DISKUSI

DISKUSI

Number of replies: 17

Mengacu kepada kedua jurnal tersebut, berikan pendapat Anda tentang aspek perilaku dalam akuntansi? Apa urgensinya dan jelaskan proses standard-setting & ekonomi politiknya.

In reply to First post

Re: DISKUSI

MAYKE RIANSYAH གིས-
Nama : Mayke Riansyah
Kelas : 2024 B
Mata Kuliah : Teori Akuntansi

Berdasarkan kedua jurnal — Sri Trisnaningsih & Gempita Asmaul Husna (2022) dan Muhammad Daham Sabbar et al. (2024) — aspek perilaku dalam akuntansi menempati posisi yang sangat penting karena akuntansi tidak hanya berkaitan dengan angka dan sistem, tetapi juga dengan perilaku manusia sebagai pengambil keputusan dan pengguna informasi keuangan.
Berikut penjabaran lebih inti diantaranya

1. Aspek Perilaku dalam Akuntansi

Kedua jurnal menekankan bahwa akuntansi keperilakuan (behavioral accounting) menghubungkan psikologi, sosiologi, dan perilaku manusia dalam proses pencatatan, pelaporan, serta pengambilan keputusan ekonomi.
Menurut Trisnaningsih, perilaku seperti motivasi, persepsi, sikap, kepribadian, dan nilai sangat memengaruhi cara individu dalam organisasi memahami serta menafsirkan informasi akuntansi. Sementara Sabbar menegaskan bahwa faktor perilaku seperti bias kognitif (overconfidence, confirmation bias), kepercayaan, budaya organisasi, dan beban kognitif secara nyata memengaruhi kualitas keputusan keuangan dan efektivitas sistem akuntansi.

2. Urgensi Akuntansi Keperilakuan

Urgensi akuntansi keperilakuan muncul karena:

(a) Banyak keputusan keuangan yang gagal bukan karena kesalahan teknis, tetapi karena bias dan perilaku tidak etis, seperti yang terjadi pada kasus Enron (Trisnaningsih).

(b) Dalam konteks modern, sistem akuntansi semakin kompleks (ERP, Big Data), sehingga beban kognitif dan persepsi pengguna menentukan keberhasilan sistem (Sabbar).

(c) Memahami aspek perilaku membantu organisasi mengurangi kesalahan penilaian, meningkatkan transparansi, serta memperkuat etika dan kepercayaan antar pelaku akuntansi.

3. Proses Standard-Setting dan Ekonomi Politiknya

Proses standard-setting dalam akuntansi tidak terlepas dari aspek perilaku dan politik ekonomi.
Menurut pendekatan ekonomi politik, penyusunan standar akuntansi (seperti IFRS atau PSAK) merupakan hasil interaksi antara kekuatan sosial, ekonomi, dan politik yang berupaya memengaruhi bentuk pelaporan keuangan sesuai kepentingannya.

Dalam konteks perilaku:

Standar ditentukan tidak hanya oleh prinsip teknis, tetapi juga oleh persepsi, nilai, dan kepentingan para pemangku kepentingan (regulator, auditor, manajemen, dan investor).

Sabbar menekankan pentingnya kepercayaan institusional dan norma sosial dalam penerimaan sistem akuntansi baru, yang berarti bahwa keberhasilan implementasi standar sangat bergantung pada konteks budaya dan perilaku pengguna.

Sementara Trisnaningsih, melihat bahwa tanpa penerapan etika dan pemahaman perilaku manusia, proses standarisasi hanya akan bersifat formalitas tanpa substansi moral.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Vina Rahmadani གིས-
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
izin memperkenalkan diri
nama: vina rahmadani
npm: 2413031067

izin membahas dan memberikan pendapat terkait esensi kedua jurnal tersebut

1. Aspek Perilaku dalam Akuntansi
Aspek perilaku dalam akuntansi membahas bagaimana manusia (yang jadi pelaku utama dalam proses akuntansi) bisa memengaruhi cara penyusunan dan penggunaan laporan keuangan. Menurut penelitian Sri Trisnaningsih dan Gempita Asmaul Husna (2022), perilaku manusia sangat dipengaruhi oleh hal-hal seperti motivasi, sikap, nilai, dan kepribadian. Jadi, akuntansi bukan cuma soal angka atau catat-mencatat transaksi, tapi juga tentang bagaimana orang bersikap dan berinteraksi di dalam organisasi.
Penelitian Muhammad Daham Sabbar dan rekan-rekan (2024) juga menunjukkan bahwa keputusan keuangan sering kali dipengaruhi oleh bias atau kesalahan berpikir, seperti terlalu percaya diri (overconfidence), cara informasi disajikan (framing), dan hanya mencari informasi yang mendukung pendapat sendiri (confirmation bias). Karena itu, manusia nggak selalu bersikap rasional saat mengambil keputusan berdasarkan data akuntansi. Jadi, aspek perilaku penting banget buat memahami bagaimana informasi akuntansi benar-benar dipakai dalam praktik sehari-hari.

2. Urgensi Aspek Perilaku
Aspek perilaku ini penting karena berperan besar dalam meningkatkan kualitas keputusan dan kejujuran laporan keuangan. Akuntansi keperilakuan bisa menjelaskan kenapa ada orang yang bertindak nggak etis, seperti kasus Enron dan Arthur Andersen, yang menunjukkan bahwa perilaku dan moral bisa bikin reputasi profesi akuntan runtuh. Selain itu, perilaku juga berpengaruh pada keberhasilan penerapan sistem akuntansi modern, misalnya sistem ERP atau sistem keuangan digital. Sabbar dkk. (2024) bilang, sistem yang dibuat tanpa memperhatikan perilaku pengguna bakal susah dipakai dengan baik. Faktor seperti rasa percaya, budaya kerja, dan kesiapan kognitif orang-orang di dalam organisasi jadi penentu utama keberhasilan. Jadi, aspek perilaku dibutuhkan agar sistem akuntansi bukan cuma akurat, tapi juga bisa diterima dan digunakan secara bertanggung jawab oleh penggunanya.

3. Proses Standard-Setting dan Ekonomi Politik Akuntansi
Dalam pembentukan standar akuntansi, aspek perilaku dan politik ekonomi juga ikut main peran. Menurut Sabbar dkk. (2024), proses penetapan standar sering dipengaruhi oleh perilaku dan kepentingan pihak-pihak tertentu, seperti regulator, organisasi profesi, dan pelaku bisnis. Di level internasional, negara maju dan perusahaan besar sering punya pengaruh lebih besar dalam menentukan standar seperti IFRS. Akibatnya, standar akuntansi yang seharusnya netral kadang jadi bias karena ada kepentingan politik atau ekonomi. Selain itu, orang-orang yang terlibat dalam proses ini nggak selalu digerakkan oleh profesionalisme, tapi juga oleh dorongan ekonomi, tekanan sosial, atau keinginan untuk terlihat sah dan berkuasa. Jadi, akuntansi bukan cuma urusan teknis, tapi juga ruang sosial dan politik di mana perilaku manusia, kekuasaan, dan nilai ekonomi saling berinteraksi.

4. Kesimpulan
Secara umum, kedua jurnal sepakat bahwa perilaku manusia adalah inti dari praktik akuntansi masa kini. Akuntansi tidak bisa dilepaskan dari cara berpikir, emosi, dan lingkungan sosial orang-orang yang menjalankannya. Dengan memahami aspek perilaku, kita bisa membuat sistem dan standar akuntansi yang lebih realistis dan cocok dengan kondisi organisasi. Tapi kalau aspek perilaku diabaikan, akuntansi bisa jadi sekadar formalitas atau alat kepentingan politik tanpa memberikan manfaat nyata untuk pengambilan keputusan ekonomi. Karena itu, penting sekali untuk menggabungkan unsur perilaku, etika, dan kebijakan supaya akuntansi benar-benar bisa mendukung transparansi, keadilan, dan tanggung jawab sosial.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Asnia Sundari གིས-

Nama: Asnia Sundari
NPM: 2413031040

Berdasarkan kedua jurnal tersebut, yakni Concepts of Behavioral Accounting from Psychological, Social, and Human Behavior Aspects (Trisnaningsih & Husna, 2022) dan Behavioral Accounting: The Link Between Psychology and Accounting Practices (Muhammad Daham Sabbar, 2023), menurut saya aspek perilaku dalam akuntansi memiliki urgensi besar dalam memahami hubungan antara manusia dan proses pelaporan keuangan. Secara esensial, akuntansi tidak hanya berfokus pada angka dan standar, tetapi juga pada perilaku individu yang terlibat dalam pengambilan keputusan ekonomi. Menurut Trisnaningsih dan Husna (2022), perilaku manusia seperti motivasi, persepsi, nilai, dan kepribadian yang sangat memengaruhi cara seseorang menafsirkan dan melaporkan informasi keuangan. Ketika seorang akuntan atau manajer memiliki tekanan psikologis atau insentif tertentu, hal ini dapat memicu praktik seperti earnings management atau pelaporan bias. Karena itu, memahami aspek perilaku membantu mencegah penyimpangan dan meningkatkan keandalan laporan keuangan. Dari sisi proses standard-setting dan ekonomi politiknya, Sabbar (2023) menjelaskan bahwa penetapan standar akuntansi bukan hanya hasil pertimbangan teknis, melainkan juga hasil dari proses politik yang melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan berbedam, seperti regulator, auditor, dan perusahaan. Faktor ekonomi, kekuasaan, serta lobi politik dapat memengaruhi isi standar yang diterapkan. Oleh karena itu, analisis perilaku dan politik ekonomi dalam standard-setting menjadi penting agar prosesnya lebih transparan, adil, dan dapat mencerminkan kepentingan publik secara menyeluruh.

Dengan demikian, urgensi aspek perilaku dan politik ekonomi dalam akuntansi terletak pada upayanya untuk mengintegrasikan dimensi manusiawi ke dalam sistem keuangan yang sering kali dianggap kaku dan objektif, sehingga menghasilkan praktik akuntansi yang lebih etis, realistis, dan berorientasi pada tanggung jawab sosial. Sekian, terima kasih, Bu.


In reply to First post

Re: DISKUSI

Anggit Yunizar གིས-
Nama : Anggit Yunizar
NPM : 2413031046

Aspek perilaku dalam dunia akuntansi sangat penting untuk memahami cara individu dan organisasi membuat keputusan ekonomi serta mengaplikasikan informasi akuntansi dengan tepat. Berdasarkan dua penelitian “Meneliti Pengaruh Faktor-faktor Perilaku terhadap Sistem Akuntansi dan Pengambilan Keputusan Keuangan” oleh Sabbar et al. (2024) dan “Konsep Akuntansi Perilaku dari Aspek Psikologis, Sosial, dan Perilaku Manusia” oleh Trisnaningsih dan Husna (2022) menunjukkan bahwa akuntansi tidak hanya beroperasi sebagai sistem teknis yang fokus pada angka, tetapi juga sebagai sistem sosial yang dipengaruhi oleh perilaku manusia. Elemen-elemen seperti bias kognitif, cara pandang, motivasi, nilai-nilai, dan budaya organisasi terbukti berpengaruh pada cara individu menganalisis dan menggunakan informasi akuntansi saat membuat keputusan. Karena itu, pentingnya akuntansi perilaku terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan mutu keputusan keuangan, mengurangi bias, memperkuat etika profesional, dan menciptakan budaya organisasi yang lebih transparan serta akuntabel. Dalam hal ini, proses penetapan standar akuntansi tidak bisa dipisahkan dari aspek perilaku dan ekonomi politik, sebab melibatkan interaksi berbagai kepentingan antara regulator, perusahaan, auditor, dan investor yang memiliki motivasi ekonomi dan sosial yang berbeda. Oleh karena itu, standar akuntansi bukan hanya hasil dari pertimbangan teknis, tetapi juga merupakan produk dari proses negosiasi yang melibatkan politik, budaya, dan perilaku manusia yang rumit. Menggabungkan pemahaman perilaku dalam akuntansi menjadi sangat penting untuk memastikan bahwa sistem akuntansi yang diimplementasikan dapat merefleksikan kenyataan sosial dan mendukung pengambilan keputusan yang logis, etis, dan berkelanjutan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Rahma Dwi Gishela གིས-
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bu
Nama:: Rahma Dwi Gishela
NPM: 2413031038
Kleas: 24B

Berdasarkan kedua jurnal, yaitu Sri Trisnaningsih & Gempita Asmaul Husna (2022) dan Muhammad Daham Sabbar et al. (2023/2024), aspek perilaku dalam akuntansi memiliki peranan penting karena akuntansi tidak hanya berkaitan dengan angka, tetapi juga dengan perilaku manusia sebagai pengambil keputusan. Trisnaningsih dan Husna menekankan bahwa motivasi, persepsi, nilai, dan kepribadian memengaruhi cara seseorang menafsirkan informasi keuangan, sedangkan Sabbar menyoroti pengaruh bias kognitif, kepercayaan, dan budaya organisasi terhadap keputusan akuntansi. Pemahaman terhadap perilaku ini membantu mencegah penyimpangan seperti earnings management serta meningkatkan etika dan transparansi laporan keuangan. Selain itu, proses penyusunan standar akuntansi juga dipengaruhi oleh faktor perilaku dan politik ekonomi, karena melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan berbeda. Oleh karena itu, integrasi aspek perilaku dan politik ekonomi diperlukan agar praktik akuntansi lebih etis, realistis, dan berorientasi pada tanggung jawab sosial.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Murni Solekha གིས-
Nama: Murni Solekha
NPM: 2413031061

Berdasarkan kedua jurnal tersebut, Muhammad Daham Sabbar dan Concepts of Behavioral Accounting from Psychological, Social, and Human Behavior Aspects, aspek perilaku dalam akuntansi menekankan bahwa perilaku manusia, baik individu maupun kelompok, sangat memengaruhi bagaimana informasi akuntansi dihasilkan, dipersepsikan, dan digunakan dalam pengambilan keputusan. Akuntansi tidak dapat dipisahkan dari faktor psikologis, sosial, dan budaya yang memengaruhi respons manusia terhadap sistem, aturan, serta tekanan organisasi. Urgensinya terletak pada pentingnya memahami perilaku agar kebijakan akuntansi lebih realistis, transparan, dan dapat diterapkan secara efektif di lingkungan yang kompleks.

Sementara itu, dalam proses standard-setting, aspek perilaku dan ekonomi politik sangat berperan karena penyusunan standar akuntansi sering kali dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, kekuasaan, dan tekanan politik dari berbagai pihak, seperti regulator, perusahaan besar, dan investor. Proses ini bukan hanya teknis, tetapi juga refleksi dari interaksi sosial dan kekuatan politik global. Oleh karena itu, akuntan perlu memahami dinamika perilaku dan politik dalam pembentukan standar agar kebijakan yang dihasilkan tidak hanya memenuhi aturan formal, tetapi juga mencerminkan keadilan, akuntabilitas, dan kebutuhan pengguna laporan keuangan secara luas.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Rizky Widyaningrum གིས-
Nama: Rizky Widyaningrum
NPM: 2413030160

Berdasarkan kedua jurnal tersebut, yaitu jurnal “Exploring the Impact of Behavioral Factors on Accounting Systems and Financial Decision-Making” oleh Muhammad Daham Sabbar, Lince Bulutoding, dan Farid Fajrin (2024) serta jurnal “Concepts of Behavioral Accounting from Psychological, Social, and Human Behavior Aspects” oleh Sri Trisnaningsih dan Gempita Asmaul Husna (2022), dapat disimpulkan bahwa aspek perilaku dalam akuntansi berperan penting dalam memahami bagaimana manusia memengaruhi proses dan hasil akuntansi. Akuntansi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan budaya organisasi. Sabbar menekankan bahwa keputusan keuangan sering kali tidak rasional karena adanya bias kognitif seperti overconfidence, framing, dan confirmation bias yang memengaruhi cara seseorang menafsirkan serta menggunakan informasi akuntansi. Sementara itu, Trisnaningsih dan Husna menjelaskan bahwa aspek perilaku dalam akuntansi mencakup sikap, motivasi, persepsi, nilai, dan kepribadian yang berperan dalam pembentukan perilaku etis serta pengambilan keputusan ekonomi di lingkungan organisasi.

Urgensi aspek perilaku dalam akuntansi terlihat dari perannya dalam meningkatkan kualitas keputusan dan mencegah penyimpangan etika, seperti kasus Enron yang muncul karena kegagalan memahami perilaku dan moral pelaku akuntansi. Dengan memahami perilaku individu dan organisasi, sistem akuntansi dapat dirancang lebih adaptif terhadap cara berpikir dan kebiasaan pengguna sehingga informasi keuangan menjadi lebih relevan dan bermanfaat. Selain itu, dalam proses penyusunan standar akuntansi, aspek perilaku juga berkaitan erat dengan ekonomi politik, karena proses standard setting sering kali dipengaruhi oleh kekuatan politik, kepentingan ekonomi, dan tekanan institusional yang mencerminkan perilaku para pembuat kebijakan. Oleh karena itu, pendekatan perilaku dalam akuntansi penting untuk menjembatani teori dan praktik agar sistem akuntansi tidak hanya akurat secara teknis, tetapi juga manusiawi, adaptif, dan mencerminkan kondisi sosial ekonomi yang nyata.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Anindia Maharani གིས-
Nama : Anindia Maharani
Npm : 2413031042

Inti dari akuntansi, seperti yang terungkap dari berbagai kajian jurnal, bukan semata-mata tentang angka, tetapi tentang bagaimana manusia berinteraksi dengan angka-angka tersebut. Kajian seperti dalam artikel “JELAJAHI DAMPAK FAKTOR PERILAKU TERHADAP SISTEM AKUNTANSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEUANGAN” (Muhammad Daham Sabbar, Lince Bulutoding, Farid Fajrin) menemukan bahwa keputusan akuntansi sangat mempengaruhi faktor-faktor psikologis, sosial, dan bagaimana organisasi itu bekerja sendiri. Artinya, kita tidak bisa lagi menganggap akuntansi hanya sebagai soal perhitungan rasional; ada dimensi manusia yang sangat kuat di dalamnya.
Mengapa aspek perilaku ini penting?, jurnal yang ditelaah memberikan beberapa alasan kuat. Pertama, dengan memahami bagaimana orang berpikir dan bertindak, seperti yang dijelaskan dalam "Konsep Akuntansi Perilaku Dari Aspek Psikologis, Sosial, dan Perilaku Manusia" (Sri Trisnaningsih, Gempita Asmaul Husna), kami dapat merancang sistem akuntansi yang lebih ramah dan efektif bagi penggunanya. Sistem yang dipahami dan mudah dipahami akan lebih mungkin digunakan dengan baik. Kedua, pemahaman ini membantu kita melawan kondisi. Kita dapat mengidentifikasi tanda-tanda peringatan dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang lebih tepat. Ketiga, dan ini sangat penting, kita dapat mengambil keputusan yang lebih cerdas dan jernih. Dengan menyadari bias-bias yang mungkin mempengaruhi kita, kita bisa menguranginya dan membuat penilaian yang lebih adil.
Proses penetapan standar akuntansi, seperti yang diungkapkan dalam jurnal-jurnal terkait, adalah arena yang ramai dengan berbagai kepentingan. Regulator, perusahaan, investor, semuanya ingin suara mereka didengar. Kepentingan ekonomi dan politik memainkan peran besar, dan sayangnya, bahkan para pembuat aturan pun tidak kebal terhadap bias pribadi.
Sebagai kesimpulan, jurnal-jurnal ini dengan jelas menunjukkan bahwa memahami perilaku manusia adalah kunci untuk meningkatkan praktik akuntansi. Dengan menggabungkan pengetahuan tentang psikologi dan sosiologi dalam pekerjaan kita, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana, mencegah kondisi, dan memastikan bahwa regulasi akuntansi relevan dan efektif. Akuntansi bukan hanya tentang angka, ini tentang orang-orang di balik angka-angka itu.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Alfiya Nadhira Syifa གིས-
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh bu
Nama: Alfiya Nadhira Syifa
NPM: 2413031037

Berdasarkan kedua jurnal tersebut, baik yang membahas "Exploring The Impact Of Behavioral Factors On Accounting Systems And Financial Decision-Making" maupun "Concepts Of Behavioral Accounting From Psychological, Social, And Human BehaviorAspects", terlihat bahwa akuntansi tidak hanya berhubungan dengan angka dan aturan, tetapi juga erat kaitannya dengan perilaku manusia. Keputusan akuntansi sering kali dipengaruhi oleh motivasi, persepsi, nilai, serta kepentingan ekonomi individu di dalam organisasi. Teori Akuntansi Positif menjelaskan bagaimana manajer dapat memilih metode akuntansi tertentu untuk tujuan ekonomi, seperti memperoleh bonus, mengurangi beban pajak, atau menjaga citra perusahaan. Sementara itu, akuntansi keperilakuan menyoroti bagaimana faktor psikologis dan sosial seperti sikap, kepribadian, dan motivasi dapat memengaruhi cara seseorang memahami dan mengambil keputusan dalam proses akuntansi.

Aspek perilaku ini penting karena membantu memahami dinamika manusia di balik penyusunan laporan keuangan. Tanpa memperhatikan sisi perilaku, praktik akuntansi berisiko menjadi terlalu kaku dan mudah disalahgunakan untuk kepentingan tertentu. Dalam proses penetapan standar akuntansi, faktor perilaku dan ekonomi politik juga tidak bisa dipisahkan, karena setiap keputusan dalam penyusunan standar melibatkan berbagai pihak dengan kepentingan yang berbeda, seperti pemerintah, perusahaan, auditor, dan investor. Menurut saya, memahami aspek perilaku dalam akuntansi membuat profesi ini lebih manusiawi dan transparan, karena laporan keuangan sejatinya bukan hanya hasil penerapan aturan, tetapi juga cerminan dari nilai dan integritas orang yang membuatnya.


In reply to First post

Re: DISKUSI

Arshella Cahya Yuniarti གིས-
Nama: Arshella Cahya Yuniarti
NPM: 2413031058

Aspek perilaku dalam akuntansi memiliki peran penting dalam memahami bagaimana individu dan organisasi mengambil keputusan ekonomi serta menerapkan informasi akuntansi secara efektif. Berdasarkan penelitian Sabbar et al. (2024) berjudul “Meneliti Pengaruh Faktor-faktor Perilaku terhadap Sistem Akuntansi dan Pengambilan Keputusan Keuangan” dan penelitian Trisnaningsih dan Husna (2022) “Konsep Akuntansi Perilaku dari Aspek Psikologis, Sosial, dan Perilaku Manusia”, akuntansi tidak hanya berfungsi sebagai sistem teknis yang berfokus pada angka, tetapi juga sebagai sistem sosial yang dipengaruhi oleh perilaku manusia. Faktor-faktor seperti bias kognitif, persepsi, motivasi, nilai, serta budaya organisasi berperan besar dalam cara seseorang menafsirkan dan memanfaatkan informasi akuntansi saat mengambil keputusan. Oleh karena itu, akuntansi perilaku berperan penting dalam meningkatkan kualitas keputusan keuangan, meminimalkan bias, memperkuat etika profesional, serta membangun budaya organisasi yang transparan dan akuntabel. Dalam konteks penetapan standar akuntansi, aspek perilaku dan ekonomi politik tidak dapat dipisahkan karena proses tersebut melibatkan berbagai kepentingan antara regulator, perusahaan, auditor, dan investor yang memiliki motivasi ekonomi dan sosial berbeda. Dengan demikian, standar akuntansi yang terbentuk bukan semata-mata hasil pertimbangan teknis, melainkan juga produk dari proses negosiasi yang kompleks melibatkan unsur politik, budaya, dan perilaku manusia. Pemahaman terhadap perilaku dalam akuntansi menjadi sangat krusial agar sistem akuntansi yang diterapkan mampu mencerminkan realitas sosial serta mendukung pengambilan keputusan yang rasional, etis, dan berkelanjutan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Nuzulliana 2413031064 གིས-
Nama: Nuzulliana
NPM: 2413031064

Dari kedua jurnal tersebut, dapat disimpulkan bahwa aspek perilaku dalam akuntansi memiliki peran yang sangat penting karena akuntansi tidak hanya berfokus pada angka dan sistem, tetapi juga melibatkan perilaku manusia di dalamnya. Aspek ini mencakup faktor psikologis, sosial, dan etika yang memengaruhi bagaimana individu memahami, menafsirkan, serta menggunakan informasi keuangan dalam pengambilan keputusan. Faktor-faktor seperti motivasi, persepsi, dan bias kognitif, misalnya rasa percaya diri berlebihan atau kecenderungan mencari pembenaran dapat memengaruhi ketepatan dan kejujuran laporan keuangan. Oleh sebab itu, aspek perilaku sangat penting untuk memastikan proses akuntansi berjalan dengan objektif, etis, dan rasional, serta mencegah munculnya penyimpangan atau manipulasi data. Selain itu, dalam proses penyusunan standar akuntansi (standard-setting), faktor perilaku dan ekonomi politik juga memainkan peran besar. Pembentukan standar tidak hanya berdasarkan pertimbangan teknis, tetapi juga dipengaruhi oleh kepentingan berbagai pihak seperti pemerintah, dunia usaha, dan lembaga profesi. Dengan demikian, standar akuntansi sebenarnya merupakan hasil interaksi antara kepentingan ekonomi, sosial, dan politik, sehingga pemahaman terhadap perilaku manusia dan dinamika politik menjadi penting agar standar yang dihasilkan dapat diterapkan secara adil, transparan, dan sesuai dengan tujuan pelaporan keuangan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Olivia Rahma Dani གིས-
Nama : Olivia Rahma Dani
NPM : 2413031039

Berdasarkan kedua jurnal tersebut Aspek perilaku dalam akuntansi menyoroti bagaimana faktor-faktor psikologis, kognitif, sosial, dan emosional memengaruhi cara individu memahami, menggunakan, dan menafsirkan informasi akuntansi dalam pengambilan keputusan keuangan. Berdasarkan kajian literatur di atas, jelas bahwa perilaku manusia seperti bias kognitif, heuristik, motivasi, dan kepercayaan dapat memengaruhi bagaimana sistem akuntansi dirancang dan diimplementasikan. Misalnya, kecenderungan seperti overconfidence dan confirmation bias sering kali membuat manajer mengambil keputusan yang tidak sepenuhnya rasional, bahkan ketika mereka memiliki data akuntansi yang objektif. Oleh karena itu, urgensi memahami aspek perilaku dalam akuntansi sangat tinggi, karena tanpa mempertimbangkan dimensi manusia ini, sistem akuntansi berisiko gagal mendukung pengambilan keputusan yang efektif dan rasional.

Dalam konteks standard-setting, proses penetapan standar akuntansi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga dipengaruhi oleh perilaku dan kepentingan para pemangku kepentingan. Lembaga pembuat standar seperti IASB atau FASB harus mempertimbangkan bagaimana pengguna laporan keuangan akan bereaksi terhadap perubahan aturan, serta bagaimana persepsi keadilan, keandalan, dan transparansi dapat memengaruhi penerimaan standar tersebut. Selain itu, proses ini juga dipengaruhi oleh ekonomi politik, yakni interaksi antara kekuatan ekonomi, kepentingan politik, dan tekanan institusional. Misalnya, perusahaan besar atau kelompok industri tertentu dapat memengaruhi arah kebijakan akuntansi agar lebih sesuai dengan kepentingan mereka, sedangkan regulator berusaha menjaga keseimbangan antara transparansi publik dan stabilitas ekonomi.

Dengan demikian, aspek perilaku dalam akuntansi memiliki urgensi strategis karena membantu menjembatani kesenjangan antara teori rasional dan praktik nyata. Ia menegaskan bahwa akuntansi bukan sekadar sistem angka, melainkan proses sosial yang dipengaruhi oleh nilai, persepsi, dan dinamika kekuasaan. Memahami hal ini memungkinkan pembentukan standar dan kebijakan akuntansi yang lebih adaptif, adil, dan efektif dalam mendukung pengambilan keputusan ekonomi di berbagai konteks organisasi.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Nina Oktaviana གིས-
Nama ; Nina Oktaviana
NPM ; 2413031057

Berdasarkan dua artikel, yaitu "Konsep Akuntansi Perilaku dari Aspek Psikologi, Sosial, dan Perilaku Manusia" serta karya Muhammad Daham Sabbar, terlihat bahwa faktor perilaku dalam akuntansi memiliki dampak besar pada cara informasi keuangan diciptakan, dipahami, dan diterapkan dalam membuat keputusan.

Akuntansi bukan hanyalah tentang angka, tetapi juga mengenai individu yang berada di balik angka-angka tersebut. Setiap keputusan dalam akuntansi, seperti penilaian aset, proyeksi, atau laporan laba, sangat dipengaruhi oleh elemen psikologis dan sosial, seperti perasaan, dorongan, tekanan dari organisasi, serta kepentingan pribadi. Inilah yang menjadi landasan perkembangan akuntansi perilaku, yaitu cabang akuntansi yang mengeksplorasi bagaimana tingkah laku manusia memengaruhi kegiatan akuntansi dan penyampaian laporan keuangan.

Pentingnya aspek perilaku ini sangat krusial agar akuntan, auditor, dan pembuat kebijakan menyadari bahwa pilihan yang mereka ambil dapat dipengaruhi oleh bias atau ketidakobjektifan yang disebabkan oleh faktor-faktor manusia. Dengan pemahaman tentang perilaku, mereka dapat membuat keputusan yang lebih logis, etis, dan transparan. Ini juga berkontribusi dalam meningkatkan kepercayaan terhadap laporan keuangan dan mengurangi risiko manipulasi informasi.

Di sisi lain, proses penetapan standar akuntansi merupakan tahap penyusunan regulasi atau pedoman akuntansi yang secara luas digunakan dalam pelaporan keuangan. Proses ini bersifat tidak hanya teknis, tetapi juga melibatkan aspek politik dan perilaku, karena terdapat banyak pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, perusahaan, investor, dan masyarakat umum. Setiap pihak membawa perspektif dan tujuan yang berbeda, yang bisa mempengaruhi hasil akhir dari standar yang ditetapkan.

Sementara itu, ekonomi politik dalam akuntansi menunjukkan bahwa standar akuntansi tidak bersifat netral, melainkan dipengaruhi oleh kekuatan ekonomi dan politik di belakangnya. Contohnya, perusahaan besar mungkin ingin standar yang lebih menguntungkan bagi laporan mereka, sementara pihak regulator berusaha untuk menjaga transparansi bagi publik. Oleh karena itu, penting untuk memahami aspek perilaku dan politik agar proses penetapan standar dapat menghasilkan regulasi yang adil, relevan, dan dapat diterima oleh semua pihak yang terlibat.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Adzra Ati'iqah གིས-
NAMA : ADZRA ATI'IQAH
NPM : 2413031056

Aspek perilaku dalam akuntansi sangat penting karena praktik akuntansi pada dasarnya tidak hanya soal angka, tetapi juga mencerminkan perilaku, persepsi, dan motivasi manusia yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan ekonomi. Menurut jurnal Trisnaningsih & Husna (2022), behavioral accounting memadukan prinsip psikologi dan sosiologi untuk memahami bagaimana sikap, nilai, motivasi, dan persepsi individu memengaruhi penyusunan, pelaporan, dan interpretasi informasi akuntansi. Dengan demikian, akuntansi tidak bisa dianggap netral, karena keputusan yang diambil oleh manajer, auditor, atau pembuat standar selalu dipengaruhi oleh faktor manusia dan konteks sosialnya. Urgensinya terletak pada peran perilaku dalam menjaga integritas dan keandalan laporan keuangan. Tanpa memahami perilaku, standar akuntansi hanya menjadi seperangkat aturan teknis yang mudah dimanipulasi. Kasus-kasus seperti Enron atau WorldCom menunjukkan bahwa kegagalan bukan semata karena kesalahan teknis, tetapi karena perilaku tidak etis dan lemahnya kesadaran moral para pelaku akuntansi. Karena itu, pendekatan perilaku penting untuk membentuk akuntan yang beretika, empatik, dan sadar sosial, bukan hanya patuh pada standar formal.
Dalam proses penetapan standar akuntansi (standard-setting), faktor ekonomi politik juga sangat berperan. Standar akuntansi tidak lahir dari ruang hampa, melainkan hasil kompromi kepentingan ekonomi, politik, dan sosial. Misalnya, dalam kasus PT Lestari Mineral, pemerintah berupaya mengembangkan standar yang menekankan keberlanjutan dan transparansi sosial, namun prosesnya dipengaruhi oleh tekanan asosiasi industri dan investor asing yang memiliki kepentingan ekonomi berbeda. Hal serupa juga terlihat secara global, misalnya dalam proses adopsi IFRS, di mana negara-negara besar dan korporasi multinasional memiliki pengaruh besar terhadap arah kebijakan standar akuntansi dunia.

Dengan demikian, akuntansi perilaku membantu kita memahami bahwa keputusan akuntansi tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga politik dan psikologis. Urgensi utamanya adalah membangun sistem akuntansi yang mempertimbangkan dimensi manusia dan sosial, agar pelaporan keuangan tidak hanya compliant terhadap aturan, tetapi juga berkeadilan, transparan, dan beretika dalam konteks global maupun nasional.
In reply to First post

Re: DISKUSI

ALZIRAH SABRINA གིས-
Nama : Alzirah Sabrina
NPM: 2413031049

Aspek perilaku dalam akuntansi menekankan bahwa setiap angka dalam laporan keuangan tidak lahir dari sistem yang netral, tetapi dari keputusan manusia yang dipengaruhi oleh sikap, motivasi, nilai, persepsi, dan kepribadian. Menurut Sri Trisnaningsih dan Gempita Asmaul Husna (2022), perilaku individu sangat berperan dalam proses penyusunan, pengendalian, hingga penyajian laporan keuangan, karena akuntansi sejatinya adalah aktivitas sosial yang melibatkan emosi dan pertimbangan etis, bukan sekadar hitung-hitungan teknis. Pemahaman terhadap perilaku ini menjadi penting untuk menjelaskan mengapa dalam praktik nyata sering muncul perbedaan keputusan atau bahkan penyimpangan, seperti kasus manipulasi laporan keuangan yang lebih banyak dipicu oleh faktor moral dan tekanan sosial ketimbang kelemahan sistem. Selain itu, dalam konteks penerapan sistem akuntansi modern berbasis digital, perilaku pengguna juga menentukan keberhasilan penerapannya karena tanpa kesiapan mental, budaya kerja, dan rasa tanggung jawab, sistem secanggih apa pun tidak akan efektif. Dalam proses penyusunan standar akuntansi pun, aspek perilaku dan ekonomi politik memainkan peran besar: keputusan yang diambil oleh lembaga penyusun standar sering kali dipengaruhi oleh kepentingan ekonomi, tekanan sosial, dan dinamika kekuasaan antar pihak seperti regulator, perusahaan, dan organisasi profesi. Hal ini menunjukkan bahwa akuntansi bukan hanya praktik teknis, tetapi juga arena sosial tempat nilai, etika, dan kepentingan ekonomi berinteraksi. Oleh karena itu, memahami aspek perilaku menjadi hal yang sangat penting agar akuntansi dapat berjalan lebih manusiawi, transparan, dan berintegritas, serta mampu menciptakan sistem pelaporan keuangan yang benar-benar mendukung keadilan dan tanggung jawab sosial.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Maya Khoyrotun Nisa གིས-
Nama : Maya Khoyrotun Nisa
NPM : 2413031045
Kelas : 2024 B
izin membahas dan memberikan pendapat terkait esensi kedua jurnal tersebut

Berdasarkan kedua jurnal tersebut, perilaku dalam akuntansi sangat penting karena keputusan akuntansi dipengaruhi oleh faktor psikologis, sosial, dan organisasi yang memengaruhi bagaimana informasi akuntansi diproses dan digunakan. Corporate Social Responsibility (CSR) dan Good Corporate Governance (GCG) berperan penting dalam meningkatkan transparansi dan nilai perusahaan. CSR membantu perusahaan menunjukkan tanggung jawab sosialnya, sedangkan GCG mengatur mekanisme pengawasan agar kepentingan pemangku kepentingan terlindungi. Hubungan keduanya berkontribusi positif terhadap kinerja dan nilai perusahaan, khususnya di Indonesia.
Urgensi aspek perilaku dalam akuntansi terletak pada kebutuhan untuk memahami dinamika pengambilan keputusan yang kompleks, di mana akuntansi bukan hanya sekadar teknis, tapi juga praktik sosial yang dipengaruhi oleh kepercayaan, budaya organisasi, dan konteks institusional. Proses standard-setting dan ekonomi politik dalam akuntansi mencerminkan negosiasi kepentingan berbagai pihak dan tekanan eksternal sehingga standar yang berlaku merupakan hasil kompromi antara nilai teknis dan sosial.
Opini saya, memperhatikan aspek perilaku dan interaksi CSR serta GCG adalah kunci agar sistem akuntansi dan tata kelola perusahaan lebih efektif, dapat dipercaya, dan mendukung pembangunan berkelanjutan. Pendekatan ini membantu menjelaskan variasi praktik akuntansi di lapangan dan memastikan bahwa standar akuntansi dapat diaplikasikan secara relevan dengan kondisi sosial dan ekonomi perusahaan.
In reply to First post

Re: DISKUSI

Fadhilah Izdihar གིས-
Nama : Fadhilah Izdihar
NPM : 2413031068

Aspek perilaku dalam akuntansi menekankan bahwa laporan dan aturan akuntansi selalu memengaruhi, sekaligus dipengaruhi oleh, cara manusia bertindak. Karena itu, urgensinya terletak pada kebutuhan untuk memahami motivasi, bias, dan reaksi para pelaku agar standar yang dibuat tidak hanya benar secara teknis, tetapi juga realistis diterapkan dan tidak memicu perilaku oportunistik.

Proses standard-setting berjalan dari identifikasi isu, penyusunan konsep, publikasi draf, hingga finalisasi, namun seluruh tahap tersebut berada dalam konteks ekonomi politik. Artinya, standar dibentuk melalui tarik-menarik kepentingan—perusahaan, auditor, investor, regulator—yang masing-masing terdampak secara ekonomi. Hasil akhirnya merupakan kompromi antara pertimbangan teknis, perilaku, dan kepentingan politik-ekonomi