Buatlah resume singkat esensi isi jurnal di atas, maksimal 250 kata.
ACTIVITY: RESUME
NPM : 2413031001
Artikel The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of Financial Statements karya Saratiel Weszerai Musvoto menyoroti peran teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Studi ini berangkat dari pandangan bahwa akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, namun praktik pengukuran dalam akuntansi belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip representational theory of measurement yang berlaku di ilmu sosial.
Menurut teori pengukuran, setiap proses pengukuran harus didasari oleh teori yang menjelaskan tujuan, objek yang diukur, serta standar pembanding. Dalam akuntansi, laporan keuangan dianggap hasil dari proses pengukuran, namun hingga kini belum ada teori akuntansi yang secara jelas mendefinisikan objek maupun sifat yang diukur, misalnya nilai atau biaya. Akibatnya, pengukuran akuntansi sering bersifat ambigu, kurang objektif, dan tidak mencerminkan sifat ilmiah pengukuran yang menuntut presisi, keterukuran, dan kesesuaian dengan realitas empiris.
Studi ini juga mengkaji dua belas tujuan laporan keuangan (seperti memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, menilai kinerja manajemen, hingga memperkirakan arus kas). Musvoto menunjukkan bahwa sebagian besar tujuan tersebut tidak sepenuhnya konsisten dengan prinsip pengukuran representasional. Misalnya, penggunaan nilai historis, estimasi, maupun going concern tidak memenuhi syarat pengukuran yang harus bersifat objektif, terukur, dan berbasis fenomena nyata.
Kesimpulannya, akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang memadai. Karena itu, tujuan laporan keuangan menjadi kabur dan berpotensi bias. Artikel ini merekomendasikan agar disiplin akuntansi mengembangkan teori pengukuran yang kuat untuk memastikan laporan keuangan benar-benar dapat berfungsi sebagai informasi yang reliabel dan bermakna bagi para pengguna.
NPM : 2413031020
jurnal "The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements" oleh Saratiel Weszerai Musvoto.
Jurnal tersebut menyoroti ketidaksesuaian antara tujuan laporan keuangan dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial, khususnya teori representasi pengukuran. Meskipun akuntansi kerap dianggap sebagai disiplin pengukuran yang sempurna, dalam praktik tata kelola keuangan belum terdapat teori pengukuran yang mapan dan terintegrasi dengan tujuan pengukuran laporan keuangan. Hal ini menimbulkan keraguan apakah laporan keuangan benar-benar mengandung informasi pengukuran yang valid.
Teori pengukuran adalah prasyarat penting agar proses pengukuran memiliki tujuan yang jelas, standar pembanding, dan satuan ukuran yang konsisten. Dalam akuntansi, definisi pengukuran sering kali hanya terbatas pada penugasan nilai moneter terhadap objek akuntansi tanpa kejelasan objek yang diukur dan skala ukuran yang digunakan. Akibatnya, konsep nilai dan biaya dalam akuntansi masih ambigu dan sulit diukur secara objektif.
Jurnal juga menganalisis berbagai tujuan laporan keuangan, seperti menyediakan informasi yang dapat membantu pengambilan keputusan ekonomi dan penilaian manajemen, yang menurut teori pengukuran harus kompatibel dengan teori pengukuran yang memadai. Namun, banyak tujuan tersebut tidak sesuai dengan prinsip representasional pengukuran karena bersifat subjektif, bergantung pada asumsi, estimasi, dan sulit diverifikasi secara empiris.
Kesimpulannya, akuntansi perlu mengevaluasi ulang peran teori pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan agar tujuan pengukuran sesuai dengan standar ilmiah, menghasilkan laporan yang lebih akurat dan dapat dipercaya.
Npm : 2413031004
Pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan dibahas dalam jurnal ini. Penulis mengatakan bahwa akuntansi tidak memiliki teori pengukuran yang lengkap seperti ilmu sosial lain, meskipun akuntansi sering disebut sebagai bidang pengukuran. Menurut teori pengukuran representasional, suatu pengukuran harus memiliki objek yang jelas, skala yang tepat, dan tujuan yang jelas. Karena konsep biaya dan nilai masih ambigu dan sering bergantung pada estimasi dan asumsi di masa depan, hal ini belum lengkap dalam praktik akuntansi.
Memprediksi arus kas, menilai kinerja, atau menilai posisi keuangan adalah salah satu contoh bagaimana laporan keuangan membantu dalam pengambilan keputusan. Namun, prinsip pengukuran tidak sepenuhnya mengakomodasi sebagian besar tujuan tersebut. Misalnya, nilai aset dan liabilitas bergantung pada kondisi ekonomi yang belum tentu pasti. Sebaliknya, teori pengukuran menuntut hasil yang dapat diuji. Selain itu, meskipun setiap pengukuran seharusnya memperhitungkan ketidakpastian, akuntansi jarang menyebutkan adanya "kesalahan pengukuran".
Persoalan akuntansi dianggap sebagai sistem representasi ekonomi daripada disiplin pengukuran. Angka-angka dalam laporan keuangan bukanlah hasil pengukuran yang tepat, mereka lebih berfungsi sebagai simbol untuk membantu pengambilan keputusan. Menciptakan teori pengukuran akuntansi yang lebih kuat adalah penting di sini. Laporan keuangan dapat menjadi alat ilmiah yang lebih kuat daripada hanya dokumen aturan jika mereka memiliki fondasi teori yang kuat.
NPM: 2413031026
Artikel ini menekankan pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Dalam akuntansi, konsep measurement sering digunakan dan dianggap sebagai bagian integral dari praktik pelaporan keuangan. Namun, penulis menyoroti bahwa tujuan laporan keuangan yang ada saat ini tidak sepenuhnya sejalan dengan prinsip-prinsip teori pengukuran representasional yang berkembang di ilmu sosial. Teori pengukuran mengharuskan adanya objek, tujuan, standar, dan satuan yang jelas untuk menjadikan suatu proses sebagai kegiatan pengukuran.
Persoalan utama yang diangkat adalah akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang mapan untuk mendukung tujuan laporan keuangan. Walaupun penyusunan laporan keuangan dipandang sebagai proses pengukuran, praktik akuntansi selama ini lebih menekankan pada pencatatan dan penyajian angka moneter tanpa didasari landasan teoretis yang kuat tentang apa yang sebenarnya diukur. Hal ini menimbulkan keraguan apakah akuntansi benar-benar dapat dikategorikan sebagai disiplin pengukuran.
Lebih lanjut, artikel ini membahas bahwa setiap pengukuran pada dasarnya merupakan pendekatan atau perkiraan, bukan nilai absolut. Namun, dalam akuntansi sering muncul kesan bahwa angka-angka laporan keuangan adalah hasil pengukuran yang tepat, padahal mengandung unsur estimasi dan ketidakpastian. Akibatnya, tujuan laporan keuangan seperti memberikan informasi untuk pengambilan keputusan, menilai kinerja manajemen, atau memprediksi arus kas masa depan seringkali tidak sepenuhnya kompatibel dengan prinsip-prinsip teori pengukuran representasional.
Kesimpulannya, akuntansi perlu mengembangkan teori pengukuran yang jelas agar tujuan laporan keuangan dapat benar-benar didukung. Tanpa adanya teori pengukuran yang kuat, laporan keuangan berisiko hanya dianggap sebagai catatan numerik, bukan hasil pengukuran ilmiah.
Npm : 2413031013
Teori pengukuran dalam akuntansi adalah dasar yang krusial yang mendukung penciptaan informasi keuangan yang dapat dipercaya, relevan, dan memiliki makna bagi para pengguna laporan keuangan. Pengukuran itu sendiri merujuk pada proses penetapan nilai numerik pada sifat atau karakteristik dari objek yang diukur, termasuk aset, kewajiban, pendapatan, dan biaya, dengan tujuan menggambarkan kondisi ekonomi suatu entitas bisnis secara kuantitatif. Jadi, akuntansi tidak sekadar berfungsi sebagai pencatatan, melainkan juga berkaitan erat dengan penilaian berbagai atribut keuangan.
Dalam kerangka ini, terdapat beberapa tipe pengukuran dalam akuntansi. Yang pertama adalah pengukuran fundamental, yang tidak bergantung pada variabel lain dan berdasarkan hukum alam, seperti pengukuran panjang atau volume. Di bidang akuntansi, pengukuran jenis ini dapat diterapkan pada aset dan kewajiban dengan menggunakan skala pengukuran rasio yang bersifat additif, sehingga nilainya dapat dijumlahkan dan diolah secara matematis.
Selanjutnya, ada pengukuran turunan yang diperoleh dari hasil pengukuran variabel lain. Contoh dari pengukuran ini adalah pendapatan dan biaya, di mana pendapatan merupakan hasil dari penjualan yang muncul akibat biaya yang dikeluarkan. Pengukuran ini umumnya merupakan kombinasi dari beberapa pengukuran dasar dan lebih rumit untuk diukur karena melibatkan proses waktu dan aktivitas ekonomi yang dinamis.
Jenis ketiga adalah pengukuran formal atau pengukuran "fiat," yang sering dipergunakan dalam ilmu sosial dan akuntansi. Pengukuran ini tidak selalu berdasarkan teori empiris yang kuat, tetapi lebih kepada konvensi dan kesepakatan yang ada dalam praktik. Dalam situasi ini, angka yang digunakan mungkin tidak mencerminkan nilai riil secara ilmiah, tetapi sesuai dengan kebutuhan regulasi dan pelaporan.
Skala pengukuran dalam akuntansi beragam, mulai dari skala nominal (pengelompokan tanpa urutan), ordinal (peringkat), interval (jarak tetap dengan nol tidak absolut), hingga rasio (nilai dengan nol absolut). Sebagian besar akuntansi mengandalkan skala rasio untuk menilai nilai keuangan, yang memungkinkan dilakukannya operasi matematis lengkap, seperti jumlah nilai aset atau penghitungan laba.
Pengukuran dalam akuntansi bersifat estimasi dan mengandung ketidakpastian akibat keterbatasan data dan asumsi ekonomi yang digunakan. Nilai yang terdapat dalam laporan keuangan umumnya didasarkan pada nilai historis, nilai wajar, atau nilai sekarang dengan pendekatan yang sesuai berdasarkan standar akuntansi yang berlaku. Oleh karena itu, penting untuk memiliki teori pengukuran yang dapat menjelaskan bagaimana angka-angka ini diukur secara konsisten, dapat diandalkan, dan sesuai dengan karakteristik ekonomi yang sebenarnya.
Seiring berjalannya waktu, berbagai metode pengukuran telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dan situasi ekonomi, termasuk pengukuran biaya historis, nilai wajar, dan biaya pengganti saat ini. Perkembangan standar pelaporan keuangan internasional mendorong untuk melakukan harmonisasi dan standardisasi prinsip pengukuran, sehingga informasi yang disajikan menjadi lebih relevan dan dapat dipercaya di berbagai negara dan konteks ekonomi.
Dengan demikian, teori pengukuran dalam akuntansi berfungsi sebagai dasar konseptual yang sangat penting untuk memastikan bahwa proses pengukuran ekonomi dalam laporan keuangan dilakukan dengan tepat dan informatif, memungkinkan pengguna laporan untuk membuat keputusan ekonomi yang lebih baik berdasarkan data yang valid secara ilmiah.
Nama: Triaswari Ayunandini
NPM: 2413031029
Jurnal ini menyajikan argumen kritis bahwa tujuan laporan keuangan tidak kompatibel dengan prinsip-prinsip yang menetapkan pengukuran dalam ilmu sosial, khususnya Teori Pengukuran Representasional. Meskipun akuntansi secara tradisional dianggap sebagai disiplin ilmu pengukuran, ia tidak memiliki teori pengukuran yang mendasarinya untuk menopang proses dan tujuannya.
Penulis berpendapat bahwa pengukuran ilmiah harus menentukan properti yang diukur, memiliki skala pengukuran yang jelas, dan mengakui bahwa pengukuran selalu merupakan aproksimasi, bukan nilai benar yang absolut.
Jurnal ini menemukan beberapa ketidaksesuaian utama dalam akuntansi:
- Akurasi vs. Aproksimasi: Akuntansi menyiratkan keakuratan atau fakta ("factual"), padahal pengukuran secara inheren mengandung kesalahan; nilai empiris yang benar tidak ada.
- Definisi Properti: Konsep nilai atau biaya yang seharusnya diukur tidak didefinisikan secara presisi dan ambigu, sehingga tidak memenuhi syarat sebagai properti yang dapat diidentifikasi dan diuji secara empiris.
- Asumsi Kelangsungan Usaha (Going Concern): Pengukuran (misalnya laba atau nilai aset) bergantung pada peristiwa masa depan, yang bertentangan dengan prinsip pengukuran yang harus terjadi pada titik waktu spesifik.
- Bias Tujuan: Tujuan yang berfokus pada pengguna spesifik (investor) membuat pengukuran akuntansi berisiko bias dan mengurangi daya banding antar entitas.
Laporan keuangan saat ini tidak dapat dianggap mengandung informasi pengukuran sampai disiplin akuntansi menetapkan teori pengukuran yang jelas untuk mendukung tujuan, definisi, dan prosesnya.
Npm : 2413031017
Jurnal ini mengkaji peran teori pengukuran dalam menjelaskan dan mendukung tujuan laporan keuangan. Penulis menegaskan bahwa tujuan laporan keuangan saat ini tidak sepenuhnya kompatibel dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial, sehingga tujuan tersebut tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran yang sesungguhnya. Dalam akuntansi, pengukuran dianggap sebagai proses penting dalam penyusunan laporan keuangan, namun akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang kuat dan terintegrasi dengan tujuan pengukuran tersebut.
Teori pengukuran representasional, yang merupakan teori modern dalam ilmu sosial, menuntut bahwa pengukuran harus didasari oleh pemahaman yang jelas tentang objek pengukuran dan skala pengukuran yang spesifik. Di sisi lain, akuntansi cenderung mengabaikan hal ini, sehingga muncul ketidaksesuaian antara praktik akuntansi dan teori pengukuran ilmiah. Beberapa tujuan laporan keuangan seperti memberikan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi dan evaluasi kinerja manajemen, meskipun penting, ternyata sulit dipenuhi berdasarkan prinsip-prinsip pengukuran representasional karena sifat estimasi, ketidakpastian, dan ketergantungan pada asumsi masa depan.
Penulis menyimpulkan bahwa akuntansi harus meninjau ulang peran pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan dan mengembangkan teori pengukuran yang sesuai agar tujuan laporan keuangan dapat lebih terdefinisi dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.
NPM : 2413031033
Peran Teori Pengukuran dalam Mendukung Tujuan Laporan Keuangan
Artikel ini membahas hubungan antara teori pengukuran dengan tujuan laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa meskipun akuntansi sering dianggap sebagai disiplin ilmu pengukuran, kenyataannya akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang komprehensif seperti yang terdapat dalam ilmu sosial lainnya. Hal ini menimbulkan keraguan apakah laporan keuangan benar-benar dapat disebut sebagai hasil dari proses pengukuran.
Menurut teori representasional, setiap proses pengukuran harus memiliki tujuan yang jelas, objek yang diukur, standar pembanding, dan skala pengukuran. Dalam akuntansi, konsep nilai dan biaya sering digunakan, namun keduanya tidak didefinisikan secara tegas dan cenderung ambigu. Karena itu, akuntansi belum memenuhi syarat sebagai disiplin pengukuran yang sejati.
Studi ini juga menganalisis dua belas tujuan laporan keuangan yang dihasilkan oleh Komite Trueblood. Tujuan-tujuan tersebut meliputi penyediaan informasi untuk pengambilan keputusan ekonomi, membantu investor dan kreditor memprediksi arus kas, mengevaluasi kinerja manajemen, serta melaporkan dampak sosial perusahaan. Namun, ketika ditinjau dari perspektif teori pengukuran, sebagian besar tujuan tersebut tidak konsisten dengan prinsip representasional. Misalnya, laporan laba rugi dan neraca bergantung pada asumsi kelangsungan usaha dan kejadian di masa depan, sehingga hasilnya bersifat sementara dan tidak dapat dianggap sebagai ukuran yang pasti.
Selain itu, akuntansi cenderung mengklaim kepastian dalam angka-angka laporan keuangan, padahal dalam teori pengukuran setiap hasil hanyalah perkiraan yang selalu mengandung kesalahan. Akuntansi juga tidak secara eksplisit menentukan properti atau atribut apa yang sebenarnya diukur, sehingga informasi yang dihasilkan sering kali tidak dapat diuji secara empiris.
Kesimpulannya, peran teori pengukuran dalam akuntansi masih lemah. Tanpa teori yang jelas, tujuan laporan keuangan menjadi kabur dan sulit dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, disarankan agar akuntansi meninjau kembali konsep pengukurannya dan membangun teori pengukuran yang kuat, sehingga laporan keuangan dapat benar-benar mencerminkan tujuan yang ilmiah dan dapat diandalkan.
NPM : 2413031018
Jurnal ini menyoroti ketidaksesuaian antara tujuan laporan keuangan dengan prinsip-prinsip teori pengukuran dalam ilmu sosial, khususnya teori representasional pengukuran. Jurnal menggarisbawahi bahwa tujuan laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran kecuali didukung oleh teori pengukuran yang jelas. Dalam akuntansi, pengukuran dipahami sebagai penugasan nilai moneter terhadap fenomena akuntansi, namun tidak ada teori pengukuran yang secara tegas mendasari proses tersebut. Akibatnya, laporan keuangan saat ini tidak benar-benar memuat informasi pengukuran yang valid secara ilmiah.
Penelitian ini mencatat bahwa meskipun pengukuran dianggap fundamental dalam penyusunan laporan keuangan (misalnya pengakuan nilai aset dan kewajiban), praktik akuntansi tidak memenuhi kriteria ilmiah pengukuran, seperti spesifikasi yang jelas tentang objek dan atribut yang diukur serta skala pengukuran yang valid. Jurnal juga membahas ambiguitas konsep nilai dalam akuntansi yang tidak memenuhi persyaratan teori representasional.
Lebih jauh, jurnal mengulas dua belas tujuan laporan keuangan menurut komite Trueblood, dan menganalisis ketidakcocokan antara tujuan tersebut dengan prinsip pengukuran. Beberapa tujuan seperti ketepatan nilai, prediktabilitas, dan keobjektifan informasi dianggap tidak sesuai dengan sifat pengukuran yang hanya bersifat pendekatan dan mengandung kesalahan.
pada bagia penutup, penulis merekomendasikan bahwa akuntansi perlu mengkaji ulang peran teori pengukuran dalam menetapkan tujuan, definisi, dan penyusunan laporan keuangan agar menjadi disiplin yang benar-benar berbasis teori pengukuran yang valid.
NPM : 2413031008
Artikel ini membahas hubungan antara teori pengukuran dengan tujuan laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa tujuan laporan keuangan tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran yang digunakan dalam ilmu sosial. Akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran, namun kenyataannya belum memiliki teori pengukuran yang kokoh yang mampu menjelaskan secara ilmiah proses dan tujuan pengukuran akuntansi. Hal ini menimbulkan masalah karena informasi dalam laporan keuangan dianggap hasil pengukuran, padahal dasar teoritisnya masih lemah.
Dalam penelitian ini digunakan teori representasional pengukuran yang lazim dalam ilmu sosial untuk menunjukkan bahwa suatu tujuan dapat disebut “tujuan pengukuran” hanya bila didukung oleh teori pengukuran yang konsisten. Dengan demikian, laporan keuangan tidak bisa dikatakan berisi informasi pengukuran yang sahih sebelum akuntansi memiliki teori pengukuran yang jelas.
Penulis berargumen bahwa tanpa teori tersebut, tujuan laporan keuangan—misalnya penyediaan informasi relevan untuk pengambilan keputusan ekonomi—lebih tepat dipandang sebagai tujuan pelaporan, bukan tujuan pengukuran. Akibatnya, terdapat keterbatasan dalam mengklaim bahwa akuntansi menghasilkan informasi berbasis pengukuran yang objektif.
Kesimpulannya, pengembangan teori pengukuran yang formal dalam akuntansi sangat diperlukan untuk memperkuat legitimasi laporan keuangan sebagai hasil proses pengukuran, meningkatkan keandalan informasi, serta mendukung konsistensi dalam standar akuntansi.
Lebih lanjut, jurnal menguraikan bahwa meskipun penyusunan laporan keuangan dianggap sebagai proses pengukuran, akuntansi belum mampu mengembangkan teori pengukuran yang kokoh dan menyeluruh. Tujuan laporan yang ada masih belum konsisten dan batasannya kurang jelas, sehingga menyebabkan kebingungan dalam penerapan pengukuran secara ilmiah. Selain itu, konsep nilai dalam akuntansi kurang terdefinisi dengan jelas dan seringkali ambigu, membuat informasi yang dihasilkan kurang mewakili kenyataan secara objektif.
Penulis menyarankan agar akuntansi melakukan evaluasi ulang terhadap peran teori pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan serta membangun teori pengukuran yang mendukung tujuan akuntansi secara komprehensif agar laporan keuangan dapat menjadi representasi pengukuran yang valid dan bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
NPM: 2413031024
Jurnal The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of Financial Statements karya Saratiel Weszerai Musvoto membahas pentingnya teori pengukuran dalam menunjang tercapainya tujuan laporan keuangan. Penelitian ini berangkat dari gagasan bahwa akuntansi sering disebut sebagai ilmu pengukuran, namun praktik pengukuran yang dilakukan belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip representational theory of measurement yang umum digunakan dalam ilmu sosial.
Dalam pandangan teori pengukuran, setiap kegiatan pengukuran perlu memiliki dasar teoretis yang menjelaskan tujuan, objek yang diukur, dan standar pembandingnya. Laporan keuangan dalam akuntansi dianggap sebagai hasil dari proses pengukuran, tetapi hingga kini belum ada teori akuntansi yang secara eksplisit mendefinisikan apa yang diukur dan sifatnya—seperti nilai atau biaya. Kondisi ini membuat praktik pengukuran dalam akuntansi sering kali bersifat ambigu, kurang objektif, dan tidak memenuhi karakteristik ilmiah pengukuran yang menuntut presisi, keterukuran, serta kesesuaian dengan fakta empiris.
Jurnal ini juga menelaah dua belas tujuan utama laporan keuangan, seperti menyediakan informasi bagi pengambilan keputusan, menilai kinerja manajemen, hingga memprediksi arus kas. Musvoto menemukan bahwa sebagian besar tujuan tersebut tidak sepenuhnya selaras dengan prinsip pengukuran representasional. Sebagai contoh, penggunaan nilai historis, estimasi, dan konsep going concern belum memenuhi syarat pengukuran yang harus objektif, terukur, dan didasarkan pada fenomena nyata.
Sebagai penutup, jurnal ini menyimpulkan bahwa akuntansi masih kekurangan teori pengukuran yang kuat. Akibatnya, tujuan laporan keuangan menjadi tidak jelas dan rentan terhadap bias. Oleh karena itu, Musvoto merekomendasikan agar disiplin akuntansi mengembangkan teori pengukuran yang lebih kokoh agar laporan keuangan dapat berfungsi sebagai sumber informasi yang andal dan bermakna bagi para penggunanya.
NPM : 2413031019
Artikel ini membahas pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran karena berkaitan dengan pencatatan, pengklasifikasian, dan penyajian data keuangan dalam bentuk angka. Namun, akuntansi tidak hanya mencakup jumlah yang jelas, tetapi juga objek dan fenomena lainnya. Dalam ilmu sosial, pengukuran seharusnya didasarkan pada teori representasional yang menetapkan tujuan, standar, dan skala. Tanpa teori yang kuat, pengukuran tidak dapat dianggap sahih. Laporan keuangan bertujuan memberikan informasi yang bermanfaat bagi pengambilan keputusan, penilaian kinerja, serta prediksi arus kas di masa depan. Namun, konsep "nilai" dalam akuntansi sering kali tidak jelas, seperti penggunaan biaya historis, nilai wajar, atau estimasi yang bergantung pada asumsi tertentu. Akibatnya, hasil yang terdapat dalam laporan keuangan lebih banyak berupa perkiraan dan tidak sepenuhnya dapat disebut sebagai pengukuran ilmiah. Hal ini menimbulkan keraguan apakah laporan keuangan benar-benar memberikan informasi yang objektif dan dapat diuji. Selain itu, laporan keuangan sering menggunakan asumsi kelangsungan usaha, estimasi, dan penilaian yang subjektif dari manajemen. Padahal, teori pengukuran memerlukan objek yang jelas, metode pengukuran yang konsisten, serta hasil yang dapat dibandingkan antar perusahaan. Ketidakjelasan ini menyulitkan pencapaian tujuan laporan keuangan, seperti menyediakan informasi yang relevan, andal, dan dapat dibandingkan. Penulis menyimpulkan bahwa akuntansi harus mengembangkan teori pengukuran yang lebih kuat agar dapat mendukung tujuan laporan keuangan. Teori tersebut harus mampu menjawab apa yang sebenarnya diukur, bagaimana metode pengukurannya, serta sejauh mana hasilnya dapat dipercaya. Dengan adanya teori pengukuran yang kuat, laporan keuangan akan lebih relevan, dapat diuji, dan bermanfaat bagi pengambilan keputusan ekonomi.
NPM: 2413031018
Artikel “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” (Musvoto, 2011) membahas pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Penulis menekankan bahwa walaupun akuntansi sering dipandang sebagai disiplin pengukuran, praktik yang ada tidak sepenuhnya sesuai dengan prinsip representational measurement theory dalam ilmu sosial. Teori pengukuran mensyaratkan adanya objek yang jelas untuk diukur, standar pembanding, dan skala tertentu, namun dalam akuntansi konsep biaya dan nilai masih kabur serta tidak memiliki dasar empiris yang kuat.
Jurnal ini juga menelaah dua belas tujuan laporan keuangan yang dirumuskan Komite Trueblood. Hasil analisis menunjukkan bahwa banyak tujuan, seperti prediksi arus kas, penilaian kinerja manajemen, maupun pengukuran nilai wajar, bergantung pada estimasi dan asumsi masa depan. Hal ini tidak sejalan dengan prinsip pengukuran representasional yang menuntut kepastian dan keterukuran empiris. Dengan demikian, laporan keuangan lebih mencerminkan hasil konvensi dan interpretasi, bukan pengukuran ilmiah yang objektif.
Sebagai penutup, Musvoto menyimpulkan bahwa tanpa kerangka teori pengukuran yang kokoh, tujuan laporan keuangan tidak dapat digolongkan sebagai tujuan pengukuran yang sahih. Oleh karena itu, disiplin akuntansi perlu mengembangkan teori pengukuran yang konsisten agar penyajian laporan keuangan benar-benar dapat dipandang sebagai hasil dari proses pengukuran.
NPM : 2413031007
Jurnal berjudul “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” karya Saratiel Weszerai Musvoto membahas adanya ketidaksesuaian antara tujuan laporan keuangan dengan teori pengukuran yang digunakan dalam akuntansi. Penulis menyoroti bahwa meskipun akuntansi sering dianggap sebagai ilmu pengukuran, pada kenyataannya bidang ini belum memiliki teori pengukuran yang benar-benar terstruktur dan sejalan dengan tujuan laporan keuangan. Hal ini menimbulkan keraguan mengenai keabsahan informasi yang dihasilkan laporan keuangan, apakah benar mencerminkan hasil pengukuran yang valid dan ilmiah atau sekadar penyajian angka yang bersifat representatif.
Teori pengukuran sebenarnya memiliki peran penting dalam memberikan arah, kejelasan, dan konsistensi dalam proses penentuan nilai suatu objek. Namun, dalam praktik akuntansi, pengukuran sering kali hanya dipahami sebatas pemberian nilai uang pada suatu aset atau kewajiban tanpa memperjelas apa yang sebenarnya diukur maupun skala pengukurannya. Akibatnya, konsep biaya dan nilai dalam akuntansi menjadi tidak pasti dan sulit ditentukan secara objektif. Kondisi ini membuat hasil pengukuran dalam laporan keuangan tidak sepenuhnya bisa dianggap sebagai hasil pengukuran yang akurat sesuai dengan standar teori pengukuran ilmiah.
Lebih lanjut, jurnal ini menyoroti bahwa salah satu tujuan utama laporan keuangan adalah membantu pihak-pihak terkait dalam mengambil keputusan ekonomi, menilai kinerja, dan memahami posisi keuangan suatu entitas. Namun, sebagian besar tujuan tersebut masih sulit dicapai dengan sempurna karena prinsip pengukuran akuntansi sering kali bergantung pada estimasi, asumsi, dan kondisi ekonomi yang berubah-ubah. Teori pengukuran representasional menuntut hasil yang dapat diuji dan terukur secara empiris, sedangkan dalam akuntansi, faktor ketidakpastian dan potensi kesalahan pengukuran sering diabaikan. Hal ini menunjukkan adanya jarak antara teori pengukuran yang ideal dan praktik pelaporan keuangan yang dilakukan saat ini.
Pada akhirnya, penulis menekankan pentingnya pengembangan teori pengukuran yang lebih kuat dalam bidang akuntansi agar laporan keuangan tidak hanya menjadi alat pelaporan formal, tetapi juga mampu berfungsi sebagai instrumen ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan memperkuat dasar teorinya, akuntansi dapat menciptakan laporan keuangan yang lebih transparan, akurat, dan relevan dalam menggambarkan kondisi ekonomi suatu entitas. Melalui integrasi teori pengukuran yang memadai, akuntansi dapat bertransformasi dari sekadar sistem representasi angka menjadi ilmu yang benar-benar mengukur dan merepresentasikan realitas ekonomi secara lebih objektif dan terpercaya.
NPM : 2413031009
Jurnal “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” yang ditulis oleh Saratiel Weszerai Musvoto membahas tentang peran teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Musvoto menjelaskan bahwa walaupun akuntansi sering disebut sebagai ilmu pengukuran, pada kenyataannya akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang jelas dan terstruktur. Hal ini membuat muncul pertanyaan apakah angka-angka di laporan keuangan benar-benar hasil pengukuran yang ilmiah, atau hanya sekadar penyajian angka yang mewakili nilai tanpa dasar teori yang kuat.
Dalam praktik akuntansi, pengukuran biasanya hanya dipahami sebagai pemberian nilai uang pada aset atau kewajiban. Padahal, tidak dijelaskan secara mendalam apa yang sebenarnya diukur dan skala apa yang digunakan. Akibatnya, konsep biaya dan nilai dalam akuntansi sering membingungkan serta sulit dipastikan secara objektif. Musvoto menegaskan bahwa tujuan utama laporan keuangan adalah membantu pengguna dalam membuat keputusan, menilai kinerja, dan memahami posisi keuangan suatu entitas. Namun, tujuan ini masih sulit dicapai karena pengukuran dalam akuntansi banyak bergantung pada asumsi, estimasi, dan kondisi ekonomi yang berubah-ubah.
Selain itu, teori pengukuran representasional menekankan pentingnya hasil yang bisa diuji secara empiris. Sayangnya, dalam akuntansi hal ini sering diabaikan, sehingga terjadi jarak antara teori dan praktik. Musvoto kemudian menekankan perlunya pengembangan teori pengukuran yang lebih kuat agar laporan keuangan tidak hanya menjadi formalitas, tetapi juga instrumen ilmiah yang akurat, transparan, dan relevan dalam menggambarkan kondisi ekonomi yang nyata.
Nama : Alissya Putri Kartika
NPM : 2413031011
Jurnal ini membahas peran teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan dan mengkritisi ketidakcocokan antara tujuan laporan keuangan dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial. Pengukuran menurut teori representasional adalah proses mengaitkan karakteristik matematis yang jelas pada entitas yang diukur agar deskripsi dan perbandingan dapat dilakukan secara tidak ambigu.
Jurnal ini menyoroti bahwa meskipun akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran, tidak terdapat teori pengukuran khusus yang mendasari proses pengukuran dalam akuntansi. Akibatnya, tujuan laporan keuangan tidak bisa dianggap sebagai tujuan pengukuran yang sebenarnya karena tidak didukung teori pengukuran yang lengkap.
Jurnal ini membahas dua hal utama: konsep teori pengukuran dalam ilmu sosial dan implikasinya terhadap tujuan dan praktik penyusunan laporan keuangan. Terdapat 12 tujuan laporan keuangan menurut komite Trueblood, yang ditelaah satu per satu dalam kerangka teori pengukuran. Temuan utamanya yaitu bahwa banyak tujuan laporan keuangan tidak memenuhi syarat pengukuran yang berarti (meaningful) dan tidak konsisten dengan prinsip representasional, seperti ketergantungan pada estimasi, asumsi going concern, serta ketidakpastian nilai.
Selain itu, jurnal mengkritik pandangan bahwa akuntansi mampu mengukur secara akurat, sebab pengukuran pada dasarnya bersifat perkiraan dan selalu mengandung kesalahan. Tidak ada definisi yang jelas mengenai apa yang diukur dalam akuntansi (nilai, biaya, dll), dan pendekatan pengukuran selama ini tidak mengakomodasi teori yang dapat menjelaskan ini secara konsisten.
Kesimpulan utamanya menyarankan agar disiplin akuntansi harus mengembangkan teori pengukuran yang mendukung tujuan laporan keuangan supaya informasi akuntansi bisa benar-benar dianggap sebagai hasil pengukuran yang valid dan bermakna. Tanpa teori semacam ini, laporan keuangan masih mengandung ambiguitas dan ketidakpastian dalam hal nilai yang diukur dan disajikan.
Secara keseluruhan, jurnal ini mengajak refleksi mendalam bahwa akuntansi belum sepenuhnya menjadi ilmu pengukuran, dan perlu revisi teoritis agar sesuai dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial
Npm: 2413031014
Artikel ini membahas hubungan antara teori pengukuran dengan tujuan laporan keuangan. Musvoto menegaskan bahwa tujuan laporan keuangan tidak dapat dikatakan sebagai tujuan pengukuran karena akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang kuat seperti dalam ilmu sosial. Dalam ilmu sosial, teori pengukuran berfungsi untuk menjelaskan apa yang diukur, bagaimana pengukuran dilakukan, serta standar yang digunakan. Namun, dalam akuntansi, konsep pengukuran hanya sebatas penetapan angka moneter tanpa dasar teori yang menjelaskan objek dan skala pengukurannya.Penulis menunjukkan bahwa akuntansi sering dianggap sebagai disiplin ilmu pengukuran karena berfungsi “mengukur dan mengkomunikasikan informasi keuangan”. Akan tetapi, analisis mendalam menunjukkan bahwa konsep pengukuran akuntansi tidak sesuai dengan prinsip teori pengukuran representasional. Misalnya, dalam laporan keuangan, nilai dan biaya tidak didefinisikan secara jelas, sedangkan teori pengukuran mensyaratkan adanya sifat atau atribut yang terukur secara empiris.Musvoto juga menelaah dua belas tujuan laporan keuangan berdasarkan laporan Komite Trueblood dan menilai bahwa sebagian besar tidak sesuai dengan prinsip pengukuran ilmiah. Laporan keuangan bergantung pada asumsi keberlangsungan usaha dan estimasi masa depan yang tidak dapat diukur secara empiris. Penggunaan nilai historis, estimasi, dan konsep “nilai wajar” tidak mencerminkan ukuran yang objektif, melainkan bersifat subjektif dan interpretatif.Kesimpulannya, Musvoto berpendapat bahwa pengukuran dalam akuntansi bersifat lemah dan lebih bersandar pada kebiasaan praktik daripada teori ilmiah. Oleh karena itu, disiplin akuntansi perlu membangun teori pengukuran yang jelas dan konsisten agar tujuan laporan keuangan dapat benar-benar dianggap sebagai tujuan pengukuran. Ia merekomendasikan agar akuntansi meninjau ulang perannya sebagai disiplin pengukuran dan menyusun teori yang mendasari proses pengukuran dalam penyusunan laporan keuangan.
NPM : 2413031005
Jurnal ini membahas hubungan antara teori pengukuran (measurement theory) dan tujuan penyusunan laporan keuangan. Musvoto menegaskan bahwa meskipun akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, praktik akuntansi saat ini belum sepenuhnya didukung oleh teori pengukuran ilmiah seperti representational theory of measurement yang digunakan dalam ilmu sosial. Menurut teori tersebut, setiap proses pengukuran harus memiliki dasar teoretis yang menjelaskan objek yang diukur, satuan ukur, serta tujuan dari pengukuran itu sendiri.
Penulis berpendapat bahwa laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai hasil proses pengukuran yang sebenarnya karena akuntansi belum memiliki teori pengukuran yang menjelaskan secara jelas konsep nilai, biaya, atau properti yang diukur. Hal ini menyebabkan ketidakselarasan antara tujuan laporan keuangan dan prinsip dasar pengukuran ilmiah. Selain itu, elemen-elemen seperti nilai wajar, laba, dan aset hanya bersifat estimasi atau pendekatan, bukan ukuran objektif yang memiliki keakuratan empiris.
Musvoto menyimpulkan bahwa agar akuntansi benar-benar menjadi disiplin pengukuran, perlu dikembangkan teori pengukuran akuntansi yang mampu menjelaskan objek, metode, dan skala pengukuran secara ilmiah. Dengan demikian, laporan keuangan dapat mencapai tujuan utamanya, yaitu menyajikan informasi yang relevan, andal, dan bermakna bagi pengambilan keputusan ekonomi.
NPM : 2413031035
Jurnal ini menyoroti hubungan antara teori pengukuran (measurement theory) dan tujuan laporan keuangan. Musvoto berpendapat bahwa meskipun akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran, praktik akuntansi saat ini tidak memiliki teori pengukuran yang ilmiah sebagaimana lazim dalam ilmu sosial. Akibatnya, tujuan laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran yang sesungguhnya.
Melalui pendekatan representational measurement theory, penulis menjelaskan bahwa setiap proses pengukuran harus memiliki teori yang menjabarkan objek, standar, dan satuan yang diukur. Dalam akuntansi, hal ini belum terpenuhi karena konsep seperti “nilai” dan “biaya” tidak memiliki definisi empiris yang pasti. Laporan keuangan hanya mencerminkan angka-angka moneter tanpa dasar pengukuran yang benar-benar mewakili realitas ekonomi.
Jurnal ini juga mengkritik bahwa tujuan laporan keuangan, seperti menyediakan informasi yang relevan bagi pengambilan keputusan, belum memenuhi prinsip pengukuran yang bermakna (meaningful measurement). Nilai-nilai yang dihasilkan bersifat estimatif dan mengandung ketidakpastian, sementara teori pengukuran menuntut kejelasan objek dan skala pengukuran yang dapat diuji.
Sebagai kesimpulan, Musvoto menegaskan bahwa akuntansi tidak dapat disebut sebagai disiplin pengukuran sejati tanpa pengembangan teori pengukuran akuntansi yang jelas. Ia merekomendasikan agar akuntansi mereformulasi definisi, tujuan, dan metode pengukurannya agar selaras dengan prinsip ilmiah pengukuran yang representatif.
NPM: 2413031031
Artikel “The Role of Measurement Theory in Supporting the Objectives of the Financial Statements” oleh Saratiel Weszerai Musvoto (2011) menjelaskan bahwa tujuan laporan keuangan belum sepenuhnya sesuai dengan prinsip-prinsip teori pengukuran dalam ilmu sosial, khususnya representational measurement theory. Penulis menyoroti bahwa meskipun akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran, sebenarnya belum memiliki teori pengukuran yang utuh untuk mendasari proses penyusunan laporan keuangan. Akibatnya, informasi yang dihasilkan sering kali tidak dapat dikatakan sebagai hasil pengukuran ilmiah yang valid. Menurut Musvoto, teori pengukuran harus mencakup tujuan, standar pembanding, serta unit atau skala pengukuran agar hasilnya bermakna dan dapat diverifikasi. Namun, dalam praktik akuntansi, konsep seperti “nilai” atau “biaya” masih bersifat ambigu dan tidak memiliki dasar empiris yang jelas. Penulis juga menunjukkan bahwa laporan keuangan menggunakan estimasi, asumsi, dan nilai prediktif yang tidak sepenuhnya mencerminkan realitas objektif. Dengan demikian, meskipun laporan keuangan berfungsi untuk mendukung pengambilan keputusan ekonomi, akuntansi belum dapat dikategorikan sebagai disiplin pengukuran yang ilmiah. Musvoto menyarankan agar akuntansi mengembangkan teori pengukuran yang konsisten dengan prinsip-prinsip ilmiah, sehingga tujuan laporan keuangan dapat benar-benar didukung oleh dasar pengukuran yang rasional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Npm : 2413031030
Jurnal ini membahas pentingnya teori pengukuran dalam mendukung tujuan laporan keuangan. Musvoto menegaskan bahwa akuntansi sering dianggap sebagai disiplin pengukuran, tetapi sebenarnya belum memiliki teori pengukuran yang selaras dengan prinsip ilmiah sebagaimana di bidang ilmu sosial lainnya.
Menurut representational theory of measurement, setiap proses pengukuran harus memiliki teori yang menjelaskan tujuan, standar, serta satuan pengukurannya. Namun, praktik akuntansi saat ini tidak sepenuhnya memenuhi kriteria tersebut. Laporan keuangan sering diklaim mengandung informasi hasil pengukuran, padahal tanpa teori pengukuran yang jelas, hasil tersebut tidak dapat disebut sebagai hasil pengukuran ilmiah. Misalnya, konsep nilai dan biaya dalam akuntansi masih bersifat ambigu dan subjektif, sehingga tidak memenuhi syarat pengukuran empiris.
Musvoto juga menilai bahwa dua belas tujuan laporan keuangan yang dirumuskan oleh Komite Trueblood tidak sepenuhnya kompatibel dengan teori pengukuran representasional. Banyak tujuan tersebut, seperti penyajian informasi “faktual”, penilaian kemampuan manajemen, serta prediksi arus kas, tidak dapat dicapai melalui proses pengukuran yang objektif karena data akuntansi mengandung estimasi, ketidakpastian, dan ketergantungan pada kejadian masa depan.
2413031006
Penelitian ini menyoroti ketidakcocokan antara tujuan laporan keuangan dengan prinsip-prinsip pengukuran dalam ilmu sosial, sehingga tujuan tersebut tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran yang sejati. Konsep pengukuran mengharuskan adanya teori pengukuran yang jelas untuk menetapkan tujuan dan standar pengukuran. Akuntansi saat ini dianggap sebagai disiplin pengukuran, namun belum memiliki teori pengukuran yang mendukung tujuan proses pengukuran tersebut.
Teori pengukuran dalam ilmu sosial, yaitu teori representasional, menegaskan bahwa pengukuran harus merepresentasikan fenomena yang ada secara empiris dengan skala pengukuran yang unik dan invariant. Laporan keuangan dipandang sebagai hasil pengukuran nilai moneter elemen-elemen keuangan, namun akuntansi tidak memiliki definisi nilai yang secara jelas terukur dan empiris.
Tujuan laporan keuangan yang diidentifikasi oleh Komite Trueblood banyak bergantung pada informasi untuk pengambilan keputusan, namun sering kali bertentangan dengan prinsip-prinsip pengukuran yang ilmiah, seperti ketidakpastian estimasi dan kejadian masa depan yang mempengaruhi nilai saat ini. Akuntansi kurang mengakui adanya kesalahan dan ketidakpastian dalam pengukuran sehingga informasi yang dihasilkan lebih merupakan pendekatan daripada kebenaran absolut.
NPM:2413031034
Jurnal ini menyoroti hubungan antara teori pengukuran dan tujuan laporan keuangan dalam akuntansi. Musvoto menegaskan bahwa meskipun akuntansi sering disebut sebagai disiplin pengukuran, praktiknya belum memiliki teori pengukuran yang utuh sebagaimana diakui dalam ilmu sosial. Dalam konteks sosial, teori pengukuran berfungsi untuk menjelaskan apa yang diukur, bagaimana pengukuran dilakukan, dan standar apa yang digunakan untuk menilai hasilnya. Tanpa dasar teori tersebut, tujuan laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai tujuan pengukuran sejati.
Penulis menjelaskan bahwa kerangka pelaporan keuangan internasional (IASB) menganggap penyusunan laporan keuangan sebagai proses pengukuran nilai ekonomi melalui angka moneter. Namun, pengukuran dalam akuntansi sering kali hanya berupa penugasan nilai numerik tanpa memastikan bahwa nilai tersebut merepresentasikan fenomena empiris yang sesungguhnya. Akibatnya, banyak unsur laporan keuangan seperti nilai wajar, laba, dan posisi keuangan tidak dapat dikatakan sebagai hasil pengukuran ilmiah karena tidak memiliki dasar teori dan skala yang terstandar.
Melalui analisis terhadap teori representational measurement, Musvoto menyoroti bahwa pengukuran yang sah harus bersifat empiris, memiliki skala yang tetap, dan menunjukkan hubungan yang dapat diuji secara objektif. Akuntansi, sebaliknya, bergantung pada asumsi, estimasi, dan interpretasi yang subjektif, sehingga tidak sepenuhnya memenuhi prinsip-prinsip pengukuran ilmiah.
Musvoto menyimpulkan bahwa akuntansi perlu mengembangkan teori pengukuran yang mampu menjelaskan objek, sifat, dan tujuan pengukuran secara eksplisit. Tanpa teori tersebut, laporan keuangan hanya berfungsi sebagai representasi administratif, bukan hasil pengukuran ilmiah yang valid. Oleh karena itu, reformasi konseptual diperlukan agar akuntansi benar-benar dapat memenuhi perannya sebagai disiplin pengukuran yang andal dan bermakna.