendapat informasi yang lebih berhati-hati dan transparan, walaupun investor luar ingin laba lebih tinggi. Kebijakan ini mencerminkan tanggung jawab jangka panjang perusahaan atas dampak lingkungan dan pengelolaan sumber daya alam.
2. Sebagai akuntan perusahaan, sikap terbaik adalah menjaga independensi dan integritas profesional dengan tidak mengubah kebijakan akuntansi hanya karena tekanan investor. Mengikuti keinginan investor untuk laporan laba lebih tinggi tetapi mengabaikan prinsip konservatisme dan transparansi dapat bertentangan dengan etika profesi akuntan, yang menuntut kejujuran, keandalan, dan objektivitas dalam penyusunan laporan keuangan. Etika profesi mengharuskan akuntan menghindari konflik kepentingan dan menjaga kualitas informasi, sehingga tekanan eksternal tidak boleh mempengaruhi prinsip tersebut.
3. Proses penetapan standar akuntansi dipengaruhi oleh ekonomi politik karena keputusan standar bukan hanya teknis, tetapi juga mempertimbangkan kepentingan ekonomi dan politik berbagai pihak. Contohnya, di tingkat nasional, pemerintah Indonesia mengalami tekanan dari asosiasi industri dalam merumuskan standar akuntansi yang mencerminkan keberlanjutan dan transparansi sosial. Secara global, standar seperti IFRS juga dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi negara maju dan investor internasional.
4. ⁠Standar akuntansi berbasis prinsip (seperti IFRS) memberikan kebebasan bagi perusahaan untuk menilai secara profesional dan menyesuaikan dengan situasi nyata, sedangkan standar berbasis aturan (seperti GAAP) lebih ketat dan detail, kurang fleksibel. Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih cocok karena bisa mengikuti kondisi di Indonesia. Pendekatan ini juga mendukung integrasi dengan standar internasional yang sudah diterapkan oleh banyak perusahaan besar dan mendorong transparansi.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Nuraini Naibaho 2413031076 -
Nama : Nuraini Naibaho

Npm :2413031076

Kelas : 24 C

1. Analisis Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral
Menurut saya, keputusan manajemen PT Lestari Mineral untuk menggunakan kebijakan akuntansi yang konservatif didasari oleh kehati-hatian dalam menangani biaya pendapatan lingkungan jangka panjang. Langkah ini menunjukkan upaya perusahaan untuk tetap bertanggung jawab terhadap dampak lingkungan sekaligus menjaga kestabilan laporan keuangan. Meski demikian, sikap konservatif tersebut dapat menimbulkan reaksi yang berbeda. Investor yang berorientasi pada keuntungan cepat mungkin menilai laba perusahaan menjadi lebih rendah, sedangkan pihak pemerintah dan masyarakat menilai langkah ini sebagai bentuk transparansi dan kepedulian terhadap kelangsungan usaha.
2. Sikap Akuntan terhadap Tekanan Investor Luar Negeri
Jika saya menjadi akuntan di perusahaan tersebut, saya akan tetap memegang teguh standar akuntansi yang berlaku serta prinsip etika profesi. Menurut saya, menurut tekanan investor untuk menampilkan laba yang lebih besar tanpa dasar yang kuat dari standar akuntansi merupakan tindakan yang tidak sesuai dengan etika. Laporan keuangan harus mencerminkan kondisi yang sebenarnya, bukan disusun untuk menyenangkan pihak tertentu. Namun, apabila interpretasi IFRS terbaru memang membenarkan perubahan kebijakan dan tujuan adalah untuk menyajikan informasi yang lebih akurat, perubahan itu dapat dilakukan dengan pengungkapan yang jelas dan transparan agar tetap sejalan dengan nilai kejujuran dan tanggung jawab profesional.
3. Pengaruh Politik Ekonomi terhadap Penetapan Standar Akuntansi
Proses penyusunan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik, baik secara nasional maupun internasional. Dalam kasus PT Lestari Mineral, terlihat bahwa pemerintah berupaya mengembangkan standar yang mencerminkan nilai kemiskinan dan tanggung jawab sosial, tetapi tekanan dari berbagai asosiasi industri dapat mempengaruhi kebijakan tersebut. Di tingkat global, lembaga penyusun standar seperti IASB juga sering menghadapi tekanan dari negara dan perusahaan besar agar aturan yang diterbitkan tidak merugikan kepentingan mereka. Oleh karena itu, menurut saya, standar akuntansi tidak sepenuhnya bersifat teknis, melainkan hasil kompromi dari berbagai kepentingan ekonomi dan politik.
4. Pendekatan Penetapan Standar yang Relevan bagi Indonesia
Pendekatan berbasis seperti prinsip IFRS lebih sesuai diterapkan di Indonesia karena memberikan ruang bagi akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial yang ada. Selain itu, pendekatan ini sejalan dengan upaya harmonisasi standar pelaporan keuangan secara internasional. Meskipun demikian, penerapan pendekatan berbasis prinsip harus diimbangi dengan peningkatan integritas dan pengawasan agar kesalahan tersebut tidak disalahgunakan. Dengan demikian, laporan keuangan yang dihasilkan tetap dapat dipercaya, jujur, dan bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rulla Alifah -
Nama : Rulla Alifah
NPM : 2413031093

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif karena ingin berhati-hati terhadap ketidakpastian biaya reklamasi tambang dan menunjukkan tanggung jawab lingkungan. Motivasinya didasari oleh prinsip kehati-hatian (prudence), menjaga reputasi perusahaan, serta mematuhi peraturan agar laporan keuangan tetap andal. Dampaknya, keputusan ini memberi citra positif bagi pemerintah dan masyarakat karena menonjolkan transparansi dan tanggung jawab sosial. Namun, bagi investor yang berorientasi pada laba tinggi, kebijakan ini bisa dianggap menekan profitabilitas dan menurunkan daya tarik investasi.

2. Sebagai akuntan, tekanan dari investor luar negeri agar menggunakan metode agresif harus disikapi dengan berpegang pada kode etik profesi, yaitu integritas, objektivitas, dan tanggung jawab profesional. Mengubah kebijakan hanya untuk menaikkan laba tanpa dasar akuntansi yang sah bertentangan dengan etika profesi, karena dapat menyesatkan pengguna laporan dan merusak keandalan informasi keuangan. Akuntan harus tetap independen dan memastikan laporan mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya, bukan kepentingan pihak tertentu.

3. Proses penyusunan standar akuntansi sering dipengaruhi oleh kekuatan politik dan ekonomi. Dalam kasus ini, pemerintah Indonesia menghadapi tekanan dari asosiasi industri tambang yang ingin mempertahankan standar yang menguntungkan mereka. Di tingkat global, lembaga seperti IASB juga sering dipengaruhi oleh lobi perusahaan besar dan kekuatan pasar modal internasional. Hal ini menunjukkan bahwa standard-setting bukan murni proses teknis, melainkan hasil kompromi antara kepentingan ekonomi, politik, dan sosial.

4. IFRS yang berbasis prinsip lebih fleksibel dan menekankan pada substansi ekonomi transaksi, sementara GAAP yang berbasis aturan lebih ketat dan rinci. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih relevan karena mendukung transparansi, akuntabilitas, serta penilaian profesional yang sesuai dengan kondisi ekonomi dan sosial yang beragam. Pendekatan ini juga sejalan dengan arah pengembangan standar nasional yang menekankan nilai keberlanjutan dan tanggung jawab sosial.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by IREN AGISTA PUTRI 2413031071 -
Nama : Iren Agista Putri
NPM : 2413031071

1. Manajemen memilih pendekatan konservatif, yaitu mengakui biaya lingkungan hidup (seperti reklamasi tambang) lebih cepat dan dengan nilai yang lebih tinggi, agar tidak menampilkan laba yang berlebihan. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif untuk biaya reklamasi didorong oleh motivasi kehati-hatian dan manajemen risiko, yang bertujuan untuk memastikan bahwa kewajiban lingkungan jangka panjang yang besar dan tidak pasti telah dicadangkan secara memadai. Keputusan ini meningkatkan kredibilitas perusahaan di mata regulator dan masyarakat, menunjukkan komitmen terhadap ESG, meskipun menghasilkan laba saat ini yang lebih rendah. Dampaknya terhadap stakeholders adalah positif bagi regulator dan masyarakat karena adanya jaminan dana reklamasi, tetapi negatif bagi investor yang berorientasi laba jangka pendek karena rasio profitabilitas perusahaan tampak kurang menarik.

2. Jika saya adalah akuntan perusahaan, saya akan menolak tekanan investor asing yang mendorong perubahan kebijakan menjadi lebih agresif demi laba yang lebih tinggi, kecuali jika perubahan tersebut secara profesional diwajibkan atau diizinkan oleh Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia dan menggambarkan substansi ekonomi yang lebih wajar. Mengikuti keinginan investor semata-mata untuk memoles laba akan bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan, khususnya Integritas dan Objektivitas, karena hal itu berarti membiarkan bias dan pengaruh eksternal yang tidak semestinya merusak pertimbangan profesional dan kejujuran pelaporan keuangan.

3. Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh ekonomi politik, di mana standar tidak hanya dibentuk berdasarkan teori akuntansi, tetapi juga melalui lobi dan tekanan dari kelompok kepentingan ekonomi yang kuat. Di tingkat nasional (Kasus PT Lestari Mineral), tekanan dari asosiasi industri dapat memengaruhi perumusan standar keberlanjutan oleh pemerintah, yang mungkin berakhir dengan standar yang kurang ketat untuk melindungi profitabilitas industri (misalnya, membuat pengakuan biaya reklamasi lebih fleksibel) daripada yang ideal untuk transparansi sosial. Di tingkat global, kelompok seperti perbankan kerap melobi badan standar (seperti IASB) untuk memengaruhi aturan yang berdampak besar pada sektor mereka, seringkali menghasilkan standar yang merupakan kompromi politik di antara berbagai tuntutan stakeholders.

4. Pendekatan berbasis prinsip (IFRS) fokus pada tujuan dan kerangka umum, membutuhkan pertimbangan profesional yang tinggi dan sulit dimanipulasi asalkan substansi ekonomi dipatuhi, sementara pendekatan berbasis aturan (GAAP) sangat rinci, membatasi judgment, tetapi berpotensi memicu manipulasi melalui celah aturan (creative accounting). Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) lebih relevan karena meningkatkan daya banding global, menyediakan fleksibilitas yang diperlukan untuk mengakomodasi transaksi ekonomi yang dinamis dan kompleks, serta mendorong profesionalisme yang lebih tinggi, yang merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas pelaporan keuangan secara keseluruhan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Della Puspita -
Nama : Della Puspita
Npm :2453031007

1. Perilaku Manajemen dalam Kebijakan Konservatif
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif untuk menunjukkan kehati-hatian terhadap biaya lingkungan jangka panjang. Motivasinya adalah menjaga keberlanjutan usaha dan tanggung jawab sosial perusahaan. Dampaknya, kepercayaan publik meningkat, namun sebagian investor mungkin menilai laba perusahaan lebih rendah. Meski begitu, kebijakan ini memperkuat reputasi dan stabilitas jangka panjang.
2. Sikap Akuntan dan Etika Profesi
Akuntan harus bersikap profesional terhadap tekanan investor luar negeri yang menginginkan laporan laba lebih tinggi. Mengubah kebijakan hanya demi kepentingan investor melanggar prinsip etika, terutama integritas dan objektivitas. Akuntan wajib menjaga kejujuran serta memastikan laporan keuangan sesuai standar dan mencerminkan kondisi sebenarnya.
3. Pengaruh Ekonomi Politik dalam Standard-Setting
Penetapan standar
akuntansi sering dipengaruhi kepentingan politik dan ekonomi. Dalam kasus ini, asosiasi industri dapat menekan pemerintah agar standar lebih longgar terhadap biaya lingkungan. Di tingkat global, IASB juga kerap menghadapi tekanan dari negara atau investor besar, misalnya saat krisis 2008 ketika aturan nilai wajar diminta dilonggarkan.
4. Pendekatan Standard-Setting yang Relevan di Indonesia
Pendekatan berbasis prinsip seperti IFRS lebih sesuai untuk Indonesia karena memberikan fleksibilitas dan menekankan substansi ekonomi. Pendekatan ini sejalan dengan PSAK yang sudah mengadopsi IFRS, serta mendukung transparansi dan daya saing global perusahaan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by zara nur rohimah -
Nama : Zara Nur Rohimah
Npm : 2413031070
Kelas : 2024C

1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif untuk mengakui biaya reklamasi didorong oleh Prinsip Kehati-hatian (Prudence) yang merupakan bias kognitif yang melekat pada akuntansi perilaku, di mana terdapat kecenderungan untuk mengakui beban dan liabilitas lebih awal daripada aset dan pendapatan. Motivasi utama perilaku ini adalah memitigasi risiko dan melindungi nilai perusahaan dari ketidakpastian biaya lingkungan yang sangat besar dan bersifat jangka panjang. Selain itu, ini dapat berfungsi sebagai alat kontrak untuk memenuhi covenant utang atau manajemen laba konservatif untuk smoothing laba di masa depan. Dampaknya terhadap stakeholders adalah laba yang dilaporkan menjadi lebih rendah, sehingga berpotensi mengecewakan investor luar negeri yang fokus pada pertumbuhan laba jangka pendek, namun di sisi lain, hal ini meningkatkan kredibilitas dan memberikan jaminan keamanan yang lebih besar bagi kreditur serta regulator lingkungan bahwa dana untuk tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) telah diakui secara memadai.

2. Jika saya adalah akuntan perusahaan, saya harus menyikapi tekanan dari investor luar negeri dengan berpegang teguh pada Prinsip Etika Profesi, khususnya Integritas dan Kompetensi Profesional. Saya wajib menolak permintaan perubahan kebijakan menjadi lebih agresif jika interpretasi IFRS yang diusulkan investor ternyata melanggar Standar Akuntansi Keuangan (SAK) Indonesia yang berlaku (PSAK/IFRS yang diadopsi IAI) atau jika hal itu menyebabkan laporan keuangan menjadi menyesatkan dan tidak menyajikan secara wajar substansi ekonomi. Mengikuti keinginan investor hanya dianggap etis jika SAK memberikan opsi metode akuntansi yang berbeda (konservatif dan agresif sama-sama wajar) dan manajemen memutuskan untuk memilih opsi agresif guna menarik modal, asalkan disklosur yang memadai tetap diberikan. Namun, jika tujuannya adalah memanipulasi laba semata, maka hal tersebut secara jelas bertentangan dengan prinsip Objektivitas dan Perilaku Profesional yang melarang akuntan membiarkan tekanan pihak lain mengesampingkan pertimbangan teknis dan etis.

3. Proses penetapan standar akuntansi sangat dipengaruhi oleh ekonomi politik, yaitu interaksi antara kekuasaan, kepentingan, dan regulasi. Dalam kasus PT Lestari Mineral, pengaruh ini terlihat jelas di dua tingkatan: di tingkat nasional, upaya pemerintah untuk merumuskan standar keberlanjutan yang baru terhambat oleh tekanan politik dari asosiasi industri (misalnya, asosiasi tambang) yang melobi standard-setter (IAI) agar menunda atau melunakkan standar baru demi menghindari peningkatan biaya kepatuhan yang akan menekan laba perusahaan anggotanya. Di tingkat global, tekanan investor luar negeri untuk menggunakan interpretasi IFRS yang agresif menunjukkan adanya kekuatan pasar modal internasional yang mendorong standar agar sesuai dengan model penilaian mereka. Contoh realitas lain adalah Standar Leasing (IFRS 16), di mana industri penerbangan dan ritel secara masif melobi IASB (pembuat IFRS) agar tidak mengkapitalisasi semua sewa guna usaha di neraca, karena hal itu akan menyebabkan lonjakan liabilitas dan berdampak negatif pada rasio keuangan.

4. Pendekatan berbasis prinsip (IFRS) berfokus pada kerangka konseptual yang kuat dan menuntut pertimbangan profesional (professional judgement) yang tinggi dari akuntan, sementara pendekatan berbasis aturan (US GAAP) didasarkan pada panduan yang sangat rinci dan spesifik untuk setiap situasi, sehingga mengurangi peran judgement tetapi berisiko memunculkan rules-based circumvention (mencari celah aturan). Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) adalah yang lebih relevan diterapkan. Alasannya adalah karena Indonesia telah mengadopsi IFRS (melalui PSAK) untuk konvergensi global dan memudahkan akses pasar modal. Lebih penting lagi, pendekatan berbasis prinsip lebih adaptif dan sesuai untuk menangani isu-isu kompleks dan baru seperti akuntansi keberlanjutan dan biaya lingkungan (kasus PT Lestari Mineral), di mana akuntan harus memahami substansi ekonomi di balik transaksi daripada sekadar mengikuti daftar aturan yang mungkin sudah usang.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by GRESCIE ODELIA SITUKKIR 2413031088 -
Nama : Grescie Odelia Situkkir
NPM : 2413031088
Kelas : 24C
Jawaban Studi Kasus

1. Analisis Perilaku Manajemen PT Lestari Mineral dalam Memilih Kebijakan Akuntansi Konservatif

Manajemen PT Lestari Mineral pilih akuntansi konservatif dengan mengakui biaya lingkungan jangka panjang, kayak reklamasi tambang, lebih awal. Ini bikin laba yang dilaporin kelihatan lebih rendah.

Motivasi perilaku tersebut:

  • Mau patuh aturan hukum dan hindari risiko hukum dari pemerintah Indonesia, soalnya tambang nikel punya risiko lingkungan tinggi.
  • Ingin kelola risiko operasional dengan akurasi biaya masa depan, agat tidak ada masalah tak terduga.
  • Tunjukan  komitmen keberlanjutan untuk reputasi baik, terutama di daerah tambang yang sensitif.
  • Hindari tuduhan manipulasi laba, yang bisa rusak kepercayaan.

Potensi dampaknya terhadap stakeholders:

  • Investor dan pemegang saham:Laba rendah bisa turunkan harga saham, tapi kasih gambaran risiko yang lebih jelas.
  • Kreditor: Membuat perusahaan kelihatan lebih aman, gampang dapat pinjaman.
  • Pemerintah dan regulator:Dukung tujuan keberlanjutan, tapi bisa tekan kalau dianggap hambat pertumbuhan.
  • Masyarakat dan lingkungan:Dana reklamasi keluar lebih cepat, bagus untuk pemulihan lingkungan.
  • Karyawan: Bisa pengaruhi bonus, tetapi tetap tingkatkan stabilitas perusahaan.

Secara keseluruhan, ini seimbang antara patuh hukum, kelola risiko, dan tanggung jawab sosial, meski bisa bentrok dengan tekanan untuk laba tinggi.

2. Sikap sebagai Akuntan Perusahaan terhadap Tekanan Investor Luar Negeri

Sebagai akuntan perusahaan, saya tolak tekanan investor untuk ganti kebijakan akuntansi biar laba naik. Saya ikut standar etika profesi, kayak Kode Etik IFAC atau IAI, yang tekankan integritas dan objektivitas.

  1. Cara tangani: Analisis risiko perubahan, jelasin alasannya ke investor, dan kalau perlu konsultasi auditor independen.
  2. Komunikasi kenapa konservatif penting, diberi saran disclosure tambahan untuk menjelaskan risiko.

Apakah mengikuti keinginan investor bertentangan dengan prinsip etika profesi akuntan?

Ya, bertentangan. Etika akuntan melarang manipulasi laporan untuk kepentingan pihak tertentu, biar informasi andal dan bebas bias. Ikut investor bisa dianggap earnings management, langgar standar kayak IAS 1 atau PSAK 1. Ini bisa membawa sanksi hukum atau reputasi, kayak skandal Enron.

 3. Pengaruh Ekonomi Politik pada Proses Penetapan Standar Akuntans .Proses membuat standar akuntansi sering dipengaruhi ekonomi politik, di mana kepentingan ekonomi, politik, dan sosial dari pemerintah, industri, atau lobi bentuk standar untuk memajukan agenda mereka. Di tingkat nasional:Pemerintah dan asosiasi industri pengaruhi standar untuk dukung pertumbuhan atau lindungi kepentingan. Di Indonesia, DSAK bikin standar tapi tekanan politik dari asosiasi tambang bisa bikin aturan longgar, kayak dalam kasus PT Lestari Mineral di mana standar keberlanjutan dirumuskan tapi dipengaruhi lobi industri. Di tingkat global:Organisasi seperti IASB dipengaruhi lobi perusahaan besar. Contoh: Dalam IFRS 9, bank dorong interpretasi kurang agresif untuk kerugian kredit selama krisis 2008. Investor asing di kasus ini mungkin mendorong IFRS agresif untuk biaya lingkungan, mirip industri minyak pengaruhi standar emisi. Contoh lain:

  1. Di AS, FASB dipengaruhi lobi korporat, seperti dalam stock options accounting di mana perusahaan teknologi dorong biaya rendah.
  2. Di Eropa, adopsi IFRS dipengaruhi politik integrasi, dengan negara seperti Jerman lindungi bank dari pengakuan kerugian agresif. Ekonomi politik membuat standar lebih kayak kompromi politik daripada teknis murni, sering utamain stabilitas ekonomi atau pemodal.

4. Perbandingan Pendekatan Standard-Setting Berbasis Prinsip (IFRS) dengan Pendekatan Berbasis Aturan (GAAP)

Perbandingan: Berbasis prinsip (IFRS): Fokus konsep umum seperti fairness dan prudence, berikan fleksibilitas untuk situasi spesifik. Dorong judgment profesional, tapi bisa inkonsisten. Berbasis aturan (GAAP):Detail dengan aturan spesifik, kurangin subjektivitas, tapi kaku dan kurang responsif ke inovasi.

Relevansi di Indonesia: IFRS lebih relevan. Indonesia menggunakan PSAK mirip IFRS sejak 2012, cocok untuk pasar berkembang dengan fleksibilitas untuk menangani kompleksitas bisnis seperti tambang. Dukung keberlanjutan tanpa aturan kaku yang bisa dihindari industri. Integrasi global tarik FDI, kurangi biaya compliance. GAAP kurang fleksibel untuk ekonomi politik Indonesia, di mana standar perlu sesuai regulasi lokal. IFRS dorong judgment profesional, sangat penting di negara dengan sumber daya akuntan terbatas. Tapi perlu enforcement kuat dan hindari abuse.

In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Rency Husna Adinda -
Nama: Rency Husna Adinda
Npm: 2413031082

1. PT Lestari Mineral menerapkan kebijakan akuntansi konservatif dengan tujuan menampilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan berhati-hati. Langkah ini diambil agar sejalan dengan ketentuan regulasi yang semakin ketat serta menjaga kepercayaan investor. Dampaknya, para pemangku kepentingan menilai perusahaan lebih dapat dipercaya karena laporan keuangan disusun secara realistis, meskipun laba tampak lebih rendah.
2. Jika dikaitkan dengan Positive Accounting Theory, tindakan PT Lestari Mineral paling relevan dengan Political Cost Hypothesis. Perusahaan cenderung menurunkan laba agar tidak menjadi sorotan publik, menghindari tekanan politik, serta meminimalkan beban pajak dan pengawasan pemerintah yang ketat terhadap industri pertambangan.
3. Penerapan standar akuntansi di Indonesia sangat dipengaruhi oleh dinamika ekonomi dan politik, seperti arah kebijakan pemerintah, perkembangan pasar modal, dan dorongan penyesuaian terhadap standar global. Hal ini menunjukkan bahwa standar akuntansi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga merupakan bagian dari strategi untuk menjaga kepercayaan investor dan stabilitas ekonomi nasional.
4. Pendekatan IFRS yang berbasis prinsip memberikan fleksibilitas bagi profesional akuntansi untuk menilai secara rasional, sedangkan GAAP yang berbasis aturan lebih terperinci dan kaku. Dalam konteks Indonesia, IFRS dianggap lebih sesuai karena PSAK telah mengadopsinya untuk menyesuaikan dengan praktik internasional dan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan di mata investor global.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Adinda Putri Zahra -
Nama ; Adinda Putri Zahra
NPM : 2413031083

1. PT Lestari Mineral, perusahaan penghasil nikel, memilih pendekatan akuntansi yang konservatif dalam mencatat biaya lingkungan jangka panjang yang berkaitan dengan reklamasi. Pendekatan ini didasarkan pada prinsip kehati-hatian dan dipengaruhi oleh berbagai alasan, salah satunya adalah pengelolaan risiko. Dalam sektor pertambangan, terdapat tingkat ketidakpastian yang tinggi mengenai biaya yang diperlukan untuk menutup tambang dan melakukan reklamasi. Dengan kebijakan konservatif, perusahaan berusaha untuk mempersiapkan kemungkinan terjadinya biaya yang lebih tinggi dan perubahan regulasi di masa depan. Mengakui kewajiban lebih awal atau dalam jumlah yang lebih besar dapat memastikan kesiapan finansial. Hal ini berdampak terhadap para pemangku kepentingan dengan kondisi laba bersih yang lebih rendah dalam waktu dekat. Karena biaya lingkungan, yang terkait dengan kewajiban reklamasi, diakui lebih awal dan/atau dalam jumlah lebih besar, beban biaya meningkat, yang menyebabkan laba bersih yang dilaporkan untuk periode berjalan menjadi lebih rendah.

2.Sebagai seorang akuntan di perusahaan, saya menolak untuk mengubah kebijakan menjadi lebih agresif kecuali jika ada bukti yang sah dan sesuai dengan standar. Tindakan ini mencakup evaluasi teknis, konsultasi yang netral, pengungkapan alternatif, dan peningkatan jika perlu. Mengikuti keinginan para investor bertentangan dengan etika profesi, yang meliputi integritas, objektivitas, profesionalisme, dan tanggung jawab terhadap publik—dan dapat berakibat pada sanksi hukum serta merusak reputasi.

3.Proses penetapan standar akuntansi biasanya lebih dipengaruhi oleh faktor ekonomi dan politik dibandingkan dengan objektivitas teknis. Dalam konteks ini, lobi perusahaan, asosiasi industri, pemerintah, dan kelompok kepentingan berperan dalam membentuk standar melalui konsultasi publik, negosiasi, dan tekanan demi kepentingan bisnis jangka pendek, bukannya mengutamakan transparansi atau keberlanjutan. Di tingkat nasional, lembaga seperti Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) atau IASB Indonesia menerima masukan dari asosiasi industri, contohnya Kamar Dagang dan Industri (KADIN), yang bisa memperlambat atau melemahkan standar PSAK untuk menghindari beban pada bisnis. Misalnya, proses penyusunan PSAK yang menekankan pada keberlanjutan dipengaruhi oleh tekanan politik dari asosiasi pertambangan, sehingga standar menjadi lebih longgar demi keuntungan perusahaan; hal ini mirip dengan bagaimana lobi minyak berpengaruh terhadap regulasi EPA di Amerika Serikat.

4.IFRS, yang berbasis prinsip, lebih fleksibel dan dapat beradaptasi dengan kompleksitas dalam dunia bisnis, sedangkan GAAP, yang berbasis aturan, terkesan lebih kaku dan konsisten. Di Indonesia, IFRS lebih relevan karena mendukung penyelarasan global, penyesuaian terhadap ekonomi yang beragam, serta agenda keberlanjutan—sesuai dengan PSAK yang menggabungkan prinsip IFRS dengan peraturan
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Salwa Trisia Anjani -
Salwa Trisia Anjani
2413031090
Kelas C

Jawab :
1. Perilaku manajemen PT Lestari Mineral

Manajemen memilih akuntansi konservatif karena ingin berhati-hati dan menunjukkan tanggung jawab terhadap lingkungan. Tujuannya agar laporan keuangan tidak melebih-lebihkan laba serta menghindari masalah hukum atau reputasi di masa depan.
Dampaknya:
• Investor lokal dan pemerintah menilai perusahaan transparan.
• Investor luar negeri bisa kecewa karena laba terlihat kecil.
• Masyarakat melihat perusahaan peduli lingkungan.



2. Sikap akuntan terhadap tekanan investor

Sebagai akuntan, kita harus tetap mengikuti standar dan etika profesi, bukan tekanan investor. Jika investor meminta pelaporan yang lebih “agresif” agar laba terlihat besar, itu bisa melanggar integritas dan objektivitas.
Akuntan wajib menjelaskan bahwa laporan harus sesuai PSAK/IFRS dan mencerminkan kondisi sebenarnya, bukan demi kepentingan pihak tertentu.



3. Pengaruh ekonomi politik dalam standar akuntansi

Standar akuntansi tidak hanya soal teknis, tapi juga dipengaruhi kepentingan ekonomi dan politik.
• Di Indonesia, industri bisa menekan pemerintah agar aturan tidak memberatkan mereka.
• Di tingkat global, IFRS dipengaruhi oleh negara-negara maju dan investor besar.
Contohnya, dalam kasus ini pemerintah ingin mendorong standar keberlanjutan, tapi ada tekanan dari asosiasi tambang dan investor luar negeri.


4. Perbandingan pendekatan standard-setting berbasis prinsip (seperti IFRS) dengan pendekatan berbasis aturan (seperti GAAP).

Pendekatan standar akuntansi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu berbasis prinsip seperti IFRS dan berbasis aturan seperti GAAP. Pendekatan berbasis prinsip (IFRS) memberikan panduan umum dan menuntut pertimbangan profesional dari akuntan dalam menilai setiap transaksi. Sistem ini bersifat lebih fleksibel dan mampu menyesuaikan diri dengan kondisi ekonomi yang berbeda-beda. Namun, kelemahannya adalah adanya potensi perbedaan interpretasi karena tidak semua situasi dijelaskan secara rinci.

Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan (GAAP) berisi panduan yang sangat detail dan spesifik untuk setiap situasi. Hal ini membuat penerapannya lebih pasti dan mudah diikuti, tetapi kurang fleksibel dalam menghadapi kasus yang kompleks atau tidak umum.

Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip (IFRS) dianggap lebih relevan. Hal ini karena Indonesia semakin terhubung dengan pasar global dan memerlukan standar yang diakui secara internasional. Selain itu, IFRS juga mendukung pelaporan yang lebih transparan dan mendorong penerapan nilai keberlanjutan yang sedang digalakkan pemerintah. Dengan demikian, IFRS lebih sesuai dengan kebutuhan pelaporan keuangan modern dan arah kebijakan ekonomi Indonesia saat ini.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Niabi Rahma Wati -
Nama: Niabi Rahma Wati
NPM: 2413031078

1. Analisis perilaku PT Lestari Mineral dan dampaknya
Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif, artinya mereka lebih memilih untuk berhati-hati dengan mengakui biaya lingkungan, seperti biaya pemulihan tambang lebih awal. Motivasi utamanya yaitu untuk mematuhi peraturan di Indonesia, menjaga citra Perusahaan sebagai Perusahaan yang bertanggung jawab terhadap lingkungan, dan menghindari risiko tuntutan hukum di masa depan.
Perilaku ini memiliki dampak yang cukup beragam bagi para pemangku kepentingan. Bagi investor yang ingin melihat laba tinggi dalam waktu yang singkat, laporan keuangan Perusahaan mungkin terlihat kurang menarik. Namun, bagi pemerintah dan masyarakat sekitar, langkah ini justru dinilai positif karena menunjukkan keseriusan perusahaan dalam mengelola lingkungan. Kreditor sebagai pemberi pinjaman juga merasa lebih aman karena perusahaan terlihat jujur tentang kewajiban masa depannya.

2. Menyikapi tekanan investor dan etika profesi
Sebagai akuntan perusahaan, saya akan menghadapi tekanan investor asing dengan bijak. Saya akan mempelajari apakah saran mereka untuk mengubah kebijakan memang memiliki dasar yang kuat menurut standar akuntansi internasional (IFRS). Keputusan apa pun harus didiskusikan dengan dewan direksi dan komite audit, serta diungkapkan dengan transparan kepada public.
Mengikuti keinginan investor hanya untuk menaikkan laba tanpa adanya alasan yang benar dan jelas, tentu saja melanggar etika profesi akuntan. Hal ini bertentangan dengan prinsip kejujuran (integritas) dan prinsip kehati-hatian. Namun, jika setelah dikaji perubahan kebijakan tersebut memang mencerminkan realita ekonomi perusahaan dan sesuai dengan IFRS, maka perubahan itu dapat dilakukan tanpa melanggar etika akuntan.

3. Pengaruh ekonomi politik dan standar akuntansi
Proses pembuatan standar akuntansi tidak terlepas dari pengaruh politik dan kepentingan ekonomi. Di tingkat nasional, seperti kasus PT Lestari Mineral, pemerintah Indonesia yang ingin membuat standar berkelanjutan pasti mendapat tekanan dari kelompok industry yang khawatir standar baru akan menambah biaya dan beban mereka. Contoh lainnya di level global, ketika industri asuransi di berbagai negara berhasil menunda penerapan standar akuntansi baru karena dinilai akan membuat laporan keuangan mereka terlihat buruk. Hal ini menunjukkan bahwa standar akuntansi bukan hanya sekedar soal teknis, tetapi juga hasil negosiasi dan tarik-ulur kekuatan antara berbagai pihak yang berkepentingan.

4. Perbandingan pendekatan dan relevansinya untuk Indonesia
Perbandingan antara pendekatan berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP AS) pada dasarnya adalah perbedaan filosofi. IFRS, dengan sifatnya yang principle-based, lebih mengedepankan substansi ekonomi di atas bentuk hukum. Pendekatan ini memberikan kebebasan profesional yang luas kepada manajemen dan akuntan untuk menerapkan standar sesuai dengan inti dari suatu transaksi, yang membutuhkan judgment yang tinggi dan berorientasi pada penyajian wajar. Sebaliknya, pendekatan berbasis aturan (GAAP AS) menyediakan petunjuk yang sangat rinci dan spesifik untuk hamper setiap skenarionya, tujuannya yaitu untuk memastikan konsistensi dan mengurangi ruang untuk interpretasi, meskipun memiliki risiko pada permainan aturan, Dimana perusahaan mematuhi hukum tetapi melanggar semangatnya.
Di Indonesia, pendekatan berbasis prinsip seperti dalam IFRS lebih relevan untuk diterapkan. Hal ini dikarenakan beberapa alasan seperti, ekonomi Indonesia yang dinamis dan didominasi oleh UMKM serta industry sumber daya alam yang kompleks contohnya nikel dalam kasus PT Lestari, membutuhkan fleksibilitas untuk dapat melaporkan beragam transaksi sesuai dengan substansinya, bukan hanya sekedar mencari aturan yang cocok saja. Kemudian, adopsi IFRS membantu meningkatkan daya banding laporan keuangan perusahaan Indonesia di kancah global, sehingga menarik lebih banyak investor asing. Tetapi, tantangan terbesarnya adalah kebutuhan akan profesionalisme dan integritas yang tinggi dari akuntan dan manajemen untuk menggunakan kebebasan judgement ini secara bertanggung jawab. Sebab itu, pendekatan ini dianggap lebih cocok untuk kemajuan jangka panjang Indonesia, dengan diiringi penguatan etika profesi, pendidikan berkelanjutan, dan pengawasan yang efektif dari Lembaga seperti IAI dan OJK.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Muhammad Fawwaz -
Nama = Muhammad Khalil Fawwaz
NPM = 2413031085
Kelas = 2024 C

1. Keinginan untuk menjaga integritas laporan keuangan, menghindari konsekuensi hukum dan peraturan, serta menciptakan kepercayaan jangka panjang dengan para pemangku kepentingan lokal, termasuk pemerintah, dapat mendorong tindakan manajemen PT Lestari Mineral dalam menetapkan kebijakan akuntansi yang konservatif. Pendekatan konservatif ini mencerminkan prinsip-prinsip etika yang menekankan keadilan dan keterbukaan dalam mengakui beban lingkungan. Akibatnya, para pemangku kepentingan seperti pemerintah dan masyarakat memperoleh kepastian tentang tanggung jawab sosial perusahaan, sementara investor dari luar negeri yang mengharapkan keuntungan lebih besar dapat merasa tidak puas atau mendorong bisnis untuk mengubah kebijakan akuntansinya.

2. Memiliki sikap etis yang sangat menghargai kebenaran dan keadilan dalam laporan keuangan sangat penting bagi seorang akuntan perusahaan. Investasi asing untuk menerapkan cara akuntansi yang lebih berani harus ditanggapi dengan pertimbangan profesional dan etika, yaitu tidak memenuhi permintaan yang dapat menyesatkan atau mengurangi transparansi laporan. Mematuhi permintaan tersebut dapat dianggap sebagai pelanggaran etika profesi akuntansi jika bertentangan dengan prinsip-prinsip objektivitas dan integritas.

3. Aspek politik ekonomi sangat memengaruhi proses penetapan standar akuntansi karena mencakup negosiasi berbagai kepentingan, baik lokal maupun global. Di tingkat nasional, pengaruh politik kelompok industri dapat mengarahkan pengembangan aturan akuntansi agar selaras dengan nilai-nilai keberlanjutan dan keterbukaan sosial. Standar seperti IFRS mencerminkan perjanjian internasional yang mungkin tidak sepenuhnya sesuai dengan persyaratan lokal. Standar nasional dikembangkan dengan pengaruh politik yang cukup besar di sini, sementara investor asing lebih gencar mengadvokasi adopsi IFRS.

4. Meskipun pendekatan berbasis aturan (seperti GAAP) lebih rinci dan normatif, pendekatan dalam menetapkan prinsip (seperti IFRS) menekankan fleksibilitas dan pertimbangan profesional dalam laporan keuangan. Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih tepat karena memungkinkan adaptasi terhadap keadaan lokal yang terus berkembang dan mendukung upaya pemerintah untuk mencapai keberlanjutan, meskipun harus didukung oleh standar etika dan pengawasan yang kuat untuk mencegah penyalahgunaan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Lola Egidiya -
Nama : Lola Egidiya
NPM : 2413031087
Kelas : 24C

1. Manajemen PT Lestari Mineral menerapkan konservatisme akuntansi dengan mengakui biaya reklamasi (biaya lingkungan) lebih awal, sehingga laba terlihat lebih rendah. Motivasinya adalah kehati-hatian (prudence) untuk mengurangi risiko tuntutan atau denda di masa depan dan legitimasi sosial untuk menunjukkan tanggung jawab lingkungan kepada regulator dan masyarakat. Dampaknya adalah: bagi investor laba terlihat kecil (negatif), sementara bagi regulator dan komunitas timbul kepercayaan karena dana lingkungan dianggap sudah disisihkan dengan memadai (positif).

2.Sebagai akuntan, saya akan mempertahankan kebijakan konservatif selama itu sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku (PSAK/IFRS) dan merefleksikan substansi ekonomi yang paling realistis. Mengikuti keinginan investor untuk mengubah kebijakan menjadi lebih agresif agar laba lebih tinggi bertentangan dengan prinsip etika, terutama Objektivitas dan Integritas. Akuntan dilarang membiarkan bias atau tekanan memengaruhi pertimbangan profesional hanya untuk memuaskan satu pihak. Tujuannya adalah menyajikan laporan yang jujur dan tidak menyesatkan.

3. Ekonomi politik standard-setting adalah proses di mana penetapan standar akuntansi dipengaruhi oleh tarik-menarik kekuatan lobi dari berbagai kelompok kepentingan, bukan murni teknis.Tingkat Nasional (Kasus PT Lestari): Standar keberlanjutan yang dirumuskan pemerintah dipengaruhi oleh tekanan politik asosiasi industri tambang yang melobi agar aturan pengakuan biaya lingkungan tidak terlalu ketat, sehingga tidak membebani laba dan daya saing mereka.Tingkat Global: Ketika standar IFRS baru dibuat, negara-negara besar (misalnya, Uni Eropa atau AS) melobi agar standar tersebut selaras dengan kepentingan pasar modal atau industri keuangan mereka (contohnya, lobi dari bank saat merumuskan standar instrumen keuangan).

4. Dalam konteks Indonesia, pendekatan standard-setting berbasis prinsip (IFRS) yang diterapkan melalui Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) lebih relevan. Alasannya adalah:
a. Sesuai dengan Globalisasi Pasar Modal: Indonesia adalah bagian dari pasar modal global. Adopsi IFRS memastikan laporan keuangan perusahaan Indonesia dapat dibandingkan (comparable) secara internasional, yang penting untuk menarik investasi asing seperti kasus investor luar negeri PT Lestari Mineral.

b. Mendorong Pertimbangan Profesional: Dalam lingkungan bisnis yang kompleks dan cepat berubah, seperti industri pertambangan nikel, akuntan membutuhkan fleksibilitas untuk menerapkan prinsip-prinsip akuntansi pada transaksi baru. Pendekatan berbasis prinsip mendorong akuntan untuk menggunakan pertimbangan profesional dan etika yang tinggi (seperti yang dituntut dalam kasus kebijakan konservatif PT Lestari Mineral), daripada sekadar mencari celah dalam aturan (yang sering terjadi pada rules-based).

c. Mengakomodasi Isu Kompleks: Isu biaya lingkungan dan keberlanjutan seringkali melibatkan estimasi dan ketidakpastian yang tinggi. Standar berbasis prinsip lebih mampu mengakomodasi sifat kompleks dan berorientasi masa depan dari isu-isu ini, mendorong akuntan untuk berfokus pada substansi ekonomi daripada bentuk hukum yang kaku.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Siti haryanti 2413031094 -
Nama : Siti Haryanti
Npm : 2413031094


1) Analisis perilaku manajemen dalam memilih kebijakan akuntansi konservatif

Manajemen PT Lestari Mineral cenderung memilih pendekatan konservatif karena mereka ingin mengendalikan risiko jangka panjang, terutama terkait biaya reklamasi tambang yang nilainya besar dan sensitif secara regulasi. Pendekatan konservatif dianggap lebih aman karena mencegah perusahaan terlihat meremehkan kewajiban lingkungan di masa depan. Selain itu, sikap ini menyampaikan sinyal ke regulator, masyarakat, dan investor jangka panjang bahwa perusahaan berkomitmen pada praktik pelaporan yang hati-hati dan bertanggung jawab.

Dampaknya ke stakeholders cukup beragam. Investor mungkin melihat laba berjalan lebih rendah, tapi juga menilai perusahaan punya risiko yang lebih terkendali. Regulator dan masyarakat cenderung lebih tenang karena perusahaan tampak serius menyisihkan dana untuk pemulihan lingkungan. Kreditur pun melihat posisi perusahaan lebih kredibel karena tidak menunda pengakuan kewajiban penting.

2) Sikap akuntan terhadap tekanan investor luar negeri

Kalau berada di posisi akuntan, perubahan kebijakan akuntansi nggak bisa semata-mata mengikuti permintaan investor. Setiap perubahan harus punya dasar profesional, rasional, dan sesuai standar. Tekanan investor boleh dipertimbangkan, tapi keputusan tetap harus berlandaskan analisis objektif mengenai asumsi biaya, risiko, dan aturan IFRS yang berlaku.

Mengikuti keinginan investor bisa menjadi masalah etika kalau tujuannya menaikkan laba secara artifisial atau mengabaikan bukti yang menunjukkan kewajiban lingkungan seharusnya diakui lebih besar. Prinsip integritas dan objektivitas dalam etika profesi akuntan mewajibkan akuntan menolak tekanan yang bisa merusak penilaian profesional. Jadi, perubahan boleh saja dilakukan, tapi hanya bila secara teknis memang benar, bukan karena dorongan pihak luar.

3) Pengaruh ekonomi politik dalam penetapan standar akuntansi

Proses pembuatan standar akuntansi sering kali dipengaruhi kepentingan ekonomi dan politik, bukan hanya pertimbangan teknis. Industri, organisasi bisnis, regulator, bahkan investor global punya kepentingan masing-masing yang mereka dorong melalui lobi, komentar resmi, atau tekanan politik.

Dalam kasus PT Lestari Mineral, asosiasi industri tambang dapat menekan pemerintah agar standar nasional tidak terlalu menuntut pengakuan kewajiban lingkungan yang besar. Di level internasional, investor luar negeri turut membentuk arah standar IFRS melalui masukan ke IASB, terutama terkait transparansi dan keberlanjutan. Realitas serupa juga terjadi di negara lain, misalnya ketika sektor perbankan sering melobi perubahan standar terkait pencadangan kerugian kredit.

4) Perbandingan pendekatan prinsip-based dan rule-based, serta relevansinya untuk Indonesia

IFRS yang berbasis prinsip memberi fleksibilitas dalam penerapan dan memungkinkan perusahaan menyesuaikan pelaporan dengan kondisi ekonomi substansial. Ini lebih cocok untuk isu-isu modern seperti keberlanjutan dan kewajiban lingkungan yang memang butuh penilaian profesional.

Sebaliknya, sistem rule-based seperti GAAP lebih rinci dan ketat, tapi kadang terlalu kaku dan kurang cepat mengikuti perkembangan isu baru.

Dalam konteks Indonesia, pendekatan berbasis prinsip lebih relevan karena sejalan dengan konvergensi IFRS yang sudah berjalan dan lebih adaptif terhadap karakter industri ekstraktif seperti pertambangan. Namun fleksibilitas ini harus ditopang pedoman implementasi yang jelas serta pengawasan yang kuat agar tidak disalahgunakan.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Erlita Pakpahan -
Nama : Erlita pakpahan
NPM : 2413031077
Kelas : c

1. Manajemen PT Lestari Mineral memilih kebijakan akuntansi konservatif itu untuk mengakui kewajiban reklamasi lebih awal, didorong oleh prinsip kehati-hatian (kehati-hatian) dan kebutuhan untuk memitigasi regulasi risiko dan reputasi lingkungan. Dampaknya, meskipun laba jangka pendek dilaporkan lebih rendah, hal itu memberikan informasi yang lebih andal dan transparan mengenai risiko lingkungan kepada para pemangku kepentingan, termasuk investor dan regulator.

2. Tekanan Investor dan Etika Profesi
​Sebagai akuntan, saya akan menolak tekanan investor untuk mengubah kebijakan semata-mata demi menaikkan laba, kecuali jika perubahan tersebut didukung oleh interpretasi IFRS yang secara profesional dinilai lebih mewakili substansi ekonomi. Mengikuti keinginan investor tanpa dasar yang kuat akan melanggar prinsip etika profesi, terutama Objektivitas dan Integritas, karena mengorbankan presentasi yang jujur ​​demi kepentingan finansial tertentu.

3. Pengaruh Ekonomi Politik
Proses penetapan standar akuntansi secara inheren dipengaruhi oleh ekonomi politik. Dalam kasus ini, asosiasi industri nasional melobi pemerintah untuk melonggarkan standar kemiskinan, sementara investor global menekan praktik akuntansi lokal (PT Lestari) melalui kekuatan pasar modal mereka. Hal ini membuktikan bahwa standar adalah hasil kompromi antara tuntutan kualitas informasi dan tekanan kepentingan ekonomi dari berbagai pihak.

4. Indonesia yang mengadopsi Pendekatan Berbasis Prinsip (IFRS/PSAK) adalah hal yang tepat dan relevan. Pendekatan ini, meskipun menuntut pertimbangan profesional yang tinggi, memberikan komparabilitas global yang penting bagi investor asing dan mendorong akuntan untuk fokus pada substansi ekonomi transaksi (bukan hanya bentuk), yang penting dalam mencatat transaksi kompleks seperti biaya reklamasi jangka panjang.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Esa Azalia Zahra -
Nama: Esa Azalia Zahra
NPM: 2413031084
Kelas: 24 C

1. Motivasi dan Pengaruh Kebijakan Akuntansi Konservatif
Pilihan manajemen PT Lestari Mineral untuk menerapkan kebijakan akuntansi yang konservatif terkait dengan biaya reklamasi tambang termotivasi pada prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko. Dalam sektor yang peka terhadap lingkungan seperti pertambangan nikel, pendekatan konservatif yaitu mengakui kewajiban lingkungan jangka panjang lebih awal atau lebih besar berfungsi sebagai perlindungan terhadap ketidakpastian dalam regulasi dan potensi risiko di masa mendatang. Konsekuensinya beragam: bagi kreditur dan pengawas, hal ini menciptakan kesan keamanan finansial karena semua kewajiban diakui secara menyeluruh, sementara bagi investor asing yang menaruh perhatian pada keuntungan jangka pendek, kebijakan ini memberikan dampak negatif berupa laba yang tercatat lebih rendah, yang kemudian mendorong dorongan untuk beralih kepada metode akuntansi yang lebih agresif.

2. Etika Profesi Dalam Menghadapi Tekanan dari Investor
Sebagai seorang akuntan perusahaan, penting untuk menghadapi tekanan dari investor asing dengan tetap mengedepankan integritas dan objektivitas profesional. Menuruti keinginan investor untuk mengubah kebijakan akuntansi dengan tujuan mencapai keuntungan yang lebih tinggi dapat dengan mudah bertentangan dengan prinsip etika dalam profesi akuntansi. Pelanggaran terbesar terjadi pada prinsip Objektivitas, karena keputusan akuntansi akan didasarkan pada apa yang diinginkan oleh pihak luar (investor) ketimbang pertimbangan profesional mengenai substansi ekonomi dari transaksi dan standar akuntansi yang diterapkan (SAK yang mengadopsi IFRS). Akuntan harus menolak segala bentuk tekanan yang dapat mengubah laporan keuangan hingga tidak mencerminkan pandangan yang sebenarnya terhadap kewajiban reklamasi.

3. Ekonomi Politik Dalam Penetapan Standar Akuntansi
Proses penciptaan standar akuntansi pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor ekonomi politik, di mana berbagai kelompok berkepentingan berusaha memengaruhi regulasi demi meningkatkan kesejahteraan atau mengurangi biaya. Dalam konteks PT Lestari Mineral, fenomena ini terjadi di level nasional ketika asosiasi industri menekan pihak-pihak berwenang untuk memastikan bahwa standar akuntansi baru yang berorientasi pada keberlanjutan tidak terlalu ketat, terutama dalam hal pengakuan kewajiban lingkungan. Lobi ini bertujuan untuk menghasilkan standar yang memungkinkan laba yang lebih tinggi serta mengurangi beban bagi perusahaan-perusahaan tambang. Di tingkat internasional, contoh yang jelas adalah krisis keuangan 2008, ketika bank dan institusi keuangan melobi badan standar (seperti FASB) untuk melonggarkan kebijakan Akuntansi Nilai Wajar, karena penerapan ketat aturan tersebut dapat memaksa mereka untuk mencatat penurunan nilai aset yang signifikan, yang berpotensi mengarah ke kegagalan sistemik.

4. Perbandingan Pendekatan Penetapan Standar dan Relevansinya di Indonesia
Terdapat dua pendekatan utama dalam pembuatan standar, yaitu berbasis prinsip (IFRS) dan berbasis aturan (GAAP AS). IFRS menekankan pada konsep dan prinsip, yang membutuhkan pertimbangan profesional yang substansial, sedangkan GAAP AS menawarkan aturan yang terperinci untuk setiap situasi yang muncul. Dalam konteks Indonesia, pendekatan yang berbasis prinsip (IFRS) lebih sesuai dan telah diimplementasikan melalui penerapan SAK. Alasan relevansi ini berasal dari tiga poin: pertama, IFRS mempromosikan kualitas laporan dengan menuntut akuntan untuk fokus pada substansi ekonomi (seperti realitas kewajiban reklamasi); kedua, pendekatan ini memberikan fleksibilitas yang diperlukan untuk mencerminkan transaksi yang kompleks di pasar yang sedang berkembang; dan ketiga, IFRS mendukung harmonisasi global, yang sangat penting bagi perusahaan seperti PT Lestari Mineral agar dapat diakui serta diakses oleh investor internasional.
In reply to First post

Re: CASE STUDY

by Ratih Apriyani -
Nama: Ratih Apriyani
NPM: 2413031073

1. PT Lestari Mineral memakai kebijakan akuntansi konservatif sebagai langkah hati-hati menghadapi risiko biaya reklamasi yang besar dan tidak pasti. Kebijakan ini menunjukkan tanggung jawab sosial dan kepedulian lingkungan, yang positif bagi pemerintah dan masyarakat, tetapi bisa kurang disukai investor yang mengharapkan laba cepat.
2. Sebagai akuntan, saya akan menjaga etika profesional dengan menolak tekanan untuk mengubah kebijakan demi laba semu. Perubahan harus berdasarkan standar akuntansi dan transparan agar tetap jujur dan melindungi kepentingan semua pihak.
3. Standar akuntansi dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi-politik dari berbagai kelompok. Proses penyusunan standar harus terbuka, melibatkan banyak pihak, dan independen agar adil dan terpercaya.
4. IFRS (berbasis prinsip) lebih fleksibel dibanding GAAP (berbasis aturan) dan lebih cocok untuk Indonesia yang kondisi sosial ekonominya beragam. Namun, penerapan harus didukung kompetensi dan pengawasan agar tidak disalahgunakan.