1. The impact of digital transformation on financial reporting and accountability in emerging markets
Artikel ini membahas dampak transformasi digital terhadap pelaporan keuangan dan akuntabilitas di pasar negara berkembang. Transformasi digital adalah penerapan teknologi seperti cloud computing, kecerdasan buatan, dan blockchain yang mengubah sistem keuangan tradisional menjadi lebih transparan, efisien, dan terpercaya. Teknologi ini mempercepat dan memperbaiki akurasi proses pelaporan keuangan karena data bisa dikumpulkan dan dianalisis secara langsung. Dengan begitu, perusahaan bisa membuat keputusan yang lebih baik dan masyarakat percaya terhadap informasi keuangan yang diberikan.
Namun, artikel juga menyebutkan tantangan dalam menerapkan transformasi digital di pasar berkembang.
Misalnya, kurangnya pengetahuan digital, infrastruktur teknologi yang masih kurang, serta ketidakpuasan terhadap perubahan. Regulasi yang belum sama dan lemahnya hukum juga bisa menghalangi penggunaan teknologi baru secara tepat. Untuk mengatasi hal tersebut, perlu ada investasi dalam pendidikan digital, pengembangan infrastruktur, serta pembuatan kebijakan yang mendukung pembangunan teknologi.
Transformasi digital memberikan banyak
manfaat dalam akuntabilitas pelaporan keuangan.
Dengan sistem otomatis dan AI, kesalahan manusia berkurang dan tindakan korup lebih mudah ketahuan. Blockchain memberikan catatan transaksi yang tidak bisa diubah, meningkatkan transparansi dan mendorong pertanggungjawaban. Contoh seperti M-Pesa di Kenya, GCash di Filipina, Nubank di Brasil, dan Paytm di India menunjukkan bahwa digitalisasi berhasil meningkatkan efisiensi pelaporan keuangan dan membantu masyarakat lebih mudah mengakses layanan keuangan.
Masa depan akan melihat tren seperti pelaporan real-time, pelaporan ESG, dan penggunaan AI serta machine learning menjadi semakin umum.
Namun, keamanan data dan privasi harus jadi perhatian utama. Kesimpulannya, transformasi digital bukan hanya perubahan teknologi, tapi juga langkah strategis untuk memperbaiki sistem pelaporan keuangan yang lebih transparan, akuntabel, dan sesuai dengan standar internasional. Jika dikelola dengan baik, digitalisasi bisa jadi dasar penting bagi pertumbuhan ekonomi dan kepercayaan publik di pasar berkembang.
2. pdf
Artikel ini berjudul *“Financial Reporting Quality: A Literature Review”* dan secara mendalam membahas dampak, ukuran, serta cara menilai kualitas pelaporan keuangan berdasarkan tinjauan berbagai penelitian dari tahun 2009 hingga 2015. Tujuan utama penelitian ini adalah memahami faktor-faktor yang memengaruhi kualitas pelaporan keuangan serta metode untuk mengukurnya. Kualitas pelaporan keuangan diartikan sebagai sejauh mana laporan keuangan mencerminkan informasi yang akurat, relevan, dan dapat dipercaya untuk mendukung pengambilan keputusan ekonomi oleh para pengguna laporan.
Penulis menjelaskan bahwa kualitas pelaporan keuangan memiliki beberapa elemen utama, seperti relevansi, keandalan, keterbandingan, keterpahaman, ketepatan waktu, dan representasi yang jujur (faithful representation).
Setiap elemen memiliki peran penting dalam memastikan bahwa informasi yang disajikan tidak menyesatkan dan mencerminkan kondisi ekonomi perusahaan secara benar. Relevansi menekankan
manfaat informasi bagi pengambilan keputusan, sedangkan keandalan berkaitan dengan ketepatan dan kebebasan dari bias. Keterbandingan dan keterpahaman membantu pengguna menilai dan membandingkan laporan antar periode maupun antar perusahaan.
Penelitian ini juga menguraikan berbagai faktor yang memengaruhi kualitas pelaporan keuangan.
Faktor-faktor tersebut meliputi praktik tata kelola perusahaan (corporate governance), manajemen laba (earnings management), standar akuntansi (IFRS dan US GAAP), sistem pelaporan internal, teknologi informasi, audit, etika bisnis, budaya, serta karakteristik pimpinan seperti usia dan kepemilikan utang oleh CEO. Tata kelola yang baik dan sistem pengendalian internal yang kuat terbukti meningkatkan transparansi laporan keuangan, sedangkan praktik manajemen laba dan lemahnya etika bisnis menurunkannya.
Dalam hal pengukuran, beberapa pendekatan digunakan untuk menilai kualitas pelaporan, di antaranya model berbasis akrual (accrual-based models), skor standar (standardized scores), model Beneish M-Score untuk mendeteksi manipulasi laba, serta indeks pengendalian internal.
Setiap metode memiliki kelebihan dan keterbatasannya masing-masing tergantung pada variabel yang ingin diukur. Penelitian juga menemukan bahwa kualitas pelaporan tidak hanya ditentukan oleh standar akuntansi, tetapi juga oleh faktor eksternal seperti lingkungan hukum dan budaya perusahaan.
Penulis menyoroti adanya kesenjangan dalam literatur, seperti ukuran sampel penelitian yang terlalu kecil, kurangnya data dari pasar negara berkembang, dan minimnya penelitian yang melibatkan perusahaan non-publik.
Oleh karena itu, disarankan agar penelitian di masa depan mencakup sampel yang lebih luas serta mempertimbangkan variabel tambahan seperti pengungkapan sukarela dan dampak faktor non-keuangan.
Secara keseluruhan, artikel ini menegaskan bahwa kualitas pelaporan keuangan merupakan cerminan integritas dan transparansi perusahaan.
Pelaporan yang berkualitas tinggi tidak hanya memperkuat kepercayaan investor dan pemangku kepentingan, tetapi juga membantu efisiensi pasar dan kestabilan ekonomi. Dengan memahami faktor-faktor yang memengaruhi dan cara mengukurnya, dunia akuntansi dapat terus meningkatkan standar pelaporan untuk menghadapi tantangan globalisasi dan perubahan regulasi ke depan.
3. IJEMBER_1436.pdf
Artikel “Corporate Governance and Financial Reporting Quality” membahas hubungan antara tata kelola perusahaan dan kualitas pelaporan keuangan dengan mengulas berbagai penelitian dari tahun 2013 hingga 2023. Tujuan utamanya adalah memahami bagaimana penerapan tata kelola yang baik dapat meningkatkan keandalan, akurasi, dan transparansi laporan keuangan yang digunakan oleh para pemangku kepentingan dalam membuat keputusan ekonomi.
Penulis menjelaskan bahwa tata kelola perusahaan yang baik sangat penting untuk menjaga kualitas pelaporan keuangan melalui beberapa mekanisme.
Dewan direksi dan komite audit yang independen bertugas mengawasi proses penyusunan laporan agar sesuai standar dan tidak terjadi penipuan. Sistem pengendalian internal yang kuat membantu mencegah kesalahan dan tindakan korupsi, sedangkan transparansi dalam pengungkapan informasi dapat meningkatkan kepercayaan publik. Selain itu, tata kelola yang baik juga memastikan kepatuhan terhadap standar pelaporan internasional seperti IFRS dan GAAP serta membangun etika dan akuntabilitas dalam seluruh tingkatan organisasi. Dengan demikian, penerapan tata kelola yang efektif bisa mengurangi ketimpangan informasi dan memperkuat kepercayaan investor.
Artikel ini juga mengulas enam teori utama yang menjelaskan hubungan antara tata kelola dan pelaporan keuangan, yaitu teori keagenan, teori stewardship, teori pemangku kepentingan, pandangan sumber daya, teori keunggulan inti, dan teori biaya transaksi.
Teori keagenan menyoroti kemungkinan terjadinya konflik kepentingan antara manajer dan pemegang saham, sementara teori stewardship menekankan tanggung jawab moral manajer dalam mengelola perusahaan secara integritas. Teori lainnya melihat tata kelola sebagai cara untuk menggunakan sumber daya internal secara efisien, membangun keunggulan kompetitif, serta mengurangi biaya transaksi melalui struktur pengawasan yang tepat.
Bagian tinjauan empiris memuat hasil penelitian dari beberapa negara seperti Inggris, Pakistan, Nigeria, Zambia, dan Irak.
Hasilnya beragam, namun mayoritas menunjukkan bahwa variabel tata kelola seperti ukuran dewan, independensi dewan, frekuensi rapat audit, dan kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap kualitas pelaporan keuangan. Beberapa penelitian menemukan bahwa dewan yang lebih besar justru bisa menurunkan kualitas pelaporan, sedangkan dewan yang independen dan aktif bisa meningkatkan keandalannya.
Artikel ini menyimpulkan bahwa tata kelola perusahaan sangat berpengaruh terhadap kualitas pelaporan keuangan.
Meskipun hasil penelitian berbeda, sebagian besar menyetujui bahwa struktur tata kelola yang kuat menghasilkan laporan yang lebih transparan dan bisa dipercaya. Penulis juga menyoroti adanya kekurangan dalam penelitian, seperti kurangnya studi di negara berkembang dan belum dimasukkannya variabel moderasi. Oleh karena itu, penelitian masa depan perlu memperluas data dan memperdalam analisis agar bisa memahami lebih baik hubungan antara tata kelola dan pelaporan keuangan secara global.