ACTIVITY: RESUME

ACTIVITY: RESUME

Jumlah balasan: 29

Buatlah resume singkat esensi isi jurnal di atas, maksimal 250 kata.

Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh MAYKE RIANSYAH -
Nama : Mayke Riansyah
NPM : 2413031047
Kelas : 2024 B

Artikel ini menyoroti ketidaksesuaian antara konsep pengukuran dalam akuntansi dengan teori pengukuran yang berlaku di ilmu sosial, khususnya representational measurement theory. Akuntansi selama ini dianggap sebagai disiplin pengukuran karena berfokus pada penentuan nilai aset, kewajiban, dan ekuitas. Namun, penelitian menunjukkan bahwa akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang jelas yang memasukkan tujuan proses pengukuran itu sendiri.

Penulis menekankan bahwa setiap pengukuran harus memiliki dasar teori yang menyatakan tujuan, standar, dan skala yang digunakan. Tanpa hal tersebut, pengukuran hanya menjadi aktivitas formal tanpa makna ilmiah. Dalam akuntansi, konsep nilai (value) dan biaya (cost) sering digunakan, tetapi keduanya tidak terdefinisi secara tegas dan cenderung ambigu. Hal ini membuat informasi dalam laporan keuangan sulit memenuhi kriteria pengukuran yang sahih.

Lebih lanjut, tujuan laporan keuangan yang dirumuskan (misalnya oleh Trueblood Committee) tidak seluruhnya sejalan dengan prinsip pengukuran representasional. Beberapa tujuan, seperti memberikan informasi faktual, prediktif, dan dapat dibandingkan, bertentangan dengan kenyataan bahwa pengukuran akuntansi selalu bersifat perkiraan dan mengandung ketidakpastian.

Kesimpulannya, tanpa teori pengukuran yang kokoh, akuntansi tidak dapat sepenuhnya disebut disiplin pengukuran. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teori pengukuran akuntansi yang mampu menyelaraskan tujuan laporan keuangan dengan prinsip ilmiah pengukuran.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Ria Agustina -
Assalamu'alaikum wr, wb.
Nama : Ria Agustina
Npm : 2413031048

setelah saya membaca jurnal yang telah ibu berikan, ternyata peran teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan adalah bahwa tujuan laporan keuangan saat ini belum benar-benar didukung oleh teori pengukuran yang kuat. Meskipun akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran yang mengukur nilai dan biaya dalam bentuk moneter, ternyata akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang jelas dan sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial seperti teori representasional. Akibatnya, informasi dalam laporan keuangan tidak dapat sepenuhnya dianggap sebagai hasil pengukuran yang valid dan objektif karena nilai yang diukur sering ambigu dan bergantung pada asumsi serta estimasi yang subjektif. Selain itu, laporan keuangan seharusnya didasarkan pada tujuan yang jelas dan teori pengukuran yang menyertainya agar informasi yang dihasilkan memiliki makna dan relevansi empiris sesuai kebutuhan pengguna. Jurnal ini mengajak saya untuk melihat bahwa akuntansi perlu merevisi pendekatannya dan membangun kerangka teori pengukuran yang mendukung tujuan laporan keuangan agar hasil pengukuran menjadi lebih terstandardisasi, dapat dibandingkan, dan dapat dipercaya dalam konteks pengukuran sosial. Tanpa teori pengukuran yang menyeluruh, maka tujuan dan informasi dalam laporan keuangan hanya bersifat teoritis dan belum memenuhi standar pengukuran ilmiah yang seharusnya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Vina Rahmadani -
assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh
izin memperkenalkan diri
nama: Vina Rahmadani
npm: 2413031067

Artikel “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” karya Saratiel Weszerai Musvoto menyoroti hubungan antara teori pengukuran dan tujuan laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa akuntansi kerap dipandang sebagai disiplin pengukuran, tetapi hingga kini belum memiliki teori pengukuran yang kokoh sebagaimana yang berlaku dalam ilmu sosial. Representational Measurement Theory menyatakan bahwa setiap proses pengukuran harus memiliki tujuan, standar, dan unit yang jelas. Namun, dalam praktik akuntansi, konsep “nilai” atau “biaya” seringkali ambigu dan tidak terdefinisi secara tepat, sehingga menimbulkan keraguan apakah laporan keuangan benar-benar mengandung informasi hasil pengukuran.

Artikel ini juga meninjau dua belas tujuan laporan keuangan yang dirumuskan oleh Komite Trueblood. Analisis menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan tersebut, seperti penyediaan informasi bagi pengambilan keputusan, penilaian arus kas, hingga penilaian kinerja manajemen, tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip teori pengukuran representasional. Hal ini karena laporan keuangan disusun berdasarkan asumsi going concern, bergantung pada peristiwa masa depan, serta banyak melibatkan estimasi dan judgment subjektif. Dengan demikian, laporan keuangan lebih bersifat perkiraan daripada hasil pengukuran objektif.

Kesimpulannya, meski akuntansi sering dipandang sebagai disiplin pengukuran, kenyataannya praktik akuntansi belum memenuhi prinsip ilmiah pengukuran. Penulis juga merekomendasikan agar akuntansi mengembangkan teori pengukuran yang lebih jelas untuk mendukung tujuan laporan keuangan, sehingga informasi yang dihasilkan dapat lebih reliabel, konsisten, dan bermakna bagi para pengguna.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Nina Oktaviana -
Nama: Nuna Oktaviana
NPM :2413031057

Jurnal ini membahas tentang kontribusi teori pengukuran dalam mendukung tujuan utama dari laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa laporan keuangan tidak sekadar berfungsi sebagai catatan transaksi, tetapi juga sebagai alat komunikasi yang menyajikan informasi krusial bagi beragam pihak, termasuk investor, kreditor, pengawas, dan manajemen. Untuk memastikan bahwa informasi tersebut benar-benar berguna, pemilihan dasar pengukuran harus dilakukan dengan cermat, karena ini akan berpengaruh pada tingkat relevansi, keandalan, dan kegunaan informasi akuntansi.

berbagai dasar pengukuran yang umum digunakan dalam praktik akuntansi. Historical cost dianggap sebagai metode klasik yang relatif objektif dan mudah untuk diverifikasi. Namun, kelemahan dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk mencerminkan nilai ekonomi yang terbaru. Sebaliknya, current cost dan realisable value berusaha menyajikan nilai terkini, meskipun sering kali terbentur pada batasan ketika diterapkan. Di samping itu, fair value dianggap lebih bisa menggambarkan keadaan pasar saat ini dan menyediakan informasi yang relevan, tetapi datang dengan tantangan subjektivitas dalam menentukan nilai serta kemungkinan volatilitas pada laporan keuangan.

tujuan laporan keuangan menurut kerangka konseptual akuntansi. Tujuan utama dari laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang berharga bagi para pengguna dalam membuat keputusan ekonomi. Ini menunjukkan bahwa teori pengukuran bukan sekadar aspek teknis dalam akuntansi, melainkan elemen inti yang menentukan apakah laporan keuangan benar-benar memenuhi fungsi informasinya. Tanpa pendekatan pengukuran yang tepat, informasi yang disajikan bisa jadi menyesatkan atau tidak relevan lagi.

Penulis menegaskan pentingnya menciptakan keseimbangan antara relevansi dan keandalan dalam pemilihan metode pengukuran. Relevansi berarti informasi harus mencerminkan nilai ekonomi yang bermanfaat untuk keputusan saat ini, sedangkan keandalan mengharuskan informasi tersebut dapat dipercaya, diverifikasi, dan tidak bias. Tantangan utama dalam akuntansi modern adalah menemukan titik temu antara kedua aspek ini agar laporan keuangan dapat memberikan gambaran yang tidak hanya akurat tetapi juga berguna.

Secara keseluruhan, jurnal ini menyoroti bahwa teori pengukuran memiliki peran vital dalam menciptakan laporan keuangan yang efektif. Pemahaman yang mendalam tentang aneka metode pengukuran serta konsekuensinya akan membantu akuntan, pengatur, dan pembuat standar dalam menghasilkan laporan keuangan yang dapat mendukung pengambilan keputusan ekonomi yang tepat.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Fadhilah Izdihar -
Nama : Fadhilah Izdihar
NPM : 2413031068

Jurnal ini membahas adanya ketidaksesuaian antara konsep pengukuran dalam akuntansi dengan teori pengukuran yang berlaku di ilmu sosial, khususnya representational measurement theory. Akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran karena menitikberatkan pada penentuan nilai aset, kewajiban, dan ekuitas. Namun, berbagai penelitian menegaskan bahwa akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang kokoh, terutama yang menjelaskan tujuan mendasar dari proses pengukuran itu sendiri.

Penulis menekankan bahwa setiap bentuk pengukuran semestinya berlandaskan teori yang jelas, yang menetapkan tujuan, standar, dan skala yang digunakan. Tanpa fondasi tersebut, pengukuran hanya menjadi aktivitas prosedural yang kehilangan makna ilmiah. Dalam praktik akuntansi, konsep nilai (value) dan biaya (cost) kerap digunakan, tetapi keduanya tidak terdefinisi secara tegas dan cenderung menimbulkan ambiguitas. Kondisi ini membuat informasi yang disajikan dalam laporan keuangan sulit memenuhi kriteria pengukuran yang sahih.

Lebih lanjut, tujuan laporan keuangan sebagaimana pernah dirumuskan, misalnya oleh Trueblood Committee, ternyata tidak sepenuhnya sejalan dengan prinsip representational measurement. Beberapa tujuan, seperti penyajian informasi yang faktual, prediktif, dan dapat dibandingkan, sering bertentangan dengan kenyataan bahwa hasil pengukuran akuntansi bersifat perkiraan dan tidak terlepas dari ketidakpastian.

Sebagai penutup, penulis menyimpulkan bahwa tanpa adanya teori pengukuran yang solid, akuntansi belum bisa sepenuhnya dikategorikan sebagai disiplin pengukuran. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teori pengukuran akuntansi yang mampu menyelaraskan antara fungsi laporan keuangan dengan prinsip-prinsip ilmiah pengukuran, sehingga informasi yang dihasilkan lebih sahih, relevan, dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Arshella Cahya Yuniarti -
Nama: Arshella Cahya Yuniarti
Npm: 2413031058

Menurut saya, inti dari jurnal ini adalah menekankan bahwa akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, tetapi sebenarnya belum memiliki teori pengukuran yang kuat seperti halnya di ilmu sosial. Penulis menggunakan representational measurement theory untuk menunjukkan bahwa pengukuran baru bisa disebut sah jika ada objek, atribut, dan skala yang jelas. Sementara dalam akuntansi, konsep nilai dan biaya masih belum tegas dan sering menimbulkan kebingungan.

Laporan keuangan memang dianggap hasil dari proses pengukuran, tetapi karena belum ada teori pengukuran yang mendasarinya, informasi yang dihasilkan sering kali hanya berupa perkiraan dan penuh ketidakpastian. Hal ini tampak misalnya pada penggunaan estimasi, asumsi, atau konsep going concern yang bergantung pada kondisi di masa depan. Akibatnya, tujuan laporan keuangan tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip pengukuran representasional.

Dari pembahasan tersebut, saya menyimpulkan bahwa pengukuran dalam akuntansi lebih berupa pendekatan dibanding hasil yang benar-benar pasti. Oleh karena itu, tujuan laporan keuangan tidak bisa disebut sebagai tujuan pengukuran sejati sebelum ada teori pengukuran akuntansi yang jelas. Jurnal ini juga merekomendasikan agar akuntansi mengembangkan teori pengukurannya sendiri, sehingga laporan keuangan bisa lebih relevan, dapat dipercaya, dan benar-benar berguna bagi pengambilan keputusan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Rahma Dwi Gishela -
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarrakatuh bu
Nama: Rahma Dwi Gishela
NPM: 2413031038
Kelas: 24B

Artikel/jurnal yang Ibu berikan menyoroti bahwa meskipun akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, sebenarnya akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang kuat sebagaimana ilmu sosial. Dengan mengacu pada representational measurement theory, ditegaskan bahwa suatu pengukuran sah jika memiliki objek, atribut, serta skala yang jelas. Namun dalam akuntansi, konsep nilai (value) dan biaya (cost) masih ambigu sehingga menimbulkan kebingungan.

Laporan keuangan yang dianggap sebagai hasil pengukuran pada kenyataannya banyak bergantung pada estimasi, asumsi, dan kondisi masa depan seperti konsep going concern. Akibatnya, informasi yang dihasilkan sering hanya berupa perkiraan, penuh ketidakpastian, dan belum sesuai dengan prinsip pengukuran representasional. Hal ini juga membuat tujuan laporan keuangan yang dirumuskan, seperti memberi informasi faktual, prediktif, dan dapat dibandingkan, tidak sepenuhnya tercapai.

Sebagai kesimpulannya, pengukuran dalam akuntansi lebih merupakan pendekatan daripada hasil yang benar-benar pasti. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan teori pengukuran akuntansi agar laporan keuangan menjadi lebih relevan, dapat dipercaya, dan benar-benar berguna untuk pengambilan keputusan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Maya Lisnawati -
Assalamualaikum
Nama: Maya Lisnawati
NPM: 2413031043

Jurnal ini membahas peran teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Penulis menyoroti bahwa tujuan laporan keuangan belum sepenuhnya sejalan dengan prinsip representational theory of measurement yang berlaku dalam ilmu sosial. Akuntansi selama ini dianggap sebagai disiplin pengukuran, namun praktik pengukuran akuntansi tidak memiliki teori yang kuat sebagai dasar ilmiah. Teori pengukuran sendiri berfungsi menetapkan objek yang diukur, standar pembanding, serta satuan yang dipakai. Tanpa teori tersebut, informasi dalam laporan keuangan menjadi ambigu dan sulit dipastikan kebenarannya. Penelitian ini juga meninjau kembali tujuan laporan keuangan, seperti menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan, memprediksi arus kas, menilai kinerja manajemen, serta mengevaluasi posisi keuangan. Namun, penulis menilai tujuan tersebut belum konsisten dengan prinsip dasar teori pengukuran karena konsep nilai dan biaya dalam akuntansi masih kabur. Selain itu, laporan keuangan sering menggunakan estimasi dan asumsi yang tidak dapat dianggap sebagai hasil pengukuran yang benar-benar faktual. Kesimpulannya, akuntansi tidak dapat disebut sebagai disiplin pengukuran yang utuh sebelum memiliki teori pengukuran yang mendasari praktiknya. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teori akuntansi yang mampu mendukung tujuan laporan keuangan secara ilmiah, sehingga informasi yang dihasilkan benar-benar relevan, dapat dibandingkan, dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Dini Hanifa -
Nama: Dini Hanifa
NPM: 2413031055
Kelas: 24b
The Role Of Measurement Theory In Supporting The Objectives Of The Financial Statements

Jurnal ini membahas pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Pengukuran dalam akuntansi merupakan proses esensial yang bertujuan untuk menghasilkan informasi keuangan yang akurat dan berguna bagi pengambil keputusan. Akuntansi sebagai disiplin ilmu sosial menerapkan teori representasional pengukuran yang menegaskan bahwa pengukuran harus didasarkan pada pemahaman atribut yang diukur dan struktur skala yang digunakan. Tanpa adanya definisi yang jelas tentang apa yang diukur dan tujuan pengukuran, kegiatan pengukuran tidak akan bermakna.

Dalam konteks laporan keuangan, pengukuran digunakan untuk mengakui dan mencatat nilai berbagai elemen laporan seperti aset dan kewajiban berdasarkan standar yang dapat diandalkan, sehingga menghasilkan informasi yang relevan untuk pengguna laporan, terutama investor dan kreditor. Namun, terdapat kendala karena beberapa tujuan laporan keuangan tidak sepenuhnya selaras dengan prinsip teori pengukuran representasional, misalnya sifat pengukuran yang bersifat perkiraan, ketergantungan pada asumsi kelangsungan usaha, dan ketidakjelasan definisi nilai yang diukur.

Jurnal ini menyimpulkan bahwa meskipun akuntansi menggunakan pengukuran sebagai dasar pelaporan, masih ada perbedaan antara tujuan laporan keuangan dan prinsip-prinsip teori pengukuran ilmiah. Akuntansi harus lebih mengakui keterbatasan ini dan mengembangkan konsep pengukuran yang lebih jelas dan sesuai agar informasi laporan keuangan dapat lebih terpercaya dan bermakna. Peran teori pengukuran adalah penting sebagai dasar ilmiah untuk memperkuat dan melengkapi tujuan-tujuan pelaporan keuangan dalam konteks akuntansi modern.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Rizky Widyaningrum -
Nama: Rizky Widyaningrum
NPM: 2413031060

Jurnal ini membahas kesenjangan antara teori dan praktik dalam akuntansi manajemen. Selama ini, penelitian sering dianggap terlalu teoritis sehingga sulit dipakai di lapangan, sedangkan teori praktis justru kurang memiliki dasar ilmiah yang kuat. Untuk mengatasinya, penulis menawarkan konsep pragmatic science, yaitu ilmu yang relevan sekaligus berbasis bukti penelitian. Salah satu cara mewujudkannya adalah melalui systematic literature review yang dapat menyusun pengetahuan akademik agar lebih mudah diterapkan. Studi kasus di perusahaan otomotif Van den Udenhout menunjukkan bagaimana teori dipakai untuk memperbaiki hubungan pelanggan dan kerja sama antar departemen. Hasil intervensi memang membantu, namun juga memunculkan efek tak terduga yang justru memperkaya teori. Kesimpulannya, akuntansi manajemen perlu menggabungkan teori akademik dengan pengalaman praktis agar lebih bermanfaat bagi organisasi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Adzra Ati'iqah -
Nama : Adzra Ati'iqah
Npm : 2413031056

Peran Teori Pengukuran dalam Mendukung Tujuan Laporan Keuangan
tujuan laporan keuangan tidak selaras dengan prinsip-prinsip yang membangun pengukuran dalam ilmu sosial, sehingga tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran. Konsep pengukuran mengandaikan adanya pemahaman mengenai keadaan pokok, dan dengan demikian, tujuan dari suatu disiplin pengukuran hanya bermakna apabila terdapat teori pengukuran yang melandasinya. Saat ini, akuntansi dianggap sebagai suatu disiplin pengukuran dengan tujuan pengukuran yang lengkap, meskipun tanpa adanya teori pengukuran yang memasukkan tujuan dari proses pengukuran tersebut. Dalam studi ini, prinsip-prinsip teori representasional pengukuran (suatu teori yang membangun pengukuran dalam ilmu sosial) digunakan untuk menekankan bahwa tujuan laporan keuangan bukanlah tujuan pengukuran kecuali jika didukung oleh teori pengukuran. Oleh karena itu, laporan keuangan tidak dapat memuat informasi pengukuran sampai suatu teori pengukuran dikembangkan yang memasukkan tujuan dari proses pengukuran akuntansi.

literatur akuntansi menganggap konsep pengukuran sebagai hal yang fundamental dalam penyusunan laporan keuangan, dan bahkan menilai bahwa penyusunan laporan keuangan tidak mungkin dilakukan tanpa adanya pengukuran. Namun demikian, meskipun literatur menyatakan bahwa pengukuran merupakan bagian yang tak terpisahkan dari akuntansi, analisis terhadap definisi, tujuan, dan sasaran akuntansi menunjukkan bahwa konsep pengukuran dalam akuntansi tidak selaras dengan prinsip-prinsip ilmiah pengukuran. Faktanya, pengukuran berperan sangat kecil, atau bahkan tidak berperan sama sekali, dalam penyusunan laporan keuangan.

Beberapa isu utama yang muncul dapat dirangkum sebagai berikut:
Literatur akuntansi mengimplikasikan adanya tingkat akurasi pengukuran akuntansi yang tidak konsisten dengan konsep pengukuran.
Pengukuran pada hakikatnya tidak lebih dari sekadar perkiraan, dan semua pengukuran mengandung kesalahan dalam bentuk tertentu.
Pengukuran akuntansi tidak mencerminkan keberadaan konsep kesalahan (error) tersebut
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Murni Solekha -
Nama: Murni Solekha
NPM: 2413031061

Jurnal “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” membahas hubungan antara teori pengukuran dengan tujuan laporan keuangan. Jurnal ini menjelaskan bahwa meskipun akuntansi sering dipandang sebagai disiplin pengukuran, praktiknya belum memiliki teori pengukuran yang kokoh sebagaimana dalam ilmu sosial lainnya. Konsep nilai (value) dalam akuntansi masih tidak jelas, sehingga sulit ditetapkan sebagai objek yang benar-benar terukur. Padahal, teori pengukuran seharusnya mencakup objek yang diukur, standar pembanding, serta skala pengukuran yang jelas. Laporan keuangan juga sering menyajikan informasi seakan-akan pasti, padahal pengukuran selalu mengandung kesalahan dan hanya bersifat perkiraan. Tujuan laporan keuangan, seperti membantu pengambilan keputusan, menilai arus kas, atau mengukur kinerja manajemen, juga tidak sepenuhnya selaras dengan prinsip teori representasional pengukuran. Akibatnya, muncul keraguan apakah akuntansi dapat benar-benar dianggap sebagai disiplin pengukuran. Oleh karena itu, penulis menyimpulkan bahwa akuntansi perlu mengembangkan teori pengukuran yang jelas dan konsisten agar tujuan laporan keuangan tidak kabur serta hasil pengukurannya dapat lebih bermakna dan dapat dipertanggungjawabkan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Olivia Rahma Dani -
Nama : Olivia Rahma Dani
NPM : 2413031039

Jurnal diatas membahas tentang teori pengukuran merupakan elemen penting dalam ilmu sosial, termasuk akuntansi, karena menetapkan tujuan, metode, dan standar dalam proses pengukuran. Dalam konteks sosial, pengukuran harus mencerminkan atribut yang jelas dan diketahui dari objek yang diukur, serta dilakukan menggunakan skala yang tepat dan representatif. Teori pengukuran representasional menekankan bahwa pengukuran adalah proses penugasan angka atau entitas matematis terhadap struktur konseptual yang memiliki dasar empiris dan tujuan jelas.

Dalam akuntansi, pengukuran memainkan peran sentral dalam pengakuan elemen-elemen laporan keuangan. Standar akuntansi seperti kerangka kerja IASB (2009) menyatakan bahwa suatu item harus dapat diukur secara andal dalam satuan moneter agar bisa diakui dalam laporan keuangan. Dengan demikian, tidak ada laporan keuangan yang bisa disusun tanpa proses pengukuran. Namun, meskipun akuntansi disebut sebagai disiplin pengukuran, terdapat kritik bahwa pengukuran dalam akuntansi tidak selalu memenuhi prinsip teori pengukuran representasional. Misalnya, konsep "nilai" dalam akuntansi sering dianggap ambigu dan subjektif, sehingga sulit dipastikan bahwa angka dalam laporan keuangan benar-benar merepresentasikan realitas ekonomi secara akurat.

Selain itu, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna eksternal, seperti investor dan kreditur. Akan tetapi, ketidakpastian dalam kebutuhan informasi serta fokus pada kelompok pengguna tertentu dapat menyebabkan informasi akuntansi menjadi bias dan kurang bermakna secara universal. Terlebih lagi, jika pengukuran akuntansi digunakan untuk tujuan prediktif, maka seharusnya didasarkan pada teori yang kuat dan memenuhi prinsip-prinsip ilmiah pengukuran, yang masih diragukan dalam praktik akuntansi saat ini. Oleh karena itu, walaupun akuntansi menggunakan istilah dan metode pengukuran, banyak aspek konseptualnya belum sepenuhnya selaras dengan teori pengukuran modern.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Nuzulliana 2413031064 -
Nama: Nuzulliana
NPM: 2413031064

Jurnal ini mengkritisi kesesuaian konsep pengukuran dalam akuntansi dengan prinsip-prinsip teori pengukuran yang berlaku di ilmu sosial, khususnya teori representasional. Penulis menegaskan bahwa tujuan penyusunan laporan keuangan tidak sepenuhnya selaras dengan prinsip dasar pengukuran, sehingga laporan keuangan tidak benar-benar mengandung informasi pengukuran sampai ada teori pengukuran yang kokoh yang mendasari tujuan tersebut. Akuntansi saat ini dianggap sebagai disiplin pengukuran, tetapi belum mampu mengembangkan teori pengukuran yang menyertakan tujuan proses pengukuran tersebut. Jurnal ini membahas bahwa pengukuran harus didasari oleh teori yang jelas yang merinci tujuan, metode, dan standar pengukuran. Namun, dalam praktik akuntansi, konsep nilai atau biaya yang diukur tidaklah jelas dan tidak distandarisasi secara empiris. Jurnal juga membahas ketidaksesuaian berbagai tujuan laporan keuangan dengan prinsip representasional pengukuran, termasuk aspek ketergantungan pada estimasi, asumsi going concern, dan ketidakpastian masa depan sehingga nilai yang dilaporkan seringkali bersifat perkiraan atau subjektif. Kesimpulannya, akuntansi belum sepenuhnya mengintegrasikan teori pengukuran yang konsisten dalam penyusunan laporan keuangan. Penulis merekomendasikan perlunya evaluasi ulang peran pengukuran dan pengembangan teori akuntansi yang lebih mendasar untuk mendukung tujuan laporan keuangan secara ilmiah dan empiris.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Asnia Sundari -
Nama: Asnia Sundari
NPM: 2413031040

Accounting is more than numbers; it needs a sound measurement foundation.This paper highlights the role of measurement theory in accounting, especially dalam penyusunan financial statements. Dalam akuntansi modern, measurement sering dianggap sebagai inti dari praktik pencatatan, karena hampir semua laporan keuangan melibatkan angka (cost, value, income, atau assets). Namun, the study argues bahwa accounting belum sepenuhnya didukung oleh theory of measurement yang kuat, seperti halnya ilmu sosial lain menggunakan representational measurement theory.
Intinya, measurement tidak sekadar “menghitung” atau “mengklasifikasikan” uang, tetapi membutuhkan teori yang jelas tentang apa yang diukur, dengan skala apa, dan untuk tujuan apa. Without a clear measurement theory, financial statements risk menjadi ambigu. Misalnya, konsep value dalam akuntansi sering kabur yang terkadang berarti historical cost, kadang fair value, dan keduanya bisa diperdebatkan. Hal ini membuat laporan keuangan sulit memenuhi prinsip meaningfulness dalam teori pengukuran.
Selain itu, measurement in accounting selalu approximate, never exact. Semua pengukuran mengandung error. Namun, akuntansi sering memberi kesan seolah-olah angka dalam laporan keuangan adalah benar dan objektif, padahal banyak dipengaruhi estimasi, asumsi, dan kondisi sosial.
Kesimpulannya, jika akuntansi ingin benar-benar menjadi measurement discipline, it must develop a solid theory of accounting measurement yang jelas mendefinisikan objek, tujuan, serta skala pengukuran. Otherwise, the objectives of financial statements (decision making, prediction, comparability) tidak akan sepenuhnya tercapai.
Sekian, terima kasih bu.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Virginia Shaulan Zailani -
Nama: Virginia Shaulan Zailani
NPM: 2413031069

Jurnal The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements membahas hubungan antara teori pengukuran dan tujuan laporan keuangan. Penulis menegaskan bahwa meskipun akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, konsep pengukurannya tidak sepenuhnya sesuai dengan teori pengukuran representasional dalam ilmu sosial.

Tujuan laporan keuangan, seperti membantu pengambilan keputusan ekonomi, memprediksi arus kas, dan menilai kinerja manajemen, sering kali bergantung pada nilai dan estimasi yang ambigu. Hal ini membuat informasi yang dihasilkan tidak benar-benar memenuhi syarat sebagai hasil pengukuran ilmiah. Selain itu, laporan keuangan tidak memperhitungkan unsur kesalahan (error) yang seharusnya melekat dalam setiap proses pengukuran.

Kesimpulannya, akuntansi masih kekurangan teori pengukuran yang kuat. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan kerangka teoritis agar laporan keuangan dapat lebih konsisten, akurat, dan bermakna.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Anindia Maharani -
Nama : Anindia Maharani
NPM : 2413030142

jurnal karya Saratiel Weszerai Musvoto ini menyoroti adanya ketidak sesuaian antara tujuan laporan keuangan dan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial. Penelitian ini menegaskan bahwa tujuan laporan keuangan tidak bisa dianggap sebagai standar pengukuran yang sah jika tidak didukung oleh teori pengukuran yang kuat.
Poin-poin penting yang dibahas meliputi: Akuntansi sering dianggap sebagai ilmu yang melakukan pengukuran, padahal sebenarnya tidak memiliki teori pengukuran yang jelas; tujuan laporan keuangan kurang sesuai dengan prinsip-prinsip ilmiah; terlalu fokus pada ketepatan, padahal pengukuran selalu mengandung perkiraan; tidak ada definisi yang jelas tentang apa yang diukur; dan tujuan laporan keuangan seringkali kurang jelas dan bisa diartikan berbeda-beda.
Sebagai penutup, jurnal ini menyatakan bahwa konsep pengukuran dalam akuntansi tidak sepenuhnya sejalan dengan prinsip-prinsip pengukuran ilmiah. Oleh karena itu, disarankan agar bidang akuntansi mereview ulang fungsi pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan. Jika akuntansi ingin diakui sebagai ilmu pengukuran, maka harus didukung oleh teori pengukuran yang kuat agar laporan keuangan bisa lebih dipertanggung jawabkan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Az Zahra Syahlia Putri -
Nama : Az Zahra Syahlia Putri
Npm : 2413031041

Menurut jurnal yang sudah saya baca,Jurnal ini membahas tentang kontribusi teori pengukuran dalam mendukung tujuan utama dari laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa laporan keuangan tidak sekadar berfungsi sebagai catatan transaksi, tetapi juga sebagai alat komunikasi yang menyajikan informasi krusial bagi beragam pihak, termasuk investor, kreditor, pengawas, dan manajemen. Untuk memastikan bahwa informasi tersebut benar-benar berguna, pemilihan dasar pengukuran harus dilakukan dengan cermat, karena ini akan berpengaruh pada tingkat relevansi, keandalan, dan kegunaan informasi akuntansi.

berbagai dasar pengukuran yang umum digunakan dalam praktik akuntansi. Historical cost dianggap sebagai metode klasik yang relatif objektif dan mudah untuk diverifikasi. Namun, kelemahan dari metode ini adalah ketidakmampuannya untuk mencerminkan nilai ekonomi yang terbaru. Sebaliknya, current cost dan realisable value berusaha menyajikan nilai terkini, meskipun sering kali terbentur pada batasan ketika diterapkan. Di samping itu, fair value dianggap lebih bisa menggambarkan keadaan pasar saat ini dan menyediakan informasi yang relevan, tetapi datang dengan tantangan subjektivitas dalam menentukan nilai serta kemungkinan volatilitas pada laporan keuangan.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Danu Akta Alam -
Assaalamualaikum Wr. Wb.
Nama : Danu Akta Alam
NPM : 2413031052

Artikel ini menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan belum sejalan dengan prinsip teori pengukuran dalam ilmu sosial. Akuntansi selama ini dianggap sebagai disiplin yang berorientasi pada pengukuran, namun belum memiliki teori pengukuran yang mendasari prosesnya. Menurut teori pengukuran representasional, setiap proses pengukuran harus memiliki tujuan, skala, dan standar yang jelas agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam praktik akuntansi, konsep nilai dan biaya belum memiliki definisi empiris yang pasti, sehingga belum memenuhi kriteria sebagai hasil pengukuran ilmiah. Berdasarkan telaah terhadap dua belas tujuan laporan keuangan Komite Trueblood, ditemukan bahwa sebagian besar tujuan tersebut tidak sesuai dengan prinsip teori pengukuran karena masih bersifat subjektif, bergantung pada pertimbangan manajemen, dan kurang memiliki dasar teoritis. Kondisi ini membuat laporan keuangan lebih bersifat deskriptif daripada bersifat objektif dan terukur. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akuntansi belum dapat dianggap sebagai disiplin pengukuran sejati karena tidak memiliki teori pengukuran yang mampu menjelaskan dan mendukung tujuan laporan keuangan. Oleh sebab itu, diperlukan pembaruan dan penegasan teori pengukuran dalam akuntansi agar laporan keuangan dapat memberikan informasi yang lebih ilmiah, akurat, serta bermakna bagi para penggunanya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh ALZIRAH SABRINA -
Nama: Alzirah Sabrina
NPM: 2413031049
Kelas: 24 B

Artikel yang berjudul “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” memiliki makna teoretis yang mendalam serta memberikan kritik fundamental terhadap praktik akuntansi konvensional. Menurut Saratiel Weszerai Musvoto, akuntansi selama ini mengklaim dirinya sebagai disiplin pengukuran karena menggunakan angka-angka moneter untuk menggambarkan fenomena ekonomi. Namun, klaim tersebut dianggap lemah secara ilmiah, sebab akuntansi belum sepenuhnya memenuhi kriteria pengukuran ilmiah sebagaimana dijelaskan dalam teori pengukuran representasional (representational measurement theory).

Dalam teori tersebut, suatu kegiatan pengukuran ilmiah harus memenuhi tiga unsur utama, yaitu:
1. Memiliki objek atau atribut yang jelas untuk diukur,
2. Menggunakan skala atau standar pengukuran yang terdefinisi, dan
3. Memiliki hubungan matematis yang konsisten antara objek empiris dan simbol numerik yang merepresentasikannya.

Musvoto menilai bahwa akuntansi tidak memiliki ketiga unsur tersebut secara tegas. Sebagai contoh, konsep “nilai” dalam laporan keuangan bersifat subjektif dan tidak memiliki definisi ilmiah yang pasti. Akibatnya, angka-angka dalam laporan keuangan lebih bersifat simbolis daripada hasil pengukuran empiris. Bahkan istilah seperti fair value, cost, dan income kerap digunakan tanpa adanya dasar teoretis yang menjelaskan bagaimana nilai-nilai tersebut ditetapkan atau diukur secara ilmiah.

Lebih lanjut, Musvoto juga mengkritik bahwa tujuan laporan keuangan sebagaimana dirumuskan oleh lembaga seperti IASB atau AAA tidak dapat dikategorikan sebagai tujuan pengukuran, karena tidak berlandaskan teori pengukuran yang kuat. Dengan kata lain, laporan keuangan tidak benar-benar mengukur realitas ekonomi, melainkan hanya mendeskripsikan atau mencatat transaksi dalam bentuk simbol moneter.

Sebagai kesimpulan, Musvoto menegaskan bahwa akuntansi membutuhkan teori pengukuran yang kokoh agar dapat disebut sebagai disiplin ilmiah yang sejati. Tanpa adanya dasar pengukuran yang jelas, informasi keuangan yang dihasilkan akuntansi hanyalah produk dari konvensi sosial, bukan hasil pengukuran ilmiah yang valid dan dapat diuji secara objektif.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Anggit Yunizar -
Nama : Anggit Yunizar
NPM : 2413031046

 meskipun akuntansi sering kali disebut sebagai “ilmu pengukuran”, pada kenyataannya, konsep pengukuran dalam akuntansi belum memiliki landasan teori yang kokoh. Se selama ini, laporan keuangan dianggap sebagai hasil dari pengukuran nilai ekonomi suatu perusahaan, namun menurutnya, hal tersebut belum dapat dibilang sebagai “pengukuran ilmiah” karena tak ada teori pengukuran yang jelas yang mendasarinya. Ia mengacu pada representational theory of measurement teori pengukuran dalam bidang sosial yang menegaskan bahwa suatu pengukuran harus memiliki objek yang jelas, satuan ukur yang tepat, dan hasil yang dapat dibandingkan. Dalam akuntansi, konsep seperti “nilai” dan “biaya” masih kurang jelas dan sering kali ditaksir berbeda-beda, sehingga proses pengukurannya pun tidak bisa sepenuhnya objektif.

Musvoto juga menekankan dua belas tujuan laporan keuangan yang pernah dirumuskan oleh Trueblood Committee. Ia berpendapat bahwa sebagian besar dari tujuan tersebut tidak sejalan dengan prinsip-prinsip teori pengukuran. Sebagai contoh, laporan keuangan bertujuan untuk mendukung pengambilan keputusan, tetapi kenyataannya banyak informasi di dalamnya yang bersifat estimasi atau asumsi. Selain itu, laporan keuangan sering digunakan untuk menilai kinerja manajemen, padahal ukuran yang tepat mengenai “kinerja” dan cara mengukurnya belum ada. Bahkan istilah “informasi faktual” juga diragukan, sebab tidak sedikit data dalam akuntansi yang bersifat subjektif serta tidak benar-benar mencerminkan kenyataan.

Kesimpulannya adalah pengukuran akuntansi modern masih jauh dari pengukuran ilmiah yang sebenarnya. Ia berpendapat bahwa akuntansi lebih pantas dianggap sebagai alat komunikasi ekonomi daripada sebagai alat pengukuran yang objektif. Oleh karena itu, ia merekomendasikan agar dunia akuntansi mulai mengembangkan teori pengukuran yang jelas dan konsisten. Dengan adanya teori ini, akuntansi dapat menjadi lebih ilmiah, dan laporan keuangan dapat benar-benar menjadi hasil pengukuran yang dapat dipercaya, bukan sekedar hasil interpretasi atau perkiraan ekonomi.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Najwa Denita Syafitri -
Assalamu'alaikum wr, wb.
Nama : Najwa Denita Syafitri
Npm : 2413031065

Jurnal diatas menjelaskan bahwa akuntansi selama ini sering disebut sebagai ilmu pengukuran karena tujuannya adalah mengukur dan melaporkan informasi keuangan. Dalam teori pengukuran sosial (representational measurement theory), setiap proses pengukuran harus memenuhi beberapa syarat penting. Pertama, harus jelas apa yang diukur. Kedua, harus ada skala pengukuran yang digunakan secara konsisten. Ketiga, hasil pengukuran harus benar-benar menggambarkan kenyataan yang ada. Sayangnya, praktik akuntansi sering kali tidak memenuhi ketiga hal ini. Misalnya, nilai “value” atau “cost” dalam laporan keuangan tidak selalu memiliki dasar nyata yang pasti dan lebih banyak bergantung pada asumsi atau perkiraan.
Laporan keuangan juga disebut sebagai hasil proses pengukuran, tetapi banyak isinya yang tidak bisa disebut pengukuran sejati karena bersifat subjektif dan tidak dapat diverifikasi secara ilmiah. Contohnya, nilai aset atau laba sering ditentukan berdasarkan estimasi masa depan, bukan hasil pengamatan langsung.
Musvoto juga meninjau dua belas tujuan laporan keuangan yang pernah ditetapkan oleh Trueblood Committee (1971). Setelah dianalisis, ia menyimpulkan bahwa tidak satu pun dari tujuan tersebut benar-benar sejalan dengan prinsip teori pengukuran yang representasional. Alasannya karena informasi akuntansi sering tidak pasti, tidak objektif, dan berbeda antarperusahaan, sehingga tidak bisa dikatakan sebagai hasil pengukuran yang sah.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Alfiya Nadhira Syifa -
Nama: Alfiya Nadhira Syifa
NPM: 2413031037

Jurnal yang berjudul “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” karya Saratiel Weszerai Musvoto membahas hubungan antara teori pengukuran dan tujuan laporan keuangan. Penulis menilai bahwa selama ini akuntansi dianggap sebagai ilmu pengukuran karena melibatkan penetapan angka atau nilai uang dalam laporan keuangan. Namun, pandangan tersebut belum sepenuhnya tepat, sebab akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang jelas seperti halnya disiplin ilmu lain di bidang sosial. Dalam teori pengukuran representasional, setiap proses pengukuran harus memiliki tujuan yang pasti, dasar pembanding, dan skala yang dapat diuji secara empiris. Sementara itu, praktik akuntansi masih bergantung pada asumsi dan kebiasaan tanpa teori yang benar-benar menjelaskan bagaimana nilai seharusnya diukur.

Musvoto menyoroti bahwa konsep “nilai” dalam akuntansi sering kali kabur dan tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat. Banyak elemen laporan keuangan, seperti aset atau laba, hanya dihitung berdasarkan perkiraan dan kondisi yang belum tentu dapat diverifikasi secara nyata. Akibatnya, angka-angka dalam laporan keuangan tidak selalu mencerminkan realitas ekonomi yang objektif, melainkan sekadar pendekatan atau perkiraan. Penulis menyimpulkan bahwa agar akuntansi benar-benar bisa disebut sebagai disiplin pengukuran, diperlukan teori pengukuran yang jelas dan konsisten untuk mendukung tujuan laporan keuangan, sehingga informasi yang disajikan bisa lebih akurat, andal, dan bermakna bagi penggunanya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Muhammad Syafiq Al Ghifary -
Nama: Muhammad Syafiq Al Ghifary
NPM: 2413031044

Artikel ini menyoroti perlunya fondasi teori pengukuran dalam akuntansi, terutama bagaimana tujuan laporan keuangan tidak selalu selaras dengan prinsip-prinsip representational measurement. Pengukuran dalam akuntansi kerap dipahami sebagai “art of measuring,” namun tanpa teori pengukuran yang jelas, informasi yang tersaji dalam laporan keuangan tidak sepenuhnya merepresentasikan realitas ekonomi. Teori pengukuran representasional menekankan adanya struktur empiris, skala pengukuran, dan representing structure yang konsisten untuk memastikan makna angka dapat diinterpretasikan secara valid. Dalam konteks ini, proses penyusunan laporan keuangan (berdasarkan kerangka kerja IASB) dipandang sebagai aktivitas pengukuran, dengan asumsi bahwa elemen laporan keuangan memiliki biaya atau nilai yang dapat diukur secara andal. Namun, analisis kritis menunjukkan beberapa kendala: nilai historis, nilai wajar, dan estimasi sering bersifat tidak pasti dan tidak selalu memenuhi kriteria pengukuran empiris. Akibatnya, klaim bahwa laporan keuangan secara mutlak mencerminkan kebenaran empiris perlu direduksi dengan mempertimbangkan adanya ketidaklengkapan dalam teori pengukuran akuntansi. ujuan laporan keuangan menurut Trueblood committee, terkait dengan kebutuhan pengguna dan kemampuan prediktifnya. Beberapa tujuan menekankan keputusan ekonomi, akses informasi bagi pengguna dengan sumber daya terbatas, serta kemampuan untuk memprediksi arus kas. Tantangannya adalah bagaimana tujuan-tujuan tersebut dapat selaras dengan teori pengukuran jika tidak didukung oleh kerangka teori yang memadai. menyoroti bahwa nilai saat ini dan going concern dapat membatasi kemampuan laporan keuangan untuk berfungsi sebagai ukuran empiris yang akurat, karena realitas ekonomi bersifat dinamis dan sering melibatkan estimasi serta asumsi masa depan. Secara praktis, rekomendasinya adalah memperkuat landasan teori pengukuran dalam akuntansi melalui definisi properti yang diukur, skala pengukuran, dan standar pengukuran yang konsisten. Hal ini diharapkan meningkatkan interpretabilitas, validitas, dan perbandingan informasi keuangan lintas entitas, sambil tetap memperhatikan kebutuhan pengguna dan keterbatasan konseptual yang melekat pada pengukuran dalam bidang sosial.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Laura Aulia Novriandila Laura -
Assalamu'alaikum wr, wb.
Nama : Laura Aullia Novriandila
Npm : 2413031051

Artikel berjudul “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” yang ditulis oleh Saratiel Weszerai Musvoto (2011) menyoroti adanya ketidakharmonisan antara tujuan laporan keuangan dengan prinsip-prinsip teori pengukuran dalam ilmu sosial, khususnya representational theory of measurement. Penulis menegaskan bahwa meskipun akuntansi kerap dipandang sebagai disiplin yang berfokus pada pengukuran, bidang ini belum memiliki teori pengukuran yang kokoh sebagaimana yang berlaku dalam disiplin ilmiah lain.

Musvoto berpendapat bahwa setiap proses pengukuran seharusnya didasari oleh teori yang menetapkan tujuan, standar, serta satuan ukur yang jelas. Dalam praktik akuntansi, konsep nilai seperti “cost” dan “value” sering kali tidak memiliki dasar empiris yang kuat dan tidak didukung oleh teori pengukuran yang sistematis. Akibatnya, laporan keuangan belum sepenuhnya dapat dianggap sebagai hasil dari proses pengukuran ilmiah yang akurat.

Dengan menganalisis dua belas tujuan laporan keuangan yang dirumuskan oleh Trueblood Committee, Musvoto menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan tersebut tidak sesuai dengan prinsip representasional karena masih bersifat subjektif, mengandung unsur estimasi, dan tidak dapat diuji secara empiris.

Sebagai penutup, penelitian ini menekankan bahwa konsep pengukuran dalam akuntansi masih bersifat normatif dan belum ilmiah sepenuhnya. Oleh karena itu, diperlukan pengembangan teori pengukuran yang lebih komprehensif untuk mendukung tujuan laporan keuangan agar informasi yang disajikan menjadi lebih valid, relevan, dan dapat dipercaya.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Mega Marsanda Putri -
Nama: Mega Marsanda Putri
Npm: 2413031054

Jurnal ini membahas tentang teori pengukuran dalam mendukung tujuan penyusunan laporan keuangan. Pengukuran yang valid memerlukan adanya teori pengukuran yang jelas di mana mencakup penentuan tujuan, standar, dan skala pengukuran.

Teori pengukuran sosial, terutama teori representasional, mengharuskan bahwa pengukuran harus mempresentasikan fenomena nyata dengan skala yang unik dan konsisten. Dalam konteks akuntansi, nilai yang diukur dapat berupa nilai moneter dari aset dan kewajiban. Namun, definisi nilai ini tidak jelas dan sifatnya ambigu sehingga sulit untuk dijadikan objek pengukuran yang ilmiah.

Jurnal ini juga mengulas tentang tujuan laporan keuangan yang telah ditetapkan secara empiris dan menemukan banyak tujuan tersebut tidak memenuhi kriteria teori pengukuran. Contohnya seperti nilai aset dan pendapatan yang dilaporkan seringkali bergantung pada asumsi masa depan atau estimasi yang belum pasti, sehingga tidak dapat dianggap sebagai pengukuran yang tepat dan akurat. Selain itu, informasi dalam laporan keuangan banyak mengandung pendekatan subjektif seperti catatan buku dan estimasi, sehingga tidak bisa diukur secara empirik.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Gusti Ngurah Soma Adnyane -
Nama: Gusti Ngurah Soma Adnyane
NPM: 2413031063
Kelas: 2024B
Artikel “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” menegaskan bahwa akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang ilmiah dan konsisten. Meskipun laporan keuangan dianggap sebagai hasil pengukuran, konsep seperti nilai dan biaya belum didefinisikan secara objektif. Akibatnya, tujuan laporan keuangan tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip teori pengukuran representasional. Penulis menyimpulkan bahwa agar laporan keuangan benar-benar bermakna dan dapat dipercaya, akuntansi perlu memiliki teori pengukuran yang jelas dan terukur secara ilmiah.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Maya Khoyrotun Nisa -
Nama: Maya Khoyrotun Nisa
NPM: 2413031045

Artikel ini menunjukkan bahwa konsep pengukuran sangat penting dalam penyusunan laporan keuangan, namun praktik akuntansi belum sepenuhnya selaras dengan prinsip teori pengukuran representasional dalam ilmu sosial. Pengukuran dalam akuntansi diartikan sebagai penentuan nilai moneter atas elemen-elemen laporan keuangan untuk memberikan informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi. Namun, nilai atau biaya yang diukur tidak didefinisikan secara tegas sehingga menimbulkan ambiguitas dan ketidakjelasan dalam pengukuran.
Beberapa tujuan laporan keuangan, seperti menyediakan informasi yang berguna untuk memprediksi arus kas, membandingkan kinerja, serta mengevaluasi kemampuan manajemen, tidak sepenuhnya kompatibel dengan prinsip pengukuran ilmiah karena bergantung pada asumsi dan estimasi subjektif serta peristiwa masa depan yang tidak dapat diukur secara pasti. Selain itu, pengukuran dalam akuntansi sering kali bersifat aproksimasi dengan adanya unsur kesalahan, berbeda dengan konsepsi pengukuran yang mengharuskan adanya skala yang jelas dan objek yang dapat diukur secara empiris.
Sebagai balasan Kiriman pertama

Re: ACTIVITY: RESUME

oleh Revalina revalina -

Nama : Revalina
NPM : 2413031039

Jurnal diatas membahas tentang teori pengukuran merupakan elemen penting dalam ilmu sosial, termasuk akuntansi, karena menetapkan tujuan, metode, dan standar dalam proses pengukuran. Dalam konteks sosial yang diketahui, pengukuran harus mencerminkan atribut yang jelas dan dari objek yang diukur, serta dilakukan menggunakan skala yang tepat dan representatif. Teori pengukuran representasi ketegangan bahwa pengukuran adalah proses pengugasan angka atau entitas matematis terhadap struktur konseptualisasi yang memiliki dasar empiris dan tujuan yang jelas.

Dalam akuntansi, pengukuran memainkan peran sentral dalam pengakuan elemen-elemen laporan keuangan. Standar akuntansi seperti kerangka kerja IASB (2009) menyatakan bahwa suatu item harus dapat diukur secara andal dalam satuan moneter agar dapat diakui dalam laporan keuangan. Dengan demikian, tidak ada laporan keuangan yang bisa disusun tanpa proses pengukuran. Namun, meskipun akuntansi disebut sebagai disiplin pengukuran, terdapat kritik bahwa pengukuran dalam akuntansi tidak selalu memenuhi prinsip teori pengukuran representasional. Misalnya, konsep “nilai” dalam akuntansi sering dianggap ambigu dan subjektif, sehingga sulit dipastikan bahwa angka dalam laporan keuangan benar-benar mewakili kenyataan ekonomi secara akurat. Selain itu, laporan keuangan bertujuan untuk memberikan informasi berguna bagi pengambilan keputusan ekonomi oleh pengguna eksternal, seperti investor dan kreditur. Namun penyebaran kebutuhan informasi serta fokus pada kelompok pengguna tertentu dapat menyebabkan informasi akuntansi menjadi bias dan kurang bermakna secara universal. Terlebih lagi, jika pengukuran akuntansi digunakan untuk tujuan prediktif, maka seharusnya didasarkan pada teori yang kuat dan memenuhi prinsip-prinsip ilmiah pengukuran, yang masih diragukan dalam praktik akuntansi saat ini. Oleh karena itu, meskipun akuntansi menggunakan istilah dan metode pengukuran, banyak aspek konteksnya belum sepenuhnya selaras dengan teori pengukuran modern.