CASE STUDY

CASE STUDY

Jumlah balasan: 14

PT Karya Sentosa adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia sejak tahun 2016. Dalam laporan keuangan tahunan 2022, perusahaan mencatatkan lonjakan laba bersih sebesar 45% dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, beberapa analis pasar mulai meragukan keberlanjutan performa tersebut karena terdapat sinyal-sinyal tidak biasa, seperti:

  • Kenaikan signifikan pada akun piutang usaha.
  • Penurunan cadangan kerugian piutang.
  • Peningkatan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas operasi.

Seorang analis independen melakukan review dan menyimpulkan bahwa kemungkinan telah terjadi praktik earnings management dengan pendekatan accrual-based.

Sebagai mahasiswa akuntansi tingkat lanjut, Anda diminta untuk:

 Diminta:

  1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa. Jelaskan indikator-indikator yang mendukung dugaan tersebut.
  2. Bandingkan dua jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir) yang membahas topik earnings management. Soroti perbedaan pendekatan, metodologi, dan temuan utama dari kedua studi tersebut.
  3. Evaluasi secara kritis: apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif? Berikan argumentasi dengan dukungan teori dan bukti empiris dari literatur.
  4. Buatlah kesimpulan dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam menyikapi indikasi earnings management.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Ni Made Dwi Agustini -
Nama : Ni Made Dwi Agustini
Npm : 241303108
Kelas : 24 C

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
Dalam kasus PT Karya Sentosa, terdapat beberapa sinyal yang secara akuntansi mengarah pada dugaan praktik accrual-based earnings management. Lonjakan laba bersih sebesar 45% terlihat tidak sejalan dengan kualitas angka pendukungnya. Kenaikan signifikan pada piutang usaha menandakan bahwa peningkatan pendapatan kemungkinan besar berasal dari penjualan kredit yang agresif, bukan aktivitas ekonomi yang menghasilkan arus kas nyata. Penurunan cadangan kerugian piutang juga mengindikasikan adanya “pelunakan” estimasi untuk memperbesar laba, karena penurunan allowance akan secara langsung menambahkan laba bersih. Selain itu, pendapatan yang meningkat tanpa diikuti arus kas operasi yang memadai menandakan adanya pemisahan antara profit dan cash flow, sebuah pola klasik dari manajemen laba berbasis akrual. Secara keseluruhan, kombinasi tiga indikator tersebut menunjukkan bahwa perusahaan berpotensi mengatur waktu pengakuan pendapatan dan menggunakan estimasi akuntansi untuk memperbaiki tampilan laporan laba, meskipun tidak ada bukti langsung tindakan ilegal.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah terkait earnings management (5 tahun terakhir)
Jurnal pertama menunjukkan bahwa manajemen laba berbasis akrual banyak terdeteksi melalui discretionary accruals yang diukur menggunakan model seperti Modified Jones atau Kothari. Studi ini menekankan bahwa perusahaan dengan tekanan kinerja atau insentif bonus lebih cenderung memanipulasi laba melalui akrual. Pendekatannya bersifat kuantitatif dan berfokus pada pengukuran teknis angka akuntansi. Sebaliknya, jurnal kedua mengambil perspektif berbeda dengan meneliti konteks kelembagaan dan konsekuensi ekonomi dari earnings management, khususnya pada perusahaan yang menjadi target merger dan akuisisi. Studi ini menemukan bahwa manajemen laba dapat menyebabkan kegagalan transaksi karena pihak pembeli mampu mendeteksi kualitas laba yang rendah. Perbedaan keduanya terletak pada metodologi: yang pertama murni kuantitatif berbasis model akuntansi, sedangkan yang kedua menggabungkan pendekatan kuantitatif dengan analisis institusi lintas negara. Temuan utama juga berbeda: jurnal pertama menekankan keberadaan praktik, jurnal kedua menyoroti dampaknya.

3. Evaluasi kritis: apakah earnings management selalu negatif?
Manajemen laba tidak selalu bersifat negatif, meskipun sering diasosiasikan dengan tindakan oportunistik. Dalam beberapa teori, earnings management dilihat sebagai alat yang dapat membantu manajemen menyampaikan sinyal tentang prospek perusahaan yang sebenarnya lebih baik daripada apa yang tercermin dalam laporan akuntansi yang kaku. Praktik seperti smoothing pendapatan dapat membantu menciptakan stabilitas laba sehingga mempermudah hubungan dengan kreditur atau investor. Namun, sebagian besar literatur tetap menegaskan bahwa risiko distorsi informasi lebih dominan dibanding manfaatnya. Praktik yang dilakukan secara berlebihan dapat menurunkan kualitas laba, melemahkan kepercayaan pasar, bahkan memicu kegagalan transaksi seperti ditunjukkan dalam riset tentang merger dan akuisisi. Dengan demikian, earnings management perlu dipahami secara kontekstual: tidak otomatis buruk, tetapi rawan menimbulkan konsekuensi negatif bila dilakukan hanya untuk memperindah kinerja jangka pendek.

4. Kesimpulan dan rekomendasi bagi stakeholder
Indikasi yang muncul dari laporan keuangan PT Karya Sentosa mengarah pada potensi manajemen laba berbasis akrual, terutama pada area piutang dan estimasi kerugian piutang. Stakeholder perlu merespons dengan langkah yang terukur. Auditor dan komite audit sebaiknya memperdalam pengujian atas cut-off penjualan, kebijakan kredit, dan kewajaran cadangan kerugian piutang. Investor dan kreditur perlu memperhatikan rasio kualitas laba seperti perbandingan laba bersih dengan arus kas operasi untuk menilai apakah kinerja perusahaan benar-benar berkelanjutan. Bagi manajemen sendiri, rekomendasi terbaik adalah meningkatkan transparansi, memperkuat pengungkapan asumsi estimasi, dan mengalihkan orientasi kinerja dari sekadar mengejar angka laba ke perbaikan arus kas dan kualitas pendapatan. Dengan pendekatan ini, perusahaan dapat mengurangi risiko reputasi sekaligus memperbaiki integritas pelaporan keuangan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Niabi Rahma Wati -
Nama: Niabi Rahma Wati
NPM: 2413031078

1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa dan indikator pendukungnya
Kenaikan laba sebesar 45% PT Karya Sentosa terbilang sangat besar, patut dipertanyakan karena didukung oleh sinyal-sinyal yang tidak biasa. Pertama, adanya kenaikan piutang usaha yang signifikan. Hal ini dianggap biasa berarti perusahaan mencatat penjualan secara agresif, bahkan mungkin mencatat penjualan yang belum dibayar atau yang fiktif, sehingga laba dan piutang sama-sama melonjak. Kedua, penurunan Cadangan kerugian piutang sangat mencurigai. Cadangan yang dimaksud ini seperti uang siap untuk menutupi jika ada piutang yang tidak dibayar. Logikanya, jika piutang bertambah banyak, cadangan juga harus bertambah. Menurunkannya justru akan membuat laba terlihat lebih besar dan ini bertentangan dengan prinsip kehati-hatian. Ketiga, laba yang naik ternyata tidak diikuti dengan kenaikan uang tunai dari operasional. Artinya, laba yang dicatat di kertas belum tentu menjadi uang sungguhan yang masuk ke kas perusahaan. Ketiga hal ini sangat mengindikasikan bahwa perusahaan sedang membesar-besarkan labanya.

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah mengenai Earnings Management
Jurnal 1 mengenai pengaruh kualitas audit terhadap earnings management pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) (Ayuputri dkk., 2023) dan jurnal kedua mengenai, pengaruh good corporate governance dan firm size terhadap earnings management pada perusahaan food dan beverage yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) Indonesia di masa pandemi covid 19 (Tiong & Sumari, 2022). Dari jurnal pertama (Ayuputri dkk., 2023) menggunakan pendekatan teori keagenan yang berfokus pada peran faktor eksternal, yaitu kualitas audit, sebagai mekanisme untuk mengawasi manajemen dan melindungi kepentingan pemegang saham. Sementara itu, jurnal kedua menggunakan pendekatan stakeholder dan sinyal yang menekankan pentingnya faktor internal perusahaan, yaitu Good Corporate Governance (GCG), untuk memastikan akuntabilitas dan memberikan sinyal positif kepada seluruh pemangku kepentingan.
Metodologi yang digunakan dalam jurnal tersebut yaitu, dari jurnal pertama menganalisis sampel yang lebih besar dan luar sekitar 366 observasi dari berbagai sektor manufaktur selama periode normal (2017-2019). Sebaliknya, jurnal kedua berfokus pada sampel yang lebih kecil dan spesifik, hanya 30 observasi dari satu sektor makanan dan minuman dimasa pandemi covid-19 (2018-2020). Temuan utama dari kedua jurnal ini justru bertolak belakang. Jurnal pertama secara mengejutkan menyimpulkan bahwa kualitas audit seperti KAP Big 4 dan auditor spesialis dinilai tidak efektif dalam menekankan earnings management. Bahkan, auditor berkualitas tinggi justru dikaitkan dengan tingkat rekayasa laba yang lebih tinggi, diduga karena manajemen menggunakan Teknik yang lebih canggih dan sulit dideteksi. Disisi lain, jurnal kedua menemukan bahwa mekanisme Good Corporate Governance dan ukuran perusahaan (firm size) terbukti efektif secara signifikan dalam mengurangi praktik earnings management, berkat pengawasan internal yang lebih ketat dan tingginya perhatian stakeholder terhadap perusahaan besar.

3. Apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif
Menurut saya praktik earnings management tidak selalu bersifat negatif. Tindakan mengatur laba bisa bermotif buruk dan baik. Motif buruk dapat terjadi ketika manajer melakukannya untuk kepentingan pribadi, seperti agar mendapat bonus besar atau menipu investor. Inilah yang diduga terjadi pada PT Karya Sentosa. Namun, ada juga motif yang dapat diterima. Contohnya, perusahaan yang labanya naik-turun secara drastic mungkin sengaja “meratakan” labanya agar terlihat stabil dan tidak menakut-nakuti investor. Tindakan ini biasanya disebut income smoothing. Contoh lainnya, perusahaan mungkin sedikit membesarkan laba untuk memberikan sinyal kepada pasar bahwa masa depannya cerah, atau untuk menghindari pelanggaran perjanjian pinjaman dengan bank. Jadi, yang membedakan baik buruknya adalah niat dibalik tindakan yang dilakukan perusahaan tersebut.

4. Kesimpulan dan rekomendasi
Berdasarkan analisis, kinerja PT Karya Sentosa yang ditunjukkan oleh lonjakan laba sebesar 45% diduga sangat kuat merupakan hasil dari rekayasa akuntansi (earnings management) dan bukanlah cerminan fundamental operasional perusahaan yang sehat. Hal ini ditunjukkan oleh tiga indicator yaitu lonjakan piutang usaha yang tidak wajar, penurunan cadangan kerugian piutang yang bertentangan dengan prinsip kehati-hatian, dan kesenjangan besar antara laba yang tinggi dengan arus kas operasi yang rendah. Kemudian hal ini diperkuat dengan temuan dari jurnal ilmiah, yang ditunjukkan oleh Putriayu dkk. (2023) mengenai reputasi auditor eksternal seperti KAP Big 4 yang tidak menjamin dapat mencegah praktik earnings management yang canggih. Dalam konteks PT Karya Sentosa, hal ini menjelaskan bahwa meskipun diaudit oleh KAP bereputasi, manajemen tetap dapat melakukan rekayasa laba. Di sisi lain, jurnal kedua mengonfirmasi bahwa akar masalahnya kemungkinan terletak pada lemahnya pengawasan internal dan tata kelola perusahaan (Good Corporate Governance). Oleh karena itu, kelemahan dalam fungsi dewan komisaris dan komite audit diduga menjadi celah yang menunjukkan manajemen melakukan manipulasi laporan keuangan.
Untuk menyikapi hal tersebut, para pemangku kepentingan perlu bertindak dengan bijak. Bagi investor dan analis, jangan mudah percaya terhadap laba yang tinggi. Jika di perlukan periksa laporan arus kas dan bandingkan dengan laba bersih, jika arus kasnya jelek, itu tanda bahaya. Bagi dewan komisaris, mereka seharusnya mempertanyakan dan mengevaluasi kebijakan manajemen, terutama soal piutang dan cadangannya serta memperkuat pengawasan internal. Dan bagi OJK, sebaiknya melakukan pemeriksaan lebih mendalam untuk memastikan tidak ada praktik yang menyesatkan. Dapat dikatakan Solusi terbaik bukan hanya bergantung pada auditor luar, tetapi juga lebih pada memperkuat pengawasan dan tata kelola di dalam perusahaan sendiri agar laporan keuangan yang dihasilkan jujur dan dapat di percaya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Nadiya Adila -
Nama : Nadiya Adila
Npm : 2413031079

1. Praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa dapat dianalisis melalui indikator-indikator yang menunjukkan kemungkinan manipulasi akuntansi berbasis accrual. Lonjakan laba bersih sebesar 45% yang tidak diikuti oleh kenaikan arus kas operasi menjadi sinyal utama, karena laba yang tidak didukung kas nyata berpotensi berasal dari rekayasa akuntansi. Kenaikan signifikan pada piutang usaha menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mencatat penjualan lebih besar dari realisasi kas, sementara penurunan cadangan kerugian piutang dapat mengindikasikan manajemen sengaja mengurangi beban untuk meningkatkan laba bersih secara artifisial. Indikator-indikator ini secara bersamaan mendukung dugaan bahwa perusahaan melakukan earnings management dengan pendekatan accrual-based, yang bertujuan memanipulasi laporan keuangan agar terlihat lebih menguntungkan bagi pemangku kepentingan eksternal.

2. Dua jurnal ilmiah terkini yang membahas earnings management menunjukkan perbedaan pendekatan dan temuan utama. Jurnal pertama menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis regresi untuk mengukur hubungan antara struktur modal dan praktik earnings management di perusahaan manufaktur Indonesia. Hasilnya menunjukkan bahwa perusahaan dengan leverage tinggi cenderung melakukan manipulasi accrual untuk memenuhi target laba. Sementara itu, jurnal kedua mengadopsi pendekatan kualitatif berbasis studi kasus dan wawancara mendalam pada perusahaan publik di Asia Tenggara. Penelitian ini menemukan bahwa tekanan pasar dan target laba menjadi motivasi utama manajemen melakukan earnings management, serta menyoroti pentingnya aspek governance dan etika dalam praktik akuntansi. Perbedaan utama terletak pada metode penelitian dan fokus analisis, di mana jurnal pertama lebih teknis dan empiris, sedangkan jurnal kedua lebih eksploratif dan kontekstual.

3. Praktik earnings management tidak selalu bersifat negatif, meskipun sering dikaitkan dengan manipulasi laporan keuangan. Dalam beberapa kasus, earnings management dapat digunakan untuk smoothing laba agar laporan keuangan lebih stabil dan mencerminkan kinerja jangka panjang perusahaan, sehingga membantu investor dan pemilik dalam pengambilan keputusan. Teori signaling dan positive accounting theory menjelaskan bahwa manajemen kadang melakukan earnings management sebagai respons rasional terhadap tekanan eksternal dan insentif, bukan semata-mata untuk menipu. Namun, jika dilakukan secara berlebihan atau tidak transparan, praktik ini dapat merusak kredibilitas laporan keuangan, merugikan pemangku kepentingan, dan melanggar standar akuntansi. Oleh karena itu, earnings management harus dinilai secara kontekstual, dengan mempertimbangkan motivasi, transparansi, dan dampaknya terhadap kualitas informasi akuntansi.

4. Kesimpulan dari analisis ini adalah bahwa indikasi earnings management pada PT Karya Sentosa perlu diwaspadai dan ditindaklanjuti dengan investigasi lebih mendalam, terutama terhadap pos-pos piutang dan cadangan kerugian. Stakeholder perusahaan, termasuk investor, regulator, dan dewan komisaris, sebaiknya mendorong transparansi dan pengungkapan yang lebih lengkap atas kebijakan akuntansi yang digunakan. Perusahaan juga perlu memperkuat tata kelola dan sistem pengendalian internal untuk mencegah praktik manipulasi laporan keuangan. Investor disarankan untuk tidak hanya mengandalkan laba bersih, tetapi juga memperhatikan arus kas dan kualitas informasi lainnya. Regulator perlu memastikan penegakan aturan pelaporan keuangan yang ketat agar integritas pasar modal tetap terjaga.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Natasya Natasya -
Nama: Natasya
NPM: 2413031081
Kelas: 2024 C

1. Dugaan praktik manajemen laba di PT Karya Sentosa sangat mungkin terjadi dan indikator indikator yang disebutkan merujuk secara spesifik pada Accrual based earnings management AEM, dan manajemen berbasis akrual tidak memengaruhi arus kas secara langsung melaainkan berfokus pada manipulasi kebijakan akutansi dan estimasi untuk menggeser pendapatan atau baiaya antar periode, tuujuannya adalah melaporkan laba yang lebih tinggi atau lebih stabil daripada yang seharusnya. Manajemen laba bberbasis akrual tidak memengaruhi arus kas secra langsung, melainnkan berfokus pada manipulasi kebijakan akutansi dan estimasi untuk menggeser pendapatan atau baiaya antar perriode, tujuannya adalah untuk melaporkan laba yang lebih tinggi atau lebih stabil daripada yang seharusnya. Terdapat beberapa indikator dalam kasus di PT Karya Sentosa yaitu kkenaikan signnifikan piutag usaha, untuk menaikan laba perusahaan mengakui pendapatan pada saat penjualan terjadi, bukan saat kas diterima, manajemen dapat secara agresif mengakui pendapatan di akhir periode atau melonggarkann standar kredit. Kemudian penururnan cadangan kerugian piutang dan perbandingan peningkatan pendapatan dan arus kkas operasi. Jadi menurut saya PT Karya Sentosa menggunakan dua akrual diskresioner yaitu estimasi pendapatan dan estimasi beban kerugian piutang untuk memoles laba bersihnya sebesar 45%, namun arus kas operasi yang lemah mengunngkap bahwa performa ini tidak di dukung oleh fundamental ekonomi yang kuat.

2. Jurnal pertama berjudul Audit Quality and Earnings Management (Yasmin, A., Yudha, A., & Saif, G. M. S. (2024). Fokus penddektan utamanya mengenai faktor yang membatasi manajemen laba, dimana penelitian ini berfokus pada peran kualitas audit, sebagai faktor monitoring eksternal dan karakteristik perusahaan dalam mmenghambat atau membatasi praktik manajemen laba. Metodologi penelitiannya yaitu memiliki periode observasi 2020-2023, pada jenis perusahaan non listed untuk mengisi kesenjangan penelitian di pasar negara berkemebang, metode analisis nya adalah regresi berganda atau multiplr regression analysis, pengukuran EM nya menggunakan model jones yang dimodiifikasi. Kemudian temuan utamannya ada kualitas audit big 4 secara signifikan mengurangi discretionary accruals yang menunjukan bbahwa audit berkualitas tinggi membatasi manipulasi laba. Ukuran perusahaan yang lebih besar juga mengurangi discretionary accruals.

Jurnal kedua , yang berjudul The impact of earnings management on perceived quality of earnings: the moderating role of ESG. (Lestari, R., & Muthmainnah, D. R. (2025). Fokus pendekatan utamanya adalah mengenai konsekkuensi manajemen laba dan peran signaling. Penelitian ini berfokus pada bagaimana investor menilai manajemen laba sebagai oportunistik atau informatif dan peran ESG sebagai variable moderasi yang mempengaruhi reaksi investor. Metodologi penelitiannya yaitu memiliki periode observasi 2019-2023 dan pada jenis perusahaan perusahaan/listed non keuangan fokus pada reaksi pasar modal. Metode analisisnya yaitu estimator dua Langkah GMM dengan robust standards errors. Pengukuran EM dengan discretionary accruals menggunakan modek jones yang di modifikasi dan menerapkan regresi industry cross-sectional. Kemudian temuan utamanya adalah mengenai manajemen laba akrual ditemukan meninngkat positif informativeneess value laba sehinngga meningkatkan reaksi investor terhadap pengumuman laba.


3. Menurut saya tidak selalu tapi sering kali demikian oleh karena itu banyak berangggapan bahwa hal tersebut keseluruhan negative padahal tidak selalu, praktik manajemen laba adalah pedang bermata dua dan motivasi di baliknya sangat menentukan. Dapat dilihat pada sisi negatifnnya terdapat konflik kepentingan anatara manajer dan pemilik dimana manjer secara ooportunistik menggunakan fleksibilitas akutansi untuk memaksimalkan kepentingan pribadi mereka seperti mengejar bonus, mengamankan posisi, meningkatkan harga saham dll. Dampaknya bisa menyesatkan stakeholder, menghancurkan nilai, dan alokasi summber daya yang tidak efisien. Pada sisi positifnya yaitu EM dapat memiliki tujuan yang efisien secara ekonomi. Jadi kesimpulannya adalah meskipun ada argument informatif dimana Sebagian besar literatur empiris menunjukan bahwa sisi negative jauh lebih dominan EM yang informatif biasanya bersifat halus dan jangka Panjang seperti income smoothing sedangkan EM yang oportunistik seperti PT Karya Sentosa biasanya agresif, fokus pada jangka pendek, dan tidak berkelanjutan karena akrual pasti akan berbalik di periode berikutnya.


4. Pada PT Karya Sentosa memiliki lonjakan piutang usaha yang tidak diimbangi oleh arus kas operasi, ditambah dengan penurunan cadangan kerugian piutang—menunjukkan praktik manajemen laba berbasis akrual yang agresif dan oportunistik. Laba bersih sebesar 45% yang dilaporkan sangat mungkin tidak berkelanjutan dan tidak mencerminkan kinerja ekonomi riil perusahaan. Oleh karena itu, stakeholder harus segera mengambil tindakan.

Rekomendasi untuk stakeholder adalah, investor dan analis harus mengabaikan angka laba bersih yang tinggi dan berfokus sepenuhnya pada Arus Kas Operasi (OCF) dan Rasio Perputaran Piutang untuk menilai kualitas laba yang sebenarnya, komite Audit dan Dewan Komisaris harus segera melakukan investigasi internal untuk mempertanyakan justifikasi manajemen atas estimasi akuntansi (terutama Cadangan Kerugian Piutang) yang memengaruhi laba dan mengonfirmasi bahwa pengendalian internal tidak dilanggar. Regulator (OJK) harus mempertimbangkan untuk meninjau perusahaan tersebut karena sinyal bahaya klasik ini dapat menyesatkan pasar dan menunjukkan adanya potensi fraud atau pelanggaran standar akuntansi yang serius.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Rency Husna Adinda -
Nama: Rency Husna Adinda
Npm: 2413031082

1. Analisis
Lonjakan laba bersih PT Karya Sentosa sebesar 45% pada tahun 2022 terlihat tidak sejalan dengan kondisi operasional perusahaan. Hal ini menimbulkan dugaan adanya praktik manajemen laba berbasis akrual (accrual-based earnings management). Praktik ini biasanya dilakukan dengan menyesuaikan akun-akun seperti piutang, persediaan, dan beban akrual agar laporan keuangan terlihat lebih menguntungkan tanpa adanya perubahan nyata pada arus kas perusahaan.

2. Perbandingan Dua Jurnal tentang Earnings Management
Jurnal pertama berjudul “Earnings Management di Indonesia: Sebuah Studi Literatur” oleh Celine Alexandra, Margaretha, Sanchia Jennefer, William, dan Carmel Meiden (2022). Jurnal ini menjelaskan bahwa praktik manajemen laba di Indonesia umumnya dilakukan melalui pendekatan akrual, dengan tujuan untuk menampilkan kinerja keuangan yang stabil serta menjaga citra perusahaan di hadapan investor.
Jurnal kedua, “Determinan Earnings Management” oleh Alexander Arvin Kurniawan dan Prima Apriwenni (2022), menekankan pada faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya manajemen laba, seperti tekanan untuk mencapai target, keinginan memperoleh bonus, dan lemahnya tata kelola perusahaan.
Dari perbandingan tersebut, dapat disimpulkan bahwa jurnal pertama lebih menyoroti cara dan bentuk pelaksanaan manajemen laba, sementara jurnal kedua menitikberatkan pada penyebab dan dorongan di balik praktik tersebut. Keduanya sepakat bahwa earnings management berdampak negatif terhadap kualitas dan keandalan laporan keuangan.

3. Evaluasi Kritis
Jika dikaitkan dengan kasus PT Karya Sentosa, peningkatan laba yang tinggi kemungkinan tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi ekonomi yang sebenarnya. Berdasarkan teori dalam kedua jurnal tersebut, praktik seperti ini bisa dikategorikan sebagai earnings management oportunistik, yaitu upaya manajemen untuk memperindah laporan keuangan demi memenuhi target kinerja atau menjaga kepercayaan investor. Tindakan ini dapat menurunkan transparansi dan keandalan laporan keuangan perusahaan.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Secara keseluruhan, kasus PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi kuat adanya praktik manajemen laba berbasis akrual. Agar hal seperti ini tidak terjadi lagi, perusahaan perlu memperkuat pengawasan internal, meningkatkan penerapan Good Corporate Governance, serta memastikan laporan keuangan disusun sesuai prinsip transparansi dan akuntabilitas. Selain itu, integritas dan etika manajemen harus dijaga agar laporan keuangan benar-benar mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Gifrika Tutut Pradiyana -
Nama: Gifrika Tutut Pradiyana
NPM: 2453031008

1. Analisis praktik manajemen laba pada PT Karya Sentosa
PT Karya Sentosa mencatat kenaikan laba bersih sebesar 45% pada tahun 2022, namun ada tanda-tanda yang menunjukkan kemungkinan terjadinya manajemen laba. Kenaikan piutang usaha yang tinggi tanpa diikuti peningkatan arus kas operasi menandakan pendapatan mungkin dicatat sebelum kas diterima. Selain itu, penurunan cadangan kerugian piutang dapat membuat laba terlihat lebih besar dari kondisi sebenarnya. Ketidaksesuaian antara pertumbuhan pendapatan dan arus kas ini menunjukkan bahwa perusahaan kemungkinan melakukan penyesuaian akrual untuk memperindah laporan keuangan agar kinerja terlihat lebih baik di mata investor.

2. Perbandingan Dua Jurnal Ilmiah Terkini tentang Earnings Management
Penelitian Rohmat Kunto Wijoyo (2021) meneliti praktik manajemen laba berbasis akrual pada perusahaan di Indonesia dengan menggunakan model Modified Jones untuk mengukur akrual diskresioner. Hasilnya menunjukkan bahwa beberapa perusahaan masih melakukan penyesuaian estimasi akuntansi, seperti pengakuan pendapatan dan cadangan kerugian piutang, agar laba terlihat lebih tinggi. Sementara itu, penelitian Riyanti dan Murwaningsari (2023) membandingkan manajemen laba akrual dan riil pada perusahaan manufaktur Indonesia periode 2019–2022 dengan metode regresi panel. Mereka menemukan bahwa manipulasi laba melalui aktivitas riil, seperti pengurangan biaya produksi atau penjualan berlebihan, berdampak lebih negatif terhadap nilai perusahaan dibandingkan manajemen laba berbasis akrual. Perbedaan keduanya terletak pada fokus dan pendekatan; Wijoyo menekankan ada tidaknya praktik akrual, sedangkan Riyanti dan Murwaningsari menilai dampaknya terhadap nilai perusahaan.

3. Evaluasi Kritis
Menurut saya Praktik manajemen laba sebenarnya tidak selalu bisa dianggap hal yang sepenuhnya buruk. Dalam beberapa kondisi, manajemen bisa melakukan penyesuaian akrual untuk menjaga agar laba perusahaan terlihat stabil dan tidak terlalu naik turun, supaya investor tetap percaya dengan kinerja perusahaan. Hal seperti ini sering disebut income smoothing dan masih dianggap wajar selama tidak menipu pihak lain. Namun, jika manajemen laba dilakukan secara berlebihan, seperti menaikkan laba agar terlihat lebih bagus dari kondisi sebenarnya, maka hal itu bisa merugikan investor dan menurunkan kepercayaan publik. Jadi, dampak dari manajemen laba tergantung pada tujuannya. Jika dilakukan untuk menjaga kestabilan informasi dan masih dalam batas aturan akuntansi, praktik ini bisa dianggap netral. Tapi kalau tujuannya untuk menutupi kinerja buruk, maka jelas termasuk tindakan yang tidak etis dan bisa menyesatkan pengguna laporan keuangan.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi
Dari kasus PT Karya Sentosa dapat disimpulkan bahwa adanya kenaikan laba bersih yang tidak diikuti oleh peningkatan arus kas operasi serta penurunan cadangan kerugian piutang menunjukkan kemungkinan adanya praktik manajemen laba berbasis akrual. Untuk itu, perusahaan perlu memperbaiki kebijakan pengakuan pendapatan dan memastikan setiap transaksi dicatat sesuai kondisi sebenarnya agar laporan keuangan tetap dapat dipercaya. Pihak manajemen juga sebaiknya lebih transparan dalam menyajikan informasi keuangan supaya tidak menimbulkan kecurigaan dari investor maupun auditor. Komite audit dan auditor eksternal perlu melakukan pengawasan yang lebih ketat terhadap akun-akun yang rawan dimanipulasi seperti piutang dan pendapatan. Bagi investor, penting untuk tidak hanya melihat besarnya laba, tetapi juga memperhatikan arus kas dan kualitas laporan keuangan sebelum mengambil keputusan. Dengan langkah-langkah tersebut, perusahaan bisa menjaga kepercayaan publik dan menghindari dampak negatif dari praktik manajemen laba.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Siti haryanti 2413031094 -
Nama : Siti Haryanti
NPm : 2413031094

1) Analisis indikasi manajemen laba pada PT Karya Sentosa (versi parafrase)

Kinerja laba PT Karya Sentosa yang melonjak 45% pada 2022 menimbulkan keraguan karena terdapat sejumlah pola yang lazim ditemukan pada praktik accrual-based earnings management. Peningkatan piutang usaha yang tidak sebanding dengan pertumbuhan arus kas operasi menunjukkan adanya potensi percepatan pengakuan pendapatan. Situasi ini mengindikasikan bahwa sebagian dari penjualan mungkin belum benar-benar terealisasi secara kas. Selain itu, turunnya cadangan kerugian piutang memberikan keuntungan instan terhadap laba, karena penurunan estimasi tersebut langsung meningkatkan laba bersih tanpa perubahan aktivitas ekonomi yang nyata. Pola pendapatan yang meningkat tanpa dukungan arus kas yang memadai juga memperlihatkan penurunan kualitas laba. Secara keseluruhan, kombinasi sinyal-sinyal tersebut mendukung dugaan bahwa perusahaan memanfaatkan akrual diskresioner untuk memperbaiki tampilan kinerja.

2) Perbandingan dua jurnal earnings management terkini (parafrase)

Studi 1 – Khuong (2023)

Penelitian ini mengevaluasi accrual earnings management (AEM) dan real earnings management (REM) menggunakan teknik kuantitatif. AEM diukur melalui model akrual diskresioner, sementara REM dianalisis dari pola arus kas, biaya diskresioner, dan produksi abnormal. Khuong menemukan bahwa kedua jenis manajemen laba dipengaruhi oleh faktor tata kelola dan insentif manajerial, serta dapat terjadi secara bersamaan.

Studi 2 – Yang (2025)

Studi ini menitikberatkan pada perusahaan yang beroperasi di banyak negara dan menguji hubungan substitusi antara AEM dan REM. Dengan menggunakan model empiris panel, penelitian ini membuktikan bahwa perusahaan cenderung beralih dari AEM ke REM ketika tekanan regulasi atau transparansi meningkat, sehingga manipulasi akrual menjadi lebih mudah terdeteksi.

Perbandingan utama (parafrase)

Kedua jurnal sama-sama menggunakan pengukuran akrual diskresioner dan metode Roychowdhury, namun fokus analitisnya berbeda. Khuong menyoroti determinan umum EM pada perusahaan, sedangkan Yang menekankan pengaruh lingkungan institusional dan karakteristik internasional perusahaan. Temuan keduanya menegaskan bahwa hanya menilai akrual saja tidak cukup untuk menangkap seluruh praktik EM.

3) Evaluasi kritis: Apakah earnings management selalu buruk? (parafrase)

Manajemen laba tidak selalu bermakna negatif. Literatur membedakan antara motif oportunistik—ketika manajer memanipulasi angka untuk keuntungan pribadi—dan motif informasional—di mana penyesuaian akuntansi dilakukan untuk menyampaikan informasi ekonomi yang lebih stabil atau mewakili kondisi sebenarnya. Walaupun pada banyak kasus EM dikaitkan dengan penurunan kualitas informasi dan risiko kerugian bagi investor, sejumlah penelitian menyatakan bahwa income smoothing atau penyesuaian akrual moderat dapat membantu mengurangi volatilitas laba dan memfasilitasi komunikasi dengan pasar. Dengan demikian, dampak EM bergantung pada tujuan, intensitas, serta tingkat transparensi yang menyertainya.


4) Kesimpulan dan rekomendasi kepada stakeholder (parafrase)

Sinyal-sinyal pada PT Karya Sentosa mengarah pada kemungkinan adanya pengelolaan laba berbasis akrual. Untuk memperjelas situasi, auditor dan komite audit perlu menelaah kembali estimasi cadangan piutang, melakukan konfirmasi atas piutang usaha, serta menelaah transaksi penjualan menjelang akhir periode. Investor disarankan menilai kualitas laba melalui rasio arus kas terhadap laba dan tren akrual. Regulator maupun bursa dapat meminta pengungkapan tambahan jika ditemukan indikasi kuat manipulasi. Secara jangka panjang, perusahaan harus memperkuat pengendalian internal dan transparansi kebijakan akuntansi agar risiko manipulasi dapat diminimalkan dan kepercayaan pemangku kepentingan tetap terjaga
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Alfiantika Putri -
Nama : Alfiantika Putri
NPM : 2413031095

Jawaban Pertanyaan :

1. Indikator yang medukung dugaan praktik manajemen laba PT Karya Sentosa adalah :
  • Peningkatan signifikan pada akun kredit usaha
  • Penurunan cadangan kerugian
  • Pendapatan naik tapi arus kas operasi tidak naik

2. Perbandingan dua jurnal ilmiah :
  • Jurnal 1: Andini, R. (2020). "Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Manajemen Laba Pada Perusahaan Sektor Industri Barang Konsumsi di Bursa Efek Indonesia." menggunakan pendekatan kuantitatif dengan analisis data sekunder laporan keuangan. Metodologi, regresi statistik untuk menguji pengaruh leverage dan kepemilikan saham terhadap manajemen laba. Temuan utama leverage dan tata kelola perusahaan berpengaruh negatif terhadap praktik manajemen laba, artinya semakin baik pengawasan, semakin kecil praktik tersebut.
  • Jurnal 2 : Aljifri, K. (2024). "Pengaruh Manajemen Laba terhadap Kualitas dan Kesehatan Perusahaan." menggunakan pendekatan kualitatif melalui studi kasus dan wawancara mendalam. Metodologi, analisis deskriptif pada perusahaan dengan kesulitan keuangan untuk mengeksplorasi teknik manajemen laba.Temuan utama, manajemen laba sering digunakan untuk menstabilkan laba jangka pendek terutama pada perusahaan yang mengalami tekanan keuangan, tetapi berisiko merugikan pihak internal dan eksternal.

3. Manajemen laba tidak selalu bersifat negatif; beberapa teori mendukung bahwa manajemen laba bisa dipakai untuk mengurangi volatilitas laba demi menjaga reputasi perusahaan dan stabilitas pasar modal (income smoothing) dan menyesuaikan pelaporan keuangan agar lebih representatif terhadap realita bisnis. Tetapi, jika digunakan untuk menipu atau mengelabui pemangku kepentingan, praktik ini bersifat merugikan dan dapat menimbulkan risiko hukum dan reputasi buruk. Literatur empiris menunjukkan praktik manajemen laba yang berlebihan sering berakhir pada penurunan nilai perusahaan dan kepercayaan investor.

4. Rekomendasi kepada pemangku kepentingan perusahaan :
  • Indikasi manajemen laba di PT Karya Sentosa perlu di audit lebih dalam
  • Meningkatkan transparansi dan kontrol internal
  • Gunakan analisis arus kas untuk memeriksa laporan laba
  • Pengawasan OJK & BEI perlu diperketat untuk mencegah manipulasi
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh IREN AGISTA PUTRI 2413031071 -
NAMA : Iren Agista Putri
NPM : 2413031071

1. Dugaan praktik earnings management berbasis akrual pada PT Karya Sentosa sangat kuat dan didukung oleh beberapa indikator laporan keuangan yang tidak biasa. Lonjakan laba bersih sebesar 45% yang dilaporkan perusahaan, meskipun mengesankan, tampaknya didorong oleh penyesuaian non-kas yang oportunistik. Indikator utama yang mendukung dugaan ini adalah kenaikan signifikan pada akun piutang usaha, yang menunjukkan percepatan pengakuan pendapatan melalui penjualan kredit atau bahkan penjualan fiktif, dibarengi dengan penurunan cadangan kerugian piutang (CKP). Penurunan CKP ini secara langsung mengurangi beban kerugian piutang, yang berfungsi sebagai mekanisme untuk menaikkan laba bersih (income-increasing). Bukti paling krusial adalah peningkatan pendapatan yang tidak sejalan dengan arus kas operasi, sebuah diskrepansi klasik yang menandakan bahwa laba perusahaan didominasi oleh akrual diskresioner yang dikontrol oleh manajemen, bukan oleh fundamental penerimaan kas yang sehat. Dengan demikian, laba yang dilaporkan memiliki kualitas yang rendah dan kemungkinan telah disalahartikan (overstated).

2. "Trade-off between real activities earnings management and accrual-based manipulation: Evidence from China" oleh Qifan Zhai dan Lin Xu yang dipublikasikan pada tahun 2022 di ScienceDirect & "Past, present, and future of earnings management research" yang diterbitkan pada tahun 2024 di Taylor & Francis Online. Dua jurnal ilmiah terkini yang mengkaji earnings management menunjukkan perbedaan pendekatan dan metodologi, juga temuan yang beragam. Jurnal yang meneliti perusahaan di China mengkaji trade-off antara real activities earnings management dan accrual-based earnings management menggunakan data empiris dan menyoroti bagaimana faktor leverage dan tata kelola mempengaruhi pilihan teknik manajemen laba. Sedangkan jurnal internasional lain menyoroti pendeteksian earnings management dengan memperhatikan proteksi investor dan membandingkan praktik ini di berbagai negara menggunakan model Jones dan Healy. Temuan utama menunjukkan bahwa earnings management akrual lebih dominan secara global, tetapi praktik ini dipengaruhi oleh konteks tata kelola dan proteksi investor yang berbeda.

3. Mengenai sifatnya, praktik earnings management tidak selalu bersifat negatif; penilaiannya bergantung pada motivasi manajernya. Dalam perspektif oportunistik (negatif), yang didukung oleh Teori Agensi, manajemen laba digunakan untuk kepentingan pribadi (seperti bonus atau manipulasi harga saham), yang pada dasarnya menyesatkan stakeholder dan mengurangi kualitas laba. Namun, Positive Accounting Theory dan Signaling Theory mendukung pandangan bahwa manajemen laba dapat bersifat efisien (positif) ketika digunakan sebagai alat untuk mengkomunikasikan informasi privat mengenai prospek ekonomi perusahaan kepada investor, misalnya melalui income smoothing yang bertujuan untuk mengurangi volatilitas yang tidak relevan dan meningkatkan keandalan sinyal laba. Dalam kasus PT Karya Sentosa, lonjakan laba yang tidak didukung oleh kas dan praktik meremehkan risiko (penurunan CKP) cenderung menempatkan praktik ini dalam kategori oportunistik dan negatif.

4. Kesimpulan, stakeholder PT Karya Sentosa harus mewaspadai indikasi manipulasi akrual ini, yang menunjukkan bahwa laba yang tinggi tidak berkelanjutan dan memiliki risiko tinggi. Rekomendasi utama yang perlu dijalankan adalah melakukan analisis kualitas laba yang lebih mendalam, dengan memfokuskan pada rasio Arus Kas Operasi terhadap Laba Bersih, dan secara kuantitatif mengukur komponen akrual diskresioner. Selain itu, stakeholder harus mendesak penguatan tata kelola perusahaan, khususnya independensi dan pengawasan Komite Audit terhadap estimasi akuntansi kritis (CKP dan pengakuan pendapatan), serta menuntut transparansi lebih lanjut dari manajemen mengenai alasan di balik diskrepansi kas dan piutang yang signifikan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Muhammad Fawwaz -
nama = muhammad khalil fawwaz
npm = 2413031085

1.PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi manajemen laba menggunakan akrual, terbukti dari peningkatan piutang usaha yang signifikan, penurunan penyisihan piutang ragu-ragu, dan pertumbuhan pendapatan yang tidak proporsional dengan kas dari operasi. Hal ini menunjukkan kemungkinan manajemen laba dengan aturan akrual, seperti pemotongan penyisihan piutang ragu-ragu untuk secara tidak langsung meningkatkan laba bersih. Manajemen laba berbasis akrual seringkali menggunakan komponen akrual yang dapat disesuaikan untuk mencapai target laba tertentu tanpa perubahan arus kas yang signifikan.

2.Dari dua penelitian akademis terkini yang relevan, yang pertama adalah studi di Indonesia yang mengkaji elemen-elemen yang memengaruhi teknik manajemen laba berbasis akrual menggunakan metode pengukuran akrual diskresioner dan regresi dalam konteks perusahaan yang baru saja melakukan IPO. Sebagai penentu penting praktik tersebut, studi ini menyoroti elemen-elemen internal, termasuk usia dan profitabilitas perusahaan. Kedua, dengan menggunakan data panel dan metode kuantitatif yang lebih canggih, sebuah studi global membandingkan manajemen akuntansi berbasis akrual dengan manajemen aktual dan menyelidiki varians dalam insentif dan konsekuensi bagi investor serta pemantauan perusahaan. Perbedaan utamanya terletak pada penekanan dan metode; sementara studi di seluruh dunia membandingkan dua jenis manajemen laba menggunakan teknik empiris yang lebih luas, penelitian lokal lebih berfokus pada penentuan elemen.

3.Praktik manajemen laba tidak selalu memiliki konotasi buruk. Secara teoritis, penghapusan pendapatan membantu perusahaan menyajikan laporan keuangan yang lebih stabil dan berwawasan dengan menurunkan volatilitas laba dan membantu proses pengambilan keputusan investor. Data empiris juga menunjukkan bahwa pendekatan ini dapat membantu perencanaan perpajakan yang efisien atau untuk memenuhi ekspektasi pasar. Namun, jika dipraktikkan secara berlebihan dan dengan tujuan curang, hal ini dapat merusak kualitas laporan keuangan dan mengurangi kepercayaan pemangku kepentingan, sehingga berdampak negatif pada transparansi dan tanggung jawab perusahaan.

4.Intinya, adanya bukti manajemen laba di PT Karya Sentosa perlu mendapat perhatian serius. Bagi para pemangku kepentingan, saran meliputi audit yang lebih mendalam atas rekening simpanan dan cadangan kerugian; pengawasan yang lebih kuat oleh dewan komisaris dan auditor independen; dan promosi transparansi dalam laporan keuangan. Pemangku kepentingan disarankan untuk memberikan perhatian lebih pada arus kas operasional sebagai indikator utama kesehatan keuangan bisnis daripada hanya mengandalkan laba akuntansi dan mendorong bisnis untuk menghargai kualitas laba jangka panjang di atas mencari keuntungan cepat melalui manipulasi akrual.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Esa Azalia Zahra -
Nama : Esa Azalia Zahra
NPM : 2413031084
Kelas : 24 C

1. Analisis Aktivitas Manajemen Laba dan Indikator Pendukung
Terdapat dugaan yang kuat mengenai praktik manajemen laba (earnings management) berbasis akrual di PT Karya Sentosa. Tujuannya adalah untuk mencapai peningkatan laba bersih sebesar 45% dan menyesatkan pengguna laporan keuangan mengenai kinerja ekonomi sebenarnya. Indikator utama yang mendukung dugaan ini adalah: (a) Peningkatan signifikan pada piutang usaha yang melebihi pertumbuhan pendapatan ini menunjukkan bahwa kenaikan laba didorong oleh penjualan kredit yang agresif dan mungkin tidak akan segera tertagih; (b) Penurunan cadangan kerugian piutang sebanding dengan kenaikan piutang, menunjukkan bahwa manajemen dengan sengaja meremehkan potensi piutang yang tidak dapat tertagih untuk mempertahankan laba yang tinggi; dan (c) Pertumbuhan pendapatan yang tidak selaras dengan arus kas operasi, yang merupakan tanda klasik earnings management berbasis akrual, karena akrual yang bersifat diskresioner terutama melalui manipulasi atas estimasi piutang meningkatkan laba bersih tanpa adanya aliran kas nyata. Aktivitas ini sering disebut sebagai cookie jar reserves atau pendapatan yang dimajukan.

2. Perbandingan Dua Penelitian Akademis mengenai Manajemen Laba
Dua artikel ilmiah terkini tentang manajemen laba dapat memberikan sudut pandang yang berbeda. Misalnya, Studi A mungkin mengkaji earnings management pada saat penerapan IFRS, menggunakan model Jones yang telah dimodifikasi untuk mengukur akrual diskresioner (metode kuantitatif), dan menemukan bahwa perusahaan memanfaatkan manajemen laba untuk mencegah pelanggaran dalam perjanjian utang (debt covenants) yang sejalan dengan Teori Akuntansi Positif. Sebaliknya, Studi B mungkin menggunakan pendekatan kualitatif atau eksperimental, berfokus pada etika pelaporan di mana para responden menghadapi dilema manajemen laba, serta menemukan bahwa budaya perusahaan dan kode etik memiliki pengaruh besar dalam menentukan perilaku manajer sesuai dengan Teori Agensi dan Teori Stakeholder. Perbedaan utama antara keduanya terletak pada cakupan (norma vs. praktik) dan metode yang digunakan (kuantitatif berbasis akrual vs. kualitatif berbasis perilaku manajer).

3. Evaluasi Kritis Terhadap Manajemen Laba
Secara kritis, praktik earnings management tidak selalu memiliki konotasi negatif dalam pandangan teori akuntansi dan data empiris. Teori Akuntansi Positif menyatakan bahwa manajer memanfaatkan manajemen laba sebagai alat kontraktual yang efektif. Sebagai contoh, praktik manajemen laba yang dikenal sebagai income smoothing (penghalusan laba) dapat mengurangi fluktuasi yang tidak signifikan, memberikan informasi yang lebih valid dan berkelanjutan kepada investor, sehingga menurunkan biaya modal perusahaan. Selain itu, manajemen laba yang dilakukan untuk menyampaikan informasi pribadi (dari manajer) mengenai prospek jangka panjang perusahaan yang mungkin tidak diakui oleh standar akuntansi yang ada juga dianggap efisien. Namun, jika tujuannya adalah untuk menyajikan informasi dengan cara yang salah (seperti yang diduga pada PT Karya Sentosa), praktik tersebut menjadi berorientasi pada peluang, melanggar prinsip penyajian yang fair, dan berdampak negatif pada efisiensi pasar modal serta kepercayaan stakeholders.

4. Kesimpulan dan Saran untuk Stakeholders
Berdasarkan bukti yang kuat, dapat disimpulkan bahwa PT Karya Sentosa mungkin terlibat dalam pengelolaan laba yang tidak etis melalui akrual yang tidak tepat, yang dapat mengancam keandalan laporan keuangannya. Saran untuk para pemangku kepentingan (investor, kreditur, dan regulator) adalah: (a) Investor sebaiknya melakukan analisis mendalam mengenai kualitas laba, dengan menitikberatkan pada perbandingan antara Laba Bersih dan Arus Kas Operasi, serta meneliti peningkatan dalam tren Days Sales Outstanding (DSO); (b) Kreditur harus lebih berhati-hati dalam mengawasi ketentuan dalam perjanjian utang yang bergantung pada metrik akrual serta mempertimbangkan metrik yang berbasis kas; dan (c) Regulator (OJK dan BEI) sebaiknya segera meminta penjelasan detail tentang kebijakan pengakuan piutang dan cadangan kerugian piutang, serta mempertimbangkan untuk menyarankan Auditor Eksternal agar meningkatkan sikap skeptis dan melakukan pengujian secara menyeluruh terhadap estimasi akuntansi yang kritis dalam audit berikutnya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Sofia Dilara -
Nama: Sofia Dilara
NPM: 2413031091
Kelas: 2024 C

1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa. Jelaskan indikator-indikator yang mendukung dugaan tersebut.
Melihat situasi PT Karya Sentosa, ada beberapa tanda yang cukup jelas mengarah pada kemungkinan praktik manajemen laba berbasis akrual. Lonjakan laba bersih sebesar 45% memang terlihat menguntungkan, tetapi ketika disandingkan dengan data lain, kenaikan itu terasa tidak sepenuhnya wajar. Piutang usaha yang naik tajam mengisyaratkan bahwa perusahaan mungkin mengakui banyak pendapatan yang sebenarnya belum diterima dalam bentuk kas. Di saat yang sama, cadangan kerugian piutang justru diturunkan, padahal logikanya cadangan akan bertambah jika piutang meningkat. Penurunan cadangan seperti ini otomatis membuat laba tampak lebih besar. Selain itu, peningkatan pendapatan tidak diikuti oleh naiknya arus kas operasi, yang menjadi sinyal klasik bahwa laba lebih banyak berasal dari akrual dibanding kas sebenarnya. Kombinasi dari keseluruhan indikator ini membuat dugaan adanya manajemen laba semakin kuat.

2. Bandingkan dua jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir) yang membahas topik earnings management. Soroti perbedaan pendekatan, metodologi, dan temuan utama dari kedua studi tersebut.
Jurnal pertama adalah “Accrual and Real Earnings Management: A Review of Recent Evidence” (Hazarika & Chatterjee, 2021) yang membahas tren global terkait pergeseran dari accrual earnings management (AEM) ke real earnings management (REM). Studi ini menggunakan pendekatan literatur review dengan memeriksa penelitian empiris di berbagai negara, dan menemukan bahwa semakin ketatnya standar pelaporan mendorong perusahaan mengurangi AEM dan beralih ke REM, seperti memanipulasi produksi atau pengeluaran diskresioner. Sementara itu, jurnal kedua adalah “Earnings Management and Corporate Governance: Evidence from Indonesia” (Putra & Fitri, 2020) yang menggunakan data perusahaan BEI dan metode regresi panel untuk menguji hubungan antara tata kelola perusahaan dan tingkat earnings management. Penelitian ini menemukan bahwa keberadaan komite audit yang kuat dan dewan komisaris independen dapat menekan praktik AEM. Perbedaan utama kedua jurnal terletak pada fokusnya: jurnal pertama lebih luas dan membahas tren global serta perbandingan AEM vs REM, sedangkan jurnal kedua menekankan pengaruh mekanisme tata kelola di Indonesia terhadap tingkat manipulasi laba. Dari sisi metodologi, jurnal pertama bersifat kompilasi literatur, sementara jurnal kedua bersifat kuantitatif berbasis data perusahaan nyata.

3. Evaluasi secara kritis: apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif? Berikan argumentasi dengan dukungan teori dan bukti empiris dari literatur.
Earnings management sering dipandang negatif, tetapi sebenarnya tidak selalu begitu. Dari sisi negatif, praktik ini bisa merugikan banyak pihak karena laporan keuangan menjadi kurang mencerminkan kondisi sebenarnya. Investor bisa salah menilai perusahaan karena laba terlihat lebih baik dari kenyataan, dan dalam jangka panjang hal ini bisa menurunkan kepercayaan pada perusahaan. Namun, ada sisi lain yang tidak sepenuhnya buruk. Dalam beberapa kasus, manajemen melakukan income smoothing untuk menjaga agar laba tidak terlalu fluktuatif, sehingga hubungan dengan kreditur dan investor tetap stabil. Ada juga situasi di mana perusahaan menyesuaikan akrual untuk mengantisipasi perubahan standar akuntansi agar transisi lebih mulus. Selama dilakukan secara wajar, tidak melanggar standar, dan tetap transparan, earning management bisa saja berfungsi sebagai bagian dari fleksibilitas akuntansi. Jadi, penilaiannya sangat bergantung pada motif dan batas kewajaran yang digunakan manajemen.

4. Buatlah kesimpulan dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam menyikapi indikasi earnings management.
Berdasarkan tanda-tanda yang tampak, indikasi earnings management pada PT Karya Sentosa cukup kuat. Laba meningkat tinggi tetapi tidak didukung arus kas, piutang melonjak, dan cadangan piutang justru menurun. Kombinasi ini umum muncul pada perusahaan yang melakukan penyesuaian akrual untuk mempercantik laba. Bagi dewan komisaris dan komite audit, penting untuk meminta penjelasan rinci dari manajemen terkait alasan di balik perubahan piutang dan cadangan. Auditor juga perlu memperdalam pengujian terhadap cut-off penjualan, konfirmasi piutang, dan mengevaluasi kewajaran allowance berdasarkan data penagihan. Investor sebaiknya tidak hanya fokus pada laba bersih, tetapi juga melihat pola arus kas dan rasio piutang dibandingkan perusahaan sejenis. Sementara itu, manajemen perusahaan perlu meningkatkan transparansi, memperbaiki kebijakan kredit dan penagihan, serta memberikan penjelasan terbuka jika ada perubahan kebijakan akuntansi. Dengan langkah-langkah tersebut, potensi ketidakpastian akibat dugaan earnings management bisa diminimalkan dan kepercayaan stakeholder tetap terjaga.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh Ratih Apriyani -
NAMA: RATIH APRIYANI
NPM: 2413031073

1. Analisis Manajemen Laba PT Karya Sentosa (Parafrase)
Indikasi praktik manajemen laba di PT Karya Sentosa sangat kuat, terutama melalui accrual-based earnings management (AEM). Teknik ini tidak memengaruhi arus kas secara langsung, tetapi dilakukan dengan mengubah kebijakan akuntansi dan estimasi agar pendapatan atau beban dapat dipindahkan antarperiode. Tujuannya adalah menampilkan laba yang tampak lebih tinggi atau lebih stabil.
Beberapa tanda yang muncul pada kasus ini meliputi kenaikan besar pada piutang usaha, yang biasanya terjadi karena perusahaan mengakui pendapatan secara agresif meskipun kas belum diterima. Selain itu, penurunan cadangan kerugian piutang dan ketidaksesuaian antara pertumbuhan pendapatan dan arus kas operasi mendukung asumsi bahwa perusahaan memodifikasi estimasi akuntansi. Dengan demikian, PT Karya Sentosa kemungkinan menggunakan akrual diskresioner berupa penyesuaian estimasi pendapatan dan cadangan kerugian piutang untuk meningkatkan laba bersih sebesar 45%, meskipun arus kas operasi menunjukkan kondisi ekonomi yang tidak sejalan.

2. Perbandingan Dua Jurnal Earnings Management (Parafrase)
Jurnal pertama, Audit Quality and Earnings Management (Yasmin, Yudha, & Saif, 2024), menitikberatkan pembahasan pada faktor-faktor yang dapat menekan praktik manajemen laba. Penelitian ini menguji peran kualitas audit sebagai mekanisme pengawasan eksternal dengan menggunakan data perusahaan non-listed periode 2020–2023. Analisis dilakukan melalui regresi berganda dan pengukuran manajemen laba menggunakan modified Jones model. Hasilnya menunjukkan bahwa auditor Big Four mampu menurunkan discretionary accruals, dan perusahaan berukuran besar juga cenderung memiliki tingkat manipulasi laba yang lebih rendah.
Jurnal kedua, The Impact of Earnings Management on Perceived Quality of Earnings: The Moderating Role of ESG (Lestari & Muthmainnah, 2025), berfokus pada konsekuensi manajemen laba terhadap persepsi investor. Penelitian ini menggunakan data perusahaan publik non-keuangan periode 2019–2023, dengan analisis menggunakan metode GMM dua langkah. Manajemen laba diukur melalui modified Jones model dengan pendekatan regresi industri secara cross-sectional. Temuannya menunjukkan bahwa manajemen laba akrual dapat meningkatkan persepsi nilai informasi laba dan memperkuat reaksi investor, terutama ketika perusahaan memiliki kinerja ESG yang baik.

3. Evaluasi Kritis tentang Dampak Manajemen Laba (Parafrase)
Praktik manajemen laba tidak selamanya berdampak negatif, meskipun dalam banyak kasus dianggap demikian. Motif yang mendasarinya sangat menentukan. Dari sisi negatif, manajemen laba sering mencerminkan konflik kepentingan, ketika manajer menggunakan fleksibilitas akuntansi demi keuntungan pribadi, seperti mendapatkan bonus atau menjaga citra perusahaan. Dampaknya dapat menyesatkan pemangku kepentingan dan menyebabkan alokasi sumber daya yang tidak optimal.
Namun, terdapat pula manajemen laba yang bersifat informatif, misalnya ketika perusahaan melakukan income smoothing untuk memberikan gambaran kinerja yang lebih stabil. Meski demikian, sebagian besar bukti empiris menunjukkan bahwa praktik oportunistik lebih dominan. Pada kasus seperti PT Karya Sentosa, bentuk manipulasi yang terjadi cenderung agresif, bertujuan jangka pendek, dan tidak berkelanjutan karena akrual akan berbalik pada periode berikutnya.

4. Kesimpulan dan Rekomendasi untuk Stakeholder (Parafrase)
Kenaikan piutang usaha yang tidak diikuti oleh peningkatan arus kas operasi, serta penurunan cadangan kerugian piutang, menunjukkan bahwa PT Karya Sentosa kemungkinan melakukan manipulasi akrual secara agresif. Laba bersih 45% yang dilaporkan tidak mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan yang sebenarnya. Oleh sebab itu, langkah pengawasan perlu segera dilakukan.

Rekomendasinya, investor dan analis sebaiknya fokus pada arus kas operasi dan indikator kualitas laba lainnya daripada hanya melihat laba bersih. Komite audit serta dewan komisaris perlu meninjau ulang kebijakan estimasi akuntansi—terutama terkait cadangan kerugian piutang—untuk memastikan tidak terjadi penyimpangan. Selain itu, OJK perlu mempertimbangkan melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengingat pola ini dapat mengarah pada potensi kecurangan atau pelanggaran standar akuntansi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: CASE STUDY

oleh GRESCIE ODELIA SITUKKIR 2413031088 -

 Nama : Grescie Odelia Situkkir

NPM : 2413031088


1. Analisis praktik manajemen laba dalam konteks kasus PT Karya Sentosa. Jelaskan indikator-indikator yang mendukung dugaan tersebut. 

Berdasarkan pengamatan terhadap laporan keuangan PT Karya Sentosa, ada beberapa indikator yang menunjukkan kemungkinan adanya praktik manajemen laba. Pertama, peningkatan signifikan pada akun kredit usaha yang tidak sejalan dengan pertumbuhan arus kas menunjukkan bahwa perusahaan mungkin mengakui pendapatan secara agresif, yaitu merekam pendapatan sebelum uang benar-benar diterima. Hal ini sering dilakukan untuk memperbaiki penampilan laba di laporan keuangan. Selain itu, penurunan cadangan kerugian secara tidak wajar juga menjadi indikator yang mencurigakan. Cadangan kerugian biasanya digunakan untuk menutupi kemungkinan kerugian di masa depan, tetapi jika jumlahnya berkurang secara berlebihan, bisa jadi perusahaan mencoba menyembunyikan kerugian nyata agar laporan keuangan terlihat lebih baik. Selanjutnya, adanya ketidaksesuaian antara peningkatan pendapatan dan arus kas dari aktivitas operasi juga menjadi tanda bahwa laba yang dilaporkan mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan kondisi keuangan yang sebenarnya. Pendapatan bisa diakui secara akrual, tetapi uang kas yang masuk belum tentu mengikuti, sehingga ini meningkatkan kemungkinan praktik manajemen laba berbasis akrual.Dari indikator-indikator tersebut, besar kemungkinan bahwa PT Karya Sentosa sedang melakukan praktik manajemen laba untuk memperbaiki citra keuangannya di mata pasar dan pemangku kepentingan.

2.  Bandingkan dua jurnal ilmiah terkini (5 tahun terakhir) yang membahas topik earnings management. Soroti perbedaan pendekatan, metodologi, dan temuan utama dari kedua studi tersebut.

Saya membandingkan dua studi ilmiah terbaru yang membahas topik manajemen laba. Studi pertama menggunakan pendekatan kuantitatif, dimana mereka menganalisis data keuangan dari berbagai perusahaan selama lima tahun terakhir. Mereka menggunakan metode statistik untuk mengukur adanya discretionary accruals, yaitu akrual yang dapat diatur oleh manajemen. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa perusahaan cenderung melakukan manajemen laba saat menghadapi tekanan dari pasar atau saat kinerja mereka sebenarnya menurun. Tujuannya adalah agar perusahaan tampak lebih stabil dan menarik bagi investor. 
Studi kedua menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu wawancara dan studi kasus langsung ke beberapa perusahaan yang diduga melakukan praktik ini. Mereka mencoba memahami motivasi di balik praktik tersebut dan menemukan bahwa tidak semua praktik manajemen laba itu bersifat negatif. Beberapa perusahaan melakukan ini untuk menghindari PHK, menjaga keberlangsungan usaha, atau memenuhi target yang dianggap penting oleh manajemen. Jadi, praktik ini tidak selalu merugikan, melainkan tergantung pada niat dan konteksnya. Perbedaan utama dari kedua studi ini adalah pendekatan yang digunakan: satu kuantitatif berbasis data dan statistik, sementara yang lain kualitatif berbasis wawancara dan studi kasus. Temuan utama dari kedua studi ini menunjukkan bahwa praktik manajemen laba bisa dilakukan untuk tujuan yang berbeda, dan tidak selalu bersifatjahat.

3.  Evaluasi secara kritis: apakah praktik earnings management selalu bersifat negatif? Berikan argumentasi dengan dukungan teori dan bukti empiris dari literatur.

Menurut literatur dan teori yang ada, praktik manajemen laba tidak selalu bersifat negatif. Ada beberapa motif yang melatarbelakangi praktik ini, seperti untuk menjaga kestabilan keuangan perusahaan, menghindari panik pasar, atau memenuhi target tertentu. Dalam beberapa kasus, manajemen laba bisa dilakukan untuk menghindari kerugian besar yang bisa merusak reputasi perusahaan atau bahkan kelangsungan hidup perusahaan itu sendiri. Namun, tentu saja, jika praktik ini dilakukan dengan niat untuk menipu dan merugikan pihak lain, maka akan berdampak negatif dan menurunkan kepercayaan pasar. Banyak penelitian menunjukkan bahwa praktik manajemen laba yang dilakukan secara berlebihan dan tidak etis bisa merusak reputasi perusahaan dan mengurangi kepercayaan investor. Jadi, secara umum, praktik manajemen laba tidak selalu buruk. Kalau dilakukan dengan niat yang baik dan dalam batas yang wajar, bisa saja membantu perusahaan mempertahankan kestabilan dan kelangsungan usaha. Tetapi, jika dilakukan secara berlebihan dan bertujuan menipu, tentu ini sangat merugikan dan harus dihindari.

4. Buatlah kesimpulan dan rekomendasi yang bisa diberikan kepada stakeholder perusahaan dalam menyikapi indikasi earnings management.

Dari analisis di atas, dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan PT Karya Sentosa menunjukkan indikasi adanya praktik manajemen laba berbasis akrual. Hal ini perlu diwaspadai dan diperiksa lebih dalam agar tidak menimbulkan kerugian di kemudian hari. Praktik ini tidak selalu bersifat negatif, tetapi sangat bergantung pada niat dan cara pelaksanaannya. Sebagai rekomendasi, perusahaan harus meningkatkan pengawasan internal dan melakukan audit keuangan secara berkala agar laporan keuangan lebih transparan dan dapat dipercaya. Manajemen juga harus menjaga etika dan integritas dalam pengelolaan keuangan, serta menghindari praktik manipulasi yang merugikan kepercayaan pasar dan pemegang saham. Dengan demikian, perusahaan bisa tumbuh secara sehat dan berkelanjutan, serta menjaga kepercayaan dari seluruh pemangku kepentingan.